Anda di halaman 1dari 11

EKOSISTEM RUMPUT LAUT (SEAWEED)

Istilah rumput laut adalah terjemahan dari sea weed yang merupakan nama dalam dunia
dalam perdagangan internasional untuk jenis-jenis alga (e) yang dipanen dari laut. Sebenarnya
penamaan tidak tepat karena algae secara botanis tidak termasuk dalam golongan rumputrumputan (graminae). Nama agar-agar juga diberikan kepada jenis-jenis algae ini berdasarkan
kandungan kimianya.Diperairan pantai p.jawa umumnya yang disebut agar atau ager adalah
jenis Gracilaria verrucosa yang mengandung agar. Di Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara
nama agar diberikan kepada jenis euchema yang kandungan kimianya bukan agar melainkan
keraginan. Terlihat bahwa dalam penamaan terhadap algae laut ini terdapat banyak kesalahan.
Mungkin lebih tepat dengan istilah ganggang laut untuk menterjemahkan seaweed atau algae
laut. Ganggang berasal dari bahasa jawa (ganggeng) yang ditujukan kepada jenis-jenis tanaman
air.
1. Taksonomi
Dalam taksonomi ganggang atau alga termasuk kedalam Phylum Thallopita yang terbagi
kedalam tujuh divisi yaitu divisi Euglenophyta, Chlorophyta, Crhysophyta, Phaeophyta,
Rhodophyta, Pynophyta, Cyanophyta. Ciri-ciri dari phylum ini yaitu tidak mempunyai akar,
batang dan daun sejati, alat reproduksi terdiri dari satu sel,dan zygote yang merupakan hasil
pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh sesudah keluar dari alat kelamin
betina. Menurut Pulido dan Mc Cook (2008) rumput laut dapat diklasifikasikan menjadi 3 divisi
berdasarkan kandungan pigmennyayang digunakan dalam proses fotosintesis, yaitu:
Chlorophyta (hijau), Phaeophyta(cokelat) dan Rhodophyta (merah)

Tabel 1. Jumlah Spesies dan Sifat Hidup Divisi Alga (Soegiharto et al., 1992)
No

Divisi

Chlorophyta

Crysophyta
- Diatome
- Coccolithophoroid

Jumlah jenis

Proporsi

Sifat Hidup

7000

13%

Bentos

6.000-1000

96%

Planktonik

200

30-50%

Planktonik

1,100

93%

Planktonik

Phyrophyta
- Dinoflagellata

Phaeophyta

1,500

99,7%

Bentos

Rhodophyta

4,000

98%

Bentos

Cyanophyta

7,500

75%

Bentos

Phaeophyta (Rumput Laut Cokelat)


Istilah Phaeophyta berasal dari bahasa yunani phaios yang berarti cokelat dan
phyton tumbuhan: alga cokelat (Pulido dan Mc Cook, 2008). Rumput laut cokelatmerupakan
salah satu divisi makroalga dari kelas Phaeophceae yang berbentuk menyerupai seperti
lembaran, bulat dan menyerupai batang. Thalus dari alga ini berbentuk filamen, bercabang dan
berbentuk seperti lembaran daun. Karakteristik lainnya dari rumput laut tersebut adalah
dengan bentuk holdfast yang menyerupai cakram yang digunakan untuk menempel pada
substrat. Makroalga divisi Phaeophyta (Alga coklat) hidup di pantai, warna coklat karena
adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. memiliki bentuk thalli
lembaran, bulat atau menyerupai batang. Thallus tersebut berwarna coklat, berbentuk filament
bercabang dan bentuk seperti lembaran daun (Dawes, 1981).
Keanekaragaman alga cokelat mencapai lebih dari 250 genus dan 1500 spesies (Norton, et al.,
1996 dalam Graham dan Wilcox, 2000). Selain itu biomassa dari divisi Phaeophyta sangat besar
baik di perairan laut maupun tawar. Bentuk struktur alga ini terdiri dari ukuran filamen
mikroskopik hingga ukuran raksasa seperti giant kelp. Kelp raksasa dapat menghasilkan tingkat
produktivitas hingga mencapai 1 kg C m-2 yr -1, dengan tingkat pertumbuhan terbesar pada
2

musim dingin. Alga cokelat dapat membentuk biomassa pada daerah intertidal dan subtidal di
seluruh dunia. Daerah pantai yang kaya akan kepadatan Phaeophycean berada di negara seperti
Jepang, Amerika utara, Australia bagian Selatan, dan Inggris. Selain itu Phaeophycean tumbuh
optimal di perairan tropis dan subtropis (Graham dan Wilcox, 2000)
Rumput laut cokelat atau disebut juga dengan Phaeophyta umumnya hidup di air laut,
khusunya laut yang agak dingin dan sedang. Biasanya hidup pada perairan sublitoral yaitu alga
yang berada di bawah permukaan air dan intertidal yaitu alga secara periodik muncul
kepermukaan karena naik turun air akibat pasang surut (Graham dan Wilcox, 2000).
Rumput laut Merah (Rhodophyta)
Istilah Rhodophyta berasal dari bahasa yunani rhodo yang berarti cokelat dan
phyton tumbuhan: alga merah (Pulido dan Mc Cook, 2008). Menurut Romimohtarto dan
Juwana (1999) terdapat sebanyak 17 marga dari 34 jenis rumput laut merah di
Indonesia Rumput laut dari divisi Rhodophyta atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk
silindris, pipih dan lembaran. Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau
(Toni, 2006). Beragamnya warna yang dihasilkan makroalga ini disebabkan oleh pigmen
caroten, fuxoxanthin serta klorofil-a dan c. Dilihat dari bentuknya kelompok rumput laut ini
memiliki ukuran dan bentuk yang beragam. Kelompok makroalga merah sebagian besar bersifat
epifit, tumbuh di permukaan substrat yang keras seperti batu dan cangkang kerang. Alga
merah hidup di daerah intertidal dan sub-tidal perairan yang dalam (Dhargalkar dan Kavlekar,
2004).
Lobban dan Wynne (1981) melaporkan bahwa terdapat sebanyak 4100 spesies dalam 675
genus Rhodophyta atau alga merah di dunia. Namun di Indonesia menurut Romimohtarto dan
Juwana (1999) terdapat sebanyak 17 marga dari 34 jenis rumput laut merah di Indonesia.
Rhodophyta terbagi menjadi 2 kelas yaitu Florideophyceae dan Bangiophycidae. Menurut
Dixon (1973) dalam Lobban dan Wynne (1981) kelas Florideophyceae memiliki 12 famili
dimana 3 famili dari kelas ini (8 genus dan 90 spesies) hidup di periran tawar. Selebihnya
sebanyak 8 famili dari kelas Florideophyceae hidup di laut. Sementara itu 1 famili,
Acrochaetaetiaceae tersebar baik di perairan tawar maupun laut. Kelas Bangiophycidae
memiliki 5 ordo, 30 genus dan 110 spesies. Sebagian besar spesies dari kelompok ini hidup di

perairan tawar. Rhodophyta umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang
tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain. Rumput laut dari jenis ini
hidup di perairan yang lebih dalam dibandingkan rumput laut cokelat (Phaeophyta) (Luning,
1990)
Rumput laut hijau (Chlorophyta)
Istilah Rhodophyta berasal dari bahasa yunani chloro yang berarti hijau dan
phyton tumbuhan: alga hijau (Pulido dan Mc Cook, 2008). Rumput laut hijau dikenal sebagai
Chlorophyta karena mereka tampak berwarna hijau seperti kebanyakan tumbuhan tingkat
tinggi dan bersifat uniseluler maupun multiseluler. Dilihat dari ukurannya, jenis alga hijau ini
terdiri dari berukuran mikroskopik dan makroskopik (Dhargalkar dan Kavlekar, 2004). Rumput
laut ini memiliki thallus berbentuk membran, filamen, dan tabung (Toni. 2006). Hal ini
disebabkan keberadaan klorofil yang terdapat pada alga hijau tersebut.
Rumput laut hijau tersebar luas di lingkungan perairan tepi pantai dan menempal pada substrat
di dasar perairan laut, seperti karang mati, pasir, dan pecahan karang. Hidup di air laut,
keberadaannya dapat dijumpai di paparan terumbu karang dengan kedalaman 1 200 m.
Penyebaran rumput laut ini terutama di mintakat litorial bagian atas, khususnya dibelahan
bawah dari mintakat pasang surut dan tepat di daerah bawah pasang surut sampai kedalaman
10 meter atau lebih, sehingga beberapa rumput laut dari jenis Chlorophyta mendapat
penyinaran matahari yang bagus (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Berdasarkan tempat tumbuhnya, rumput laut dapat dibagi menjadi ;
1. Epilitic yaitu jenis rumput laut yang menempel pada batu
2. Epipelic yaitu jenis rumput laut yang menancap pada pasir
3. Epifitic yaitu rumput laut yang menempel pada tumbuhan
4. Epizaik yaitu rumput laut yang menempel pada hewan yang telah mati
Berdasarkan kandungan kimia, rumput laut dibagi tiga, antara lain ;
1. Rumput laut yang dapat menghasilkan agar (agarofit).
2. Rumput laut yang dapat menghasilkan karaginan (karaginafit).

