Anda di halaman 1dari 35

EVALUASI PIS-PK DESA NGEPANREJO SMD-MMD

KABUPATEN MAGELANG

Disusun oleh:

Yosephine Dumaria Budianti 1820221182


Rino Orleans Adam 1820221172
Ari Aprianto 1820221184
Triana Rizkia Malik 1820221190
Naifah Luthfiyah Putri 1820221170

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA PERIODE 22 FEBRUARI-3 APRIL 2021
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PIS-PK DESA NGEPANREJO


KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Yosephine Dumaria Budianti 1820221182

Rino Orleans Adam 1820221172

Ari Aprianto 1820221184

Triana Rizkia Malik 1820221190

Naifah Luthfiyah Putri 1820221170

ii
Telah dibimbing dan disahkan oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr.Ma’sumah dr.Hartoyo, M.Kes

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT atas
berkat dan rahmat Nya, sehingga laporan yang berjudul “Evaluasi PIS-PK Desa
Ngepanrejo Kabupaten Magelang” ini telah berhasil diselesaikan. Laporan ini
adalah salah satu bagian dari syarat dalam pemenuhan tugas kepaniteraan klinik
pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Pencegahan FK Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Ma’sumah selaku Kepala


Puskesmas Bandongan sekaligus pembimbing yang telah sabar membimbing dan
mengarahkan laporan ini, kepada dr. Hartoyo, M.Kes selaku pembimbing dalam
penulis laporan selama kami berada di Puskesmas Bandongan, tim pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan FK
Universitas Diponegoro Semarang, serta kepada seluruh staf di Puskesmas
Bandongan. Tidak ada hasil yang baik tanpa dukungan dari pihak-pihak yang
memberi pertolongan sehingga tersusunlah dan terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan dan segala kritik dan saran
sangat penulis terima dengan terbuka. Penulis berharap laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta bagi semua
pihak yang membutuhkan.

iii
Jakarta, Maret 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
BAB I TINJAUAN UMUM vi
I.1.1Keadaan Geografis dan Lingkungan 1
I.1.2Keadaan Demografi 2
I.1.3Daftar Masalah 2
BAB II ANALISIS MASALAH 5
II.1Identifikasi Masalah 5
II.2Prioritas Masalah 6
BAB III ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 9
III.1.Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah PIS – PK 9
III.2.Alternatif Pemecahan Masalah PIS – PK 12
III.3.Rekapitulasi Pemecahan Masalah PIS – PK 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 17
IV.1Kesimpulan 17

v
IV.2Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 19

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identifikasi Masalah 5


Tabel 2 Kriteria Penentuan Prioritas Masalah 6
Tabel 3 Prioritas Masalah Berdasarkan USGP 6
Tabel 4 Analisis Kemungkinkan Penyebab Masalah PIS-PK 9
Tabel 5 Alternatif Pemecahan Masalah PIS-PK 12

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wilayah Kecamatan Bandongan 1

vi
BAB I
TINJAUAN UMUM

I.1 Data Umum Desa Bandongan

I.1.1 Keadaan Geografis dan Lingkungan


Desa Ngepanrejo merupakan salah satu desa yang secara administratif
berada di wilayah Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah.

Gambar 1 Peta Wilayah Kecamatan Bandongan

Desa Ngepanrejo memiliki luas wilayah kurang lebih 284,75 Ha/m2 dengan
batas wilayah utara dengan Desa Kembang Kuning Kecamatan Windusari, batas
Timur dengan Desa Gandu Sari Kecamatan Bandongan, batas Selatan dengan

1
2

Desa Tono Boyo Kecamatan Bandongan, dan batas wilayah Barat dengan Desa
Pasang Sari Kecamatan Windusari.
Secara administratif Desa Pucungrejo mempunyai 14 dusun, 8 Rukun
Warga (RW) dan 36 Rukun Tetangga ( RT ) yang saling berdekatan antara RW
yang satu dengan RW yang lain dan antara RT yang satu dengan RT yang lain.
Dengan melihat kondisi yang ada maka semua wilayah dapat terjangkau dengan
mudah dari pusat Pemerintahan Desa.

I.1.2 Keadaan Demografi (DIBUAT TABEL SAJA)


Jumlah penduduk Desa Ngepanrejo adalah 4.841 jiwa dengan jumlah laki-
laki 2.477 jiwa dan perempuan 2.364 jiwa serta memiliki 14 Dusun yaitu Belon,
Beji, Krajan I, Krajan II, Posong, Citran, Garengan, Mantusari, Bebengan,
Kebonwage, Sawahrungun, Petunglemut, Petungombo, Petungkarang. Mata
Pencaharian pada pendudukan Desa Ngepanrejo berdasarkan data tahun 2020
yaitu kelompok tertinggi yaitu bekerja sebagai petani berjumlah 973 orang, di
ikuti 905 sebagai pekerja lainnya, 315 orang sebagai buruh tani, 297 orang
sebagai karyawan swasta, 68 orang sebagai tukang, dan sebanayak 8 orang
sebagai PNS. Pendidikan terakhir pada penduduk Desa Ngepanrejo berdasarkan
tahun 2020 yaitu kelompok tertinggi yaitu tamatan SD sebanyak 2283 orang, 574
orang tamatan SMP, 255 orang tamatan SMA, 6 orang tamatan Diploma I, 6
orang tamatan Diploma II, 12 orang tamatan Diploma III, 25 orang berpendidikan
Diploma IV, 24 orang tamatan S1, dan 6 orang tamatan S2. Jumlah sarana
kesehatan yang terdapat di Desa Ngepanrejo adalah 9 Posyandu, 1 Posyandu
Lansia.
I.1.3 Daftar Masalah. TAMBAHKAN KETERANGAN , BAHWA
BERDASAR TIDAK ADANYA DATA SMD, MAKA PADA
3

EVALUASI SMD-MMD PADA LAPORAN INI MEMAKAI DATA


PSI-PK......
Salah satu program utama pembangunan kesehatan saat ini adalah Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program Indonesia sehat
dengan pendekatan keluarga adalah salah satu program kesehatan yang dibuat
oleh Kementerian Kesehatan dengan cara mengunjungi setiap keluarga dengan
fokus sasaran kesehatan yang lebih kecil, dengan demikian didapatkan
permasalahan kesehatan di setiap keluarga sehingga dapat ditangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan. PIS-PK merupakan strategi yang dilakukan melalui
pendekatan keluarga yang programnya sudah ada di puskesmas. Terdapat empat
area prioritas PIS-PK yaitu penurunan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi, perbaikan gizi masyarakat khususnya untuk pengendalian prevalensi balita
pendek (stunting), pengendalian penyakit menular khususnya HIV-AIDS, TB dan
malaria, pengendalian penyakit tidak menular khususnya hipertensi, diabetes
mellitus dan gangguan jiwa.

Dasar pelaksanaan PIS-PK yaitu Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga. Dengan meningkatkan kesehatan keluarga maka akan meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Program Indonesia sehat memuat 12 indikator utama penanda status
kesehatan sebuah keluarga yaitu keluarga mengikuti program KB, ibu melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan, bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, bayi
mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif, balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan, penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar,
4

penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, penderita gangguan


jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, anggota keluarga tidak ada
yang merokok, keluarga sudah menjadi anggota JKN, keluarga mempunyai akses
sarana air bersih, keluarga menggunakan jamban sehat. Dari 12 indikator tersebut
didapatkan indeks kesehatan keluarga yang menunjukan status kesehatan keluarga
yaitu sehat (>80% indikator baik), pra sehat (50%-79% indikator baik) , dan tidak
sehat (<50%).
Berdasarkan hasil survei PIS PK tahun 2020 di Desa Ngepanrejo,
Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, didapatkan beberapa
indikator yang menjadi masalah bila dibandingkan dengan target kriteria keluarga
sehat yaitu 100%. Data diambil dari hasil survei ke seluruh KK (Kepala Keluarga)
di Desa Ngepanrejo.
Kuesioner terdiri atas pertanyaaan-pertanyaan yang terstruktur meliputi
komponen 12 indikator PIS-PK. Pada hasil survei PIS-PK, dua belas indikator
tidak memenuhi target sesuai kriteria keluarga sehat (100%) yaitu indikator
keluarga yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB), persalinan ibu di
fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, bayi mendapatkan
pematauan pertumbuhan, penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar, penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur,
penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan,
anggota keluarga tidak ada yang merokok dan keluarga sudah menjadi anggota
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), keluarga mempunyai akses sarana air bersih,
dan keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat. Namun, karena
keterbatasan anggota, kami hanya mengambil 5 masalah untuk dilakukan MMD
melalui analisa pribadi dan wawancara dengan puskesmas untuk mendapatkan
prioritas masalah. Lima masalah yang akan kami lakukan MMD antara lain
5

indikator bayi mendapat ASI ekslusif, penderita hipertensi melakukan pengobatan


secara teratur, keluarga mengikuti program KB, penderita TB paru mendapatkan
pengobatan sesuai standar, dan keluarga sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
BAB II
ANALISIS MASALAH

