PARASITOLOGI VETERINER II
FAMILI DAVANEIDAE
KELOMPOK 3
KUPANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Cacing (Helminths) berasal dari kata “Helmins atau Helminthos (Greek) yang
secara umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Didalam Soulsby
(1982), cacing yang penting dipelajari untuk kedokteran hewan ada 2 pilum antara lain
Platyhelminthes dan Nemahelminthes. Semua cacing bersifat parasit dan telah
bermodifikasi secara besar-besaran untuk eksistensi parasit tersebut. Kelas Cestoda
termasuk dalam filum Platyhelminthes bersama dengan kelas trematoda.
Kelas cestoda berbeda dengan Trematoda, karena tidak memiliki rongga badan
maupun saluran pencernaan dan semua organ-organ tersimpan di dalam jaringan
parenkim. Kelas Cestoda memiliki ciri yaitu endoparasit bersifat Hermaprodit, Tubuh
pipih dorso-ventral, memanjang seperti pita, bersegmen-segmen. Tubuh cestoda dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: kepala/scolex, collum/leher dan bagian tubuh/strobila yang
terdiri dari banyak segmen.
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Phyllum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Davaineidae
Strobila tersusun atas ikatan seperti pita proglottids. Dalam tiap proglottid
yang matang terdapat 20-230 testes. Lokasi lubang kelaminnya berselang seling tidak
teratur. Kapsu telur, masing-masing mengandung satu telur, mengisi seluruh proglotid
yang matang. Pada bagian scolex paling depan memiliki bentukan bulat dan
dikelilingi oleh 4 sucker. Tidak seperti spesies raillietina lainnya, rostellum ini sangat
menonjol dan suckernya sangat kecil.
Morfologi : ukuran panjangnya bisa mencapai lebih dari 25 cm. Skolek : lebih
kecil dibandingkan R. echinobothrida, ditemukan Rostelum yang dipersenjatai 100
kait dengan ukuran 6 – 8 mikron dalam satu atau dua baris. Asetabulanya berbentuk
bulat telur juga dipersenjatai oleh kait yang mudah lepas dalam 8 – 10 baris yang
ukurannya lebih kecil (2,3). Kolum tidak jelas setelah skolek (2). Proglotid : lubang
genuital biasanya selalu unilateral (sepihak) dan setiap kapsula telur berisi 6 – 12
telur.
Hospes definitifnya adalah unggas, seperti ayam, kalkun, dan burung merpati.
Hospes perantaranya adalah lalat jenis musca domestica. Predileksi cacing ini pada
usus halus hospes definitifnya.
2.3.2.2Raillietina tetragona
a. Hal ini diupayakan untuk menjauhkan kandang dari inang perantara, seperti
menghindari tumpukan feses pada area kandang. Meminimalkan kontak ayam
dengan feses yang mengandung telur cacing serta membersihkan feses secara
rutin minimal 2 minggu sekali.
c) Basmi inang antara seperti lalat, kumbang, siput, maupun cacing tanah dengan
insektisida. Hindari kontak langsung antara insektisida dengan air minum, ransum
atau ayam karena bersifat racun.
e) Penggunaan anthelmintik yang sesuai terhadap cacing gilig maupun cacing pita
merupakan rekomendasi khusus menangani kasus cacingan pada ayam. Lakukan
pengulangan pemberian obat cacing 1--2 bulan untuk membasmi cacing secara tuntas,
mulai dari telur, larva, hingga cacing dewasa.
f) Lakukan pemeriksaan feses secara rutin 2-3 bulan sekali untuk mengetahui
keberadaan telur cacing dalam feses.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Levine, N.D., 1994, Protozology Veteriner, diterjemahkan oleh Soeprapto, S., Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.Hal: 265, 317-323.
Tabbu, Charles R, 2000;2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Edisi Ke-1 dan Ke-2.
Penerbit Kanisius Yogyakarta. Edisi Ke-1 Hal : 31-51, 232-245; Edisi Ke-2 Hal : 3-27.
Akoso, B.T. 2002. Kesehatan Unggas. Cetakan kelima. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal
91,92;130-133.
https://id.scribd.com/doc/305851978/Laporan-Parasit
https://acepqurnadi.wordpress.com/2011/11/28/parasitologi/