Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AVERTEBRATA

BUDIDAYA FILUM ARTHROPODA

Disusun oleh :
Tasya Alivia Novitasari (1810801058)
Surifah (1810801069)

UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG


FAKULTAS PERTANIAN
AKUAKULTUR
2019/2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang disebut sebagai “Mega
Biodiversity”. Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari
semua sumberdaya, termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan
komplek ekologis termasuk juga keanekaragaman dalam spesies di antara
spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka
alam, suaka margasatwa, taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi
bagi kepentingan pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan sebagai
kawasan yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati
(Arief, 2007).
Budidaya adalah upaya yang tersusun secara terencana untuk dapat
memelihara dan mengembangbiakan tanaman atau hewan agar tetap lestari
sehingga dapat memperoleh hasil yang bermanfaat dan berguna dalam
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Budidaya dapat dilakukan dalam
beberapa bidang salah satunya pada bidang perikanan. Budidaya perikanan
ini juga dikenal dengan istilah akuakultur karena organisme yang
dikembangkan tidak hanya jenis dari ikan. Tapi ada banyak organisme air
lainnya yang memang dikembangkan dalam budidaya perikanan seperti
udang, tumbuhan air atau kerang. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah
kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan
(growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh
keuntungan (Effendi 2004).
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra berarti ruas, buku, segmen dan Podos
yang berarti kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku,
atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh
Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
Arthropoda adalah hewan invertebrata (tanpa tulang belakang) yang memiliki
tubuh beruas, kaki bersendi, dan penutup luar yang keras atau eksoskeleton.
Filum Arthropoda merupakan kelombok invertebrata terbesar dan paling
beragam di bumi. Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia,
filum Arthropoda menduduki peringkat teratas diantara jenis-jenis hewan
lain. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuhnya yang cepat menyesuaikan
lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah
tropis hingga daerah kutub.
Beberapa Arthropoda merupakan sumber makanan bergizi di banyak bagian
dunia dan serangga memainkan peran penting dalam penyerbukan (suatu
proses yang diperlukan untuk produksi di banyak tanaman). Sehingga sangat
mungkin untuk membudidayakan hewan dalam filum Arthropoda dengan
potensi yang cukup tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah
1.2.1 A
1.2.2 B
1.2.3 C
1.2.4 D
1.2.5 E

