Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha perikanan merupakan suatu upaya manusia dalam memanfaatkan
sumber daya perairan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan
penting dalam pemenuhan protein hewani, dimana pada ikan memiliki protein
tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Semakin meningkatnya jumlah populasi manusia maka menyebabkan
kebutuhan akan ikan juga ikut meningkat. Oleh karena itu, sangat wajar jika usaha
perikanan air tawar harus lebih giat untuk dikembangkan. Usaha budidaya
dibidang perikanan air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai
saat ini ikan konsumsi masih belum mencukupi kebutuhan manusia. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
meningkatkan sistem budidaya perikanan, karena dengan sistem ini dapat
menghasilkan ikan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Untuk mencukupi konsumsi ikan masyarakat perlu dikembangkan usaha
budidaya perikanan. Salah satu bisnis di sektor perikanan budidaya air tawar yang
mempunyai potensi cukup besar yaitu budidaya ikan tapah. Menurut Yurisman et
al., (2010) Ikan tapah (Wallago leeri) merupakan jenis ikan ekonomis penting dari
31 jenis ikan yang berhasil di identifikasi dari perairan Sungai Kampar Riau. Di
Kabupaten Kampar ikan ini merupakan ikan yang sangat digemari oleh
masyarakat karena memiliki ukuran yang besar (mencapai panjang 1,5 m dan
berat 35 kg). Triwibisono et al., (2015) Sebelum melakukan budidaya ikan
terlebih dahulu di domestikasi agar ikan terbiasa hidup dilingkungan terkontrol.
Ikan Tapah ini merupakan komoditi perikanan air tawar yang cukup penting
apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif
tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Untuk harga pengepul saja
dapat mencapai Rp 100.000/kg sedangkan harga pasar mencapai Rp 150.000/kg.
Ikan ini mempunyai peluang yang sangat baik untuk dibudidayakan. Namun
jumlah produksinya masih sangat rendah karena masyarakat masih mengandalkan
benih yang berasal dari alam, sebab itu ikan tapah sampai saat ini belum berhasil
dipijahkan secara semi buatan maupun buatan, sedangkan permintaan semakin
meningkat dari waktu ke waktu, apabila secara berlangsung terus-menerus maka
tidak tertutup kemungkinan ikan tapah mengalami kepunahan. Oleh karena itu
maka dibuatlah makalah ini untuk mengetahui apa yang menjadi kendala serta
masalah yang dihadapi dalam melakukan budidaya ikan tapah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja yang menjadi masalah dan kendala dalam melakukan usaha
budidaya ikan tapah ?
2. Adakah solusi yang dapat diberikan dalam mengatasi permasalahan dan
kendala melakukan usaha budidaya ikan tapah ?

1
1.3. Tujuan dan Manfaat
Dari rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja permasalahan dan kendala dalam melakukan
usaha budidaya ikan tapah.
2. Dapat memberikan solusi terhadap permasalahan dan kendala dalam
melakukan usaha budidaya ikan tapah.
Sedangkan manfaaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu dapat
mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan dan kendala dalam melakukan
usaha budidaya ikan tapah dan bagaimana solusi yang dapat diberikan agar usaha
budidaya ikan tapah menjadi lebih baik lagi. Selain itu makalah ini daharapkan
dapat menjadi sarana informasi bagi pembaca maupun penulis agar usaha
budidaya ikan tapah menjadi lebih berkembang lagi ke depannya.

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Permasalahan
Budidaya adalah tindakan untuk mengembangkan atau memperbanyak hasil
pertanian atau perikanan dengan menerapkan teknologi yang berkaitan, sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam penjabarannya budidaya perikanan
mencakup komponen Input (pembenihan), Proses (pembesaran dan pemeliharaan)
dan Ouput (panen atau pemasaran). Ketiga komponen tersebut akan sangat
mempengaruhi perkembangan Periakanan Budidaya. Di indonesia sendiri,
perkembangan Budidaya Ikan Konsumsi sangat baik, hal ini dapat di lihat dengan
berbagai inovasi-inovasi alat pembenihan ikan, alat pembesaran ikan, dan mesin
pengolahan. Selain itu, inovasi lain yang membantu dalam Budidaya Ikan
Konsumsi adalah pemberian pakan yang bernutrisi tinggi untuk Ikan yang
dibudidaya (Rahmawati, 2013). Dari sekian banyak ikan air tawar yang telah
dibudidayakan ada satu jenis ikan yang masih terdapat kendala dan permasalahan
dalam melakukan budidaya yaitu ikan tapah.