II.1 Identifikasi Masalah

Tabel 1 Identifikasi Masalah

JUMLAH CAKUPAN TARGET


NO INDIKATOR SASARAN
HASIL? (%) (%)
1 Keluarga mengikuti
program Keluarga 788 446 56.60% 100%
Berencana (KB)
2 Ibu melakukan persalinan
66 64 96.97% 100%
di fasilitas kesehatan
3 Bayi mendapat imunisasi
56 55 98.21% 100%
dasar lengkap
4 Bayi mendapat air susu ibu
83 65 78.31% 100%
(ASI) eksklusif
5 Balita mendapatkan
305 286 93.77% 100%
pematauan pertumbuhan
6 Penderita tuberkulosis paru
mendapatkan pengobatan 9 1 11.11% 100%
sesuai standar
7 Penderita hipertensi
melakukan pengobatan 193 18 9.33% 100%
secara teratur
8 Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan 11 5 45.45% 100%
dan tidak ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak
1.224 287 23.45% 100%
ada yang merokok
10 Keluarga sudah menjadi
anggota Jaminan 1.224 577 47.14% 100%
Kesehatan Nasional (JKN)
11 Keluarga mempunyai 1.224 1.089 88.97% 100%

6
7

akses sarana air bersih


12 Keluarga mempunyai
akses atau menggunakan 1.222 696 56.96% 100%
jamban sehat
8

II.2 Prioritas Masalah


Masalah-masalah di atas kemudian dilakukan penentuan prioritas dengan
metode USGP. Penentuan prioritas masalah didasarkan pada wawancara dengan
puskesmas dan Analisa pribadi. Indikator pada metode ini menggunakan bobot
nilai 1 – 5 adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Penentuan Prioritas Masalah

URGENSI SERIOUSNESS GROWTH POTENCY


(Mendesak) (Kegawatan) (Penyebaran) (Sumber Daya)
Sangat mudah Sumber Daya sangat
Sangat mendesak 5 Sangat ganas 5 menyebar/meluas 5 banyak 5
Mudah
Mendesak 4 Ganas 4 menyebar/meluas 4 Sumber daya banyak 4
Cukup
Cukup mendesak 3 Cukup ganas 3 menyebar/meluas 3 Sumber daya cukup 3
Sulit Sumber daya sedikit
Kurang mendesak 2 Kurang ganas 2 menyebar/meluas 2 2
Tidak
Tidak mendesak 1 Tidak ganas 1 menyebar/meluas 1 Sumber daya tidak ada 1

Tabel 3 Prioritas Masalah Berdasarkan USGP

KRITERIA USGP URUTAN


INDIKATOR BESAR
NO NILAI MASALAH
PROGRAM MASALAH URGENCY SERIOUSNESS GROWTH POTENCY
(U) (S) (G) (P) PRIORITAS
1 Keluarga mengikuti 43.40% 3.8 4.2 4.8 4.6 17.4 III
program Keluarga A=3 A=4 A=5 A=5
9

B=4 B=5 B=5 B=5


C=3 C=4 C=5 C=5
Berencana (KB) D=5 D=5 D=5 D=5
E=4 E=3 E=4 E=3
3.4 3.6 3 3.6
Ibu melakukan A=4 A=2 A =3 A=4
2 persalinan di 3.03% B=3 B=4 B=4 B=3 13.6 VII
fasilitas kesehatan C=5 C=5 C=3 C=4
D=4 D=5 D =3 D=4
E=1 E=2 E=2 E=3
3.2 3.6 3.6 3.8
Bayi mendapat A=2 A=5 A=3 A=4
3 imunisasi dasar 1.79% B=3 B=4 B=4 B=4 14.2 VI
lengkap C=5 C=4 C=4 C=4
D=5 D=3 D=4 D=4
E =1 E=2 E=3 E=3
4.4 4.8 4.6 4.8
Bayi mendapat air A=4 A=5 A=5 A=5
4 susu ibu (ASI) 21.69% B=4 B=5 B=5 B=5 18.6 I
eksklusif C=5 C=5 C=5 C=5
D=5 D=5 D=5 D=5
E=4 E=4 E=3 E=4
3 3.4 3 3.8
Balita mendapatkan A=3 A=5 A=3 A=5
5 pematauan 6.23% B=1 B=2 B=3 B=3 13.2 IX
pertumbuhan C=5 C=5 C=4 C=4
D=5 D=3 D=3 D=4
E=1 E=2 E=2 E=3
4 4 4.4 4.8
Penderita A=4 A=4 A =5 A=5
tuberkulosis paru B=3 B=3 B = 4 C= 5 B=5
6 mendapatkan 88.89% C=5 C=5 D=5 C=5 17.2 IV
pengobatan sesuai D=5 D=5 E=3 D=5
standar E=3 E=3 E=4

4.2 4.8 4.4 4.8


Penderita hipertensi A=4 A=5 A=4 A=5
melakukan B=4 B=5 B =5 B=5
7 90.67% 18.2 II
pengobatan secara C=5 C=5 C=5 C=5
teratur D=5 D=5 D =5 D=5
E=3 E=4 E=3 E=4
10

3.6 3.4 2.4 3.2


Penderita gangguan A=3 A=4 A=2 A=4
jiwa mendapatkan B=3 B=3 B=3 B=4
8 54.55% 12.6 XI
pengobatan dan C=5 C=4 C=3 C=3
tidak ditelantarkan D=5 D=4 D=3 D=2
E=2 E=2 E=1 E=3
3 2.6 3.2 4.2
Anggota keluarga A=3 A=4 A=4 A=4
9 tidak ada yang 76.55% B=2 B=2 B=3 B=4 13 X
merokok C=3 C=3 C=3 C=4
D=4 D=3 D=4 D=5
E=3 E=1 E=2 E=4
3.8 4 4.4 4.8
Keluarga sudah A=3 A=4 A=4 A=5
menjadi anggota B=3 B=3 B=5 B=5
10 52.86% 17 V
Jaminan Kesehatan C=5 C=5 C=5 C=5
Nasional (JKN) D=5 D=5 D=5 D=5
E=3 E=3 E=3 E=4
3 3.4 3.2 2.4
Keluarga A=1 A=4 A=3 A=3
11 mempunyai akses 11.03% B=2 B=3 B=3 B=2 12 XII
sarana air bersih C=5 C=5 C=4 C=3
D=5 D=3 D=4 D=2
E=2 E =2 E=2 E=2
3 3.6 3.2 3.6
Keluarga A=2 A=5 A=4 A=4
mempunyai akses B=2 B=4 B=4 B=4
12 43.04% 13.4 VIII
atau menggunakan C=5 C=5 C=4 C=4
jamban sehat D=5 D=2 D=3 D=3
E =1 E=2 E =1 E=3

Penentuan prioritas terlampir pada Ms Excel. Berdasarkan penentuan


priortas masalah USGP, didapatkan 5 prioritas masalah diKelurahan Ngepanrejo
adalah sebagai berikut:
1. Bayi mendapat air susu ibu
2. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
3. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
11

4. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar


5. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
BAB III
ANALISIS PEMECAHANAN MASALAH

III.1. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah PIS – PK


Berdasarkan 12 masalah yang tertera pada bab sebelumnya, dilakukan
analisis kemungkinan penyebab masalah yang berdasarkan referensi dan
wawancara dengan petugas puskesmas (Bidan Desa). Berbagai analisis
kemungkinan penyebab masalah telah dirangkum sebagai berikut.

