Anda di halaman 1dari 9

MATERI I

TUMBUHAN LAUT
(RUMPUT LAUT, LAMUN DAN MANGROVE)

Tujuan Praktikum :
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
berbagai jenis rumput laut, lamun dan mangrove yang umum ada di Indonesia,
kemudian mengetahui taksonomi, sistem reproduksi serta siklus hidup dari
lamun dan rumput laut. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengetahui
karakteristik morfologi dari mangrove.

Manfaat Praktikum :
Mahasiswa mampu membedakan jenis rumput laut, lamun dan mangrove
yang ada di Indonesia, kemudian mampu memahami taksonomi serta sistem
reproduksi dan siklus hidup lamun dan rumput laut.

Metode Praktikum :
1. Membuat herbarium dengan metode pengawetan kering.
2. Praktikum langsung mengamati karakteristik morfologi dari berbagai jenis
mangrove di rumah mangrove jurusan ilmu kelautan FMIPA UNSRI.

PENGANTAR
i. Rumput Laut
Rumput laut yang dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian
terbesar dari tanaman laut. Komoditas ini memiliki kegunaan yang sangat
tinggi, diantaranya sebagai penyedia bahan baku industri misalnya untuk bahan
makanan (dodol, minuman, kembang gula, dan lain-lain), kosmetik, dan juga
untuk bahan obat-obatan. Saat ini terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang
hidup di perairan Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 196 algae hijau, 134
algae coklat, dan 452 algae merah.
Rumput laut merupakan golongan tumbuhan perairan di laut yang
berukuran besar, dapat dilihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar dan
disebut juga makroalga. Secara alami rumput laut bersifat bentik atau tumbuh
menancap atau menempel pada suatu substrat di perairan laut. Jenis rumput laut
yang tumbuh di laut diperkirakan ada ribuan jenis. Berdasarkan FAO (2010),
tanaman air yang dibudidayakan dan diperdagangkan di dunia berjumlah 33
spesies.
Reproduksi rumput laut umumnya dilakukan melalui tiga cara yaitu
secara generatif (seksual dengan gamet), vegetatif (aseksual dengan spora) dan
pembelahan sel. Secara generatif terjadi dengan adanya peleburan antara
gamet-gamet yang berbeda yaitu antara spermatozoid yang dihasilkan dalam
antheridia dengan sel telur atau ovum yang dihasilkan dalam oogenium.
Reproduksi secara fragmentasi terjadi pada algauni seluler yaitu dengan cara
pembelahan sel sedangkan pada algamulti seluler, thallus akan patah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil kemudian tiap bagian tersebut akan tumbuh
menjadi individu baru.
Reproduksi secara vegetatif yaitu mula-mula tanaman tetrasporofit yang
hidup bebas (diploid) sel-selnya menjalani prosesmeiosis. Tetraspora kemudian
dilepaskan dan berkembang menjadi gametofit jantan dan betina yang haploid.
Gametofit jantan yang telah dewasa menghasilkan sel-sel permatangial yang
nantinya menjadi sel spermatangia, sedangkan gametofit betina menghasilkan
sel khusus yang disebutk arpogonia yang dihasilkan dari cabang-cabang
karpogonial.
Proses fertilisasi terjadi setelah spermatium mencapai trikogin dan
karpogonium, meleburkan intinya dan bersatu dengan inti telur. Zygot yang
dihasilkan mengalami pembelahan menjadi sel-sel yang bersifat diploid.
Kelompok sel yang diploid tersebut dinamakan karposporofit. Akibatnya dalam
satu kali fertilisasi dapat terbentuk karposporofit diploidyangakan tumbuh
menjadi tetrasporofit. Siklus hidup rumput laut umumnya bersifat trifasik,
artinya, dalam satu siklus hidupnya mengalami pergantian fase pertumbuhan
yaitu: fase gametofit, fase karposporofit dan fase tetrasporofit.
Dalam taksonomi ganggang atau alga termasuk kedalam Phylum
Thallopita yang terbagi kedalam tujuh divisi yaitu divisi Euglenophyta,
Chlorophyta, Crhysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pynophyta, Cyanophyta.
Ciri-ciri dari phylum ini yaitu tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati,
alat reproduksi terdiri dari satu sel,dan zygote yang merupakan hasil
pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh sesudah keluar dari
alat kelamin betina. Rumput laut adalah jenis algae (ganggang) yang tumbuh di
laut. Ganggang termasuk kedalam devisi Thalophyta dan terbagi menjadi empat
kelas yaitu, ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang cokelat (Phaeo-
phytceae), ganggang biru (Cyanophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae).

ii. Lamun
Tumbuhan lamun yaitu merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan
berpembuluh (vascular plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup
terbenam di dalam air laut. Tumbuhan lamun jelas memiliki akar, batang, daun,
buah dan biji. Lamun termasuk dalam kelas monocotyledoneae, anak kelas
Alismatidae sukunya Hydroecharitaceae dengan contoh jenis Syrinsodium
isoetifolium tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan
hidup di lingkungan laut yaitu:
• Mampu hidup di media air asin.
• Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam.
• Mempunyai system perakaran jangkar yang berkembang baik.
• Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan
terbenam.
Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup
terbenam dalam laut lainnya seperti makro alga atau rumput laut (sea weeds).
sea weed termasuk dalam difisi Thallophys (tumbuh-tumbuhan berthalus),
warna menjadi ciri khas tumbuhan ini, sifat khas difisi ini adalah antara akar,
batang dan daun belum bias dibedakan. Lamun tumbuh subur terutama di
daerah terbuka pasang surut dan perairan rantai yang dasarnya berupa Lumpur,
pasir, krikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman 4 meter dalam
perairan yang sangat jernih. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh
sampai 8-15 meter dan 40 meter.
Tempat yang banyak ditumbuhi lamun membentuk suatu ekosistem yang
dinamakan padang lamun. Padang lamun adalah suatu hamparan ekosistem
yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan lamun dan dihuni oleh berbagai jenis
biota laut seperti Bintang Laut, teripang, rumput laut (ganggang laut), dan
berbagai jenis ikan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan
pertumbuhan lamun yaitu seperti kecerahan, temperatur, salinitas, substrat dan
kecepatan arus.
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dengan membentuk stolon, secara seksual dengan hydrophilus:
plennya tersebar di badan air dan epihidrophyly: polennya berada dipermukaan
air. Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan
sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang
tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit
atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak
didapatkan pada padang lamun.
Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-
jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga
memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae,
epifit, mikroflora dan fauna. Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat
disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress.
Natural stress bisa disebabkan akibat gunung meletus, tsunami, dan
kompetisi, predasi sedangkan anthrogenik bisa disebabkan oleh perubahan
fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga. eutrofikasi (Blooming mikro alga
dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari), aquakultur
(pembabatan dari hutan mangrove untuntuk tambak memupuk tambak), water
polution (logam berat dan minyak), dan over fishing (pengambilan ikan yang
berlebihan dan cara penangkapannya yang merusak.

iii. Mangrove
A. Pengertian Dasar Mangrove
Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dan memiliki
fungsi ganda yaitu fungsi ekologi dan fungsi social-ekonomi. Berbagai produk
dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung,
diantaranya: kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas,
kulit, obat-obatan, dan perikanan (Noor et al. (1999), Bakhdal et al. (1999).
Mangrove juga mempunyai peranan penting dalam melindungi pantai dari
gelombang, angina, dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi
pemukiman, bangunan dan pertanian dari gelombang pasang (Noor et al. 1999).

B. Jenis-jenis Mangrove
Diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia,
yang terdiri dari 31 genera dan 22 family, lebih lanjutnya menurut Soegiarto
dan Polunin (1982), dari jumlah ini atau 51% atau 38 spesies hidup di Indonesia,
jumlah ini belum termasuk spesies ikutan yang hidup bersama di daerah
mangrove.

