OLEH :
Kelompok C
Maria Trifonia Kadha Geo S.K.H 2009020012
Maria Serlyanti Apong S.K.H 2009020013
Alfredo J. D Niron S.K.H 2009020014
Indikator A B C D E F G H I Hasil
Bau 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Amis
Konsistensi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kenyal
Keterangan :
Warna : 1 = Putih, 2 = Putih pucat, 3 = putih kemerahan
Bau : 1 = Amis, 2 = Menyengat, 3 = Busuk
Konsistensi : 1 = Lembek berlendir, 2 = Kenyal, 3 = Alot
A: Novi, B: Serly, C: Roy, D: Wati, E: Ilsa, F: Gomes, G: Monika, H: Nilla, I: Ika
Pengujian Mikrobiologi
Pembahasan
Hasil Pemeriksaan Sensorik Daging Ayam
Warna : putih pucat
Dari hasil yang didapatkan maka dapat diketahui bahwa warna daging
ayam segar adalah putih kekuning-kuningan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Cross (1988), bahwa warna daging ayam disebabkan provitamin
A yang terdapat pada lemak daging dan pigmen oksimioglobin. Lawrie
(2003) menyebutkan bahwa pigmen oksimioglobin adalah pigmen penting
pada daging segar, pigmen ini hanya terdapat di permukaan saja dan
menggambarkan warna daging yang diinginkan konsumen.
Menurut Woefel et al. (2002) dalam Hajrawati et al., (2016) umur, jenis
kelamin, bangsa, lingkungan kandang, lingkungan pemotongan, kondisi
sebelum pemotongan, kondisi pemotongan dan penyimpanan, lemak
intramuscular, kandungan air daging dan pakan, merupakan faktor yang
mempengaruhi warna.
Bau : khas daging
Menurut Soeparno (2005) dalam Sundari et al., (2013) Umur ternak,
jenis pakan dari ternak, lama dan kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi
dari aroma daging ternak.
Konsistensi : kenyal
Hal ini disebabkan karena setelah proses pemotongan terjadi proses rigor
mortis sehingga otot menjadi kaku. Menurut Susanti (1991) dalam Marlina et
al., (2012) tekstur daging dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas dan
pakan. Tekstur daging diperngaruhi oleh kandungan serat pada daging
Menurut Marlina et al., (2012) menyatakan bahwa penampakan serat daging
merupakan penentu tingkat dari tekstur daging.
pH :6
Menurut Soeparno (2009) dalam Variani et al (2000) nilai pH daging
ayam segar 5,3-6,3. Perlakuan ternak sebelum pemotongan dapat
mempengaruhi nilai pH yang terdapat di dalam daging. Faktor sebelum
pemotongan yaitu salah satunya pakan yang dikonsumsi oleh ternak.
Kandungan pakan yang dapat mempengaruhi nilai dari pH yaitu serat kasar,
yang dapat mempengaruhi kandungan glikogen pada daging yang
membentuk asam laktat (Pura et al., 2015).
Pengujian daya ikat air
Drip loss :
Daya ikat air merupakan salah satu faktor untuk menentukan kualitas
daging, karena daya ikat air berhubungan langsung dengan kemampuan
daging untuk mengikat kandungan air bebas didalam daging. Menurut
Prayitno, A. et al., (2010) menyatakan parameter kualitas daging
berhubungan dengan daya ikat air, karena erat kaitannya dengan kemampuan
daging dalam mengikat air. Pakan menjadi salah satu faktor yang
memepengaruhi dari daya ikat daging.
Nilai presentase pada daging berhubungan positif dengan kandungan
protein di dalam daging dan berhubungan negative terhadap lemak di dalam
daging semakin rendah kandungan lemak didalam daging dapat
meningkatkan kandungan protein didalam daging dan dapat meningkatkan
daya ikat air pada daging. Menurut Ollong et al., (2019) kemampuan protein
untuk mengikat air semakin meningkat sehingga daya ikat air menjadi lebih
tinggi karena kandungan lemak pada daging yang rendah dapat
meningkatkan kandungan protein di dalam daging.
Cooking loss :
Pengujian mikrobiologi : Menurut BSN (2009), batas cemaran mikroba pada karkas dan
daging ayam maksimum 1 x 106 cfu/g dan E. coli harus negatif.