Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelmintes. Cacing


dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan
invertebrate, bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita. Cestoda berbeda
dengan nematoda dan trematoda,karena tidak memiliki usus dan pembuluh darah, Makanan
masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing. Tubuhnya
memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah
dewasa berisi alat  reproduksi jantan dan betina
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm
sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini terdiri
atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding
intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak
bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang
menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen. .Infeksi cacing pita
bisa disebut juga dengan Taeniasis. adapun ciri-ciri umum cestoda ialah
1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula.
2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita.
3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a. Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat
pengisap.
b. Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c. Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen
yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan
satu individu dan bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid.
7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini karena
cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus.
8. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10.  Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11.  Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
12.  Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah
tubuh cacing dan dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang
utama bersamaan dengan tinja.
13. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel
api.
14. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
15. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak
sempurna, atau belum matang.
16. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat
Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada Babi
tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
17. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
18. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di
tubuh manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.

Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya


adalah:Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus
multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Manusia merupakan hospes cestoda ini
dalam bentuk:
Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,
Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.
Menurut habitatnya, cestoda dapat dibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan
Cyclophyllidea. Adapun dalam makalah ini jenis cacing yang di bahas ialah cestoda
intestinalis bentuk dewasa yaitu Diphyllobothrium latum, Hymenoileps
diminuta, danDipylidium caninum.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis- jenis cestoda yang dapat menimbulkan kelainan pada
manusia
2.  Untuk mengetahui ciri-ciri cacing cestoda khususnya Diphyllobothrium
latum,Hymenoileps diminuta, 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Diphyllobothrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada
manusia.  D.latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir
100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak dijumpai
didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan
Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya
panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
Kingdom : A nimalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species :Diphyllobotrium latum

2.1.1        Hospes
·         Hospes definitive : Manusia, anjing, kucing, serigal,anjing laut,beruang, anjing
hutan dan hewan pemakan ikan.
·         Hospes perantara I : genus copepod (cylops sp. Dan Diaptomus sp. )
·         Hospes perantara II : ikan

2.1.2        Morfologi Diphyllobothrium latum
·         Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
·         Terdiri atas 4000 proglotid.
·         Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal pada
skoleks.
·         Hermafrodit

2.1.3        Daur Hidup Diphyllobothrium latum


Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang
dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa
minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan
coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda
krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut,
coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel
(sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea
tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea
tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid
ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem
muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid
berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi
beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam
bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan
menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.

2.1.4        Patogenitas
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum
yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada
kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering
dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi
penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada
mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti
ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien
menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi
singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum
sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya
anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam
usus).

2.1.5        Diagnosis dan Pengobatan


Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan
positif. Obat yang diberikan ialah:
·         aspidium oleoresin
·         mepacrim
·         diclorophen
·         extract biji labu (Cucurbita spp)
·         Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya
adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini berhubungan
dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.

2.1.6        Pencegahan
·         Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya
sampai-10°C selama 24 jam.
·         Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
·         Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
·         Memberikan penyuluhan pada masyarakat.

2.2  Hymenoilepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus
rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada manusia. Ukuran lebih besar
daripada Hymenoilepsis nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah
beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes
intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
2.2.1          Hospes
·         Hospes definitive  : Tikus dan Manusia
·         Hospes perantara 
o   pinjal (Ctenocephalides canis,  Xenopsylla cheopis, Pulex irritans)
o    kumbang (tenebrio sp.)
o   kecoak ( blata sp, blatella sp &  periplanita sp.)
2.2.2         Morfologi H. diminuta
·         Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
·         Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
·         Proglotid gravid lepas dari strobila

2.2.3         Daur Hidup Hymenolepis diminuta


Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan
telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menular ke manusia
maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan
onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili.
Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari
cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan
berkembang menjadi dewasa.

2.2.4        Patogenitas
Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak
menunjukkan gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.

2.2.5         Diagnosis dan Pengobatan


Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja, sekali – sekali keluar cacing secara spontan
setelah purgasi. Obat yang efektif ialah Atabrine.

2.2.6        Pencegahan
·         Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
·         Menghindarkan makanan dari kontaminasi
·         Pemberantasan binatang pengerat (rodentia)

2.3  Diphylidium caninum
Cacing pita ini biasa di sebut sebagai cacing pita anjing dan juga merupakan cacing
kosmopolit. cacing ini biasa menginfeksi anjing dan juga manusia
2.3.1        Hospes
·      Hospes definitive : Anjing dan Manusia
·      Hospes perantara
o   Ctenocephalides canis
o   Ctenocephalides felis
o   Pulex irritans      
2.3.2        Morfologi Diphylidium caninum
·         Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
·         Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
·         Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap

2.3.3        Daur Hidup Diphylidium caninum


Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari
tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif bergerak di
daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi
embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas
dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang
mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan
metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa
sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp.
 Di dalam usus akan mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus
halus dan lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa.
Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang paling
sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes
antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur
mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah
besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.

2.3.4        Patogenitas  
·         Patogenitas pada hewan
.1      Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan
pencernaan.
·         Patogenitas pada manusia
.1      Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
.2      Sakit pada epigastrium
.3      Diare dan sesekali reaksi alergi
.4      Hilangnya nafsu makan
.5      Kehilangan berat badan secara drastis
.6      Diare

2.3.5         Diagnosis dan Pengobatan


Diagnosis di tegakkan dengan menemukan proglotid yang bergerak aktif atau
menemukan kapsul-kapsul telur dalam tinja. Pengobatan dengan memberi Atabrine dan
Kuinakrin.

2.3.6         Pencegahan
·         Jangan mencium anjing atau kucing
·         Hindari jilatan anjing
·         Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida.

BAB III
PENUTUP

3.1.                Kesimpulan
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit
dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal
ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini
tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan
terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan
berisi alat  reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan
Taeniasis.
Ciri Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula,
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang
panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Siklus Hidup Umumcacing
pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun betina
dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus, vas
deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau
unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi
betina

3.2.   Saran
            Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari embaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2265133-cacing-pita-
cestoda/#ixzz1pTNPUloQ
WHO, 2011,Taeniasis/cystiserkosis,
http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/,
WHO, 2011,http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/cysticercosis/en/,

Anda mungkin juga menyukai