Gambar 2.1. Ikan Tapah (Wallago lieeri)

Pada usaha budidaya ikan tapah terdapat beberapa permasalahan dan


kendala yang dihadapi oleh petani ikan. Dari sekian banyaknya permasalahan dan
kendala yang dapat ditangkap oleh penulis yaitu diantaranya:
1. Benih ikan tapah masih mengandalkan dari alam
Selama ini para pembudidaya masih mengandalkan benih yang berasal dari
alam. Hal ini dikarenakan sampai pada saat ini ikan tapah masih belum bisa
dilakukan pemijahan secara buatan sehingga benih ikan tapah masih sangat sulit
untuk didapatkan. Gea (2018) mengatakan bahwa benih ikan tapah masih berasal
dari alam disebabkan belum dapat dipijahkan secara semi buatan maupun buatan.
Oleh sebab itu benih yang didapat oleh nelayan ikan tapah sangat tergantung pada
keadaan alam karena ikan tapah memijah saat musim banjir atau air meluap.
Selanjutnya Yurisman et al. (2010) mengatakan bahwa selama ini persediaan ikan
tapah hanya di peroleh dari hasil tangkapan di alam, jika dilakukan terus menerus
akan dapat merusak kelestariannya bahkan menyebabkan punahnya ikan tersebut.
2. Harga benih ikan tapah yang mahal
Sejalan dengan sulitnya mendapatkan benih ikan tapah yang berasal dari
alam maka akan menyebabkan ikut meningginya harga jual benihnya. Dimana
pada saat ini untuk harga benih ikan tapah bisa mencapai Rp.30.000/ ekornya
dengan ukuran benih 2-3 jari. Gea (2018) mengatakan bahwa harga jual benih
ikan tapah cukup tinggi dibandingkan ikan lainnya. Mahalnya benih ikan tapah
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelangkaan, permintaan yang tinggi
dan masih bergantung pada alam.

3
3. Ikan tapah tidak mau makan pakan buatan
Salah satu permalasahan lainnya yaitu ikan tapah tidak mau memakan pakan
buatan berupa pellet. Ikan tapah hanya mau memakan ayam mati yang diberikan
para pembudidaya. Hal ini menurut Sari (2014) ikan tapah bersifat predator, yaitu
ikan yang memakan ikan-ikan kecil yang berada disekitarnya dan dibuktikan lagi
bahwa ikan tapah ini memiliki gigi-gigi kecil yang sangat tajam. Ikan ini
menyukai pakan yang bergerak seperti ikan-ikan kecil atau ikan rucah, karena
ikan karnivora sangat membutuhkan protein yang tinggi untuk menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Namun ikan tapah membutukan waktu
yang lama untuk beradaptasi dengan pakan pellet, hal ini terlihat dari rendahnya
respon ikan dalam memakan pellet yang diberikan.
4. Proses pemeliharaan yang lama
Permasalahan selanjutnya yaitu proses pemeliharaan ikan tapah yang cukup
lama dimana untuk mencapai ukuran yang di inginkan dipasaran memerlukan
waktu pemeliharaan selma satu tahun. Oleh karena itu para pembudidaya kurang
tertarik dalam melakukan usaha pembesaran ikan tapah ini karena proses
pemeliharaannya yang lama sehingga siklus perputaran ungnya yang lama.
Triwibisono et al., (2015) mengatakan Pertumbuhan ikan tapah di pengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah jenis pakan yang diberikan dan dalam
jumlah yang tepat.

2.2. Solusi
Dari semua permasalahan dan kendala yang ditemukan dalam budidaya ikan
tapah solusi yang paling tepat yaitu melakukan domestikasi pada ikan tapah
terlebih dahulu karena pada saat ini ikan tapah belum bisa di domestikasi.
Domestikasi adalah suatu usaha penjinakan ikan-ikan liar atau yang hidup di alam
kedalam suatu lingkungan yang terkontrol. Menurut mulyadi (2005) tujuan
dilakukannya domestikasi yaitu untuk menambah jumlah spesies atau diversifikasi
komunitas akuakultur.
Menurut Aryani et al, (2000) agar dapat melaksanakan domestikasi dengan
baik maka perlu diketahui keadaan alami ikan yang dibudidayakan. Keadaan
alami tersebut diantaranya yaitu kondisi lingkungan ikan, kebiasaan makan dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan reproduksi ikan tersebut.
Teletchea dan Fontaine dalam Budi (2017) membagi level domestikasi ikan
menjadi (1) penangkapan ikan; (2) percobaan aklimatisasi pada lingkungan
budidaya; (3) sebagian dari siklus hidup dapat dicapai pada lingkungan budidaya
(misalnya induk tidak dapat memijah, larva mati, dan lainnya); (4) seluruh siklus
hidup dapat dicapai pada lingkungan budidaya tetapi masih ada input dari alam;
(5) seluruh siklus hidup dapat dicapai pada lingkungan budidaya dan tidak ada
input dari alam tetapi program selective breeding belum berkembang; (6) program
selective breeding telah dikembangkan dengan tujuan yang spesifik
(pertumbuhann, tahan penyakit, kualitas daging, dan lainnya).
Menurut Bilio dalam Budi (2017) bahwa syarat yang sangat diperlukan
untuk domestikasi adalah kontrol reproduksi yang konsisten dari tahun ke tahun
pada generasi-generasi ikan yang dipelihara dan dibesarkan di lingkungan
budidaya. Berdasarkan hal tersebut, spesies ikan dikatakan terdomestikasi
sempurna jika seluruh siklus hidupnya telah sepenuhnya terjadi di penangkaran,
tidak ada input dari alam seperti telur, larva, juvenil atau induk

