Anda di halaman 1dari 4

Kajian Kualitas Kimia Daging Sapi Tenderloin dan Sirloin yang dipotong di RPH

Tradisional di Kabupaten Cirebon

Supriyatin1
1
Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon, Indonesia: supriyatinannasher@gmail.com
(Korespondensi e-mail: supriyatinannasher@gmail.com)

ABSTRAK

Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling disukai konsu-
men karena mempunyai cita rasa yang lezat. Daging sapi merupakan salah satu bahan
makanan yang cukup popular di kalangan masyarakat. Daging sapi terdiri dari be-
berapa bagian, diantaranya adalah daging sapi has dalam (Tenderloin) dan has luar (Sir-
loin). Daging sapi yang beredar di masyarakat melalui pasar tradisional hingga saat
ini belum mendapat perhatian sehingga aspek kualitas daging cenderung terabaikan.
Kualitas daging dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain kualitas kimia daging.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pH, lemak, protein, kadar air,
kadar abu pada daging sapi tenderloin & sirloin di RPH tradisional Kabupaten Cire -
bon dan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna nilai pH, lemak, protein, kadar
air, kadar abu pada daging sapi tenderloin & sirloin di RPH tradisional Kabupaten
Cirebon. Metode yang digunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan ter-
hadap 5 RPH tradisional di Kabupaten Cirebon dengan replikasi sebanyak 5 kali. Hasil
dari 5 RPH Tradisional di Kabupaten Cirebon adalah…..

Kata kunci: Tenderloin, sirloin, pH, lemak, protein, air, abu.