Tabel 4 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah PIS-PK

No Masalah Penyebab Analisa


1 Bayi tidak
mendapat Air
Susu Ibu (ASI) 1. Kurangnya 1. Ibu tidak mengetahui
eksklusif pengetahuan ibu cara menyusui yang
mengenai cara baik dan benar agar
menyusui yang baik ASI lancar keluar
dan benar 2. Ibu-ibu muda banyak
2. Kurangnya yang merasa kurang
pengetahuan Ibu percaya diri dalam
mengenai manfaat memberikan ASI
yang didapatkan Eksklusif
dengan Pemberian 3. Ibu tidak mengetahui
ASI pada masa manfaat ASI dan
golden age pada akibat jika tidak ada
anak pemberian ASI
3. Kurangnya

12
13

pengetahuan Ibu
mengenai akibat
yang dialami oleh
Ibu dan anak jika
tidak memberikan
bayi ASI Ekslusif

2 Penderita
Hipertensi tidak
melakukan 1. Kurangnya tingkat 1. Penderita hipertensi
pengobatan pengetahuan warga yang tidak berobat
secara teratur desa untuk berobat teratur belum
rutin walaupun tidak mengetahui bahaya
ada keluhan, hipertensi yang tidak
dikarenakan terkontrol sehingga
hipertensi adalah penderita hipertensi
penyakit yang perlu masih tidak patuh
pengobatan rutin untuk meminum obat
dan terkontrol secara teratur
2. Kurangnya 2. Penderita hipertensi
kepatuhan pasien tidak ada yang
hipertensi dalam mengawasi dalam
meminum obat dan minum obat hipertensi
kontrol rutin secara teratur
3. Kurangnya anggota
keluarga atau
pengawas yang
14

mengawasi pasien
dalam meminum
obat hipertensi
secara teratur

3 Keluarga tidak 1. Kurangnya


mengikuti pengetahuan
program pasangan yang tidak 1. Pengetahuan
Keluarga mengikuti program pasangan yang tidak
Berencana (KB) KB mengenai mengikuti program
manfaat mengikuti KB masih kurang
program KB 2. Kesadaran keluarga
2. Kurangnya yang tidak mengikuti
kesadaran mengenai program KB masih
pentingnya kurang.
mengikuti program 3. Kurangnya sosialisasi
KB mengenai manfaat
3. Banyak pasangan yang didapatkan dari
berusia tua merasa mengikuti program
tidak perlu KB dan efek samping
menggunakan KB penggunaan KB
namun sering
didapatkan kasus
kehamilan tanpa
rencana
4. Ketakutan keluarga
yang tidak
mengikuti program
15

KB mengenai efek
samping dari KB
4 Penderita 1. Kurangnya
Tuberkulosis pengetahuan
paru tidak penderita TB paru 1. Kurangnya edukasi
mendapatkan tentang penyakit TB mengenai penyakit
pengobatan serta bahayanya bila TB serta bahayanya
sesuai standar tidak diobati bila tidak diobati
2. Kurangnya 2. Penderita tuberkulosis
sosialisasi kepada yang tidak berobat
penderita secara standar belum
tuberkulosis yang mengetahui
tidak berobat sesuai pentingnya
standar mengenai pengobatan
penyakit tuberkulosis harus
tuberkulosis dan secara tuntas agar
cara penyebarannya. bakteri dapat sembuh
3. Kurangnya anggota dari tuberculosis.
keluarga atau 3. Penderita tuberkulosis
pengawas yang paru yang tidak
mengawasi pasien berobat sesuai standar
dalam meminum kurang mengetahui
obat tuberkulosis tentang cara
secara teratur. penyebaran TB.
4. Kurangnya 4. Kurangnya sosialisasi
pemberian informasi mengenai
kepada keluarga pengendalian infeksi
terkait kepatuhan TB dan tugas
minum Obat Anti Pengawas Minum
Tuberkulosis (OAT)
dan pengendalian
16

infeksi TB

Obat (PMO) untuk


setiap pasien TB Paru

5 Keluarga belum 1. Masyarakat sudah 1. Keluarga yang tidak


menjadi mengenal JKN dan menjadi anggota JKN
anggota JKN manfaatnya namun kurang memahami
masih memiliki pentingnya menjadi
kendala dalam peserta Jaminan
mendaftarkan JKN Kesehatan Nasional
2. Sosialisasi dari (JKN)
pihak BPJS 2. Pendapatan mayoritas
Kesehatan kepada keluarga yang tidak
wilayah desa dan menjadi anggota JKN
distribusi informasi tidak mencukupi
tidak merata untuk membayar
3. Karena pembayaran premi bulanan
premi yang mahal .
menurut warga
terutama untuk
keluarga yang
memiliki jumlah
anggota banyak

III.2. Alternatif Pemecahan Masalah PIS – PK


Setelah dilakukan analisis kemungkinan penyebab, kemudian dilakukan
pencarian alternatif masalah untuk sebagai pemecahan masalah lain yang
17

berhubungan dengan penyebab tersebut. Alternatif pemecahan masalah


dirangkum sebagai berikut.

