Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pengajar :

Disusun Oleh :

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat dan saya mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
tentang Mikrofilaria, agar nantinya dapat memanfaatkan wawasan yang telah dimiliki dan
dapat mengetahui apa itu Mikrofilaria.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Saya akan sangat berterima
kasih dan menerima dengan senang hati masukan-masukan, kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, khususnya para pembaca. Atas
perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Jambi, 23 November 2020

Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Cara Pembuatan Sediaan Darah Mikrofolaria
B. Klasifikasi Cacing filaria
C. Cacing Brugia Malayi Dan Cacing Brugia Timori
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di
Indonesia. Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul
bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30
tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Program eliminasi dilaksanakan
melalui pengobatan massal dengan Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazol
setahun sekali selama 5 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pembuatan Sediaan Darah Mikrofolaria ?
2. Bagaiman Klasifikasi Cacing filaria ?
3. Bagaimana Cacing Brugia Malayi Dan Cacing Brugia Timori ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara pembuatan sediaan darah mikrosfilaria

Tujuan praktikum:

1. Untuk mengetahui cara membuat dan memulas sediaan darah mikrofilaria


2. Untuk dapat melihat bentuk cacing mikrofilaria

Prinsip Pemeriksaan:

 Pewarnaan mikrofilaria dilakukan dengan pewarnaan giemsa sebanyak 3 ml dan


ditambahkan aquadest sebanyak 97 ml selama 15 menit. Cuci preparat dengan air
kran hingga sisa warna hilang dan preparat dikeringkan. Lakukan pemeriksaan
dibawah mikroskop perbesaran 100x.

 Alat dan Bahan:

1. Alat
a. Obyek glass
b. Cover glass
c. Mikroskop
2. Bahan
a. Sediaan darah tebal
b. Methylen Alkohol
c. Larutan Giemsa
d. Aquadest
e. Oil mersi
f. Air

Prosedur Kerja:

a. Siapkan alat dan bahan


b. Hemolisiskan sediaan darah dengan air sampai warna merah hilang. Kemudian
keringkan
c. Fiksasi dengan methylen alkohol selama 1-2 meni
d. Lakukan pewarnaan giemsa selama 15 menit
e. Kemudian preparat dibilas dengan air kran hingga sisa warna hilang
f. Preparat dikeringkan
g. Lakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop perbesaran 10

Pembahasan :
B. Klasifikasi Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)
 Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota
hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes.
Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filarial. Cacing
filaria penyebab penyakit kaki gajah berasal dari genus wuchereria dan brugia. Di
Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab penyakit tersebut adalah
wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.

Klasifikasi ilmiah:

 Kingdom : Animalia
 Classis : Secernentea
 Ordo : Spirurida
 Upordo : Spirurina
 Family : Onchocercidae
 Genus : Wuchereria
 Species : Wuchereria bancrofti

Ciri-ciri cacing Filaria:

 Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih


kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang
berwarna putih susu.
 Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 – 100 mm, ekornya
berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40
mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250
mikron, bersarung pucat
 Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe.
Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi,
dan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-
paru, jantung, dan hati.

Daur Hidup Cacing Filaria ( Wuchereria bancrofti)

Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai


vector yang masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes)
kurang lebih 7 bulan.
3. Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk
tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis,
sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam
tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada
tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara
otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva
stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit,
tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada
hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya,
sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III.
Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-
mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk
nyamuk.

C. BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI

Morfologi

Cacing dewasa, banyak kesamaaan dengan W bancrofti, putih kekuning-kuningan,


silindris menyerupai benang,didapatkan berpasangan dalam saluran limph yang berdilatasi.
Ujung anterior terdapat mulut tanpa bibir diliputi dua baris papilla. Baris sebelah dalam 6
dan sebelah luar 4 buah seperti juga pada W.bancrofti hanya pada B. malayi sedikit lebih
besar.

Cacing jantan, diliputi kutikula halus, pada bagian kaudal terdapat papilla adanal
(3-4) buah dengan ukuran berbeda, di belakang anus terdapat sepasang papilla, (3-4)
pasang papilla adanal lateral serta papilla preanal yang tidak berpasangan. Pada ujung ekor
terdapat (4-6) papilla yang kecil. Diantara papilla ini dengan papilla adanal didapat (0-2)
papilla. Terdapat dua spikula yang panjangnya tidak sama dengan gubernakulum yang
kurang berbentuk bulan sabit dari pada W.bancroft. ukurannya (13,5-23,5)mm x (70-80)μ.

