Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas mata kuliah Praktikum Budidaya Laut
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan sehingga bisa
teratasi.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Indralaya, 22 Februari 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN……………………………………………………………….
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I Prinsip Dasar Budidaya Laut Secara Umum................................................1

BAB II Sistem Aerasi..............................................................................................4

BAB III Sistem Perairan Tertutup...........................................................................6

BAB IV Rancangan Filter Air Laut.........................................................................8

A. Skema atau sketsa awal filter..........................................................................8

B. Jenis filter yang digunakan............................................................................10

C. Susunan komponen filter...............................................................................10

D. Rencana Anggaran Biaya..............................................................................11

BAB V Pakan.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PRINSIP DASAR BUDIDAYA LAUT SECARA UMUM

Letak geostrategis yang diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera


Pasifik menjadikan Indonesia sebagai negara yang strategis dengan potensi
sumberdaya kelautan. Langkah awal untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros
maritim dunia ialah keindahan laut yang dimiliki negara Indonesia yakni
keanekaragaman jenis biota, tumbuhan laut, terumbu karang, perairan yang masih
terjaga, serta pantainya yang cantik, kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
diantaranya adalah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan
dan perikanan yang bertanggung jawab, berdaya saing, dan berkelanjutan
(Andiewati et al. 2022).
Kegiatan perikanan tangkap lebih ditekankan pada usaha penangkapan di
laut, sedangkan pengelolaan perikanan budidaya lebih ditekankan pada kegiatan
di perairan payau, perairan tawar, dan perairan pantai. Komoditas yang banyak
dibudidayakan antara lain: udang, ikan bandeng, nila, kerapu, dan rumput laut. Di
antara produk perikanan dan kelautan, udang merupakan komoditas primadona
yang berpotensi ekspor dan menghasilkan devisa bagi negara. Kegiatan perikanan
termasuk budidaya udang adalah merupakan suatu sistem yang tidak terpisahkan
antara komponen yang satu dengan komponen lainnya. Di antara komponen yang
dimaksud adalah, air, tanah, angin, matahari, dan lain-lain. Keempat komponen di
atas merupakan kebutuhan dasar bagi usahatani/perikanan (Jumardi et al. 2023).
Budidaya perikanan secara terintegrasi merupakan inovasi pengembangan
sistem budidaya perikanan, jika dibandingkan dengan budidaya perikanan
konvensional yang menggunakan satu spesies dalam kegiatan budidaya. Aktivitas
budidaya perikanan yang akan dikembangkan di perairan sebagai mata
pencaharian alternatif bagi masyarakat nelayan dikhawatirkan dapat menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem,
sehingga mengganggu aktifitas pariwisata bahari. Penggunaan metode yang tepat
dalam kegiatan budidaya dapat meningkatkan produktifitas hasil budidaya dengan
sistem operasi yang ramah lingkungan. Data kondisi lingkungan adalah data

1
kualitas perairan yang terdiri dari data fisik, kimia dan biologi perairan (Saimima,
2020).
Pemantauan kualitas perairan yang secara kontinyu merupakan faktor
eksternal lain yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. Hal ini
disebabkan oleh keterkaitan yang erat antara lingkungan perairan dengan
timbulnya hama dan penyakit pada ikan yang dipelihara. Hama dan penyakit ikan
diketahui sebagai penyebab utama kegagalan budidaya ikan Kakap di karamba.
Pencegahan merupakan alternatif terbaik dari pada pengobatan sehingga
diperlukan pemantauan kesehatan ikan secara rutin di lokasi beserta komponen
pendukungnya. Disamping itu pula pengetahuan mengenai jenis obat dan bahan
kimia yang terregistrasi serta cara pengobatannya dapat menjadi nilai tambah
untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya
Selain dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat, ikan kakap juga
memberikan potensi keuntungan yang lebih besar bagi mereka yang
berkecimpung pada budidaya ikan. Berikut ini merupakan cara budidaya ikan
kakap, yaitu :
1. Pemilihan Lokasi
Salah satu cara budidaya kakap putih yaitu memilih lokasi yang tepat dan
sesuai dengan habitat kakap putih. Budidaya kakap putih biasa berlokasi di
tambak yang bebas dari banjir dan pencemaran limbah entah itu dari
sampah rumah tangga hingga limbah pabrik yang dapat mengganggu
pertumbuhan kakap putih. Ikan kakap putih sangat cocok berada di tambak
yang memiliki dasar tanah liat.
2. Mempersiapkan Kondisi Tambak
Pada budidaya kakap putih kondisi tambak juga harus dipersiapkan guna
menunjang pertumbuhan kakap dengan hasil yang diinginkan. Dengan
mengatur tingkat salinitas, suhu hingga pH pada air sesuai dengan yang
diharapkan. Cara yang digunakan yaitu dengan proses pengeringan,
pengapuran dasar agar pH tanah stabil dan pemupukan. Selain air yang
diperhatikan, konstruksi tambak juga harus diperhatikan. Petakan tambak
harus dalam keadaan yang kuat sehingga mampu menampung ikan kakap
putih sampai tahap panen (sekitar 6 sampai dengan 1 bulan).

2
3. Mempersiapkan Benih
Memilih benih yang bermutu baik merupakan salah satu cara budidaya
kakap putih yang harus Anda lakukan. Dengan memilih bibit yang baik
dapat meminimalisir kerugian yang disebabkan benih yang cacat.
Pemilihan benih ikan kakap putih yang unggul sebelum ditebarkan dapat
dilihat dari fisik dan memiliki respon yang cepat. Dari ciri-ciri di atas
dapat menunjukkan bahwa benih ikan kakap dalam keadaan yang sehat.
Ukuran yang siap dijadikan benih ikan kakap putih yaitu yang berukuran 2
sampai dengan 4 cm. Sebelum benih dimasukkan pada tambak, terlebih
dahulu didiamkan di keramba apung untuk beradaptasi minimal 60 hari
hingga mencapai ukuran 5-10 cm dan siap dilepaskan di tambak
4. Pemberian pakan
Pemberian pakan untuk kakap putih yaitu dengan memberikan ikan segar
dengan protein yang tinggi. Selain menggunakan ikan segar, kakap putih
dapat diberikan pakan berupa pelet. Pemberian pakan kakap putih juga
harus diperhatikan berdasarkan umur, memberikan pakan cukup pada satu
titik tertentu dan diberikan sedikit demi sedikit. Memberikan pakan kakap
putih harus teratur dan sehari 2 kali yaitu pagi dan sore.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan kakap putih harus selalu dipantau sesuai dengan kebutuhan.
Pastikan air dalam keadaan segar dan ganti air 10 % dari total volume
tambak setiap hari. Jangan sampai air pada tambak terlalu keruh atau
sebaliknya, hal ini akan berpengaruh pada nafsu makan kakak putih.
6. Penanganan Penyakit
Penanganan penyakit merupakan salah satu pencegahan Anda untuk
mengalami kerugian.. Salah satu gejala yang ditunjukkan yaitu
menurunnya nafsu makan, tubuh ikan kakap pucat dan lendir yang
dihasilkan meningkat. Hal ini dapat dicegah dengan penanganan awal
yaitu melakukan perendaman ikan dalam air tawar maksimal 15 menit atau
Anda dapat menggunakan formalin kurang lebih 30 menit.
7. Masa Panen

3
Masa panen yang dibutuhkan untuk ikan kakap putih yaitu 5 sampai
dengan 7 bulan. Namun ukuran kakap putih yang sudah siap panen dapat
disesuaikan dengan ukuran yang menjadi permintaan pasar umumnya 0,5
kg sampai dengan 0,75 kg per ekor.