Tabel 5 Alternatif Pemecahan Masalah PIS-PK

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan


Masalah
1 Bayi tidak 1. Sosialisasi mengenai
mendapat Air cara menyusui yang
Susu Ibu (ASI) 1. Kurangnya baik dan benar agar
eksklusif pengetahuan ibu ASI lancar keluar
mengenai cara 2. Sosialisasi manfaat
menyusui yang baik ASI dan akibat jika
dan benar tidak ada pemberian
2. Kurangnya ASI
pengetahuan Ibu
mengenai manfaat
yang didapatkan
dengan Pemberian
ASI pada masa
golden age pada
anak
3. Kurangnya
pengetahuan Ibu
mengenai akibat
yang dialamai oleh
Ibu dan anak jika
tidak memberikan
18

bayi ASI Ekslusif


2 Penderita
Hipertensi tidak
melakukan 1. Kurangnya tingkat 1. Sosialisasi kepada
pengobatan pengetahuan warga pasien dan keluarga
secara teratur desa untuk berobat mengenai perlunya
rutin walaupun tidak pengobatan secara
ada keluhan, teratur pada hipertensi
dikarenakan serta bahaya apabila
hipertensi adalah hipertensi tidak
penyakit yang perlu terkontrol
pengobatan rutin dan 2. Perlu adanya anggota
terkontrol keluarga atau
2. Kurangnya pengawas yang
kepatuhan pasien mengawasi pasien
hipertensi dalam dalam meminum obat
meminum obat dan hipertensi secara
kontrol rutin teratur
3. Kurangnya anggota
keluarga atau
pengawas yang
mengawasi pasien
dalam meminum
obat hipertensi
secara teratur

3 Keluarga tidak 1. Kurangnya


mengikuti pengetahuan
program pasangan yang tidak 1. Penyuluhan jenis KB,
Keluarga mengikuti program
Berencana (KB) KB mengenai
19

manfaat mengikuti
program KB
2. Kurangnya manfaat KB, dan
kesadaran mengenai tujuan penggunaan
pentingnya KB.
mengikuti program 2. Sosialisasi cara
KB penggunaan tiap KB
3. Banyak pasangan sesuai kebutuhan
berusia tua merasa 3. Sosialisasi mengenai
tidak perlu pencegahan efek
menggunakan KB samping yang
namun sering mungkin dari
didapatkan kasus penggunaan KB
kehamilan tanpa
rencana
4. Ketakutan keluarga
yang tidak mengikuti
program KB
mengenai efek
samping dari KB
4 Penderita 1. Kurangnya
Tuberkulosis pengetahuan
paru tidak penderita TB paru 1. Sosialisasi pasien dan
mendapatkan tentang penyakit TB keluarga pentingnya
pengobatan serta bahayanya bila patuh minum obat
sesuai standar tidak diobati sesuai aturan
2. Kurangnya 2. Sosialisasi mengenai
sosialisasi kepada penyakit TB dan cara
penderita penularan TB
tuberkulosis yang
tidak berobat sesuai
20

standar mengenai
penyakit
tuberkulosis dan cara 3. Sosialisasi mengenai
penyebarannya. penyakit TB serta
3. Kurangnya anggota bahayanya bila tidak
keluarga atau diobati
pengawas yang
mengawasi pasien
dalam meminum
obat tuberkulosis
secara teratur.
4. Kurangnya
pemberian informasi
kepada keluarga
terkait kepatuhan
minum Obat Anti
Tuberkulosis (OAT)
dan pengendalian
infeksi TB
5 Keluarga belum 1. Masyarakat
menjadi anggota mengenai JKN dan
JKN manfaatnya namun 1. Sosialisasi keluarga
masih memiliki mengenai pentingnya
kendala dalam menjadi peserta
mendafrtarkan JKN Jaminan Kesehatan
2. Sosialisasi dari pihak Nasional (JKN)
BPJS Kesehatan terutama saat ada
kepada wilayah desa kejadian kesehatan
dan distribusi yang tidak terduga.
informasi tidak
merata
21

3. Karena pembayaran
premi yang mahal
menurut warga 2. Sosialisasi keluarga
terutama untuk mengenai cara
keluarga yang pendaftaran dan alur
memiliki jumlah pengurusan kartu
anggota banyak Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
3. Sosialisasi mengenai
pembayaran JKN.

