Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN

“KOI FOOD AND FEEDING HABITS (Cyprinus carpio)”

Disusun oleh:
Vidya Setianti Wulandari (1810801049)
Afrizal Chandra Aditya (1810801050)
Tasya Alivia Novitasari (1810801058)
Shintia Ayu Nurmalita (1810801064)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019/2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 KEBIASAAN MAKAN ........................................................................................................ 3
2.2 SISTEM PENCERNAAN ..................................................................................................... 3
2.3 SIFAT PAKAN BUATAN ................................................................................................... 4
2.4 NILAI PENTING PAKAN BUATAN ................................................................................. 4
2.5 BAHAN BAKU PAKAN BUATAN .................................................................................... 5
2.6 KELEBIHAN PAKAN BUATAN........................................................................................ 6
2.7 KEKURANGAN PAKAN BUATAN .................................................................................. 7
2.8 PAKAN ALAMI DAN PENGOBATAN ............................................................................. 7
2. 9 KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PAKAN ALAMI ........................................................ 8
2.10 KELEMAHAN PENGGUNAAN PAKAN ALAMI .......................................................... 8
BAB III ......................................................................................................................................... 10
PENUTUPAN ............................................................................................................................... 10
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 10
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang” Koi Food and Feedi g Habits”. Penulisan makalah ini didasarkan pada
materi-materi yang kami dapat dari berbagai sumber. Penulisan materi kami buat dengan langkah-
langkah dan metode yang sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.

Dalam penyelesaian makalah, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.

Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa/i yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
makalah ini akan menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Magelang, 28 Februari 2020

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan potensial besar untuk usaha
budidaya yang meliputi perairan umum seluas 141.690 hektar, sawah (mina padi) seluas
88.500 hektar dan, perairan kolam seluas 375.800 hektar (Cahyono, 2000). Selain ikan
untuk dikonsumsi saja, ada juga ikan yang dinikmati sebagai kesenangan, misalnya ikan
hias dengan berbagai jenisnya. Mulyadi (1990) mengatakan, bahwa ikan hias merupakan
salah satu organisme budidaya yang penting sebagai komoditas perdagangan, baik didalam
maupun diluar negeri. Dewasa ini terlihat adanya kecenderungan masyarakat untuk
menikmati, memiliki, dan membudidayakan ikan hias. Daya tarik kepuasan batin dan
keuntungan materi yang didapat dari ikan hias telah membangkitkan minat masyarakat
untuk memelihara dan membudidayakannya.
Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak
dibudidayakan oleh petani, baik pembenihan, pembesaran, di kolam pekarangan ataupun
air deras. Misalnya masyarakat daerah Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Jakarta,
telah lama mengenal dan melakukan pembudidayaannya di kolam sekitar tempat tinggal
atau pekarangan (Santoso, 1993). Ikan koi relatif mudah untuk dibudidayakan dan hanya
membutuhkan perlakuan yang sederhana. Dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan
mas (koi) memijah diawal musim penghujan. Telur yang dihasilkan akan menempel pada
rerumputan atau benda lain yang ada di dalam air. Atas dasar inilah orang kemudian
beranggapan bahwa untuk memijahkan ikan mas (koi) harus didahului dengan tindakan
memanipulasi lingkungan meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai
bahan penempel telur digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepit dua buah bambu
(Susanto dkk., 1997).
Apabila pakan alami yang terdapat di kolam tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan, sudah saatnya dipikirkan mengenai penyediaan pakan buatan. Pembuatan
pakan ikan pada prinsipnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak layak
dikonsumsi secara langsung oleh manusia atau pemanfaatan surplus yang memiliki nilai
nutrisi dan nilai ekonomi lebih kecil daripada bahan pangan hewani yang akan dihasilkan.
Penggunaan bahan alami yang masih layak dikonsumsi oleh manusia atau bahan yang
bernilai ekonomi tinggi akan menyebabkan harga pakan tinggi (Djajasewaka, 1985).
Selanjutnya Djajasewaka (1985) mengatakan, pakan buatan dapat diramu dari
beberapa macam bahan pakan dan diolah menjadi bentuk tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Bahan pakan yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan sumberdaya alam
yang terdapat disekitar fasilitas budidaya sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah
mungkin. Dengan demikian, komposisi bahan baku pakan buatan dapat berbeda antara satu
lokasi dengan lokasi yang lainnya. Pakan buatan yang dibutuhkan harus mempunyai