Cacing betina, vulva merupakan alur transversal berhubungan denagn vagina


sebagai saluran yang panjang dengan dua lapis dinding. Lumennya sempit. Kemudian
berhubungan dengan uterus sebelah distal yang tunggal dimana ke sebelah proksimalnya
bercabang dua. Ukurannya (43,5-55)mm x (120-170)μ.

Siklus hidup

Siklus hidupnya mirip dengan W banrofti. Waktu yang diperlukan untuk


perkembangan vector 6,8-8,5 hari.

Epidemiologi
 
Banyak terdapat di Asia.
Nyamuk anopheles barbirostris yang banyak terdapat di sawah, oleh karena itu
mreka filariasis banyak ditemukan di luar kota.

BRUGIA TIMORI

Morfologi

Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang
membulat. Ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar. Pada tiap sisi terdapat 4 papil
sirkum oral yang teratur pada bagian luar dan bagian dalam membentuk lingkaran,
esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan ujung yang kurang jelas diantara otot
dan kelenjar.

 Cacing jantan, ekornya melengkung dengan 4 sampai 5 papila adanal terdiri atas
subventral, sebuah preanal yang besar serta satu pasang posanal yang lebih kecil. Terdapat
pula satu pasang papilla intermediate subventral serta satu pasang papilla kaudal terminal.
Pada daerah anus terdapat papilla lateral. Spikula tidak sama panjang seperti pada B.
malayi, panjangnya yang sebelah kiri 400 mm dan sebelah kanan 142 mm berbentuk
seperti bulan sabit, gubernakulum 30 x 4 mm.

Cacing betina, vulva sebelah anterior dari dasar esophagus. Ovejektor menyerupai
buah pir dengan ukuran 160 x 58 mm. vagina terletak disamping ovejektor berbentuk
celah. Ekor panjangnya lebih dari 196 mm ditumbuhi beberapa kutikulum bosses.

Mikrofilaria B.timori dibandingkan dengan B.malayi terdapat beberapa perbedaan :


a) Pada pewarnaan dengan giemsa, sarung tidak terlihat.
b) Perbedaan panjang dan lebar dari ruang sefalik 3 : 1.
c) Ukurannya lebih panjang pada B.timori.
d) Pada preparat darah apus dengan pewarnaan giemsa, mikrofilaria B.timori
panjangnya 310 mm dibandingkan denagn B.malayi yang bersifat periodic
dan subperiodik 264 dan 247 mm.
e) Perbedaan lainnya pada jumlah inti di ekornya, B.timori 5-8 buah
sedangkan pada B,malayi 2-5 buah dengan inti pada ekor sebelah distal
lebih kecil pada B.timori

Siklus hidup

Siklus hidupnya mirip dengan W banrofti. Waktu yang diperlukan untuk


perkembangan vector 6,8-8,5 hari.

Epidemiologi
Pertama kali ditemukan di pulau timor

Kepentingan mempelajari nematoda darah dan jaringan


 
agar dapat mengetahui segala sesuatu tentang filariasis, bagaimana siklus hidupnya, serta
epidemiologi terkait.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ciri-ciri cacing Filaria:

 Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih


kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang
berwarna putih susu.
 Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 – 100 mm, ekornya
berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40
mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250
mikron, bersarung pucat
 Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe.
Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi,
dan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-
paru, jantung, dan hati.

Mikrofilaria B.timori dibandingkan dengan B.malayi terdapat beberapa


perbedaan :

 Pada pewarnaan dengan giemsa, sarung tidak terlihat.


 Perbedaan panjang dan lebar dari ruang sefalik 3 : 1.
 Ukurannya lebih panjang pada B.timori.
 Pada preparat darah apus dengan pewarnaan giemsa, mikrofilaria B.timori
panjangnya 310 mm dibandingkan denagn B.malayi yang bersifat periodic dan
subperiodik 264 dan 247 mm.
 Perbedaan lainnya pada jumlah inti di ekornya, B.timori 5-8 buah sedangkan pada
B,malayi 2-5 buah dengan inti pada ekor sebelah distal lebih kecil pada B.timori
Daftar Pustaka
https://waodesumarsih94.blogspot.com/2016/06/laporan-praktikum-mikrofilaria.html?
m=1

http://mhswkeslingternate1.blogspot.com/2014/04/brugia-malayi-dan-brugia-timori.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai