Anda di halaman 1dari 34

MARINE FISH DEEP WATER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi laut

Disusun oleh:

Heli Sangri 230110150082


Reza Gumanti 230110150087
Galuh Chandra Kirana 230110150100
Muhammad Abdul Habiibi 230110150133
Damar Pratama Putra 230110150142
Rintan Octaviana Julia 230110150153

Perikanan B/Kelompok 5

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biologi
Laut ini. Makalah yang telah terselesaikan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Biologi Laut.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah kami lainnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Jatinangor, Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Zonasi Laut ................................................................................ 3
2.2 Biota Laut Dalam ........................................................................ 9
2.2.1 Bioluminesens ............................................................................. 10
2.2.2 Organisme-Organisme Laut Dalam ............................................ 11
2.3 Sistematika Biota Laut Dalam .................................................... 19
2.3.1 Melanocetus johnsonii ............................................................... 19
2.3.2 Histioteuthis Heteropsis .............................................................. 21
2.3.3 Belut Gulper ................................................................................ 22
2.4 Ekosistem Laut Dalam ................................................................ 24
2.5 Adaptasi Fisiologi ....................................................................... 24
2.6 Adaptasi Reproduksi ................................................................... 26
2.7 Adaptasi Tingkah Laku ............................................................... 26

III PENUTUP
3.1 Simpulan ..................................................................................... 27
3.2 Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 28

iii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Zonasi perairan laut berdasarkan kedalamannya ....................................... 5
2 Viperfish ..................................................................................................... 11
3 Anoplogaster cornuta ................................................................................. 12
4 Grammatostomias flagellibarba ................................................................ 13
5 Melanocetus johnsoni ................................................................................ 14
6 Eurypharynk pelecanoides ......................................................................... 14
7 Architeuthus dux......................................................................................... 15
8 Harriotta raleighana .................................................................................. 15
9 B. melanostomus ....................................................................................... 16
10 Bathynomus giganteus .............................................................................. 16

iv
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1 Jenis binatang eribatik serta kedalamannya ............................................... 17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebesar 70 % wilayah bumi ini adalah perairan. Wilayah perairan terbesar
merupakan perairan samudra yang telah dikenal luas memiliki volume terbesar
yang memenuhi permukaan bumi. Dari wilayah tersebut hanya 10 % nya saja yang
merupakan wilayah yang berbatasan dengan benua dan pulau dari samudra yang
dapat didiami oleh organisme-organisme umum yang mudah dikenali. Berati
sebesar 90 % nya merupakan suatu wilayah yang sulit dijangkau dan memiliki
karakteristik khusus yang sulit untuk didiami mahluk hidup. Inilah bagian dasar
samudra yang gelap dan dingin sepanjang tahun itu. Bagian terluas dari lautan ini
merupakan bagian yang tidak mudah untuk dijangkau, gelap dan dingin sepanjang
tahun tersebut dinamakan zona laut dalam.(Nyibakken 1988).
Zona laut dalam masih memiliki berbagai misteri yang belum sepenuhnya
dapat di pecahkan dengan ilmu pengetahuan saat ini. Karena letaknya yang begitu
sulit untuk dijangkau dan keadaannya yang akstrim, membuat para ilmuan
berjuang dalam memecahkan misteri kehidupan laut dalam ini. Namun setidaknya
untuk saat ini telah hadir kapal-kapal selam yang mampu untuk mencapai
kedalaman laut tersebut sehingga dapat membantu para ilmuan untuk mengetahui
sebagian dari habitat perairan tersebut.
Saat ini kita lebih mengenal habitat perairan yang lebih dekat dengan
kehidupan kita, padahal 90% dari habitat perairan di bumi ini merupakan daerah
dimana kehidupannya sangat jauh dari aktivitas manusia. Bukankah munkin saja
habitat tersebut memiliki peran penting bagi kelangsungan kehidupan dibumi ini.
Dewasa ini telah diketahui bahwa Laut dalam ini merupakan sumber dari berbagai
bahan yang berguna bagi manusia bahkan tempat akhir berbagai macam sampah.
Maka dari itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai habitat laut dalam ini.

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan yang berjudul Marine Fish Deep Water ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Laut.

1.3 Manfaat
Manfaat dari mempelajari biologi laut khususnya biota laut dalam yaitu
mengetahui apa itu laut dalam, apa saja biota laut yang bertahan hidup disana serta
bagaimana adapatasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku biota dengan
lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zonasi Laut


Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu
vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat
dan Evans 2008). Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang
dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang diterima di dalam air,
sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken
1992). Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi.
Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan,
evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi.
Kedalaman juga sangat berpengaruh terhadap penentuan teknologi budidaya
perairan yang dilakukan di laut ataupun di perairan tergenang ataupun mengalir.
Kedalaman berhubungan erat dengan Batimetri yang berarti ilmu yang mempelajari
kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau.
Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief pantai atau daratan
dengan garis-garis kontur (contor lines) yang disebut kontur kedalaman (depth
contous atau subath). Berdasarkan kedalamannya perairan laut dapat
dikelompokkan menjadi 4 zona, antara lain :
A. Zona Litoral
Zona Litoral yaitu wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut.
Wilayah ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada saat
air laut mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang pantainya
landai. Zona litoral adalah bagian dari laut, danau atau sungai yang dekat dengan
pantai. Dalam lingkungan pesisir zona pesisir memanjang dari tanda air yang tinggi,
yang jarang terendam, untuk daerah pantai yang secara permanen terendam. Ini
selalu mencakup ini zona intertidaldan sering digunakan untuk berarti sama dengan

3
4

zona intertidal. Namun, arti dari “zona litoral” dapat meluas melewati zona
intertidal.
B. Zona Neritik
Zona neritik adalah zona laut yang memiliki kedalaman dangkal, sampai
kedalaman 200 meter. Zona neritik ini adalah zona indah primadona dengan aneka
ragam terumbu karang sekaligus tempat bekumpulnya ikan-ikan. Zona neritik
adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200 meter, zona ini
sering disebut wilayah laut dangkal. Ciri-ciri zona neritik diantaranya :
(1) Sinar matahari masih menembus dasar laut
(2) Kedalamannya ±200 m
(3) Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
Zona neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang
berbeda dengan zona oseanik karena :
(1) Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah.
(2) Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena
berbeda-bedanya zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan.
(3) Perairan neritik sangat berubah-ubah, baik dalam waktu maupun dalam
ruang, jika dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi
karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya tumpahan
berbagai zat terlarut dari darat ke laut.
(4) Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom
air berbeda antara mintakat neritik dan mintakat oseanik.
C. Zona Bathyal
Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki
kedalaman antara 150 hingga ± 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar
matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di
zona neritic. Zona batial laut dimulai dari batas bawah dari rak(biasanya 130-200
m) atas dasar lereng, yang terletak di kedalaman 2000 m zona ini ditandai dengan
air yang tenang, tidak adanya cahaya, hewan hidup sangat miskin dan pengaruh
yang lemah tanah dengan proses yang terjadi dalam lingkungan. Dengan tidak
adanya cahaya di sana, tidak ada tanaman.
5

D. Zona Abisal
Zona abisal adalah suatu zona di dasar laut yang amat dalam, dimulai dari
kedalaman 1000 meter sampai 6000 meter. Zona ini termasuk kedalam lubuk laut
dan palung laut. Tekanan air laut sangat besar sehingga hanya sedikit binatang-
binatang laut yang dapat hidup di zona ini. Binatang laut yang dapat hidup di zona
ini cenderung pipih dan panjang. Tepat di atas zona abisal terdapat zona bathyal,
daerah yang terakhir mendapatkan cahaya dimana sebagian besar kehidupan laut
itu ada.
Sedangkan tepat dibawah zona abisal yaitu zona hadal, daerah yang diliputi
oleh kegelapan abadi. Materi sedimentasi sangat halus, berupa sejenis lumpur yang
kemerah-merahan dan terdiri dari hancuran diatomea dan radiolaria, karena dalam
kedalaman sekitar 3000 meter kerangpun sebelum mencapai dasar laut telah hancur
dan larut. Dikarenakan tekanan air di zona abisal ini bertambah satu atmosfer setiap
kedalaman 33 kaki, hewan di zona abisal harus mampu menahan tekanan yang
besar. Tekanan ini membuat manusia sangat sulit untuk mengeksplorasi laut dalam.
Contoh binatang yang dapat hidup di zona abisal ini adalah cumi-cumi raksasa.
Karakteristik dari zona ini antara lain cahaya, tekanan, suhu, oksigen, dan makanan.
Karena sangat dalam dan gelap, lapisan abysal tidak mendapat cahaya. Sehingga
sebagian besar dari makhluk hidup di lapisan ini memiliki tubuh yang menghasilkan
cahaya biru-hijau (bioluminescence). Selain itu, mereka juga memiliki mata yang
lebih besar untuk menangkap cahaya lebih banyak.

Gambar 1. Zonasi perairan laut berdasarkan kedalamannya


6

Menurut Hutabarat dan Evans (1985), kedalaman perairan merupakan


petunjuk keberadaan parameter oseanografi. Intensitas cahaya matahari akan
berkurang secara cepat dan akan menghilang pada kedalaman tertentu, begitu pula
temperatur dan kandungan oksigen terlarut semakin berkurang pada kedalaman
tertentu sampai dasar perairan. Jadi kadar oksigen terlarut sangat berkaitan juga
dengan variabel kedalaman suatu perairan atau kolam.
Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan cahaya matahari.
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat dengan makin tingginya
kedalaman. Ini sebabnya fitoplankton sebagai produsen primer hanya dapat didapat
di suatu daerah atau kedalaman dimana sinar matahari dapat menembus pada badan
perairan.
Laut dalam adalah bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah ke
dalaman yang tidak dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka, dan lebih
dalam dari paparan- paparan benua ( >200 m). laut dalam diliputi suasana gelap
gulita sepanjang tahun (Nybakken 1988). Pada ekosistem laut dalam terdapat
komponen biotic serta abiotik. Selain itu terdapat interaksi antara komponen biotic
dan abiotik tersebut. Kompoen abiotik pada ekosistem laut dalam antara lain:
a. Suhu
Kecuali di bagian atas zona mesopelagik dimana pada pada waktu dan kondisi
tertentu masih ada cahaya matahari, laut dalam gelap gulita sepanjang masa
(intensitas cahaya nya sangat rendah) sehingga fotosintesis tak mungkin
berlangsung. Pada laut dalam tidak terdapat produksi primer ( Nybakken 1988).
b. Kedalaman
Suatu zonasi dasar yang dapat dilakukan ialah membagi laut menjadi dua
zona yaitu zona bentik ( berasosiasi dengan dasar laut ) dan zona pelagic (
berasosiasi dengan perairan terbuka ) . Karena terdapat perbedaan lingkungan fisik
antara kedua zona ini, maka asosiasi organisme di zona ini sangat berbeda. Dewasa
ini mungkin fauna bentik laut dalam lebih dikenal daripada fauna zona pelagic.

Menurut Nybakken(1988 :129), fauna bentik dapat dibagi menjadi dua yaitu
penghuni zona batial di lereng benua dan penghuni zona abisal yang merupakan
7

