Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelmintes.
Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrate, bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda,karena tidak memiliki usus dan
pembuluh darah, Makanan masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan
tubuh cacing. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida
dan segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm
sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini
terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada
dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang
tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin
banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
.Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis. adapun ciri-ciri umum cestoda
ialah :
1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula.
2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita.
3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a. Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat
pengisap.
b. Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c. Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen
yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan
satu individu dan bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.

1
5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid.
7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini karena
cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus.
8. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
12. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah
tubuh cacing dan dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang
utama bersamaan dengan tinja.
13. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel
api.
14. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
15. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak
sempurna, atau belum matang.
16. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada
Babi tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
17. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
18. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di
tubuh manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah:
Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus
multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Manusia merupakan hospes cestoda
ini dalam bentuk:

2
 Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,
Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
 Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.
Menurut habitatnya, cestoda dapat dibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea
dan Cyclophyllidea. Adapun dalam makalah ini jenis cacing yang di bahas ialah cestoda
intestinalis bentuk dewasa yaitu Diphyllobothrium latum, Hymenoileps diminuta, dan
Dipylidium caninum.

2) Rumusan Masalah
3) Tujuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cestoda
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai
cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih
menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh
darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida
dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi
cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis.

B. Ciri-Ciri Umum Cestoda


1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula.
2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita.
3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a) Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat
pengisap.
b) Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c) Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen
yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan
satu individu dan bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid.
7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini karena
cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus.

4
8. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
12. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri dan mempunyai rumah tangga sendiri
( metameri).
13. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah
tubuh cacing.
14. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersamaan dengan tinja.
15. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel
api.
16. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
17. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak
sempurna, atau belum matang.
18. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada
Babi tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
19. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
20. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di
tubuh manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
21. Agar seseorang tidak terkena Taeniasis maka makanan dagingnya harus dimasak
dengan matang, dan bila seseorang yang terkena Taeniasis jangan buang air besar
di sembarang tempat, seperti di lingkungan terbuka atau di tempat yang biasa
hewan ternak mencari makanan, karena Fesesnya yang ada telurnya sangat kuat di
lingkungan, seperti rerumputan yang akan dimakan sama ternak tersebut.
22. Pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum
golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya
dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh.

5
C. Morfologi Umum Cestoda
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm
sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini
terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada
dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang
tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin
banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan
betina). Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang
paling ujung seolah olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid
gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan
didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex,
leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus.
Makanan masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.

Bagian tubuh:
a. Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya
mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada
bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang
sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda
(acetabulum) tetapi mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot
lemah).
b. Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
c. Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis
transversal, tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ
reproduksi.

6
d. Proglotid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin
dewasa/masak. Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid
dewasa (organ reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid
gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak
cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid,
selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda
proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas
(pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang
tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :
1. Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.
2. Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
3. Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4. Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di
usus hospes.
5. Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen
dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).

4) Siklus Hidup Umum


Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik
jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis
atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan,
dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim
sebagai organ reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem
reproduksi baik jantan maupun betina, yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak
pada pembukaan permukaan atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara
seksual hermafrodit, fenomena pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk
memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua individu sering dipraktekkan
dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus berfungsi menghubungkan satu cacing dengan
yang lain melalui pori kelamin, kemudian dilakukan pertukaran spermatozoa.
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual
seperti pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara
diperlukan serta tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting

7
untuk menilai evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus hidup
dua-fase dengan dua jenis host.
1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke
tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan
pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host
itermediate.
3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam
jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia saginata
remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi tuan rumah
definitif.
4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke host
definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari host
perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti kemungkinan
manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata, sehingga
cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan menetap di usus.

5) Sistem Reproduksi Cestoda


1. Sistem reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1
(biasanya banyak dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan
betina berdekatan di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat
terjadi sendiri dalam satu proglotid atau cross (diantara proglotid).

2. Sistem reproduksi betina:


1. Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh
glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan
berakhir di porus genitalis betina.
2. Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda)
atau follikuler (pada cotyloda).