1
formula yang lengkap, mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan
produktifitas dan keuntungan. Hal ini dapat diperoleh dari pakan buatan yang dibuat
dengan cermat dan perhitungan kandungan nutrien yang teliti dari bahan-bahan
penyusunnya (Abidin dkk., 2004).
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana kebiasaan makan ikan koi?
b. Bagaimana sistem pencernaan ikan koi?
c. Bagaimana sifat serta kandungan pakan buatan?
d. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pakan buatan?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui kebiasaan makan ikan koi.
b. Megetahui sistem pencernaan ikan koi.
c. Mengetahui sifat serta kandungan pakan buatan.
d. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pakan buatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBIASAAN MAKAN

Jenis makanan yang dapat dicerna oleh suatu jenis ikan tergantung kepada trophic level,
ukuran, habitat, musim, serta adaptasi alat pencernaannya. Ikan herbivora akan memiliki
komposisi makanan yang berbeda dengan karnivora. Komposisi makanan-makanan ikan yang
berukuran kecil akan berbeda dengan ikan yang besar, hal ini selain karena adanya perbedaan
dalam bukaan mulut juga dalam kemampuan mendapatkan makanan serta kebutuhan gizinya
(Bagas, 2014). Selanjutnya Bagas (2014) mengatakan, berdasarkan jenis-jenis organisme yang
dimakannya, ikan dapat dikelompokkan sebagai berikut: Herbivora yaitu ikan yang makanan
utamanya terdiri dari tumbuhan (pemakan tumbuhan), Karnivora yaitu ikan yang makanan
utamanya terdiri dari hewan (pemakan daging) dan Omnivora yaitu ikan yang makanannya terdiri
dari tumbuhan dan hewan.
Sebagai hewan omnivora, koi memakan segala seperti manusia. Dalam air koi mampu
mengenali pakannya dan bahkan mengaduk-aduk dasar kolam atau pematang kolam untuk mencari
makanan. Karena koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam berupa dua pasang sungut
yang terletak dipinggir mulut (Susanto, 2002).
Dalam usaha budidaya ikan pakan memegang peranan yang besar. Selain pakan alami di
perlukan juga pakan buatan. Soeseno (1984) menjelaskan, bahwa pemberian pakan buatan dapat
menaikkan produksi sampai dua kali lipat dari pruduktifitas semula. Namun demikian dalam
pemberian pakan buatan tidak saja diarahkan pada peningkatan produksi, tetapi juga efisiensi
pakan yang di gunakan di usahakan mudah di cerna oleh ikan dan bersisa sedikit sehingga biaya
produksi tidak begitu tinggi. Selanjutnya Soeseno (1984) juga mengatakan, guna mencapai
sasaran tersebut maka strategi pakan ikan yang diberikan selain berkualitas tinggi, murah
harganya, dan sesuai dengan kultivan dengan demikian budidaya ikan dapat memperoleh
keuntungan yang relatif besar.

2.2 SISTEM PENCERNAAN

Ikan koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan bersifat omnivora yaitu pemakan
segala jenis pakan. Pakan utama anak ikan koi adalah udang-udang renik seperti daphnia. Pakan
ikan koi akan memengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh ikan koi yang berwarna-
warni disebabkan oleh adanya zat warna yang antara lain: zat pigmen karoten (jingga), rutin
(kuning), atasantin (merah). Zat-zat tersebut di alam bebas dapat dijumpai pada tubuh hewan atau
tumbuhan tertentu yang dapat dijadikan pakan ikan koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan koi
yang dipelihara (Natalist, 2003).

3
Pertumbuhan pada ikan koi juga dipengaruhi oleh kemampuan daya cerna yang dilakukan
ikan selama pemberian pakan. Kecernaan atau daya cerna (digestibility) merupakan suatu
kemampuan bahan cerna yang mengandung nutrien yang tidak diekskresikan dalam fases atau
kemampuan suatu organisme untuk mencerna suatu bahan pakan. Kecernaan dapat
menggambarkan kualitas protein dari pakan yang diberikan. Semakin baik kualitas protein pakan
maka semakin banyak protein yang dicerna dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk
mendukung kehidupan ikan.