zona terluas di dasar laut dalam . Para penghuni palung – palung yang sangat dalam
menempati suatu zona yang dinamakan zona hadal ( ultra abisal ).
Di bagian pelagic sebelah atas terdapat suatu zona yang terletak tepat di
bawah zona eufotik. Banyak sekali hewan pwnghuni zona di bawah zona eufotik
ini yang mengadakan migrasi ke zona eufotik pada malam hari . Zona ini dinamakan
zona mesopelagik yang dihuni oleh sejum lah besar spesies hewan yang memiliki
mata yang telah berkembang baik dan berbagai organ penghasil cahaya.
Kebanyakan spesies ikan penghuni zona mesopelagik berwarna hitam,sedangkan
spesies udang berwarna merah. Karena zona ini lebih mudah dicapai dibandingkan
dengan zona – zona lainnya , pengetahuan tentang zona ini juga lebih banyak
diketahui . Jumlah organisme penghuni zona mesopelagik rupanya terbanyak\ di
antara zona – zona laut dalam lainnya. Zona ini membentang 700 sampai 1000 m
dari batas bawah zona eufotik ke arah dasar perairan. Batas bawah nya bergantung
pada lokasi perairan, kecerahan, dan factor – factor lain ( Nybakken 1988 :129).
Masih sangat sulit untuk mengadakan zonasi kolom air di bawah zona
mesopelagik dan batas bawah palung – palung ( di kedalaman sekitar 6000m ) di
bagi menurut Hedgpeth menjadi 2 zona yaitu ( Nybakken 1988 :129) :
 Zona batipelagik di bagian atas
 Zona abisal pelagic di bawah zona patipelagik.
Batas antara kedua zona ini sangat tidak jelas dan terdapat bermacam –
macam pendapat tentang batas kedua zona ini. Dibandingkan dengan zona
mesopelagik jumlah individu maupun spesies pada zona batipelagik dan zona abisal
pelagic jauh lebih kecil. Penghuni zona ini cenderung berwarna putih atau tidak
berwarna serta memiliki mata dan organ – organ penghasil cahaya yang rendah
tingkat perkembangannnya. Kolom air yang ada di dalam suatu palung dinamakan
zona hadal pelagik.
c. Tekanan Hidrostastik
Tekanan hidrostastik menunjukan kisaran yang terbesar dari semua factor
lingkungan laut dalam. Tiap kedalaman bertambah 10 meter akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan hidrostatik sebesar 1 atm . Karena laut dalam memiliki
kedalaman berkisar antara beberapa ratus mete sampai lebih dari 10000 m ( di
8

palung – palung tertentu ) ,tekanan hidrostatik berkisar antara 20 sampai lebih dari
1000 atm. Sebagian besar laut dalam bertekanan hidrostatik antara 200 sampai 600
atm( Nybakken 1988 :133).
Pengaruh tekanan hidrostatik terhadap organisme – organisme laut dalam
dapat disimpulkan dari beberapa percobaan terhadap suatu kelompok organisme
bahari yang dapat dipertahankan setelah ditangkap di laut dalam yaitu bakteri laut
dalam. Dari hsil percobaan yang dilakukan bahwa bakteri laut dalam berhenti
tumbuh dan berkembang biak pada tekanan – tekanan hidrostatik yang rendah , dan
aktif tumbuh dengan berkembang biak dengan baik pada tekanan – tekanan
hidrostatik tinggi, sama dengan tekanan – tekanan hidrostataik pada habitatnya(
Nybakken,1988 :133).
Penelitian dari Siebenaller dan Somero menunjukan bahwa perbedaan
tekanan hidrostatik sebesar 100 atm atau bahkan lebih kecil , dapat mengubah
sifat – sifat fungsional enzim – enzim – enzim yaitu dapat mengubah kemampuan
enzim – enzim untuk mengikat subatrat yang tepat dan merubah kecepatan reaksi
pengikatan ini( Nybakken 1988 :135).
Penelitian bahkan telah membuktikan bahwa tekanan sangat mempengaruhi
morfologi sel, termasuk kemampuan membentuk kumparan mitotic dan
melangsungkan mitosis. Bukti – bukti yang diperoleh melalui berbagai percobaan
membuktikan dengan menggunakan bermacam- macam hewan laut dalam sangat
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan bahwa tekanan hidrostastik mungkin
sangat penting dalam menentukan pola distribusi hewan laut dalam
(Nybakken 1988 :136).
d. Salinitas
Salinitas pada kedalaman 100 m pertama , dapat dikatakan konstan walaupun
terdapat sedikit perbedaan – perbedaan , tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara
nyata.
e. Oksigen
Hal yang aneh pada kadar oksigen di laut dalam adalah adanya suatu zona
oksigen minimum yang terletak antara kedalaman 500 dan 1000 m. Di bawah
maupun di atas zona ini, kadar oksigen lebih tinggi. Dalam zona oksigen minimum,
9

kadar oksigen mungkin kurang dari 0,5ml/liter. Terjadinya zona oksigen minimum
di kedalaman antara 500 dan 1000 m dan bukan di kedalaman – kedalaman yang
lebih dalam ialah karena di kedalaman melebihhi 1000 m kepadatan organisme
demikian rendahnya sehingga kadar oksigen di sini tidak nyata menurun.
Sebaliknya di kedalaman antara 500 sampai 1000 kepadatan organisme tinggi .

2.2 Biota Laut Dalam


Organisme yang hidup pada zona abisal dan bathyal sering tidak berwarna
atau berwarna putih kotor , dan tampaknya tidak berpigmen ( khususnya hewan –
hewan bentik ). Karakteristik fauna laut dalam :
 Mata yang besar
Mata yang besar akan memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi
cahaya di dalam laut dalam yang intensitas cahaya nya sangat rendah dan mungkin
diperlukan pula untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah yang
dihasilkan oleh organ – organ penghasil cahaya. Ikan – ikan pada laut dalam juga
memiliki penglihatan senja yang sangat peka karena adanya pigmen rodopsin dan
tingginya kepadatan batang retina.
 Tidak bermata
Pada zona laut dalam yang terdalam lebih dari 2000 m ( abisal pelagic dan
hadal pelagic ) ikan – ikan yang hidup disitu memiliki mata yang sangat kecil
bahkan tidak bermata karena hidup di lingkungan yang gelap gulita bahkan mata
tidak ada gunanya.
 Mata berbentuk pipa tubuler
Mata ikan ikan dari beberapa family berbentuk silinder pendek berwarna
hitam dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak
silinder .tiap mata mempunyai 2 retina ( yang satu di pangkal silinder sedangkan
yang lainnya di dinding silinder ). Retina di pangkal silinder fungsinya untuk
melihat obyek obyek yang dekat sedang yang terdapat di dinding silinder untuk
melihat obyek – obyek yang jauh.
10