4
BAB II
SISTEM AERASI

Aerasi adalah proses peningkatan kandungan oksigen di lingkungan air,


dengan tujuan membuat organisme hidup di dalamnya tumbuh lebih sehat dan
cepat. Penambahan oksigen dilakuan sebagai salah satu usaha pengambilan zat
pencemar yang tergantung di dalam air, sehingga konsentrasi zat pencemar akan
hilang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Nutrisi atau pakan yang Anda
tambahkan ke kolam menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen di dalam
air, terutama pada cuaca panas dimana tingkat DO (oksigen terlarut) lebih rendah,
dan dapat menyebabkan kondisi yang dapat membunuh pertumbuhan udang dan
pertumbuhan alga semakin meningkat (Zaman et al. 2022).
Aerasi merupakan suatu proses atau usaha dalam menambahkan
konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi
biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik. Dalam melakukan proses
aerasi ini perlu menggunakan alat yang dinamakan aerator. Aerator, adalah suatu
proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan membawa air dan udara ke
dalam kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air ke udara. Prinsip kerja
alat ini adalah untuk menambahkan oksigen terlarut di dalam air tersebut.
Kemudian yang menjadi tugas utama dari aerator ini adalah memperbesar
permukaan kontak antara air dan udara (Hendriyani et al. 2019).
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air.
Efektifitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang
bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan
oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu
pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan gas
terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air
melalui proses nitrifikasi (Yuniarti et al. 2019).
Menurut Sumitro et al. (2020) oksigen terlarut dapat dihasilkan melalu
metode yang umum dipakai yaitu agitasi permukaan air (kincir) dan difusi udara
melalui diffuser aerator (batu aerasi).

5
1. Metode kerja diffuser dan aerasi yaitu dengan memaksa udara melalui
media berpori yang menghasilkan gelembung dengan jumlah banyak.
Tujuan aerasi adalah membuang gas yang berbahaya seperti N2 dan CO2
dan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air.
2. Penerapan teknologi gelembung mikro dengan menggunakan pipa
mikropori sebagai sistem aerasi menghasilkan jumlah gelembung yang
lebih banyak sehingga meningkatkan kandungan oksigen terlarut yang
lebih tinggi dibanding batu aerasi coarse diffusers.

6
BAB III
SISTEM PERAIRAN TERTUTUP

Sistem resirkulasi tertutup merupakan suatu teknologi tinggi yang diterapkan


pada akuakultur. Suksesnya penerapan sistem resirkulasi tertutup bergantung pada
efektifitas sistem untuk menangani pengolahan limbah hasil budidaya utamanya
limbah organik. Sistem ini melibatkan proses filtrasi fisika (pengendapan), filtrasi
biologi, filtrasi kimia dan aerasi. Kualitas air merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses kegiatan budidaya ikan karena sangat diperlukan sebagai
media hidup yang baik bagi ikan yang dibudidayakan. (Dewi et al. 2022).
Kegiatan proses budidaya pada kolam dengan sistem resirkulasi tertutup tentu
saja dibutuhkan sistem resirkulasi yang baik untuk menjaga kualitas air agar tetap
optimal selama pemeliharaan ikan dalam suatu wadah yang tertutup dikarenakan
tidak adanya pergantian air yang dilakukan suhu air yang tidak sesuai termasuk
dalam penyakit lingkungan (non infeksius) yaitu kondisi dimana faktor
lingkungan yang kurang menunjang keberlangsungan hidup ikan budidaya.
Penyakit non infeksius dapat berupa gangguan faktor fisika dan kimia perairan,
stress pada ikan serta kepadatan yang melebihi kapasitas yang mampu didukung
perairan atau kolam budidaya selama proses budidaya dilakukan.
Kondisi lingkungan yang mudah berubah-ubah dan sangat dipengaruhi
dengan aktifitas di daerah sekitarnya serta adanya perubahan musim merupakan
salah satu penghambat dalam kegiatan budidaya rumput laut pada perairan
terbuka. Sedangkan pada perairan tertutup kondisi lingkungan bisa dikontrol,
tetapi keterbatasan unsur hara atau nutrient bisa menjadi masalah budidaya,
seperti keterbatasan nutrient N dan P di perairan yang sangat diperlukan oleh
rumput laut. Agar tidak terjadi kekurangan nutrient, dilakukan suplay nutrient
yang berasal dari luar lingkungan budidaya menggunakan bahan yang
mengandung N dan P yang secara umum disebut pupuk (Zainuddin et al. 2022).
Perairan tertutup, seperti kolam air tenang dan air deras serta tambak di
kawasan pesisir. Perairan terbuka biasanya bersifat preventif, sedangkan pada
pengelolaan perairan tertutup tujuannya mengendalikan kestabilan ekosistem
perairan. Perairan tertutup adalah suatu perairan yang terhalang oleh daratan atau