2.3 SIFAT PAKAN BUATAN

Menurut Djajasewaka (1985), pada usaha budidaya ikan yang dilakukan secara
tradisional, kebutuhan pakan dapat dipenuhi oleh pakan alami yang tumbuh di kolam. Akan tetapi,
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan ikan yang dikelola secara intensif, dan dengan kepadatan
yang tinggi. Konsekwensinya, untuk memenuhi kebutuhan pakan yang tepat dan
berkesinambungan, harus digunakan pakan buatan. Penyediaan pakan ini harus ditangani secara
sungguh-sungguh karena sangat menetukan keberhasilan usaha budidaya.
Selanjutnya Djajasewaka (1985) mengatakan, pakan buatan tidak dapat dipisahkan dari
pengetahuan nutrisi. Yang dimaksud dengan pengetahuan nutrisi ikan adalah pengetahuan
mengenai pemberian pakan kepada ikan berdasarkan zat-zat gizi yang dikandungnya. Pemberian
pakan yang sesuai dengan kebutuhan, selain dapat menjamin kehidupan ikan juga dapat
mempercepat pertumbuhannya. Untuk menghasilkan pakan yang bermutu maka ketersediaan
bahan baku harus tetap terjaga secara kualitas dan kuantitas (Ng, dkk., 2002). Disamping itu, bahan
baku ini harus mudah diperoleh, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, ekonomis dan tersedia
sepanjang waktu.
Dalam pembudidayaan ikan, pakan memegang peranan yang besar. Selain pakan alami
diperlukan juga pakan buatan. Soeseno (1984) menjelaskan, bahwa dalam budidaya ikan dengan
pemberian pakan buatan, produksi dapat dinaikkan dua kali lipat dari produktifitas semula. Namun
demikian dalam pemberian pakan buatan tidak saja diarahkan pada peningkatan produksi, tetapi
juga efisiensi pakan yang digunakan diusahakan mudah dicerna oleh ikan dan bersisa sedikit
sehingga biaya produksi tidak begitu tinggi.

2.4 NILAI PENTING PAKAN BUATAN

a. Kadar Protein
Menurut Mujiman (2004), kadar protein yang dibutuhkan ikan air tawar berkisar antara 20–
60% sedangkan kadar optimum berkisar 30–36%. Sedangkan menurut standar makanan ikan
adalah 30–35%, maka hasil analisa yang diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan
ikan.

b. Kadar lemak
Lemak tergolong mudah teroksidasi, sehingga jumlah penggunaannya dalam pembuatan pakan
buatan dibatasi. Jika kandungan lemak yang digunakan terlalu tinggi sebaiknya ditambahkan

4
antioksidan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi tersebut. Dalam kaitan dengan
pakan buatan, penggunaan lemak berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat.
Menurut Mujiman (2004), kebutuhan lemak untuk ikan air tawar berkisar 4–18% sedangkan
menurut standar makanan ikan minimal 3%. Hasil analisa pelet ikan diperoleh kadar lemak
sebesar 6,0102%, maka persentase ini telah dapat memenuhi persyaratan sebagai pakan ikan.

c. Kadar serat kasar


Menurut ahli Harsono (2004), kandungan serat kasar yang diperlukan oleh ikan 8–20%, tetapi
dibawah ini masih diperlukan. Kadar serat kasar yang diperoleh dari penelitian hamper
memenuhi syarat makanan ikan menurut standar makanan ikan yaitu maksimal 4%.

d. Kadar mineral
Eddy dkk., (2005), Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkaan oleh ikan dalam
pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Ikan juga
menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan keseimbangan osmosis
antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral di butuhkan dalam jumlah relatif kecil,
namun berperan sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup, mengingat beberapa
proses yang berlangsung di dalam tubuh ikan membutuhkan mineral.
Selanjutnya Eddy dkk., (2005) mengatakan, fungsi utama mineral adalah berperan dalam
proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral pembentuk rangka
berperan dalam pembentukan struktur tubuh ikan seperti tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral
yang termasuk kelompok ini adalah Ca, P, F, dan Mg. Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar
dalam proses pernapasan, sementara mineral yang membantu dalam proses metabolisme
meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial.
e. Vitamin
Wanatabe (1988), Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan.
Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, vitamin berperan sangat penting
untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan
baik.
Selanjutnya Wanatabe (1988) mengatakan, vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan
sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya. Ikan yang mengandalkan pakan alami hampir
tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara intensif di kolam,
saluran, dan keramba, dimana pakan alami yang tersedia sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan ikan, penambahan vitamin sangat diperlukan.