III.3. Rekapitulasi Pemecahan Masalah PIS – PK


Berdasarkan analisis terhadap alternatif pemecahan masalah, telah dilakukan
rekapitulasi dengan hasil sebagai berikut:
1. Sosialisasi mengenai cara menyusui yang baik dan benar agar ASI lancar
keluar.
2. Sosialisasi manfaat ASI dan akibat jika tidak ada pemberian ASI.
3. Sosialisasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya pengobatan
secara teratur pada hipertensi serta bahaya apabila hipertensi tidak
terkontrol.
4. Sosialisasi pentingnya anggota keluarga atau pengawas yang mengawasi
pasien dalam meminum obat hipertensi secara teratur.
5. Penyuluhan jenis KB, manfaat KB, dan tujuan penggunaan KB.
6. Sosialisasi cara penggunaan tiap KB sesuai kebutuhan.
22

7. Sosialisasi mengenai pencegahan efek samping yang mungkin dari


penggunaan KB.
8. Sosialisasi pasien dan keluarga pentingnya patuh minum obat sesuai
aturan.
9. Sosialisasi mengenai penyakit TB dan cara penularan TB.
10. Sosialisasi tentang bahaya dan resiko penyakit TB bila tidak diobati.
11. Sosialisasi keluarga mengenai pentingnya menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) terutama saat ada kejadian kesehatan yang
tidak terduga.
12. Sosialisasi keluarga mengenai cara pendaftaran dan alur pengurusan
kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
13. Sosialisasi mengenai pembayaran JKN.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Desa Ngepanrejo masih banyak memiliki indikator kesehatan yang
bermasalah yaitu, kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengena pemberian ASI
pada bayi, Pengobatan hipertensi bagi penderita tidak teratur, kurangnya
kesadaran masyarakat tentang penggunaan KB, Penderita TB yang belum patuh
dan sadar terhadap pengobatan rutin, serta masih banyak keluarga yang belum
menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Secara umum penyebab dari
masalah-masalah tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan atau kurangnya
kesadaran masayarakat tentang kesehatan, sehingga pemecahan masalah yang
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah sosialisasi dan pendampingan
mengenai indikator yang bermasalah.

IV.2 Saran

a. Petugas kesehatan

1. Menciptakan lingkungan sosial yang mendorong masyarakat untuk mau


melakukan perilaku yang diperkenalkan dengan pemanfaatan media.
2. Melakukan evaluasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
3. Mengajak Ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk mengoptimalkan

23
24

pemberian ASI agar anak tumbuh kembang dengan optimal.


4. Mengoptimalkan program KB di Desa Ngepanrejo.
5. Mengingatkan selalu penderita TB dan Hipertensi akan pentingnya
pengobatan yang rutin dan terkontrol.
6. Membahas perilaku yang akan diubah, metode penyuluhan yang akan
diterapkan dan media promkes yang akan digunakan.
7. Mengajak masyarakat untuk mendaftarkan dan menggunakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) untuk pengobatan.

b. Perangkat desa

1. Mengawasi dan memastikan kegiatan sosialisasi dapat berjalan dengan


efektif di Desa Ngepanrejo.
25

2. Berkoordinasi dengan pihak terkait agar masalah kesehatan yang ada di


Desa Ngepanrejo dapat teratasi.

c. Masyarakat

1. Menerapkan materi penyuluhan dalam kehiduapan sehari-hari agar


masalah yang ada di Desa Bandongan dapat teratasi.
2. Mengikuti seluruh kegiatan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan atau
perangkat desa dalam memecahkan masalah di Desa Bandongan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Data PIS-PK  Desa Ngepanrejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten


Magelang 2020

2. Kementerian Kesehatan RI, 2016. Pedoman Umum Program Indonesia


Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
http://kemkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program
%20Indonesia%20Sehat%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf

3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2020. Kecamatan Bandongan


Tahun 2020. Magelang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.
https://pusaka.magelangkab.go.id/monografi/penduduk/pendidikan?
tahun=2020&kode_kecamatan=330814&kode_desa=3308142013

4. Profil Desa Ngepanrejo Tahun 2020

26

Anda mungkin juga menyukai