2. Morfologi
Seluruh bagian tanaman yang dapat menyerupai akar, batang, daun ataupun buah semuanya
disebut thallus. Bentuk thallus ini bermacam-macam yaitu: bulat seperti tabung, pipih, gepeng,
bulat seperti kantong, seperti rambut, dll. Semua sifat-sifat thallus itu membantu dalam
pengenalan jenis atau species dalam klasifikasinya. Rumput laut tergolong pada jenis tumbuhan
tingkat rendah, pada tumbuhan ini tidap dapat dibedakan mana bagian akar, batang, dan daun
(thalus). Batang pada thalus ada yang berbentuk tabung, pipih, gepeng, seperti rambut, bulat
seperti ranting. Percabangan thalus bermacam-macam, ada yang tidak bercabang, ada yang
bercabang dua terus-menerus, dan berderet searah pada satu sisi thalus utama.
Bentuk thallus rumput laut ada yang tersusun oleh satu sel dan oleh banyak sel. Percabangan
thallus ada yang dikotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada
satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara
berselang-seling), verticillate (cabangnya berpusat melingkar), tetratichous (bercabang
empat/dua pasang pada thallus utama dengan panjang tiap-tiap pasang berbeda), polystichous
(bercabang banyak pada thallus utama dengan panjang tiap cabang berbeda), monopodial
(bercabang banyak pada setiap satu cabang di sumbu utama), dan simpodial (berderet searah
pada satu sisi pada setiap satu cabang di sumbu utama).

Sargassum cristaefolium

BROWN ALGAE

Turbinaria conoides
Sargassum polycystum

SEAWEED

Eucheuma spinosum
Gelidium purpurascens

RED ALGAE

Eucheuma edule

Gracillaria verrucosa
Eucheuma cottonii

Codium decorticatum

GREEN ALGAE
Caulerpa lentifera
Gambar 1. Jenis-jenis seaweed
3. Pola Reproduksi Rumput Laut
Perkembangbiakan rumput laut selain berfungsi sebagai kelestarian komunitas juga memiliki
kontribusi yang bermanfaat bagi perikanan. Pada saat musim persporaan algae, material
generative yang dikeluarkan secara berlimpah ke perairan bermanfaat sebagai tambahan
sumber makanan bagi organisme lainnya. Perkembangbiakan rumput laut secara generatif
memang agak sulit. Dari tanaman rumput laut yang (2n) dihasilkan sporaspora yang haploid
(n). spora-spora ini kemudian akan tumbuh menjadi dua jenis rumput laut, yaitu rumput laut
jantan dan rumput laut betina yang masing-masing bersifat haploid (n). selanjutnya rumput
laut jantan akan menghasilkan spermatium, yaitu sel kelamin jantan yang bersifat haploid (n)
6

dan tidak memiliki alat gerak, sementara itu rumput laut betina akan menghasilkan sel telur
yang juga bersifat haploid (n). Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat maka, pertemuan
antara spermatium dan sel telur akan menghasilkan suatu perkawinan yang ditandai dengan
terbentuknya zigot (2n).
Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif berlangsung lebih sederhana, karena tanpa
didahului dengan pembentukan tanaman yang haploid (n) maupun perkawinan. Setiap bagian
tanaman rumput laut yang dipotong dapat tumbuh menjadi rumput laut muda yang mempunyai
sifat seperti induknya (2n).
5. Habitat dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rumput Laut
Rumput laut memerlukan substrat sebagai tempat melekat agar tetap pada tempatnya. Rumput
laut banyak ditemukan melekat pada batu, potongan karang, cangkang moluska, potongan
kayu, pasir dan lumpur. Faktor-faktor oseanografis dan bermacam-macam substrat sangat
menentukan pertumbuhan rumput laut.
a. Sinar Matahari
Sinar matahari sangat diperlukan untuk melakukan fotosintesis, sehingga rumput laut yang
hidup di perairan dangkal sangat bagus pertumbuhannya, karena penetrasi sinar matahari dapat
mencapai dasar perairan. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam air berhubungan
dengan kecerahan karena rumput laut tidak dapat tumbuh atau terganggu pada lingkungan
yang keruh.
b. Gerakan Air Laut
Rumput laut memerlukan gerakan air yang cukup untuk membantu mempercepat absorbsi zat
hara. Gerakan air laut dapat terjadi karena adanya arus dan ombak. Arus dapat terjadi akibat
pengaruh dari pasang dan angin. Kisaran kecepatan arus yang cukup untuk pertumbuhan
rumput laut antara 10-30 cm dan gerakan ombak menyebabkan penyebaran spora di dalam
perairan.
c. Suhu
Suhu udara mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap pertumbuhan rumput laut,
sehingga rumput laut di pantai berbatu dapat mati baik karena kedinginan maupun kepanasan.
Rumput laut mempunyai kisaran suhu yang spesifik karena adanya enzim pada rumput laut.
Rumput laut akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai dengan suhu laut. Pada daerah tropis
rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 20-300C.
7