2.5 BAHAN BAKU PAKAN BUATAN

Menurut Sumantadinnata (1983), bahan yang dapat dipakai untuk pakan buatan antara
lain: tepung ikan, tepung jagung, dedak, dan daun turi. Tepung ikan berasal dari afkir ikan,
dedak diperoleh dari hasil sampingan penggilingan padi, dan daun turi dapat dipakai sebagai

5
bahan baku karena banyak dijumpai di pedesaan dan kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu
kurang lebih 27%. Bahan baku yang ada tersebut dapat dipakai sebagai pengganti pakan buatan
pabrik apabila disusun dalam komposisi yang tepat. Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan
yang optimum, perlu ditambahkan pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi
zat gizinya, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai
gizi makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang
dipelihara.
Erik (2011) mengatakan, dalam membuat pakan buatan untuk ikan/udang, hal pertama yang
harus dipertimbangkan ádalah persyaratan bahan baku pakan yaitu :
1. Bahan baku tidak mengandung racun. Bahan baku yang mengandung racun dapat
menghambat pertumbuhan, ikan mabuk dan stres bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan/udang yang diperihara secara masal.
2. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan manusia.
3. Bahan baku harus tersedia dalam waktu lama, atau tersedia secara kontinyu.
4. Harga bahan baku, walaupun dapat digunakan tetapi harganya mahal. Sebenarnya murah
atau mahalnya bahan baku harus dinilai dari manfaat bahan baku tersebut. Sebagai contoh
tepung ikan harganya memang mahal tetapi bila dibandingkan dengan nilai kegunaannya
terutama kandungan proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya maka
penggunaan tepung ikan menjadi murah.
5. Kualitas gizi bahan baku, menjadi persyaratan penting, walaupun harganya murah, dan
tersedia cukup melimpah tetapi kandungan gizinya buruk, maka bahan baku seperti ini
tidak dapat digunakan.
Abidin dkk., (2004) mengatakan, berdasarkan sifatnya maka bahan baku dibagi menjadi dua
kelopok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Sekitar 70-75 % bahan baku nabati
merupakan biji-bijian dan hasil olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan dan selebihnya
berupa hijauan. Sebagian bahan pakan nabati merupakan sumber energi yang baik, dan sumber
vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan.

2.6 KELEBIHAN PAKAN BUATAN

Pakan buatan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan lengkap (complete
feed) dan pakan suplemen (supplemental feed). Pakan lengkap dalah pakan yang diformulasi
sedemikian rupa sehingga memiliki semua vitamin esensial dalam jumlah yang dibutuhkan oleh
ikan. Pakan ini lebih ditujukan untuk memberikan pertumbuhan normal bagi ikan yang tidak
mendapatkan suplai vitamin dari pakan alami atau ikan yang dibudidayakan secara intensif. Pakan
suplemen adalah pakan yang diformulasikan sedemikian rupa hingga mengandung protein dan
energi memadai, tetapi mungkin kekurangan mikronutrien tertentu. Pakan ini mengandung
beberapa vitamin dan mineral tertentu untuk melengkapi nutrien yang diperoleh ikan dari pakan
alami (Eddy dkk., 2005).

6
Selanjutnya Eddy dkk., (2005) mengatakan, beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
dari penggunaan pakan buatan adalah sebagai berikut:
1. Produksi ikan di kolam dapat ditingkatkan melalui padat penebaran tinggi dan waktu
pemeliharaan yang relatif singkat.
2. Bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian, perikanan, peternakan, dan
makanan yang bernilai ekonomi rendah tetapi masih mengandung nilai gizi yang cukup tinggi.
3. Pakan buatan dapat disimpan dalam waktu relatif lama tanpa terjadi perubahan kualitas yang
drastis. Dengan demikian, kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap saat.
4. Pemberian pakan buatan dapat mengubah warna dan rasa daging ikan, disesuaikan dengan
selera konsumen. Penambahan lemak dalam jumlah tertentu menjadikan daging ikan bertambah
gurih. Pemberian kepompong ulat sutra dapat memperbaiki aroma daging ikan. Penambahan ekstra
bunga marigold ke dalam pakan seperti yang banyak dilakukan oleh petani ikan di jepang, dapat
menghasilkan aroma daging ikan yang labih baik dan warna yang lebih menarik.