7
pulau di depannya atau berupa teluk, sehingga kekuatan arus dan gelombang akan
berkurang ketika sampai di pantai.
Budidaya ikan sistem tertutup yaitu pengairan untuk kolam pemeliharaan
diberikan hanya satu kali saja yakni pada saat pemeliharaan akan dilaksanakan,
pemasukan air berikutnya dilakukan hanya untuk mengganti air yang hilang
karena penguapan saja. Contoh sistem ini adalah teknik akuaponik dan
fitoremediasi.
1. Akuaponik merupakan sebuah sistem menanam tanaman dan memelihara
ikan dalam satu wadah. Sistem budidaya ini memanfaatkan unsur hara
yang berasal dari kotoran ikan dan sisa pakan yang selanjutnya dengan
menggunakan bakteri diubah menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman. Selain itu tanaman yang dibudidayakan menjadi filter alami yang
akan menguraikan zat racun dari pakan dan kotoran ikan sehingga kualitas
air di kolam budidaya tetap terjaga kualitasnya (Amin et al. 2022).

2. Sistem resirkulasi akuakultur dengan teknik filtrasi dalam budidaya ikan


merupakan salah satu upaya yang dapat diaplikasikan untuk
menanggulangi penurunan kualitas air. Penggunaan sistem ini karena
memiliki kelebihan yaitu penggunaan air yang sedikit, fleksibilitas lokasi
budidaya, budidaya yang terkontrol dan lebih higienis, kebutuhan akan
ruang atau lahan relatif kecil, kemudahan dalam mengendalikan,
memelihara dan mempertahankan suhu serta kualitas air (Pratama et al.
2020).

8
9
BAB IV
RANCANGAN FILTER AIR LAUT

A. Skema atau sketsa awal filter


Budidaya kakap putih yang terus berkembang memerlukan penyediaan
benih ikan kakap putih yang tepat mutu, ukuran, jumlah, dan waktu. Masalah
utama yang dihadapi dalam produksi benih kakap adalah adanya infeksi virus
(VNN atau iridovirus). Seringkali infeksi virus tersebut jarang menimbulkan
kematian, tetapi hanya menjadi host/carrier. Salah satu upaya peningkatan
produksi benih kakap putih melalui usaha pendederan yang intensif dengan
penerapan recirculation aquaculture systems (RAS) atau filter resikurlasi
akuakultur. Sistem ini digunakan untuk pemeliharaan ikan dengan kepadatan
tinggi dalam sebuah tangki dengan lingkungan terkontrol (Halim et al. 2022).
Rangkaian resirkulasi terdiri dari beberapa tahap mulai dari persiapan alat
dan bahan hingga merangkai alat dan bahan menjadi sistem resirkulasi yang
kompleks. Tahapan merangkai sistem resirkulasi (Sitinjak dan Sinaga, 2020) :
1. Menyiapkan alat dan bahan
Alat dan bahan sistem resirkulasi terdiri dari tabung resirkulasi, fiber filter,
filter organik, busa filter, kerikil dan pecahan batu karang serta peralatan
pendukung lainnya.
2. Merangkai sistem resirkulasi
Pada tahapan merangkai sistem resirkulasi kita mulai mengisi fiber filter
dengan bio-organic filter. Ruang pertama terdiri dari susunan batu kerikil
setinngi 10 cm kemudian dilapis dengan pecahan batu karang setinggi 15
cm. sedangkan pada ruang kedua diisi dengan komposisi yang sama tetapi
ketinggian setiap filtrasinya berbeda. Sementara itu pada fiter busa
digunakan busa dengan ukuran 30 x 40 x 2 cm sebanyak tiga lapis.
3. Mengisi fiber tank dengan air laut
Pada tahapan ini, filter tank A dan B diisi air laut sebanyak 270 liter.
4. Memasang rangkaian pipa inlet, outlet serta pompa
Pipa pada rangkaian resirkulasi terdiri dari tiga bagian. Pertama pipa untuk
mengalirkan air dari fiber tank A ke filter dengan bantuan pompa

10
resirkulator, kedua mengalirkan air ke fiber tank B dari filter sebagai hasil
filtrasi dan kemudian yang ketiga pipa yang menghubungkan fiber tank B
ke A untuk nantinya diresirkulasi kembali.