 Memiliki mulut yang besar


Ikan laut dalam memiliki mulut yang besar , relative lebih besar daripada
ukuran tubuh nya , dibandingkan dengan ikan penghuni habitat bahari lainnya.
Dalam mulut ikan laut dalam terdapat gigi – gigi yang panjang melengkung ke arah
tenggorokan ( gigi-gigi ini menjamin bahwa apa yang tertangkap tidak akan keluar
lagi dari mulut . Mulut dihubungkan dengan tengkorak oleh suatu engsel yang
memungkinkan ikan membuka sangat lebar daripada tubuhnya , sehingga
memungkinkan untuk menelan mangsa yang lebih besar daripada tubuhnya. Hal
tersebut dilakukan sebagai adaptasi terhadap langkanya pakan di laut dalam.
 Gigantisme abisal
Kelompok – kelompoak invertebrate tertentu khususnya amfipoda ,isopoda ,
ostrakoda,misid, dan kopepoda berukuran jauh lebih besar daripada kerabat –
kerabat mereka yang hidup dalam perairan – perairan yang dangkal. Keadaan
dimana ukuran membesar dengan meningkatnya kedalaman . Hewan yang
berukuran besar lebih mobile serta mampu menjelajahi wilayah yang luas dalam
mencari pasangan bagi keperluan reproduksi dan memperoleh makanan..
Jangka hidup yang panjang juga berarti bahwa periode dewasa seksual juga
panjang , sehingga cukup waktu untuk mencari pasangan bagi kepentingan
reproduksi.
Kandungan air dalam jaringan jaringan tubuh ikan dan krustasea meningkat
seiring dengan meningkatnya kedalaman sedangkan kadar lipid dan protein
menurun

2.2.1 Bioluminesens
Bioluminesens adalah produksi cahaya oleh organisme yang hidup.
Mekanisme produksi cahaya tidak hanya dilakukan oleh hewan terrestrial namun
juga dilakukan oleh hewan aquatic. Spektrum warna yang dihasilakn berbeda
menurut spesies namun secara keseluruhan warna warna yang dihasilkan dari ungu
sampai merah. Organ penghasil cahaya disebut fotofor. Khusus pada ikan , cumi –
cumi fotofor terdapat dalam jumlah yang besar. Hewan yng memiliki fotofor paling
banyak terdapat di bagian atas laut dalam, yaitu zona mesopelagik dan bagian atas
11

zona batipelagik. Di bagian terdalam dari laut dalam jarang ditemukan


bioluminesens (Nybakken 1988 :149) .
Fungsi fotofor antara lain ( Nybakken 1988 :151 ) :
 Melumpuhkan sejenak predator . hal ini dapat terjadi karena fotofor
menghasilkan suatu cahaya kilat yang menyilaukan
 Sebagai umpan agar organisme yang dimangsa mendekat sampai jarak jangkau
terkaman seekor predator
 Menerangi daerah sekelilingnya sehingga suatu predator dapat melihat
mangsanya.

2.2.2 Organisme – Organisme laut dalam


Organisme – organisme laut dalam menunjukan adaptasinya terhadap
karakteristik laut dalam ( bertekanan besar, sushu ekstrem, langkanya makan,
suasana gelap gulita ) .Contoh adaptasi – adaptasi tersebut dapat kita lihat dari
contoh organisme yang hidup pada laut dalam antara lain :
1. Viperfish
Viperfish (ditemukan di zona mesopelagik pada kedalaman 80–1600 meter )
merupakan ikan yang terlihat seperti monster laut yang kejam. Beberapa dari
mereka berwarna hitam saat malam dengan organ cahaya (yang disebut dengan
photophores). Fotofor terletak pada salah satu tempat strategis pada
tubuhnya. Beberapa viperfish dan banyak spesies ikan laut dalam lainnya tidak
memiliki pigmen sehingga semua nya transparan.Mereka juga memiliki mata yang
besar untuk mengumpulkan cahaya dari daerah yang sangan minim cahaya. Organ
penghasil cahaya dari hewan laut mengahsilkan cahaya karena bioluminescen.

Gambar 2. Viperfish
12

2. Fangtooth
Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman 16 feet .
Meskipun terlihat seperti monster, hanya tumbuh sampai 6 inchi panjangnya,
memiliki body yang pensek dan kepala yang besar. Anoplogaster cornuta disebut
juga fangtooth karena memiliki taringyang panjang , tajam , serta ggi – gigi lain
yang menyerupai taring dalam jumlah yang banyak dan mulut yang besar.
Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat gelap hingga hitam.
Sedangkan fangtooth muda berwarna abu –abu cerah. Tekanan pada kedalaman 16
feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga sangat langka
sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan.
Fangtooth ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di
daerah tropis.

Gambar 3. Anoplogaster cornuta

3. Dragonfish
Ikan naga ( dragonfish ) atau Grammatostomias flagellibarba adalah predator
buas meskipun berukuran kecil. Dragonfish memiliki kepala yang besar , mulut
yang dilengkapi dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Ikan ini mampu
tumbuh hingga panjangnya 6 inchi.Ikan naga (n dragonfish ) memiliki photophores
di sepanjang sisi tubuhnya. Organ penghasil cahaya inilah yng digunakan sebagai
tanda kepada dragonfish lainnya selama kawin selain itu digunakan pula untuk
13

menarik perhatian mengsanya . Dragonfish hidup pada kedalaman 5000 feet ( 1500
) meter dan ditemukan pada laut tropis.

