Anda di halaman 1dari 19

makalah cestoda

BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Cestoda merupakan cacing berbentuk pipih seperti pita dan disebut cacing pita.
Cacing ini tubuhnya berwarna putih dan tertutup kutikula. Di bawah kutikula terdapat
otot sirkuler, longitudinal, dan transversal. Tidak memiliki rongga tubuh. Cacing pita
termasuk subkelas cestoda kelas cestoidea, filum platyhelminthes. Cacing
dewasanya, menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup dijaringan
vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai
pita, biasanya pipih dorsovental, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular
dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut ploglotid yang bila
dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah
menjadi sebuah alat perekat disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan
kait-kait.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian cestoda?
2. Apa ciri-ciri umum cestoda?
3. Bagaimana morfologi umum cestoda?
4. Bagaimana siklus hidup cestoda secara umum?
5. Bagaimana sistem reproduksi cestoda?
6. Bagaimana klasifikasi cestoda?
c. Tujuan
2. Dapat mengetahui pengertian cestoda
3. Dapat mengetahui ciri-ciri umum cestoda
4. Dapat mengetahui morfologi umum cestoda
5. Dapat mengetahui siklus hidup cestoda secara umum
6. Dapat mengetahui sistem reproduksi cestoda
7. Dapat mengetahui klasifikasi cestoda
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Cestoda
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut
sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan
pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang
disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat  reproduksi
jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis.

1. Ciri-Ciri Umum Cestoda


2. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh
kutikula.
3. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang
seperti pita.
4. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m – 3m dan terdiri dari :
5. a)     Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat
pengisap.
6. b)     Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
7. c)     Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap
segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu
individu dan bersifat hermafrodit.
8. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa
alat pencernaan.
9. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis.
10. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid.
11. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini
karena cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus.
12. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
13. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
14. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
15. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
16. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri dan mempunyai rumah tangga
sendiri ( metameri).
17. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling
bawah tubuh cacing.
18. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersamaan dengan tinja.
19. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir
dengan sel api.
20. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi
kurang berkembang.
21. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang
dimasak tidak sempurna, atau belum matang.
22. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada
Babi tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
23. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya
hingga membentuk Cysticercus.
24. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang
dewasa di tubuh manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
25. Agar seseorang tidak terkena Taeniasis maka makanan dagingnya harus
dimasak dengan matang, dan bila seseorang yang terkena Taeniasis jangan buang
air besar di sembarang tempat, seperti di lingkungan terbuka atau di tempat yang
biasa hewan ternak mencari makanan, karena Fesesnya yang ada telurnya sangat
kuat di lingkungan, seperti rerumputan yang akan dimakan sama ternak tersebut.
26. Pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum
golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya
dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh.
C.Morfologi Umum Cestoda
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm
sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing
ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri
pada dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian
cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin
lama semakin banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan
bersegmen-segmen.

Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).
Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling
ujung seolah olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid
gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua
akan didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing
mulai scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila.

Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan
masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.

Bagian tubuh:

1. Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya
mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian
skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering
dilengkapi dengan kait.

Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum)


tetapi mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).

1. Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.

1. Tubuh atau badan


Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis
transversal, tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.

1. Proglotid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak.
Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ
reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur,
organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak
dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan
keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada
cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada
plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi
menjadi :

1. Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.


2.  Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
3. Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4. Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di
usus hospes.
5. Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen
dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
D.Siklus Hidup Umum Cestoda
Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan
maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis
atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi
jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur
dan rahim sebagai organ reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk
sistem reproduksi baik jantan maupun betina, yang dikenal sebagai pori genital,
yang terletak pada pembukaan permukaan atrium berbentuk seperti cangkir.
Meskipun mereka secara seksual hermafrodit, fenomena pembuahannya termasuk
langka. Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua
individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus berfungsi
menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian
dilakukan pertukaran spermatozoa.
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti
pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara
diperlukan serta tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting
untuk menilai evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus
hidup dua-fase dengan dua jenis host.

1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.


2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh
ke tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan
pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host
itermediate.
3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista
dalam jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia
saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi
tuan rumah definitif.
4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit
ke host definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari
host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti
kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia
saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan menetap
di usus.
E.Sistem Reproduksi Cestoda
1. Sistem reproduksi Jantan :
            Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1
(biasanya banyak dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina
berdekatan di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi
sendiri dalam satu proglotid atau cross (diantara proglotid).
2.    Sistem reproduksi betina:
 Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh
glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan
berakhir di porus genitalis betina.
 Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda)
atau follikuler (pada cotyloda).
 Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus
ini membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus
ini buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
 bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
 uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam
proglotid.
 Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang
melindungi sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin
organ (Ex: Familia: Thysanosomidae).
1. Klasifikasi Cestoda
Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum
PLATYHELMINTES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan
larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa
memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai
alat pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen
yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina.
Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang
dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan
kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis
nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan
Taenia solium.Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:

1. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,


Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
2. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.
Menurut habitatnya, cestoda dapat dibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea
dan Cyclophyllidea.