PENDAHULUAN kualitas daging yang beredar di


masyarakat seringkali tidak terjamin
Daging sapi merupakan salah satu
dengan baik. Bagian terpenting yang
bahan makanan yang cukup populer di
menjadi acuan konsumen dalam
kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan
pemilihan daging adalah kualitas fisik.
daging sapi dapat diolah menjadi berbagai
Kualitas daging dapat ditinjau dari
jenis makanan yang terkenal akan
beberapa aspek yaitu kualitas kimia daging,
kelezatannya. Daging sapi mengandung
kualitas mikrobiologi daging dan kualitas
hingga 75% air, dengan keseimbangan
fisik daging. Kualitas kimia daging antara
terdiri dari 20% protein, sekitar 2% lemak,
lain pH, kadar lemak, kadar protein, kadar
dan sekitar 3% komponen kecil misalnya
air dan kadar abu daging daging. Tingginya
mineral, senyawa fosfat, dan vitamin
kadar lemak daging ditentukan oleh
(Pedersen et al., 2003). Kandungan air
marbling daging pada tiap lokasi otot serta
dari daging adalah salah satu parameter
umur sapi dan jenis sapi, (Wang et al.
kualitas penting untuk mengolah daging
2007).
karena berkaitan dengan produk olahan
Kualitas kimia daging memegang
daging yang dihasilkan yang akan
peranan penting dalam proses
memberikan implikasi ekonomi terhadap
pengolahan dikarenakan kualitas kimia
produsen dan konsumen (Bertram et al.,
menentukan kualitas serta jenis olahan
2003). Kandungan gizi yang lengkap dan
yang akan dibuat. Kualitas kimia daging
keanekaragaman produk olahannya
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
menjadikan daging sebagai bahan pangan
antara lain sebelum pemotongan dan
yang hampir tidak dapat dipisahkan dari
setelah pemotongan. Faktor penting
kehidupan manusia, namun demikian
sebelum pemotongan adalah perlakuan
istirahat yang dapat menentukan tingkat kualitas produk yang dihasilkan. Mereka
cekaman (stres) pada sapi. Menurut lebih mementingkan bagaimana RPH itu
Aberle, Forrest, Hendrick, Judge and tetap berproduksi (Alit, 2003), tanpa
Merkel (2001), sapi yang tidak mempertimbangkan kualitas. Salah satu
diistirahatkan akan menghasilkan daging contoh sapi yang sebelum pemotongan
yang berwarna gelap, bertekstur keras, semestinya diistirahatkan dan dipuasakan.
kering, memiliki nilai pH tinggi dan Demikian pula sebelum dilakukan
daya mengikat air tinggi. WHC dari penyembelihan semestinya ternak tersebut
daging sapi dara Brahman Cross di pingsankan terlebih dahulu untuk
adalah 25,54%, 30,67%, dan 31,50%. mengurangi dampak stres pada sapi yang
bahwa semakin meningkatnya kadar air pada akhirnya mempengaruhi kualitas
akan diikuti tingginya nilai pH suatu daging. Semua prosedur ini tidak
daging (Tantan, 2011). dilaksanakan pada sistem pemotongan di
Faktor setelah pemotongan yang RPH tradisional tersebut.
mempengaruhi kualitas daging adalah Pada penelitian Setya Budi et al.
metode pelayuan metode pemasakan, (2005), tentang kualitas daging sapi di
tingkat keasaman (pH) daging, kadar air, pasar kabupaten semarang menunjukkan
dan kadar lemak. bahan tambahan nilai rata-rata pH RPH kabupaten
(termasuk enzim daging), lemak semarang 5,5; Ungaran I 5,7; Ungaran II
intramuskular (marbling), metode 5,6; Babadan I 5,6; Babadan I 7,0; Projo I
penyimpanan dan pengawetan macan otot 5,8; Projo II 6,5; Surabaya I 6,2 dan
daging, serta lokasi otot (Soeparno, 2009). Surabaya II 6,3.
Daging sapi terdiri dari beberapa Penelitian sebelumnya telah
bagian, diantaranya adalah daging sapi has dilakukan Sriyani et al, 2014 yaitu kajian
dalam (Tenderloin) dan has luar (Sirloin). kualitas fisik daging kambing yang
Letaknya yang berdekatan namun dipotong di RPH tradisional Kota
harganya cukup berbeda, membuat Denpasar didapatkan nilai pH daging
masyarakat mengira dalam daging tersebut kambing lebih tinggi.
memiliki kandungan gizi yang berbeda, Bertitik tolak dari permasalahan
salah satunya adalah kandungan protein tersebut di atas, maka sangat dibutuhkan
dan lemaknya. Harga daging sapi bagian penelitian untuk mengkaji kualitas fisik
tenderloin tergolong mahal karena daging sapi terderloin dan sirloin yang
dagingnya yang empuk. Tenderloin biasa dipotong di RPH Tradisional.
dimasak untuk grill, steak, atau sukiyaki,
sedangkan harga bagian daging sirloin METODE
tergolong lebih murah dari tenderloin Jenis penelitian yang digunakan
karena banyak mepunyai otot-otot yang pada penelitian ini yaitu deskriptif
cukup keras dimana sering dipakai bekerja kuantitatif dengan . Metode penelitian
oleh sapi tersebut. Sirloin ini biasa kuantitatif adalah metode yang lebih
dimasak rendang, bistik. menekankan pada aspek pengukuran
Daging sapi yang beredar di
secara obyektif terhadap suatu fenomena
masyarakat melalui pasar tradisional
hingga saat ini belum banyak mendapat atau dapat diartikan sebagai metode untuk
perhatian sehingga aspek kualitas daging meneliti pada suatu populasi atau sampel
pada tahap ini cenderung terabaikan. tertentu dengan pengambilan sampel
Daging sapi yang beredar di masyarakat dilakukan secara random (Sumanto, 1995).
pada umumnya dipotong di RPH Penelitian ini berlokasi di
tradisional, yang cukup banyak ada di Laboratorium Kimia Akademi Analis
masyarakat. Pemotongan sapi di RPH Kesehatan An Nasher Cirebon. Penelitian
tradisonal tersebut kurang memperhatikan
ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dua penimbangan berturut-turut tidak
Agustus 2020. melebihi 0,2 g).
Populasi dalam penelitian ini
adalah daging sapi segar bagian terderloin Kadar protein (Kjedahl)
dan sirloin ± 100 gram setiap pengambilan Timbang 1 g sampel yang telah
sampel. Pengambilan sampel dan dihaluskan, masukkan kedalam labu
pemilihan 5 RPH tradisional dengan kjedahl, tambahkan 7,5 g, K2SO4 dab 0,35
replikasi 5 kali dilakukan secara simple g raksa (II) oksida dan 15 ml H2SO4.
random sampling yaitu teknik Panaskankan sampai mendidih dan cairan
pengambilan sampel yang dilakukan secara menjadi jernih. Tambahkan pemanasan ±
acak atau random. Sampel ± 100 gram 30 menit dan dinginkan. Tambahkan 100
dimasukan dalam box plastik yang ml aquadest dalam labu kjedahl, tambhah
dimasukkan dalam ice box yang diberi es 15 ml larutan K2SO4 4% & tambahkan
batu untuk dibawa ke laboratorium. perlahan NaOH 50% sebanyak 50 ml.
Pengolahan data dan penelitian dari Labu dipanaskan sampai kedua cairan
hasil laboratorium menggunakan spss tercampur. Destilasi ditampung dalam
metode erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan
…………………………………………… baku HCl 0,1N sebanyak 50 ml dan
…………………………………………… indikator MR 0,1% b/v sebanyak 5 tetes.
…………….. Sisa larutan HCl 0,1N. TAT terjadi
Prosedur kerja penelitian kualitas fisik perubahan warna larutan dari merah
daging sapi meliputi: menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko.
Rumus:
pH (Derajat keasaman)
Menimbang 25 g sampel yang ( ml X −ml Y ) x N NaOH x 14 x 6,25
% protein=
sudah dilumatkan dan diencerkan dengan Berat Y (mg)
aquadest 25 ml, kalibrasi dengan larutan
buffer untuk standar 7. Elektroda dicuci Kadar air
dan keringkan, kemudian masukkan Siapkan cawan yang sudah
kedalam ekstrak, saklar dihidupkan dan disterilkan (X). Timbang 5 g sampel (Y),
baca angka yang tertera pada pH meter. masukkan dalam oven 105 oC selama 4-6
jam (sampai konstan). Angkat dan
Kadar lemak (Soxhlet) dinginkan dalam eksikator. Timbang
Masukkan kertas saring yang sudah sampel yang sudah dingin (Z).
dilipat rapih kedalam badan (tabung)
soxhlet secara perlahan-lahan kemudian X +Y
hubungkan dengan dengan labu soxhlet % Kadar Air = x 100 %
X
dan pendingin. Masukkan N-Hexan ke
badan soxhlet, dengan volume larutan yang Kadar abu
digunakan ± 1½ kali kapasitas tabung Menimbang daging sapi segar yang
soxhlet. Lakukan ekstraksi sebanyak 4 kali sudah dilumatkan. Masukkan kedalam
diatas pemanas listrik. Setelah ekstraksi cawan pijar yang sebelumnya sudah
selesai pindahkan N-Hexan dari badan ditentukan penimbangan dengan berat
soxhlet kedalam Erlenmeyer. Masukkan konstan. Masukkan dalam furnace dengan
labu alas bulas ke dalam oven dengan suhu 600 – 800 0C selama 4-6 jam,
suhu 100°C selama 1 jam. Dinginkan labu masukkan desikator dan timbang.
alas bulat ke dalam desikator, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,2 g sampai
mendapat berat konstan (hingga selisih
Adalah…………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………………………
…………………………………………… ……………………………..
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………

Anda mungkin juga menyukai