2.7 KEKURANGAN PAKAN BUATAN

Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan pakan buatan ini adalah biaya yang
cukup tinggi untuk pembelian pakan. Menurut Rasidi (1998), biaya pakan ini dapat mencapai 60-
70% dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan
biaya produksi tersebut adalah dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan
ini menggunakan teknik yang sederhana dengan memanfatkan sumber-sumber bahan baku lokal,
termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah.
Selanjutnya Rasidi (1998) mengatakan, bahan yang dapat dipakai untuk pakan buatan,
antara lain tepung ikan, tepung jagung, dedak, dan daun turi. Tepung ikan berasal dari afkir ikan,
dedak diperoleh dari hasil sampingan penggilingan padi, dan daun turi dapat dipakai sebagai bahan
baku karena banyak dijumpai di pedesaan dan kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu kurang
lebih 27%. Bahan baku yang ada tersebut dapat dipakai sebagai pengganti pakan buatan pabrik
apabila disusun dalam komposisi yang tepat.

2.8 PAKAN ALAMI DAN PENGOBATAN

Ikan koi pada dasarnya adalah pemakan segala dan bisa mengkonsumsi beberapa jenih buah,
sayuran dan juga hewan tidak seperti kebanyakan ikan pada umumnya. Akan tetapi, tetap ada
beberapa hal yang harus diperhatikan saat memberikan beberapa buah serta sayuran yang
mempunyai kadar serat tinggi.
a. Ganggang hijau
Di dalam kolam ikan koi yang banyak mengandung ganggang hijau sebenarnya sangat baik untuk
ikan koi sehingga pigmen warna bisa selalu terjaga. Akan tetapi jika dilihat dari segi penampilan,
kolam yang dipenuhi dengan ganggang hijau ini kurang sedap dilihat sebab membuat warna air
kolam terlihat seperti kehijauan dan tidak bersih.

7
b. Semangka
Salah satu jenis buah-buahan yang banyak mengandung air yakni semnagka juga bisa menjadi
salah satu makanan untuk ikan koi. Tidak hanya mengandung air dan serta, namun semangka juga
memiliki kandungan karbohidrat yang dibutuhkan ikan koi. Akan tetapi, perlu diingat supaya tidak
memberikan semangka secara berlebihan sebab akan berakibat buruk untuk kesehatan ikan koi.
c. Pakan koi alami cacing sutera
Cacing sutera juga menjadi sumber makanan alami yang baik untuk ikan koi. Kandungan protein
yakni asam amino yang terdapat pada cacing sutera sangat baik untuk menghasilkan sel telur dan
juga sperma berkualitas baik. Pemberian sumber protein seperti cacing sutera ini menjadi penting
sebab jika ikan koi kekurang asam amino dan juga protein, maka perkembangan tumbuh ikan koi
juga akan berjalan lamban serta bisa mengakibatkan deformasi tulang belakang.
d. Lumut
Lumut yang tumbuh di dasar kolam ikan koi tidak hanya mencegah perut ikan koi terluka saat
sedang berenang di dasar kolam namun juga menjadi sumber makanan alami untuk ikan koi. Oleh
karena itu, saat membersihkan kolam ikan koi sebaiknya hindari menyikat lumut sampai bersih.
Akan tetapi jika penampilannya terlihat cukup mengganggu, maka anda bisa membersihkannya
dan mengganti pakan alami berjenis lain untuk mencukupi kebutuhan gizi ikan koi.