8
3. Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini
membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus
ini buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
 Bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
 Uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam
proglotid.
 Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang
melindungi sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk
paruterin organ (Ex: Familia: Thysanosomidae).

6) Klasifikasi Cestoda
Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum
PLATYHELMINTES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata
danlarvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa
memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai
alat pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang
disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina.
Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang
dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan
kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia
solium.Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:
1. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,
Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
2. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.

9
Menurut habitatnya, cestoda dapatdibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea
dan Cyclophyllidea.
1. Ordo Pseudophyllidea
 Famili Diphylobothridae
Diphyllobothrium latum
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphyllobotrium latum

Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan
ikan, terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan
pada orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu,
bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang
yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga
dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat
mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang
terdiri dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.

a. Morfologi Diphyllobothrium latum


 Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
 Terdiri atas 4000 proglotid.
 Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan
dorsal pada skoleks.
 Hermafrodit

b. Daur Hidup Diphyllobothrium latum


Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang
akan berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam
waktu 8 hari sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan.

10
Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia
berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea
termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea
tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding
usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit
dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut. Selama
sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam
tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai
hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus
melalui dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit
dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid
berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa
mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan
mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut
dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta
mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.

c. Patogenitas
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka
mengkonsumsi ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak
memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum yang sering ditemukan
adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus
infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini
sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir
seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar
1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa
cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti
ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing,
sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti
melaporkan bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang
dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100%
dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya

11
anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi
vitamin B12 dalam usus).

d. Diagnosis dan Pengobatan


Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses,
diagnosis dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
 Aspidium oleoresin
 Mepacrim
 Diclorophen
 Extract biji labu (cucurbita spp)
Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini,
makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik –
ATP, rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik
yang dilakukan oleh cacing.

e. Pencegahan
1. Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau
membekukannya sampai-10°C selama 24 jam.
2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.

2. Ordo Cyclophyllidea
 Famili Taeniidae
a) Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada
manusia dan ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi
daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000
proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap sangat
kuat.

12
a. Klasifikasi T . saginata

b. Morfologi T. saginata
Cacing dewasa
 Panjangnya 4-10 m.
 Memiliki 1000 –2000
 Proglotid.
 Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.

c. Daur hidup T. Saginata


Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh
cacing dan keluar melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus.
Setiap segmen terlihat seperti cacing tersendiri dan dapat merayap
secara aktif. Setiap segmen /proglotida dapat dikelirukan sebagai
cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding
ventral robek dan telur keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat
itu telur berembrio dan infektif dapat menginfeksi hospes intermedier
dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu. Hospes
intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing
dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam
duodenum, yang dipengaruhi oleh asam lambung dan sekresi
intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung berpenetrasi
kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh
aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya
meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam
serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian
menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna
putih seperti mutiara dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu
skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini pada sapi
disebut Cysticercisis bovis.

13
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini
akan tertular bilamana daging sapi tersebut dimasak kurang
matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan empedu dan
cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa
membentuk proglotida yang berisi telur.

d. Patogenitas
 Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau
proglotid.
 Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
 Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur
cacing pita.

e. Diagnosis dan pengobatan


Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh
telur atau skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral
disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai cabang sekitar 15-20.
Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama,
sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih
baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini,
tetapi obat yang sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.

f. Pencegahan
 Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
 Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
 Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
 Memasak daging sampai sempurna.
 Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat
rusak.

14
b) Taeniia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena
kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi.
Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
a. Morfologi
 Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
 Memiliki 1000 –2000 proglotid.
 Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.

b. Daur Hidup dan Patologi Taenia solium


Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes
intermedier berbeda dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada
babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur
infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan
telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging (otot)
atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging
babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing
cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan
tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini
dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.