1.3 Tujuan
Tujuannya
1.3.1 A
1.3.2 B
1.3.3 C
1.3.4 D
1.3.5 E
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filum Arthropoda
Filum Arthropoda dapat diartikan sebagai hewan dengan bentuk tubuh yang
berbuku-buku. Tubuh hewan Arthropoda umumnya simetris bilateral,
memiliki tiga lapisan sel (triploblastik schizocoelomata), tubuh umumnya
beruas-ruas dan bersatu dari kepala, dada, dan abdomen. Memiliki
eksoskeleton yang terbuat dari kitin, sebagai hasil sekresi epidermis dan
melakukan ekdisis yaitu pada waktu tertentu kulit dan tubuh arthropoda dapat
mengalami pergantian kulit pada interval tertentu. Arthropoda memiliki
sistim pencernaan yang sempurna (memiliki anus). Mulut dilengkapi dengan
rahang. Sistim peredaran darahnya terbuka dan darahnya berwarna biru,
karena mengandung disebabkan oleh hemosianin (bukan hemoglobin).
Sistem pernapasannya ada yang berupa trakea, insang, paru-paru buku, atau
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Organ ekskresinya berupa tubulus
malphigi yang bermuara pada usus belakang.
Berikut ini adalah karakteristik arthropoda secara umum:
1. Tubuh bilateral simetris dan tersegmentasi yaitu segmen biasanya
kelompokdalam dua atau tiga daerah yang agak berbeda.
2. Secara eksternal tubuh ditutupi dengan tebal, chitinous, tangguh dan
takhidup kutikula.
3. Segmen tubuh beruang dipasangkan tersegmentasi, pelengkap
lateral yang danbersendi dari mana filum mendapat nama kakinya
Arthropoda yaitu bersendi,yang berbagai dimodifikasi sebagai rahang,
kaki.
4. Hati adalah dorsal ke saluran pencernaan dengan bukaan lateral pada
daerahperut dan saraf kabel ventral ke saluran pencernaan terdiri dari
ganglionanterior atau otak.
5. Sistem peredaran darah terbuka, di mana satu-satunya pembuluh
darahbiasanya menjadi struktur tubular.
6. Tubuh menjadi haemocoel diisi dengan hemolimf atau darah.
7. Respirasi baik melalui permukaan tubuh atau insang dalam bentuk air
dantrakea dan spirakel dalam bentuk terestrial.
8. Ekskresi berlangsung dengan cara tubulus Malphigi yang kosong
kepencernaan yang kanal, bahan diekskresikan lewat ke luar dengan
cara anus.
9. Jenis kelamin hampir selalu terpisah.
10. Sebuah saluran pencernaan tubular dengan mulut anterior dan anus
posteriorselalu hadir.
Klasifikasi (penggolongan) Arthropoda Berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya, Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas Crustacea (golongan udang-udangan)
2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba)
3. Kelas Myriapoda (golongan kaki seribu)
4. Kelas Insecta (golongan serangga)
Cara hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang hidupbebas,
parasit, komensal, atau simbiotik. Dilingkungan kita, sering dijumpai
kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung,
belalang, dan lebah. Habitat penyebaran arthropoda sangat luas. Ada yang di
laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Serangga adalah hewan-
hewan yang bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan
bersegmen. Segmentasi itu tampak jelas secara eksternal. Jumlah jenis dalam
filum ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua filum lainnya. Baik laut,
air tawar maupun habitat terrestrial didiami oleh serangga. Coelom pada
antropoda tereduksi. Hoemocoel merupakan sebagian dari sistem sirkulasi.
Jenis kelamin terpisah namun demikian pada jenis- jenis tertentu reproduksi
partogenesis merupakan karakteristiknya. Sirkulasi terjadi karena gerakan
pulsasi jantung dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan
adanya porus berpasangan pada tiap segmen (Austin,1988)
Arthropoda termasuk dalam kingdom Animalia, lebih tepatnya sebagai
sebuah phylum. Arthropoda asal kata dari arthron yang artinya ruas,
sedangkan poda asal dari podos yang artinya kaki, jadi arti seluruhnya
binatang yang kakinya beruas. Selain kakinya beruas badannya pun terdiri
dari segmen-segmen (bagian-bagian). Phylum arthropoda memiliki jumlah
spesies yang paling besar, lebih dari sejuta yang teridentifikasi sementara
yang belum teridentifikasi dapat mencapai 20 juta. (Norris; et al, 2003).
Kebanyakan arthropoda bersifat menguntungkan. Mereka mamangsa
arthropoda lain, membantu dalam proses dekomposisi bahan organik, sebagai
pollinator, dan dapat memproduksi madu dan sutra. Arthropoda adalah
komponen penting dalam ekosistem dan harus dilestarikan. Namun ada juga