2. 9 KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PAKAN ALAMI

Pakan alami dapat berasal dari jenis phytoplankton, zooplankton, invertebrata mikroskopik atau
binatang renik lainnya. Pakan hidup mengandung banyak serat, sehingga bagus untuk menjaga
kesehatan pencernaan ikan. Pakan hidup juga dapat membantu ikan untuk memasuki masa kawin
dan merangsang masa kawin. Pakan alami umumnya juga mudah dicerna. Misalnya jenis alga
kelompok diatomae yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan udang. Diatomae mudah
dicerna oleh larva udang karena kelompok diatomae memiliki dinding sel yang tipis.
Beberapa jenis alga juga mudah dibudidayakan dan hanya memerlukan sedikit biaya produksi.
Misalnya chaetoceros sp, clorella sp atau nanochloropsis oculata dari jenis fitoplankton dan
rotifera atau daphnia dari jenis zooplankton. Oleh karena itu pakan alami bisa diproduksi sendiri.
Penggunaan pakan alami juga memungkinkan pemberian pakan yang lebih sedikit karena pakan
alami dapat tumbuh dan berkembang dalam media budidaya. Selain itu pakan alami juga tidak
menyebabkan penurunan kualitas air dan lingkungan budidaya.

2.10 KELEMAHAN PENGGUNAAN PAKAN ALAMI

Beberapa jenis pakan alami, terutama dalam kegiatan pembenihan memerlukan penanganan lebih
banyak dalam hal pemiliharaan atau perawatannya. Pakan alami jenis fitoplankton memerlukan
pemupukan agar bisa tumbuh sedangkan pakan alami dari golongan zooplankton untuk bisa
tumbuh memerlukan pakan yang umumnya berasal dari golongan fitoplankton. Penggunaan pakan
alami memerlukan waktu yang lebih lama karena untuk bisa menghasilkan pakan alami dalam

8
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan memerlukan tenaga dan waktu untuk menumbuhkannya. Di
samping itu, karena berupa makhluk hidup, pakan alami terkadang juga bisa mengalami kematian,
sehingga akan mengganggu kegiatan budidaya yang dilakukan.

9
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Ikan koi (Cyprinus carpio Linnaeus) berasal dari Jepang adalah bottom feeder (pemakan
di dasar) dan bersifat omnivora yaitu pemakan segala jenis pakan. Pakan utama anak ikan koi
adalah udang-udang renik seperti daphnia. Pakan ikan koi akan memengaruhi pembentukan zat
warna tubuhnya. Tubuh ikan koi yang berwarna-warni disebabkan oleh adanya zat warna yang
antara lain: zat pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantin (merah). Zat-zat tersebut di alam
bebas dapat dijumpai pada tubuh hewan atau tumbuhan tertentu yang dapat dijadikan pakan ikan
koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan koi yang dipelihara (Natalist, 2003).
Nilai penting pakan buatan ikan terdapat 5 komponen kadar lemak, kadar protein, kadar
serat kasar, kadar mineral, dan vitamin. Pakan buatan ikan terdapat niai kelebihan dan nielai
kurangnya. Akan tetapi, tetap ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memberikan beberapa
buah serta sayuran yang mempunyai kadar serat tinggi. Dalam usaha budidaya ikan pakan
memegang peranan yang besar. Selain pakan alami di perlukan juga pakan buatan, pemberian
pakan buatan dapat menaikkan produksi sampai dua kali lipat dari produktifitas semula. Namun
demikian dalam pemberian pakan buatan tidak saja diarahkan pada peningkatan produksi, tetapi
juga efisiensi pakan yang digunakan diusahakan mudah dicerna oleh ikan dan bersisa sedikit.