Cysticercosis
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat
berkembang dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi
bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung dan usus,
kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot.
Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata,
otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi
metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong
mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada

15
lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit
atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang
berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan
retina, iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam
retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi
kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata.
Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil
dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang
(spinal cord), tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya
nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan sistem
saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut
ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan,
hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi.
Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat
dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita
bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan
menimbulkan reaksi radang, hal tersebut dapat mengakibatkan
fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak. Reaksi
seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi.
Bila ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit
dilakukan

c. Diagnosis
 Nyeri ulu hati
 Mencret
 Mual
 Obstipasi
 Sakit kepala

16
d. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah
kontaminasi air minum, makanan dari feses yang tercemar. Sayuran
yang biasanya dimakan mentah harus dicuci berish dan hindarkan
terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan
pengambilan cyste.

 Famili Hymenolipipidae
a) Hymenolepsis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering
dijumpai pada manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar
1-9% di Amerika Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebar 1
mm.
a. Morfologi
 Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil
dengan panjang ±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm
 Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan
mahkota kait-kait 20-30 buah
 Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
 Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio
dengan 6 buah kait
 Dikenal sebagai cacing pita kerdil
 Kosmopolitan
 Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak

b. Daur Hidup Hymenolepis nana


Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri
kemudian mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak
tertentu, karena dapat menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang
termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan onchosfer

17
yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe
didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi
cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam
lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang
menjadi dewasa.

c. Patogenitas
Infeksi ringan
Tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata

Infeksi berat
 Menimbulkan enteritis catarrhal
 Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan,
insomnia, sakit perut dengan atau tanpa diare disertai darah,
muntah, pusing, sakit kepala, gangguan saraf, bila supersensitif
terjadi alergi, obstipasi.

d. Diagnosa dan pengobatan


Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus
diulang 1 bulan kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang
di dalam vili pada saat obet pertama diberikan. Obat seperti
praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H. diminuta
dengan cepat.

e. Pencegahan
 Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
 Menghindarkan makanan dari kontaminasi
 Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)

b) Hymenolepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama
berparasit pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi

18
pada orang. Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm.
Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya
jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat
berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
a. Morfologi
 Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
 Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
 Proglotid gravid lepas dari strobila

b. Daur Hidup Hymenolepis diminuta


Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. Nana

c. Patogenitas
Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan
Hymenolepiasis, dan tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi
biasanya terjadi secara kebetulan saja.

d. Diagnosis
 Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja
 Keluar cacing secara spontan setelah purgasi

 Famili Dylepipidae
a) Dipylidium caninum
a. Morfologi
 Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
 Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris
hook.
 Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap

b) Siklus Hidup
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid
keluar dari tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen
tersebut secara aktif bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan

19
membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi embrio akan
termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer
menetas dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang
selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh
larva. Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa,
sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan
pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan
mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan
lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa. Spesies pinjal
Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang
paling sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat
bertindak sebagai hospes antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi
sejumlah kapsul telur yang tiap telur mengandung sejumlah onkosfer.
Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga
dapat menginfeksi anjing beberapa kali.

c) Patogenitas
Patogenitas pada hewan
 Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan
gangguan pencernaan.
 Patogenitas pada manusia
 Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
 Sakit pada epigastrium
 Diare dan sesekali reaksi alergi

d) Diagnosis
 Hilangnya nafsu makan
 Kehilangan berat badan secara drastis
 Diare

e) Pengobatan dan Pencegahan


Pengobatan
 Atabrine

20
 Kuinakrin

Pencegahan
 Jangan mencium anjing atau kucing
 Hindari jilatan anjing
 Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai
cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih
menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh
darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida
dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi
cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis. Ciri Semua anggota cestoda memiliki
struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula, Cestoda juga disebut sebagai cacing pita
karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing
dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai yang
panjangnya 10-12 meter. Siklus Hidup Umumcacing pita merupakan hermafrodit,
mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun betina dalam tubuh mereka.
Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus, vas deferens dan
vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed
tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi betina

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://nureynurey.wordpress.com/2011/11/20/cestoda-tugas-mikrobiologi/
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/cestoda-cacing-pita/
http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/06/15/mikrobiologi-cestoda/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2265133-cacing-pita-cestoda/#ixzz1pTNPUloQ
WHO, 2011,Taeniasis/cystiserkosis, http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/,
WHO, 2011,http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/cysticercosis/en/,

23

Anda mungkin juga menyukai