1. Ordo Pseudophyllidea
 Famili Diphylobothridae
Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Pseudophyllidea

Family : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Species :Diphyllobotrium latum

 Diphyllobothrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada
orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan
hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi
banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika
Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan
jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut
proglotida yang berisi testes dan folicel.
1. Morfologi Diphyllobothrium latum
 Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
 Terdiri atas 4000 proglotid.
 Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal
pada skoleks.
 hermafrodit
1. Daur Hidup Diphyllobothrium latum
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan
berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari
sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui
operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier
ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah
masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan silianya dan
penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea
menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut.
Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh
krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes
intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding
intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur
nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid.
Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid
akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila
daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi
dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
1. Patogenitas
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi
ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata.
Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea
dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia
megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini
hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000
orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa cacing ini
menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin
B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita
defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel
dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum
sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah
terjadinya anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi
vitamin B12 dalam usus).
1. Diagnosis dan Pengobatan
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis
dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
 aspidium oleoresin
 mepacrim
 diclorophen
 extract biji labu (Cucurbita spp)
Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya
adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini
berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh
cacing.

1. Pencegahan
1. Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya
sampai-10°C selama 24 jam.
2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2. Ordo Cyclophyllidea
Famili Taeniidae
1)             Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan
ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini 
panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4
batil isap yang dapat menghisap sangat kuat.

1. Morfologi T. saginata
Cacing dewasa

 Panjangnya 4-10 m.
 Memiliki 1000 –2000
 Proglotid.
 Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
1. Daur hidup T. Saginata
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar
melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti
cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmen /proglotida dapat
dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.

Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur
keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-
minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada
kambing dan domba.

Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi
oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur
langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum,
terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya
meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot
(muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam
waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran
diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan oleh
cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.

Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana
daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti
oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan
menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.

1. Patogenitas
 Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.
 Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
 Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing
pita.
1. Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek.
Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang
m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat
pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid
yang masih baru.

Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang
sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.

1. Pencegahan
 Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
 Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
 Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
 Memasak daging sampai sempurna.
 Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.
2)      Taeniia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan
terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya
1,8-3 m.

1. Morfologi
 Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
 Memiliki 1000 –2000 proglotid.
 Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
 Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
1. Daur Hidup dan Patologi Taenia solium
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda
dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur
keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas
dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging
(otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi
yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda yang
langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam
waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.
 Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam
lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot.
Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung,
hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing
berkembang dalam kantong mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung
pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala
tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat.  Bila berlokasi di mata dapat
menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus
dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan
pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi
biasanya berhasil dilakukan.

Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering
ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan
gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut
ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena
obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi.
Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan
keturunan penderita epilepsi.

Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal
tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam
otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini
terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan

1. Diagnosis
 Nyeri ulu hati
 Mencret
 Mual
 Obstipasi
 Sakit kepala
1. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum,
makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus
dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.

Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.

Famili Hymenolipipidae
1)      Hymenolepsis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada
manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika
Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.

1. Morfologi
 Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang
±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm
 Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait
20-30 buah
 Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
 Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah
kait
 Dikenal sebagai cacing pita kerdil
 Kosmopolitan
 Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak
1. Daur Hidup Hymenolepis nana
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat
menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam
duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa
dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang
menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen
usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.

1. Patogenitas
Infeksi ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata

 Infeksi berat
 Menimbulkan enteritis catarrhal
 Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit
perut dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala,
gangguan saraf, bila supersensitif terjadi alergi, obstipasi.
1. Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.

Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan
kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet
pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V.
nana dan H. diminuta dengan cepat.
1. Pencegahan
 Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
 Menghindarkan makanan dari kontaminasi
 Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
2)      Hymenolepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus
rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar
daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa
spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes
intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
1. Morfologi
 Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
 Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
 Proglotid gravid lepas dari strobila
1. Daur Hidup Hymenolepis diminuta
Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. Nana

1. Patogenitas
Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak
menunjukkan gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.

1. Diagnosis
 Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja
 Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
Famili Dylepipidae
1)        Dipylidium caninum
1. Morfologi
 Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
 Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
 Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
1. Siklus Hidup
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari
tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif
bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul
cacing yang berisi embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah
sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal
yang selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva.
Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid
mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan pinjal maka akan
terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan mengalami evaginasi,
skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan berkembang
sebagai cacing dewasa. Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans
merupakan hospes antara yang paling sering ditemukan. Meskipun kutu
Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes antara. Larva pinjal
mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur mengandung sejumlah
onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga
dapat menginfeksi anjing beberapa kali.
1. Patogenitas
Patogenitas pada hewan

 Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan


pencernaan.
 Patogenitas pada manusia
 Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
 Sakit pada epigastrium
 Diare dan sesekali reaksi alergi
1. Diagnosis
 Hilangnya nafsu makan
 Kehilangan berat badan secara drastis
 Diare
1. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan:

 Atabrine
 Kuinakrin
Pencegahan

 Jangan mencium anjing atau kucing


 Hindari jilatan anjing
 Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida.
BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut
sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan
pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang
disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat  reproduksi
jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis. Ciri
Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula,
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari
yang panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Siklus Hidup
Umumcacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik
jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu
testis atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ
reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan
saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi betina

3.2.  Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari embaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://nureynurey.wordpress.com/2011/11/20/cestoda-tugas-mikrobiologi/
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/cestoda-
cacing-pita/
http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/06/15/mikrobiologi-cestoda/
1. Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh kotoran manusia ke
lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu sapi memakan rumput yang terkontaminasi telur atau
proglotid Taenia saginata.
3. Dalam tubuh sapi, telur menetas menjadi onkosfer lalu menjadi heksakant,
lalu di otot membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging sapi yang tidak dimasak dengan benar dimakan oleh
manusia.
5. Dalam usus, Taenia saginata muda berkembang menjadi dewasa dan
menempel menggunakan skoleks.
6. Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi telur mulai “gugur” dan
terbawa kotoran.

Anda mungkin juga menyukai