10
LAMPIRAN

a. JURNAL INTERNASIONAL
 Expression pattern of potential biomarker genes related to growth, ion regulation and stress
in response to ammonia exposure, food deprivation and exercise in common carp (Cyprinus
carpio)
 A comparative study of common carp (Cyprinus carpio L.) and calbasu (Labeo calbasu
Hamilton) on bottom soil resuspension, water quality, nutrient accumulations, food intake
and growth of fish in simulated rohu (Labeo rohita Hamilton) ponds
 Influence of food ration, copper exposure and exercise on the energy metabolism of
common carp (Cyprinus carpio)
 Increased food intake in growth hormone-transgenic common carp (Cyprinus carpio L.)
may be mediated by upregulating Agouti-related protein (AgRP)
 Growth, production and food preference of rohu Labeo rohita (H.) in monoculture and in
polyculture with common carp Cyprinus carpio (L.) under fed and non-fed ponds
 Toxicity assessment of arsenic on common carp (Cyprinus carpio) and development of
natural sorbents to reduce the bioconcentration by RSM methodology
 Polyvinyl chloride microplastics induce growth inhibition and oxidative stress in Cyprinus
carpio var. larvae
 The influence of zinc and copper on the latency period for feeding and the food uptake in
common carp, Cyprinus carpio L.
 Voluntary timing of food intake increases weight gain and reduces basal plasma cortisol
levels in common carp (Cyprinus carpio L.)
 Influence of salinity on food consumption, growth and energy conversion efficiency of
common carp ( Cyprinus carpid fingerlings
 Food and feeding habits of three air-breathing fish in its natural habitat
 Responses of protists with different feeding habits to the changes of activated sludge
conditions: A study based on biomass data
 Feeding habits and trophic organization of the fish community in shallow waters of an
impacted tropical habitat
 Mercury concentration in six fish guilds from a floodplain lake in western T Amazonia:
Interaction between seasonality and feeding habits
 Bioaccumulation of endocrine disrupting compounds in fish with different feeding habits
along the largest subtropical river, China
 Food and feeding habits of some Nile River fish and their relationship tothe availability of
natural food resources
 Scanning electron microscopic studies of gill archesand rakers in relation to feeding habits
of some freshwater fishes
 Morphological, anatomical and histological studieson the olfactory organs and eyes of
teleost fish:Anguilla anguillain relation to its feeding habits
 Morphological adaptation of the buccal cavity in relationto feeding habits of the
omnivorous fishClariasgariepinus: A scanning electron microscopic study

11
 Potential changes in feeding behavior of Antarcticfish,Pseudotrematomus
bernacchii(Boulenger, 1902) on the East OngulIsland, Antarctica
b. JURNAL NASIONAL
 Pengembangan budidaya ikan hias koi (Cyprinus carpio) lokal di balai penelitian dan
pengembangan budidaya ikan hias Depok.
 Pengaruh dosis hormone rGH dan tiroksin dalam pakan terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan koi (Cyprinus carpio, L)
 Penambahan wortel dan Tubifex sebagai sumber betakaroten alami dalam pakan buatan
terhadap kualitas warna ikan koi (Cyprinus carpio, L).
 Struktur dan kebiasaan makan komunitas ikan di zona limnetic waduk Ir. Djuanda, Jawa
Barat.
 Pengaruh penambahan perasa paprika merah (Capcisun annum) dalam pakan terhadap
tingkat kecerahan warna ikan koi (Cyprinus carpio, L).
 Pengaruh pemberian kombinasi ekstrak bunga mariegold (Tagetas arecta) dan udang rebon
pada pakan terhadap kecerahan warna ikan koi (Cyprinus carpio, L).
 Pengaruh penambahan tepung kepala udang dalam pakan terhadap pigmentasi ikan koi
(Cyprinus carpio, L) jenis kohaku.
 Kebiasaan makanan dan inang relung ikan di hulu sungai Cimanuk kabupaten Garut Jawa
Barat.
 Efek pengolahan tepung ubi jalar (Ipomea batatas) pada sintasan dan pertumbuhan ikan
koi (Cyprinus carpio, L).
 Mortalitas benih ikan koi (Cyprinus carpio, L) pada ketinggian dasar media gabus ampas
tebu dan lama waktu pengangkutan yang berbeda.
 Kebiasaan Makanan Ikan Lemuru {Sardinella lemuru) Di Perairan Muncar, Banyuwangi
[Food Habits of Threadfm Bream, Sardinella lemuru in Muncar, Banyuwangi]
 Kebiasaan Makanan dan Faktor kondisi Ikan Kurisi, Nemipterus tambuloides Blkr. Di
Perairan Teluk Labuan, Banten [Food Habits and Condition Factor of Fiveline Threadfin
Bream, Nemipterus tambuloides Blkr. in Labuan Bay, Banten]
 Kematangan Gonad dan Kebiasaan Makanan Ikan Janjan Bersisik (Parapocryptes sp) Di
Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur
 Kebiasaan Makanan dan Luas Relung Ikan Di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut,
Jawa Barat
 Kebiasaan Makanan Ikan Tilan (Mastacembelus erythrotaenia, Bleeker 1850) Di Sungai
Musi
 Kebiasaan Makanan Ikan Lemuru {Sardinella lemuru) Di Perairan Muncar, Banyuwangi
[Food Habits of Threadfm Bream, Sardinella lemuru in Muncar, Banyuwangi]
 Kebiasaan Makanan dan Faktor kondisi Ikan Kurisi, Nemipterus tambuloides Blkr. Di
Perairan Teluk Labuan, Banten [Food Habits and Condition Factor of Fiveline Threadfin
Bream, Nemipterus tambuloides Blkr. in Labuan Bay, Banten]
 Kematangan Gonad dan Kebiasaan Makanan Ikan Janjan Bersisik (Parapocryptes sp) Di
Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur

12
 Kebiasaan Makan Dan Luas Relung Ikan-Ikan Indigenous Yang Ditemukan Di Waduk
Penjalin Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
 Kebiasaan Makan Ikan Dan Luar Relung Di Hulu Sungai Ikan Cimanuk Kabupaten Garut,
Jawa Barat
 Analisis Kebiasaan Makan (Food Habits) Larva Hypoatherina Sp. Di Pelawangan Timur
Segara Anakan Cilacap
 Kebiasaan Makanan Dan Luas Relung Ikan Di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut,
Jawa Barat
 Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus Carpio)

c. Gambar
Cacing sutera

Ganggang hijau

Lumut sebagai pakan alami ikan koi

13
DAFTAR PUSTAKA

Abi. (2009). Harga benih ikan koi. Dari


http://hewan-peliharaan.iklanmax.com. 19 Desember 2014
Abidin Nur dan Zaenal Arifin. (2004). Nutrisi dan Formulasi Pakan Ikan. Departemen Kelautan
dan Perikanan . Balai Besar Pengembangan Budidaya Air payau Jepara.
Agus dan A. Asmara, (2007). Meraih Untung Memelihara Ikan Koi. Bandung: Titian Ilmu. Dari
http://www.djpb.kkp.go.id/benih/teknologi/Produksi%20Benih%20Koi. pdf. 19
Desember 2014
Anderson, S. (2000). Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche Limited. Ontario.
Canada. Dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/119/Jurnal%20Dwi%20Septia
ni%20Putri.pdf?sequence=2. 05 Desember 2014
Cahyono, B. (2000). Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Dharmawan, B. (2014). Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi. Pustaka baru press. Yokyakarta.
Djajasewaka, H. (1985). Pakan Ikan. CV Yasaguna, Jakarta.
Eddy Afrianto dan Evi Liviawati (2005). Pakan Ikan: Pembuatan, Pengujian, Penyimpanan,
Pengembangan.
Effendy, H. (1993). Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta.
Erik Sutikno. (2011). Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Dari
Mulyadi, I. (1990). Mengenal Ikan Hias. Makalah Dalam Latihan Ketrampilan Akuarium dan Ikan
Hias. Himakua. Fakultas Perikanan. ITB. Bogor.
Natalist. (2003). Pengaruh Pemberian Tepung Wortel (Daucus Carota L). Dalam Pakan Buatan
Terhadap Warna Ikan Mas Koi (Cyprinus Carpio L). Skripsi S1. Fakultas Teknobiologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Ng, W.K. dan Chen, M.L. (2002). Replacement of soybean meal with palm kernel meal in practical
diets for hybrids Asian-African catfish. Aquaculture 12: 67-76.
Rasidi. (1998). Formulasi Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sally, E. (1997). Pigment Granula Transport in Cromatophores. Department of Biology Buckell
University. Lewisbrug.
Santoso, B. (1993). Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius Yogyakarta.

14
Soeseno, S. (1984). Dasar-dasar perikanan umum, untuk sekolah pertanian pembangunan. CV.
Yasaguna, Jakarta.
Sumantadinata, K. (1983). Pengembangbiakan Ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya.
Jakarta.
Effendi (1993). Klasifikasi dan morfologi ikan koi. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, H. (2002). Mengubah Lahan Kritis Menjadi Kolam Produktif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, H. dan Agus, R. (1997). Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Twigg (2008), Klasifikasi dan morfologi ikan koi. Kanisius. Yogyakarta.
Wallin, M. (2002). Nature’s Palette How Animals, Including Humans, Produce Colours.
Departement of Zoolo

15

Anda mungkin juga menyukai