4
Oleh sebab itu agar domestikasi tersebut berhasil perlu dilakukan
penanganan serta manjemen yang baik terhadap ikan tapah. Mulai dari proses
pemeliharaan induk sampai bertelur dan menetas menjadi larva ikan setelah itu
baru melakukan pemberian pakan yang susuai dan disukai oleh ikan tapah.
Menurut Teletchea dan Fontaine dalam Budi (2017) bahwa dalam melakukan
domestikasi memerlukan manajemen induk serta pemeliharaan larva dan juvenil
yang baik. Manajemen induk meliputi pemeliharaan induk, induksi pematangan
dan pemijahan, pengumpulan gamet dan telur, serta penetasan telur. Pemeliharaan
larva dan juvenil perlu sistem budidaya dan praktik pemberian pakan yang
memadai. Setelah satu siklus kehidupan yang lengkap telah berhasil dilakukan di
penangkaran maka proses domestikasi dapat terus lanjut.

5
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah ditulis tentang permasalahan dan kendala
dalam melakukan budidaya ikan tapah dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
permasalahan pertama yaitu benih ikan tapah masih mengandalkan dari alam
karena belum berhasil dilakukan pemijahan secra buatan. Kedua harga benihnya
yang mahal karena sulitnya menddapatkan benih ikan taah tersebut. Ketiga ikan
tapah tidak mau memakan pakan buatan berupa pellet dan hanya mau makanan
alaminya. Dan keempat yaitu proses pemeliharaan ikan tapah yang cukup lama
untuk mencapai ukuran yang diinginkan dipasaran dimana memerlukan waktu
pemeliharaan sekitar satu tahun.
Oleh karena itu untuk agar berhasilnya budidaya ikan tapah kedepannya
perlu dilakukan penelitian untuk melakukan domestikasi terhadap ikan tapah.
Domestikasi adalah suata tindakan atau penjinakan ikan-ikan liar yang hidup di
alam dan kemudian dilakukan pemeliharaan di lingkungan yang terkontrol. agar
dapat melaksanakan domestikasi dengan baik maka perlu diketahui keadaan alami
ikan yang dibudidayakan. Keadaan alami tersebut diantaranya yaitu kondisi
lingkungan ikan, kebiasaan makan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
reproduksi ikan tersebut.

3.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan oleh penulis dalam makalah ini yaitu agar
dapat lebih mengembangkan budidaya ikan tapah ini, karena ikan ini sudah mulai
jarang ditemukan di perairan terbuka. Dan bisa jadi beberapa tahun ke depan ikan
ini sudah punah. Oleh karena itu diharapkan kepada pelajar, mahasiswa serta
ilmuan yang bergerak dibidang perikanan agar dapat melakukan domestikasi
terhadap ikan tapah ini agar tidak terjadi kepunahan kedepannya.

6
TINJAUAN PUSTAKA

Aryani. N., Supriadi., I. Paralogi, Sukendi. 2000. Domestikasi dan Pembenihan


Kabupaten Kepulauan Riau. Laporan Hasil /ARM-11 Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.32 hal. (tidakditerbitkan).
Budi, D, S. 2017. Sejarah Domestikasi Ikan. http://www.trobos.com/detail berita
/2017/07/15/48/9117/ darmawan -setia-budi- spi-msi- sejarah domestikasi
ikan--. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018.

Gea, W, A. 2018. Usaha Pembesaran Ikan Tapah (W. leeri) pada keramba Milik
Ralis di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Budidaya perairan universitas islam riau. Pekanbaru. 45 hal
(tidak diterbitkan)

Mulyadi, 2005. Bahan Ajar Kuliah Budidaya Lautdan Muara Pantai. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.34 hal
(tidakditerbitkan).

Rahmawati H dan Hartono D. 2013.Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Air


Tawar. http://repository.unib.ac.id/410/1/HIJJAH%20RAHMAWATI-4.pdf
repository.unib.ac.id. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018.

Triwibisono, J., Usman, M, T., Rusliadi. 2015. Domestikasi Ikan Tapah (Willago
lieeri) Dengan Jumlah Pemberian Pakan Yang Berbeda. Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Riau. 12 hal (tidakditerbitkan).

Sari, Q.S. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Tapah (Wallago leeri) diperairan
sungai Siak dan Kandis Desa Karya Indah. Skripsi Universitas Riau.
Pekanbaru.78 hal.

Yurisman., Sukendi., dan Putra, R.M. 2010. Domestifikasi dan Pematangan


Gonad Ikan Tapah (Wallago Leeri) dari Perairan Sungai Kampar Riau.
Pekanbaru. 38 (1) : 107-117.

Anda mungkin juga menyukai