d. pH
Air laut mempunyai kisaran pH antara 7,9-8,3. Perubahan yang terjadi pada pH air laut akan
mempengaruhi kehidupan rumput laut. Kisaran 6-9 merupakan kisaran yang paling sering
ditemukan di perairan yang memiliki kepadatan rumpt laut sebesar 6,8-9,6
e. Unsur-unsur lain
Unsur Nitrogen dan Fosfat sangat diperlukan rumput laut untuk pertumbuhannya. Umumnya
unsur fosfat yang dapat diserap oleh rumput laut dalam bentuk ortho-fosfat. Sedang Nitrogen
di perairan diserap dalam bentuk nitrat. Kisaran nitrat yang baik di lautan bagi kehidupan
rumput laut adalah 0,01-5 mg/l.
6. Jenis biota yang berasosiasi pada ekosistem rumput laut (seaweed)
Jenis biota yang berasosiasi merupakan kelompok biota yang khas menghuni daerah rumput
laut.
Moluska
Hewan moluska terdiri dari banyak jenis, akan tetapi yang paling banyak dieksploitasi dan
dikonsumsi adalah jenis siput, kerang-kerangan dan cumi. Hampir sebagian besar hewan
moluska mempunyai cangkang, baik cangkang luar maupun cangkang dalam.

Gambar 2. (a) siput mata turbo Turbo, (b) kima Tridacna dan (c) sotong Sepia

Krustasea
Hewan krustasea meliputi jenis hewan yang memiliki banyak kaki, dan termasuk di dalamnya
adalah udang, kepiting, kalomang dan teritip. Umumnya hewan krustasea ini bersifat demersal,
kecuali teritip tang sifatnya melekat pada substrat.

Gambar 3. (a) lobster Panulirus, (b) kepiting hias Carpilus dan (c) teritip Lepas
Ekinodermata
Hewan ekinodermatan meliputi jenis hewan yang memiliki duri, terbagi atas 5 kelompok besar
yakni bintang laut, bintang ular, lilia laut, bulu babi dan teripang. Selain berduri, hewan
ekinodermata mempunyai struktur tubuh yang khas, yakni terdiri dari 5 bagian atau
lempengan.

Gambar 4. (a) bintang laut biru Linckia, (b) bintang ular Ophiotrix, (c) lilia laut Comanthina, (d)
bulu babi hitam Diadema dan (e) teripang Stichopus
9

Ikan dan Reptilia Laut


Ikan merupakan organisme yang beragam jenisnya. Berdasarkan tingkah lakunya, ikan ada
yang hidup secara individu, mengelompok dan gerombolan. Selain kecenderungan tersebut,
mereka juga mempunyai sifat territorial, dimana mereka akan menentukan wilayah
kekuasaannya sehingga jika diusik oleh penyelam, beberapa saat kemudian akan datang kembali
ke wilayah tersebut. Adapun jenis reptilian laut yang ditemui adalah ular laut dan penyu.

Gambar 5. (a) ikan lepu ayam Pterois, (b) ikan kambuna Platax, (c) ikan ekor kuning Caesio, (d)
ikan kepe-kepe Chaetodon, (e) nursery shark Carcharhinus, (f) moorish idol Zanclus dan (g) ikan
serinding malam Apogon
7. Penyebaran Rumput Laut di Indonesia
Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut.
Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat
ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput
laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai
di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas
karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat
10

dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang
di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah
pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai
pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh
sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan
diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia
yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya
berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau,
Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

11

Anda mungkin juga menyukai