C. Karakteristik Morfologi Mangrove


Akar
1. Stilt roots (Akar tunjang)
2. Pneumatophor (Akar yang berbentuk seperti pensil)
3. Knee roots (Akar lutut)
4. Plank roots (Akar papan yang berbentuk seperti pita)
5. Buttress (Akar papan yang strukturnya seperti papan tulis)
6. Tidak berakar nafas

Daun
❖ Bentuk unit daun:
1. Bentuk Simple
2. Bentuk Compound
❖ Bentuk percabangan daun:
1. Bentuk opposite
2. Bentuk Alternate
❖ Bentuk lembaran daun:
1. Bentuk Lanceolate
2. Bentuk Elliptical
3. Bantuk oval
4. Bentuk Obovate
5. Bentuk Cordate
❖ Bentuk ujung daun:
1. Bentuk Acut
2. Bantuk Apiculate
3. Bentuk Rounded
4. Bentuk Emarginate

Bunga
Bentuk bunga (Inflorescence):
1. Bentuk Single
2. Bentuk cyme
3. Bentuk panicle
4. Bentuk spike
5. Bentuk raceme
6. Bentuk catkin (ament)
7. Bentuk umbel

Letak bunga berdasarkan posisi percabangan


1. Terminal
2. Axillary

Beberapa jenis Mangrove paling umum ditemui hampir diseluruh garis


pantai Indonesia
1. Avicennia marina
2. Avicennia Alba
3. Avicennia officinalis
4. Sonneratia alba
5. Sonneratia caseolaris
6. Rhizophora apiculata
7. Rhizophora mucronata
8. Rhizophora stylosa
9. Bruguiera gymnorrhiza
10. Bruguiera parviflora
11. Ceriops tagal
12. Xylocarpus granatum
13. Nypa fruticans

PENGAMBILAN SAMPEL
Alat dan Bahan di Lapangan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum dilapangan
tersedia pada Tabel 1 berikut:
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Alkohol 70% (1 liter) Untuk mengawetkan sampel
2. Koran Sebagai alat dan pembungkusan sampel
3. Sprayer (1) Sebagai alat menyemprotkan alkohol
4. Spidol (1) Sebagai alat penamaan
5. Gunting (1) Untuk memotong

Alat dan Bahan di Laboratorium


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum
dilaboratorium tersedia pada Tabel 2 berikut:
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Lem/Double tip Sebagai pelekat sampel
2. Karton padi/tripleks Alat untuk meletakkan sampel
3. Tali Untuk menggantung hasil sampel
4. Deskripsi dan Klasifikasi sampel Keterangan pada sampel
Pengambilan Sampel Herbarium
Di Lapangan
Ambil sampel lamun dan rumput laut

Bersihkan terlebih dahulu, kemudian bungkus menggunakan kertas koran

Semprotkan alkohol dengan menggunakan sprayer ke seluruh bagian sampel

Bungkus rapi sampel yang akan dikeringkan

Pengeringan dilakukan dengan metode pemipihan (press) dengan menimpa


sampel dengan benda datar yang berat

Jika terdapat sampel biji-bijian maka simpan dengan cara dibungkus

Di Laboratorium

Buka sampel yang telah dibungkus dan di press

Buatlah bingkai sampel dengan menggunakan kertas padi atau triplek

Beri gantungan pada bingkai dan beri klasifikasi dari sampel tersebut
Herbarium
❖ Sampel Herbarium
Metode yang digunakan adalah metode pengawetan kering. Metode ini
digunakaan untuk sampel herbarium atau tumbuhan guna menghindari
serangan jamur dan serangga.
❖ Prosedur Pengawetan Kering
Bersihkan sampel, dan cek kondisinya. Setelah itu, sampel dikeringkan.
Sebelum dikeringkan, terlebih dahulu sampel direndam dalam 3-5% buffered
Formalin Seawater selama sekitar sehari untuk menjaga warna aslinya atau
semprotkan sampel dengan alkohol 70%. Pengeringan dapat menggunakan
metode pemipihan (press) dengan menekan atau menimpa sampel
menggunakan benda berat yang datar. Gunakan alas yang menyerap air seperti
kertas atau koran. Persiapkan herbarium sheet. Letakkan sampel yang telah
dipipihkan pada suatu dasaran (bisa kertas karton, papan, atau potongan
kardus).

Salah satu contoh dari pengawetan kering adalah herbarium. Pelabelan dengan
kertas label. Pelabelan herbarium terdiri dari : Nama Koleksi/ Sampel Biota,
lokasi,Genus, Spesies, dilengkapi dengan nama lokal vegetasi, nama famili,
deskripsi singkat dan tanggal dikoleksi.

Anda mungkin juga menyukai