Gambar 4. Grammatostomias flagellibarba

4. Angler (Melanocetus johnsoni )


Angler atau Melanocetus johnsoni, memiliki badan yang berbentuk seperti
bola basket. . Melanocetus johnsoni memiliki mulut yang lebar dengan gigi yang
menyerupai taring yang tajam. Melanocetus johnsoni hanya tumbuh hingga
panjang 5 inchi. Melanocetus johnsonidiberi julukan angler karena
ikan tersebutmemiliki tulang belakang yang panjang dan pada ujungnya terdapat
photophores ( yang memproduksi cahaya ). Fakta yang naeh dari ikan ini adalah
bahwa ikan yang jantan lebih kecil dari iakn betina dan memiliki gigi kait yang
kecil yang digunakan untuk menempel pada ikan betina. Ketika menempel maka
pembuluh darah iakn jantan akan menyatu dengan pembuluh darah ikan betina.
Ikan jantan seperti parasit, karena mendapat seluruh nutrisi nya dari ikan betina.
Apabila ikan jantan tidak mampu menempel pada betina maka ia akan mati
kelaparan. Melanocetus johnsoni ditemukan pada kedalaman lebih dari 3000 feet.
14

Gambar 5. Melanocetus johnsoni

5. Gulper Eel (Eurypharynx pelecanoides)


Gulper Eel atau nama latinnya Eurypharynx pelecanoides merupakan salah
satu makhluk teraneh yang hidup di laut dalam. Mulut dari ikan ini sangat lebar
sehingga dapat memangsa hewan yang lebih besar dari nya. Perut ikan ini juga
dapat meregang untuk mengakomodasi makanan yang besar.Selain
itu Eurypharynx pelecanoides juga memiliki ekor yang panjang . Ikan jenis ini
ditemukan hampir di seluruh laut di dunia pada kedalaman 3000- 6000 kaki.

Gambar 6. Eurypharynx pelecanoides


15

6. Architeuthis dux
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan
panjang mencapa 60 kaki sehingga Architeuthis dux sekaligus menjadi
avertebrata terbesar di dunia. Architeuthis dux masuk ke dalam kelas
cephalopoda filum molluska dan merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa
saja yang dapat ditangkap ).

Gambar 7. Architeuthis dux

7. Harriotta raleighana
Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya . Ikan jenis memiliki
belati kecil seperti hidung yang mengingatkan pada salah satu kontur hidung
pesawat jet supersonik. Harriotta raleighana memiliki racun pada bgaian pertama
tulang belakang nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada
kedalaman 8000 kaki.

Gambar 8. Harriotta raleighana


16

8. Coffinfish
B.melanostomus memiliki badan yang lembek dan ekor yang panjang yang
ditutupi oleh duri – duri kecil. Spesies ini dapat tumbuh hingga panjang minimal 10
cm.B.melanostomus hidup pada kedalaman 1320 m sampai 1760 m.
Nama B.melanostomus diambil dari bahasa yunani melanos yang berarti hitam
dan stoma yang berarti mulut.

Gambar 9. B.melanostomus

9. Bathynomus giganteus
Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah Bathynomus
giganteusmerupakan salah satu anggota dari family isopoda Hewan ini dapat
mencapai panjang hingga 16 inchi . Bathynomus giganteus merupakan krustasea
karnivor yang beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu
ia juga memakan beberapa invertebrate kecil yang hidup pada kedalaman 2000
kaki.

Gambar 10. Bathynomus giganteus


17

Tabel 1. Beberapa jenis binatang eribatik serta kedalaman darimana


mereka diambil
Spesies Kedalaman
Porifera
Tenea murikata 30 sampai 3440 meter
Stilokordila borealis 2 sampai 3000 meter
Tantorium semisuberites 26 sampai 2970 meter
Polikheta
Lumbrikonereis impasiens Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Glisera ruksi Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Notomastus lateriseus Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Hidroides norvegika Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Pomatoseros 5 sampai 3000 meter

Amfikteis guneri 20 sampai 5000 meter

Siripedia
Veruka stromia Litoral sampai 300 meter
Kumasea
Diastilis levis 9 sampai 2980 meter
Edorela trunkatula 9 sampai 2980 meter
Isopoda

Antarturus furkatus 10 sampai 3010 meter


Lamelibrankiata
Limopsis aurita 38 sampai 3175 meter

Astarte sulkata 10 sampai 2000 meter


18

Skrobikularia longikalus 36 sampai 4400 meter


Gastropoda
Neptunea kurta 8 sampai 2580 meter

Neptunea islandika 30 sampai 3000 meter


Pungturela noakhina 8 sampai 2000 meter
Sisulera krispata 12 sampai 2300 meter
Natika grunlandia 3 sampai 2300 meter
Natika afinis 6 sampai 2600 meter
Skafander pungtostriatus 35 sampai 2800 meter

Asteroidea
Psedarkhaster pareli 15 sampai 2500 meter
Henrisia sanguinolenta 0 ampai 2450 meter
Ofiuroidea

Ofiakanta bidentata 5 sampai 4400 meter


Ofiofolis akuleata 0 sampai 2450 meter

Ofiura sarsi 10 sampai 3000 meter


Ofiokten seriseum 5 sampai 4500 meter
Ekhinoidea
Ekhinokardium austral 0 sampai 4900 meter
Holoturoidea
Mesoturian intestinalis 20 ampai 2000 meter
19

2.3 Sistematika Biota Laut Dalam


2.3.1 Melanocetus johnsonii
A. Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Phylum :Chordata
Class :Actinopterygii
Order :Lophiiformes
Family :Melanocetidae
Genus :Melanocetus
Species :M. Johnsonii

B. Morfologi
Melanocetus johnsonii adalah spesies ikan dalam keluarga Melanocetidae ,
yang seadevils hitam. Umumnya dikenal sebagai anglerfish bungkuk , blackdevil
bungkuk , dan anglerfish Johnson . ikan ini adalah ikan laut yang hidup di
kedalaman hingga 4.500 meter, tetapi umumnya yang tersisa di atas 1500 meter. Ini
adalah asli semua lautan di dunia, di mana ia dapat ditemukan di daerah beriklim
tropis dan banyak. Seperti di banyak Anglerfishes, betina jauh lebih besar daripada
jantan. Betina bisa mencapai 18 sentimeter panjang, sedangkan laki-laki yang
kurang dari 3 cm. Ikan ini memiliki kepala yang lebih dalam dari panjang, dibagi
secara vertikal dengan mulut. Mata kecil. Seperti Anglerfishes lainnya, ia memiliki
Illicium, yang "memancing memancing". spesimen Tinggal berwarna hitam.
Berbeda dengan jantan dari spesies anglerfish lain, jantan kecil spesies ini tidak
melekat pada betina secara permanen sebagai parasite.