Sketsa Kasar filter air laut dan bak

11
B. Jenis filter yang digunakan
Filtrasi air yang digunakan menggunakan prinsip filtrasi bioorganik. Filtrasi ini
terdiri dari berbagai bahan komponen oerganik yang disusun dan kemudian akan
dijadikan tempat memfiltrat air laut yang ada. Ruang antar butir berfungsi sebagai
tempat sedimentasi bahan-bahan pengotor dalam air Kemudian dialirkan ke
tandon atau bak air budidaya (Permana et al. 2019).
Filtrasi air yang terdiri dari kantong pasir silika, arang dan batuan karang. Filtasi
tersebut dilakukan dengan tujuan menyaring kotoran secara fisik. Menururt
Asdary et al. (2019) filtrasi merupakan pemisahan antara padatan atau koloid
dengan cairan. Proses filtrasi pada air melalui pengaliran air pada media butiran.
Filtrasi air dapat menghilangkan bakteri, warna, kekeruhan, dan kandungan logam
seperti besi. Filtrasi air menggunakan media pasir silika, zeolit, dan arang aktif.
Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada
media pasir,sedangkan media zeolit dan arang aktif berfungsi untuk menyaring
bakteri dan kandungan logam dalam air.

C. Susunan komponen filter

Fiter bioorganik menggunakan bahan pasir, kapas, arang, batu zeloit, dan
ijuk. Fungsi dari dilter bioorganik untuk menghilangkan bakteri, warna,
kekeruhan, dan kandungan logam seperti besi. Filter mempunyai fungsi
menghilangkan atau mengangkat kotoran atau sisa kotoran dari air yang sering
disebut sebagai filter mekanis, fungsi menghilangkan bahan kimia dari air yang

12
membuat air menjadi berwarna dikenal denan filter kimia, dan fungsi
menghilangkan atau merubah kotoran ikan dan menguraikan produk atau zat
yang beracun menjadi tak beracun untuk ikan disebut sebagai filter biologis
(Bahri et al. 2022).
Menurut Sunaryo (2020), menjelaskan Filter biologis dapat mengurai
senyawa nitrogen yang beracun menjadi senyawa tidak beracun melalui proses
nitrifikasi dan nitratasi, yang mana proses ini dilakukan oleh bakteri dengan
menggunakan media tertentu sebagai rumah bakteri. Media filter biologi terbagi
menjadi dua jenis. yaitu media filter biologis alami serta media biologis buatan.
Media ini memiliki kelebihan atau kekurangannya masing-masing, baik itu dari
segi kekuatan, surface area, ukuran, serta harga.

D. Rencana Anggaran Biaya


Tabel rencana anggaran biaya rancangan filter sebelum pelaksanaan
No Nama Bahan Harga Satuan Jumlah Total
1 Ember 80 L 60000 1 60000
2 Pasir 7000 4 28000
3 Kapas Aquarium 28000 4 112000
4 Batu Zeloit 15000 2 30000
5 Pipa Letter L 6000 3 18000
6 Ijuk 15000 4 60000
7 Arang 15000 4 60000
Jumlah 368000

Tabel rencana anggaran biaya untuk pembelian bibit ikan kakap putih
No Nama Bahan Harga Satuan Jumlah Total
1 Benih Kakap Putih 100 (per ekor 100 10000
2 Gelondongan (Kakap Putih) 2500 (per ekor) 60 150000
Jumlah 160000

Tabel total anggaran


No Nama Bahan Total
1 Rancangan Filter 368000
2 Pembelian Bibit 160000
3 Anggaran tidak terduga 200000
Jumlah 728000
Tabel rencana anggaran biaya rancangan filter setelah pelaksanaan

13
No Nama Bahan Harga Satuan Jumlah Total
1 Ember 0 1 0
2 Pasir 3000 1 3000
3 Kapas Aquarium 2500 2 5000
4 Batu Zeloit 7000 2 14000
5 Pipa 0 1 0
6 Arang 5000 1 5000
7 Alat tambahan 5000 1 5000
8. Cat 25000 1 25000
Jumlah 60000