arthropoda yang menjadi hama. Arthropoda dianggap sebagai hama ketika
mereka mengganggu manusia, dalam hal ini merusak tanaman budidaya
dengan berbagai macam cara. Karena hal inilah arthropoda dianggap
merugikan, walaupun sebenarnya lebih banyak yang menguntungkan (Smith
dalam Ennis, Jr., 1979)
Peranan Arthropoda yang menguntungkan antara lain :
a. Sumber makanan yang mengandung protein tinggi, contohnya udang
windu (Penaeus monodon), Lobster (Panulirus homarus), Kepiting
(Scylla serrata), Rajungan (Portunus), Laron, dan Gangsir.
b. Menghasilkan madu, contohnya lebah madu (Apis mellifera).
c. Bahan pakaian sutera, contohnya kepompong ulat sutra (Bombyx mori).
d. Membantu penyerbukan tanaman.
e. Serangga predator sebagai pemberantas hama tanaman secara biologi.
Peranan Arthropoda yang merugikan, antara lain sebagai berikut :
a. Perusak tanaman, yaitu semua larva atau ulat pemakan daun, wereng,
dan belalang.
b. Inang perantara (vektor) penyakit, misalnya nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah, Anopheles sebagai
vektor penyakit malaria, lalat rumah (Musca domestica) sebagai vektor
penyakit tifus, lalat tse-tse (Glossina morsitans) sebagai vektor
penyakit tidur, dan laba-laba Dermacentor variabilis sebagai vektor
demam Rocky Mountain dan tularemia.
c. Parasit pada manusia, contohnya caplak penyebab kudis (Sarcoptes
scabiei), nyamuk, dan kutu rambut kepala (Pediculus humanus capitis)
d. Merusak kayu bangunan, misalnya rayap.
e. Pengebor kayu galangan kapal atau perahu, contohnya Crustacea
kelompok Isopoda (Limnoria lignorum).
Arthropoda keduanya dapat berbahaya dan membantu manusia. Beberapa
spesies sebagai transmitter bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit
seperti malaria, demam kuning, encephalitis, dan penyakit Lyme. Scorpions,
beberapa laba-laba, dan lebah dan tawon memiliki kelenjar racun dan bisa
melukai atau bahkan (meskipun jarang) membu.nuh orang dengan
menyuntikkan racun melalui sengatan. Beberapa arthropoda merupakan
sumber makanan bergizi di banyak bagian dunia, dan serangga memainkan
peran penting dalam penyerbukan (suatu proses yang diperlukan untuk
produksi di banyak tanaman).
2.2 Budidaya Filum Arthropoda
Pokoknya knpa kok filum arthropoda lbh menguntungkan untuk dibudidaya
daripada filum laen kenapa? Cari alasannya
2.3 Budidaya Udang Vaname (Kelas Crustacea)
Udang Vaname atau udang putih dengan nama latin Litopenaeus Vannamei,
memiliki tubuh yang terbentuk oleh 2 cabang (biramous) dan tubuh udang
vaname berbuku-buku. Klasifikasi udang putih atau Udang Vaname menurut
(Effendie, 1997) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Budidaya merupakan salah satu kegiatan alternatif dalam meningkatkan
produksi perikanan (Hikmayani et al., 2012; Karuppasamy et al., 2013).
Syarat terlaksananya kegiatan budidaya adalah adanya organisme yang
dibudidayakan, media hidup organisme, dan wadah/ tempat budidaya.
Vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan. Hal
ini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan
(Babu et al., 2014).
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi salah satu produk perikanan
yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Udang ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air,
pertumbuhan relatif cepat, serta hidup pada kolom perairan sehingga dapat
ditebar dengan kepadatan tinggi. Udang vaname memiliki peluang pasar dan
potensial untuk terus dikembangkan. Untuk menanggapi permintaan pasar
dunia, dilakukan intensifikasi budidaya dengan memanfaatkan perairan laut,
karena potensi kelautan yang sangat besar, oksigen terlarut air laut relatif
tinggi dan konstan, serta udang yang dibudidayakan lebih berkualitas
(Effendi, 2016).
Manfaat dilakukannya budidaya udang vaname di laut yaitu antara lain dapat
meningkatkan pemanfaatan lahan perairan laut, serta mengurangi kegiatan
nelayan untuk melakukan penangkapan udang berlebih yang kemudian
beralih ke kegiatan budidaya. Zarain-Herzberg et al. (2006) menyatakan,
bahwa udang yang dibudidayakan di laut lebih baik dilakukan karena terdapat
banyaknya ketersediaan bahan organik, yang berhubungan dengan kecepatan
pertumbuhan udang, selain itu kualitas air pada budidaya udang vaname di
laut lebih baik karena sesuai dengan habitat asli udang.

Anda mungkin juga menyukai