C. Reproduksi
M. johnsonii jantan akan menemukan betina yang “prospektif” dengan cara
mengejar dan menggigit bagian tubuh betina yang terdekat dengan organ
reproduksinya. Bagian ini biasanya terletak di perut atau dekat ekor. Ikan jantan
yang telah menggigit, mengeluarkan enzim khusus dari mulutnya agar dapat
menempel pada tubuh betina. Pelan namun pasti, kepala dan tubuh pejantan akan
menyatu (fusi) dengan tubuh betina. Begitu pula dengan aliran darah dan nutrisi
dari si betina yang kini juga mengalir di dalam tubuh jantan. Ikan jantan bertindak
20

sebagai “parasit” dengan kebutuhan nutrisi dan pertahanan diri yang selalu didapat
pada ikan betina menjadikan ikan jantan mengikuti terus kemana betina itu pergi.
Tubuh ikan jantan yang sangat kecil tidak akan mempengaruhi ikan betina, dan ikan
jantan akan menjadi pemasok sperma segar bagi ikan betina setiap kali musim
bertelur tiba. Ikan jantan ini menemukan betinanya melalui indra olfaktorik
sehingga peluang jantan menemukan betina yang lewat sangatlah terbatas, sehingga
menyebabkan betinanya boleh jadi “digentoli” oleh 6 – 8 pejantan sekaligus.
Setelah pasangan ini bereproduksi, betina melepaskan telur-telur yang telah dibuahi
ke laut lepas. Telur-telur sungut gada menetas di wilayah landasan kontinental. Di
zona produktif tersebut, larva dapat berkembang di lingkungan yang nutrisinya
melimpah. Setelah larva beranjak dewasa, mereka kembali tenggelam ke
kedalaman 1000 – 3000 m di bawah permukaan laut dan mengulangi siklus hidup
seperti induknya.
Ikan jantan yang telah menempel pada ikan betina Lama-kelamaan, organ-
organ tubuhnya mengalami atrofi. Mata menjadi buta, organ pencernaan meluruh
dan tubuhnya menyusut. Kini, tubuh jantan hanya tersisa “benjolan” kecil
menggantung yang berfungsi untuk memproduksi dan memasok sperma bagi
betinanya. Hal ini bertujuan untuk meneruskan generasi dan melanjutkan proses
reproduksi ikan ini.

Gambar 12. Tubuh jantan yang melebur ke


tubuh betina (koleksi Dr. Theodore W.
Pietsch, University of Washington);
Gambar 11. Proses fusi jantan ke tubuh
http://www.nmfs.noaa.gov/rss/podcasts/wei
betina (http://animal-kid.com/male-angler-
rdfins/anglerfish.htm
fish-fused-to-female.html)
21

D. Cara Makan
Angler Fish mempunyai kemampuan memperpanjang kedua rahang dan
memperbesar ukuran perutnya. Karena kemampuan inilah angler fish bisa menelan
mangsa dua kali lebih besar dari ukuran tubuhnya. Dengan kemampuan ini angler
fish bisa menyimpan makanan dan bisa mengatasi kesulitan makanan saat musim
“paceklik”. Musim kekurangan makanan ini sering terjadi di laut dalam.

2.3.2 Histioteuthis heteropsis


A. Klasifikasi
Kerajaan :hewan
Divisi :Mollusca
Kelas :Cephalopoda
Subclass :Coleoidea
Memesan :Teuthida
Subordo :Oegopsina
Keluarga :Histioteuthidae
Marga :Histioteuthis
Jenis :H. heteropsis

B. Morfologi
Memiliki bentuk tubuh seperti cumi-cumi pada umumnya,sedangkan
pembeda dengan cumi pada umumnya adalah ukuran pada mata yang berbeda, satu
berukuran kecil, sedangkan mata yang lain dapat tumbuh lebih besar,
menggembung, dan berwarna kuning. Bahkan ukurannya bisa mencapai dua kali
ukuran mata satunya. Hasil dari pengamatan menunjukkan, hewan tersebut
menggunakan mata yang besar untuk menatap ke atas, mencari bayangan
mangsanya. Sementara mata kecilnya beradaptasi untuk melihat ke bawah,
memindai perairan gelap di bagian lautan yang disebut sebagai zona senja.

C. Reproduksi
Kebanyakan cumi-cumi melakukan reproduksi dengan cara seksual. Cara
berkembang biak cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina jika diterima
oleh betina kemudian menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk
mentransfer paket sperma disebut spermatophore ke betinanya. Betina
22

memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam kelompok
yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang "sneaker" jantan
mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus mereka melesat masuk ke dalam
tubuh betina untuk menambahkan sperma mereka ke telur betina yang berada di
dalam tubuh. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem
reproduksi reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Sedangkan
betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Cumi-cumi mempunyai
sistem reproduksi yang terpisah dimana gonadnya terletak pada bagian posterior
tubuhnya.

D. Cara Makan
Anatomi cumi-cumi, kita mengetahui bahwa ia memiliki
tentakel. Tentakel ini berfungsi sebagai alat gerak dari hewan ini, selain itu tentakel
juga berfungsi untuk memeriksa dan penagkap mangsa. Cumi-cumi hidup sebagai
pemangsa ikan dan binatang laut lainnya yang lebih kecil dari ukuran si cumi-cumi.