14
BAB V
PAKAN

Menurut Kodri et al. (2018), salah satu usaha untuk memenuhi tingganya
permintaan pasar akan ikan kakap putih perlu adanya usaha akuakultur. Kegiatan
akuakultur atau budidaya pada ikan kakap putih merupakan salah satu faktor yang
sangat mendukung dalam keberhasilan dan ketersediaan benih ikan dalam jumlah
yang sangat cukup, berkualitas, dan berkesinambungan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dalam perawatan dan pembenihan
benih kakap putih antara lain dengan pemberian pakan yang teratur.
Manajemen pakan yang teratur dapat mengurangi resiko kematian ikan.
Pada dasarnya semua pakan yang biasa digunakan para pembudidaya bermacam-
macam jenis mulai dari pakan buatan dan pakan alami. Pertimbangan penggunaan
pakan buatan (pellet) adalah tidak tergantung dengan musim, harga persatuan
berat pakan dapat dihitung dan dapat diproduksi setiap hari, serta mudah
dilakukan penyimpanannya Salah satu faktor yang menghambat perkembangan
usaha budidaya ikan kakap putih di Indonesia adalah masih sulitnya penggunaan
pakan buatan, khususnya kualitas pakannya (Aslamiah et al. 2019).
Dalam kegiatan pemeliharaan benih kakap putih kendala yang sering
dihadapi adalah rendahnya sintasan (SR) dan mudahnya terkena penyakit. Banyak
faktor yang menyebabkan masih rendahnya SR dari pemeliharan benih kakap
putih diantaranya disebabkan oleh faktor pakan yang belum sesuai baik jumlah
maupun kualitas gizinya. Pemberian pakan buatan merupakan salah satu upaya
guna meningkatkan produksi benih secara intensif. Ketersediaan pakan berkualitas
dalam jumlah yang cukup di waktu yang tepat merupakan salah satu faktor
penting dalam pemeliharaan ikan. Pakan ikan yang baik harus memiliki
kandungan nutrisi (zat gizi) yang sesuai dengan kebutuhan ikan, antara lain
kebutuhan energi, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Minjoyo et al. 2022).
Pada dasarnya pellet terdiri dari dua jenis yakni pellet kering (dry pellet)
dan pellet basah (moist pellet) di lihat dari segi ekonomis pellet kering paling
sering digunakan oleh pembudidaya dikarenakan lebih tahan lama jika
dibandingkan dengan pellet basah sebab itu kebanyakan pembudidaya

15
menggunakan pellet kering sebagai pakan buatan yang digunakan. Untuk
prosesnya pembuatannya adalah Penimbangan bahan, pencampuran bahan,
pengukusan, pengadukan, pencetakan dan pengeringan (Aslamiah et al. 2019).

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan kakap putih harus
sesuai dengan kebutuhan benih yang dipelihara, baik dari segi jumlah, waktu,
syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta kandungan nutrisi, agar pemberian pakan
buatan (pellet) ini tepat sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kualitas nutrisi
yang baik untuk hidup benih ikan kakap putih. Pada dasarnya semua jenis pakan
yang digunakan dalam budidaya ikan kakap kakap putih ada bermacam-macam
jenis nya mulai dari pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami yang dapat digunakan adalah fitoplankton
jenis Nannochloropsis, zooplankton jenis Brachionus plicatilis/rotifera, dan
naupli artemia. Penggunaan pakan buatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan
itu sendiri, oleh kerena itu untuk menjaga kualitas pakan diperlukan kualitas
penyimpanan pakan yang baik. Penggunaan pakan buatan (pellet) tidak tergantung
dengan musim, harga persatuan berat pakan bisa dihitung dan dapat diproduksi
setiap hari, serta mudah dilakukan penyimpanannya

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Amiin MK, Yusuf MW, Julian D, Putri SME. 2022. Optimalisasi ruang terbuka
hijau dengan sistem akuaponik berbasis pemberdayaan masyarakat di
Pahawang, Lampung. Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Vol. 1(2): 394-400

Andiewati S, Oliveira MS, Bofe J, Sait L, Roman M. 2022. Pengembangan


budidaya rumput laut sebagai komoditas unggulan di perairan atapupu
untuk meningkatkan perekonomian pada Wilayah Perbatasan RI-
RDTL. Aquatik Vol. 5(2): 24-29

Asdary M, PrastowoD, Yuliana, Kusumaningrum I. 2019. Pembesaran Kakap


Putih (Lates calcalifer) Dengan Sistem Resirkulasi Raceway.
Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut Vol. 1(14) : 64-70

