BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Cestoda merupakan cacing berbentuk pipih seperti pita dan disebut cacing pita.
Cacing ini tubuhnya berwarna putih dan tertutup kutikula. Di bawah kutikula terdapat
otot sirkuler, longitudinal, dan transversal. Tidak memiliki rongga tubuh. Cacing pita
termasuk subkelas cestoda kelas cestoidea, filum platyhelminthes. Cacing
dewasanya, menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup dijaringan
vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai
pita, biasanya pipih dorsovental, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular
dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut ploglotid yang bila
dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah
menjadi sebuah alat perekat disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan
kait-kait.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian cestoda?
2. Apa ciri-ciri umum cestoda?
3. Bagaimana morfologi umum cestoda?
4. Bagaimana siklus hidup cestoda secara umum?
5. Bagaimana sistem reproduksi cestoda?
6. Bagaimana klasifikasi cestoda?
c. Tujuan
2. Dapat mengetahui pengertian cestoda
3. Dapat mengetahui ciri-ciri umum cestoda
4. Dapat mengetahui morfologi umum cestoda
5. Dapat mengetahui siklus hidup cestoda secara umum
6. Dapat mengetahui sistem reproduksi cestoda
7. Dapat mengetahui klasifikasi cestoda
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Cestoda
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut
sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan
pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang
disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat reproduksi
jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).
Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling
ujung seolah olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid
gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua
akan didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing
mulai scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan
masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.
Bagian tubuh:
1. Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya
mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian
skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering
dilengkapi dengan kait.
1. Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
1. Proglotid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak.
Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ
reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur,
organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak
dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan
keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada
cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada
plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi
menjadi :
1. Ordo Pseudophyllidea
Famili Diphylobothridae
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Diphyllobothrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada
orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan
hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi
banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika
Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan
jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut
proglotida yang berisi testes dan folicel.
1. Morfologi Diphyllobothrium latum
Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
Terdiri atas 4000 proglotid.
Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal
pada skoleks.
hermafrodit
1. Daur Hidup Diphyllobothrium latum
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan
berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari
sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui
operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier
ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah
masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan silianya dan
penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea
menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut.
Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh
krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes
intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding
intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur
nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid.
Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid
akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila
daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi
dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
1. Patogenitas
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi
ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata.
Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea
dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia
megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini
hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000
orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa cacing ini
menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin
B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita
defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel
dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum
sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah
terjadinya anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi
vitamin B12 dalam usus).
1. Diagnosis dan Pengobatan
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis
dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
aspidium oleoresin
mepacrim
diclorophen
extract biji labu (Cucurbita spp)
Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya
adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini
berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh
cacing.
1. Pencegahan
1. Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya
sampai-10°C selama 24 jam.
2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2. Ordo Cyclophyllidea
Famili Taeniidae
1) Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan
ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini
panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4
batil isap yang dapat menghisap sangat kuat.
1. Morfologi T. saginata
Cacing dewasa
Panjangnya 4-10 m.
Memiliki 1000 –2000
Proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
1. Daur hidup T. Saginata
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar
melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti
cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmen /proglotida dapat
dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur
keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-
minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada
kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi
oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur
langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum,
terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya
meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot
(muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam
waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran
diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan oleh
cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana
daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti
oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan
menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.
1. Patogenitas
Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.
Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing
pita.
1. Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek.
Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang
m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat
pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid
yang masih baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang
sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.
1. Pencegahan
Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
Memasak daging sampai sempurna.
Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.
2) Taeniia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan
terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya
1,8-3 m.
1. Morfologi
Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
Memiliki 1000 –2000 proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
1. Daur Hidup dan Patologi Taenia solium
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda
dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur
keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas
dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging
(otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi
yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda yang
langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam
waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam
lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot.
Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung,
hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing
berkembang dalam kantong mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung
pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala
tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat
menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus
dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan
pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi
biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering
ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan
gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut
ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena
obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi.
Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan
keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal
tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam
otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini
terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan
1. Diagnosis
Nyeri ulu hati
Mencret
Mual
Obstipasi
Sakit kepala
1. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum,
makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus
dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Famili Hymenolipipidae
1) Hymenolepsis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada
manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika
Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.
1. Morfologi
Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang
±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm
Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait
20-30 buah
Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah
kait
Dikenal sebagai cacing pita kerdil
Kosmopolitan
Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak
1. Daur Hidup Hymenolepis nana
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat
menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam
duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa
dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang
menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen
usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
1. Patogenitas
Infeksi ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata
Infeksi berat
Menimbulkan enteritis catarrhal
Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit
perut dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala,
gangguan saraf, bila supersensitif terjadi alergi, obstipasi.
1. Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan
kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet
pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V.
nana dan H. diminuta dengan cepat.
1. Pencegahan
Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
Menghindarkan makanan dari kontaminasi
Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
2) Hymenolepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus
rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar
daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa
spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes
intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
1. Morfologi
Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
Proglotid gravid lepas dari strobila
1. Daur Hidup Hymenolepis diminuta
Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. Nana
1. Patogenitas
Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak
menunjukkan gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.
1. Diagnosis
Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja
Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
Famili Dylepipidae
1) Dipylidium caninum
1. Morfologi
Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
1. Siklus Hidup
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari
tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif
bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul
cacing yang berisi embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah
sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal
yang selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva.
Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid
mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan pinjal maka akan
terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan mengalami evaginasi,
skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan berkembang
sebagai cacing dewasa. Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans
merupakan hospes antara yang paling sering ditemukan. Meskipun kutu
Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes antara. Larva pinjal
mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur mengandung sejumlah
onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga
dapat menginfeksi anjing beberapa kali.
1. Patogenitas
Patogenitas pada hewan
Atabrine
Kuinakrin
Pencegahan
3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari embaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://nureynurey.wordpress.com/2011/11/20/cestoda-tugas-mikrobiologi/
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/cestoda-
cacing-pita/
http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/06/15/mikrobiologi-cestoda/
1. Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh kotoran manusia ke
lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu sapi memakan rumput yang terkontaminasi telur atau
proglotid Taenia saginata.
3. Dalam tubuh sapi, telur menetas menjadi onkosfer lalu menjadi heksakant,
lalu di otot membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging sapi yang tidak dimasak dengan benar dimakan oleh
manusia.
5. Dalam usus, Taenia saginata muda berkembang menjadi dewasa dan
menempel menggunakan skoleks.
6. Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi telur mulai “gugur” dan
terbawa kotoran.