2.3.3 E. Pelecanoides (Belut Gulper)


A. Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Phylum :Chordata
Class :Actinopterygii
Order :Saccopharyngiformes
Suborder :Saccopharyngoidei
Family :Eurypharyngidae
Genus :Eurypharynx
Species: :E. Pelecanoides

B. Morfologi
Fitur yang paling menonjol Pelican belut adalah mulut yang besar, yang
jauh lebih besar dari tubuhnya. Mulut longgar berengsel, dan dapat dibuka cukup
lebar untuk menelan ikan jauh lebih besar daripada belut itu sendiri. Kantong-
seperti rahang bawah menyerupai sebuah pelican, maka namanya. Rahang bawah
adalah berengsel di dasar kepala, tanpa massa tubuh di balik itu, membuat kepala
tampak proporsional besar. Ketika memakan mangsa, air yang tertelan dikeluarkan
melalui insang. belut gulper hitam dan beberapa subspesies mungkin memiliki garis
23

putih lateral tipis. Mereka adalah ikan pari-bersirip, dan hanya menyerupai belut
dalam penampilan. Belut gulper sangat berbeda dalam penampilan untuk sebagian
besar spesies belut lainnya [yang benar]. Belut gulper tidak memiliki perbedaan
dengan belut pada umjumnya,hanya belut gulper memiliki kekurangan sirip perut,
sedangkan ikan lain memiliki segmen otot "W-berbentuk".Tidak seperti banyak
makhluk laut dalam lainnya, ia memiliki mata yang sangat kecil. Hal ini diyakini
bahwa mata berevolusi untuk mendeteksi jejak samar cahaya daripada bentuk
gambar. Belut gulper juga memiliki, cambuk seperti ekor yang sangat panjang.
Spesimen yang telah dibawa ke permukaan dalam jaring ikan telah dikenal
memiliki ekor panjang mereka terikat ke dalam beberapa knot. Belut gulper
menggunakan cambuk seperti ekor untuk gerakan. Ujung ekor beruang organ
kompleks dengan banyak tentakel, yang bersinar merah muda dan memberikan off
sesekali berkedip merah cerah. Hal ini bertujuan untuk menarik mangsa, meskipun
kehadirannya di ujung tubuh dari mulut menunjukkan belut mungkin harus
mengadopsi postur yang tidak biasa untuk menggunakannya secara efektif. Belut
Pelican tumbuh sekitar 0,75 m (2,5 ft) panjang.

C. Reproduksi
Tidak banyak yang diketahui tentang kebiasaan reproduksi belut gulper.
Saat jatuh tempo, laki-laki mengalami perubahan yang menyebabkan pembesaran
organ penciuman, bertanggung jawab untuk indera penciuman, dan degenerasi dari
gigi dan rahang. Betina, di sisi lain, relatif tidak berubah pada saat jatuh tempo.
Organ penciuman besar di laki-laki menunjukkan bahwa mereka mungkin
menemukan pasangan mereka melalui feromon dirilis oleh perempuan. Banyak
peneliti percaya bahwa belut mati tak lama setelah reproduksi

D. Cara Makan
Perut dapat meregang dan memperluas untuk mengakomodasi makanan
besar, meskipun analisis isi lambung menyarankan mereka terutama makan
krustasea kecil. Meskipun ukuran besar dari rahang, yang menempati sekitar
seperempat dari total panjang hewan, hanya memiliki gigi kecil, yang tidak akan
konsisten dengan diet biasa dari ikan besar. [3] Mulut besar mungkin merupakan
24

adaptasi untuk memungkinkan belut untuk makan lebih banyak jenis mangsa saat
makanan langka. Hal ini juga dapat digunakan seperti jaring besar. belut dapat
berenang ke dalam kelompok-kelompok besar udang atau krustasea lainnya dengan
mulut terbuka lebar, meraup mereka sebagai kelanjutannya. Belut gulper juga
dikenal untuk memberi makan pada cumi (cumi-cumi) dan invertebrata kecil
lainnya. Ketika belut tegukan mangsanya ke rahang yang sangat besar, juga
membutuhkan dalam jumlah besar air, yang kemudian perlahan-lahan dikeluarkan
melalui insang. Gulper belut sendiri dimangsa oleh ikan lanset dan predator laut
dalam lainnya.

2.4 Ekosistem Laut Dalam


Ekosistem ini memiliki ciri spesifik, yaitu tidak terjangkau oleh sinar
matahari. Sebagai akibatnya, di ekosistem ini tidak ditemukan organisme
fotoautotrof. Jumlah detritivora (pengurai), karnivora (pemakan daging), dan
saprofor (pemakan sampah) sangat melimpah di dalam ekosistem ini. Banyak di
antara organisme ini dilengkapi dengan organ yang dapat mengeluarkan cahaya dan
mempunyai mata yang sangat peka. Hewan-hewan yang hidup di perairan dalam
warnanya gelap dan mempunyai mata yang indah yang peka dan mengeluarkan
cahaya. Hal ini sebagai adaptasi terhadap keadaan lingkungan yang gelap. Daur
mineral pada ekosistem perairan laut dalam terjadi karena gerakan air dalam pantai
ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air ini digantikan oleh air dari daerah
yang terkena cahaya, sehingga terjadi perpindahan air dari lapis bawah ke atas
Makanan konsumen berasal dari plankton yang mengendap dan vektor yang telah
mati. Jadi, di dalam laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan.

2.6 Adaptasi Fisiologi


Tekanan hidrostatik yang tinggi mempengaruhi kemampuan ikan dalam
melakukan reaksi – reaksi fisiologis yang diperlukan untuk membangun kerangka
yang kuat. Sehingga ikan yang hidup di daerah dengan tekanan hidrotatik tinggi
seperti dilaut dalam memiliki kerangka lunak. Gelembung renang (gas bladder)
pada umumnya tidak dimiliki oleh ikan – ikan yang hidup pada kedalaman lebih
25