Aslamiah SB, Aryawati R & Putri WAE. 2019. Laju pertumbuhan benih ikan
Kakap Putih (Lates calcarifer) dengan pemberian pakan yang
berbeda. Penelitian Sains Vol. 21(3): 112-117

Bahri S, Yuniati, Janifar A, Turmizi, Saputra E. 2022. PKM Usaha Produksi


Media Filter Biologis. Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri
Lhokseumawe Vol.6(1) : 70-74

Dewi N, Arthana I, Kartika G. 2022. Pola kematian ikan nila pada proses
pendederan dengan sistem resirkulasi tertutup di Sebatu, Bali. Perikanan
Vol. 12(3) : 323-332

Halim AM, Widodo A, Arifin MZ, Akbar MB. 2022. Teknik Pemeliharaan Larva
Ikan Kakap Putih (LatescCalcarifer) Di CV. Bali Akkua Marine Desa
Musi Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Chanos
chanos Vol. 20 No. 2 : 63 – 68

Jumardi J, Darma D, Asysyuura A, Sultan S, Fitriadi F. 2023. Budidaya Rumput


Laut dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat. Pertanian Agros
Vol. 25(1): 493-497

Minjoyo, H, Saputra, S, Sugiarto H, Syafe,MS. 2022. Aplikasi imunostimulan


pada pakan buatan untuk benih ikan kakap putih (lates calcarifer, bloch)
untuk meningkatkan imunitas dan pertumbuhan. Prosiding Seminar
Nasional Perikanan Indonesia Vol.1(1): 1-16

Naiu AS. Koniyo Y. Nursinar S. Kasim S. 2018. Penanganan dan Pengolahan


Hasil Perikanan. Gorontalo: Sudirman Press
Permana GN, Pujiastuti Z, Fakhrudin, Muzaki A, Mahardika K, Adiyana K. 2019.
Aplikasi Sistem Resirkulasi Pada Pendederan Ikan Kakap Putih, Lates
calcarifer Kepadatan Tinggi. Riset Akuakultur Vol. 14 (3) : 173-182

Pratama FA, Harris H, Anwar S. 2020. Pengaruh perbedaan media filter dalam
resirkulasi terhadap kualitas air, pertumbuhan dan kelangsungan hidup
benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya
Perairan Vol. 15(2): 95-104

Saimima A. 2020. Penerapan sistem Integrated Multi-Trophic Aquaculture


(IMTA) untuk peningkatan performa komoditas budidaya laut dan kualitas
lingkungan perairan di Kepulauan Banda Naira, Maluku. MUNGGAI:
Jurnal Ilmu Perikanan dan Masyarakat Pesisir Vol. 6(1): 19-28

Sitinjak L, Sinaga H. 2020. Pengembangan Budidaya Ikan Hias Air Laut Dengan
Penggunaan Biofilter Pada Sistem Resirkulasi. Albacore Vol. 4(2) : 133-
139

Sumitro, Arfan A, Kurniawan WH, Rifqah P. 2020. Evaluasi beberapa desain pipa
mikropori sebagai sistem aerasi dalam budidaya ikan lele (Clarias
gariepinus) intensif berbasis teknologi bioflok. Aquaculture and fish
health Vol. 9(2): 114-121

Sunaryo D. 2020. Optimalisasi Pendapatan Masyarakat Penerima Bantuan


Langsung Tunai yang Terdampak COVID-19 melalui Budidaya Nila
Merah Menggunakan Air Limbah Rumah Tangga dan Aplikasi Teknologi
Filter Alami. Komunitas : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol.
3(1) : 18-24

Yuniarti DP, Ria K, Suhadi A. 2019. Pengaruh proses aerasi terhadap pengolahan
limbah cair pabrik kelapa sawit di PTPN VII secara aerobiK. Biotik Vol.
4(2): 7-14

Zainuddin F, Nofianti T. 2022. Pengaruh nutrient N dan P terhadap pertumbuhan


rumput laut pada budidaya sistem tertutup. Perikanan Vol. 12(1) : 115-124

Zaman1 MB, Nurhadi S, Trika P, Dwi P, Hari P. 2022. Pemberdayaan petani ikan
untuk menunjang Agro Maritim di Tulungagung. Pengabdian kepada
masyarakat Vol. 6(1): 18-27

Anda mungkin juga menyukai