dari 1000 meter, sebagai gantinya ikan – ikan ini umumnya memiliki organ yag
mampu menghasilkan cahaya. Tekanan air dapat mempengaruhi kelarutan gas
dalam darah. Sehingga organisme yang hidup diperairan dengan tekanan hidrostatik
yang tinggi akan mengalami hambatan dalam mencukupo kebutuhan oksigennya
(Bond 1979).
Sedikitnya ada tiga kecenderungan adaptasi morfologi ikan – ikan laut dalam,
terutama kelas gass bladders (ikan yang mempunyai gelembung renang), yaitu :
 Bertambahnya panjang rate mirabile yang merupakan tempat sekresi gas,
dimana sekresi gas akan berlangsung lebih efektif jika permukaan rete
mirabile semakin luas. Sebagai contoh, ikan – ikan yang hidup di wilayah
zona ephipelagic biasnya memiliki panjang rete mirabile kurang dari 1 mm,
ikan bagian atas mesopelagic 1 – 2 mm, ikan pada bagian bawah
mesopelagic 3 – 7 mm da ikan – ikan pada zona bathypelagic memiliki rete
mirabile ikan akan semakin panjang sesuai dengan bertambahnya
kedalaman (Hoar dan Randall 1970).
 Ikan – ikan yang hidup dengan kedalaman yang konstan (tidak melakukan
migrasi vertikal) pada zona bathypelagic tidak memiliki gas bladder,
otot – otot dan kerangkanya menjadi lebih kecil sehingga dapat mengurangi
bobot tubuh. Sementara ikan – ikan yang hidup dekat permukaan air dan
ikan yang melakukan migrasi secara vertikal pada zona mesopelagic
biasanya masih memiliki gas bladder. Ikan yang melakukan migrasi
vertikal secara cepat dan berulang harus mampu melakukan absorpsi dan
sekresi gas dalam gas bladder secara cepat untuk mengimbangi perubahan
tekanan hidrostatik yang drastis.
 Hiu benthic seperti Centrocymmus dan Etmopterus tidak memiliki gas
bladder, tetapi memiliki hati berukuran besar yang mencapai 25% dari
bobot total tubuhnya. Beberapa ordo Protacanthopterygii, Stenopterygii,
Cylosquamata dan Scopelomorpha memiliki katup yang terletak diantara
gas bladder dengan lambung dan berguna untuk menjaga agar gas tidak
dapat keluar melalui mulut.
26

2.7 Adaptasi Reproduksi


Menurut Fahmi (2010), Ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka
mempunyai cara-cara khusus agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk
dalam hal reproduksi. Langkanya sumber makanan yang ada di laut dalam
mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan organisme, Juga menimbulkan
masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis kelamin yang berbeda untuk
keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas dan gelap gulita tersebut.
Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan- ikan pemancing (Angler
fishes) dari bangsa Ceratoidea adalah ikan-ikan jantan tersebut menemukan
pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan tersebut menemukan
betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan betina dengan gigi-
giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi. Kulit ikan jantan lambat-
laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem sirkulasinya juga ikut bersatu,
sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung pada ikan betina. Ikan jantan akan
menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit dengan menempel pada tubuh ikan
pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan menyerap dari tubuh betina tersebut.
Ketika ikan betina tersebut memijah, maka telur-telurnya akan segera dibuahi oleh
ikan jantan.

2.8 Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku
/perilaku terhadap lingkungannya.Adaptasi tingkah laku contohya pada
pengeluaran tinta pada Cumi-cumi untuk penyelamatan diri. Serta beberapa ikan di
dasar laut yang dapat berubah bentuk mengikuti kondisi lingkungannya seperti
bersembunyi atau menyerupai pasir di dasar laut serta menyerupai tumbuhan–
tumbuhan dasar laut untuk menghindari dari para predator yang ingin
memangsanya contohnya ikan pari yang ekornya sangat beracun, lalu juga ada lion
fish yang dapat menyengat jika disentuh atau mengalami gangguan dari predator
lain hewan ini sangat berbahaya bagi para penyelam (Darmadi 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Zona laut terbagi menjadi 5 yaitu, zona litoral, zona neritik, zona bahtyal,
zona abisal dan zona hadal. Komponen abiotik pada ekosistem laut dalam yaitu
suhu, kedalaman, tekanan hidrostatik, salinitas dan oksiger terlarut. Karakteristik
biota laut dalam diantaranya matanya besar dan bahkan ada yang tidak bermata,
memiliki mulut yang besar, gigantisme abisal, serta bisa mengeluarkan cahaya
sendiri. Organ penghasil cahaya disebut fotofor. Fungsi dari fotofor antara lain
untuk melumpuhkan sejenak predator, sebagai umpan dan untuk menerangi daerah
sekelilingnya.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini alangkah lebih baik mencari literature yang
lebih baik agar proses penyusunan menjadi lebih mudah dan dapat memperjelas
makalah ini serta pembagian burung-burung secara ekologis lebih mendetail.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bond, C. E. 1979.Biology of Fishes. W. B. Sauders Company, Philadelphia

Darmadi. 2010. Produktivitas Primer Di Lingkungan Perairan.


http://gusri.heck.in/makalah-produktivitas-primer.xhtml.

Ekman S.1953. Zoologi dari lautan.Sidgwick& Jackson,Ltd.London dalam ( Mc .


Connaughey, Bayar dan Robert Zottoli. 1983,412 )

Fahmi, M. R dan R. Hirnawati. 2010. Keragaman Ikan Sidat Tropis (Anguilla sp.)
di Perairan Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Prosiding
Forum Teknologi Akuakultur, 1-8, Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok

Helfman, G.S., Collette, B.B., and Facey, D.E. 1997. The Diversity of Fishes.
Blackwell Science. USA.

Hutabarat S dan Evans S M. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia


Press. Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis.
Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Begen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo
[Penerjemah]. Terjemahan dari: Marine Biology: An Ecological Approach. PT.
Gramedia. Jakarta.

Hoar, W. S. dan D. J. Randall. 1970. Fish Physiology. Academic Press

http://www.seasky.org/deep-sea/anglerfish.html

http://rjd.miami.edu/conservation/reproduction-in-the-deep-sea

http://english.ibarakiguide.jp/news/anko-hot-pot.html

http://mentalfloss.com/article/57800/horrors-anglerfish-mating

http://www.montereybayaquarium.org/animal-guide/fishes/deep-sea-anglerfish

28
29

Pietsch, Theodore W. 2005. Melanocetidae. Melanocetus. Black Seadevils. Version


05November2005(underconstruction).

http://tolweb.org/Melanocetus/22003/2005.11.05 in The Tree of Life Web


Project, http://tolweb.org/

Anda mungkin juga menyukai