Disusun oleh:
Perikanan B/Kelompok 5
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biologi
Laut ini. Makalah yang telah terselesaikan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Biologi Laut.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah kami lainnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Zonasi Laut ................................................................................ 3
2.2 Biota Laut Dalam ........................................................................ 9
2.2.1 Bioluminesens ............................................................................. 10
2.2.2 Organisme-Organisme Laut Dalam ............................................ 11
2.3 Sistematika Biota Laut Dalam .................................................... 19
2.3.1 Melanocetus johnsonii ............................................................... 19
2.3.2 Histioteuthis Heteropsis .............................................................. 21
2.3.3 Belut Gulper ................................................................................ 22
2.4 Ekosistem Laut Dalam ................................................................ 24
2.5 Adaptasi Fisiologi ....................................................................... 24
2.6 Adaptasi Reproduksi ................................................................... 26
2.7 Adaptasi Tingkah Laku ............................................................... 26
III PENUTUP
3.1 Simpulan ..................................................................................... 27
3.2 Saran ........................................................................................... 27
iii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Zonasi perairan laut berdasarkan kedalamannya ....................................... 5
2 Viperfish ..................................................................................................... 11
3 Anoplogaster cornuta ................................................................................. 12
4 Grammatostomias flagellibarba ................................................................ 13
5 Melanocetus johnsoni ................................................................................ 14
6 Eurypharynk pelecanoides ......................................................................... 14
7 Architeuthus dux......................................................................................... 15
8 Harriotta raleighana .................................................................................. 15
9 B. melanostomus ....................................................................................... 16
10 Bathynomus giganteus .............................................................................. 16
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Jenis binatang eribatik serta kedalamannya ............................................... 17
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan yang berjudul Marine Fish Deep Water ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Laut.
1.3 Manfaat
Manfaat dari mempelajari biologi laut khususnya biota laut dalam yaitu
mengetahui apa itu laut dalam, apa saja biota laut yang bertahan hidup disana serta
bagaimana adapatasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku biota dengan
lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
zona intertidal. Namun, arti dari “zona litoral” dapat meluas melewati zona
intertidal.
B. Zona Neritik
Zona neritik adalah zona laut yang memiliki kedalaman dangkal, sampai
kedalaman 200 meter. Zona neritik ini adalah zona indah primadona dengan aneka
ragam terumbu karang sekaligus tempat bekumpulnya ikan-ikan. Zona neritik
adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200 meter, zona ini
sering disebut wilayah laut dangkal. Ciri-ciri zona neritik diantaranya :
(1) Sinar matahari masih menembus dasar laut
(2) Kedalamannya ±200 m
(3) Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
Zona neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang
berbeda dengan zona oseanik karena :
(1) Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah.
(2) Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena
berbeda-bedanya zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan.
(3) Perairan neritik sangat berubah-ubah, baik dalam waktu maupun dalam
ruang, jika dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi
karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya tumpahan
berbagai zat terlarut dari darat ke laut.
(4) Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom
air berbeda antara mintakat neritik dan mintakat oseanik.
C. Zona Bathyal
Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki
kedalaman antara 150 hingga ± 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar
matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di
zona neritic. Zona batial laut dimulai dari batas bawah dari rak(biasanya 130-200
m) atas dasar lereng, yang terletak di kedalaman 2000 m zona ini ditandai dengan
air yang tenang, tidak adanya cahaya, hewan hidup sangat miskin dan pengaruh
yang lemah tanah dengan proses yang terjadi dalam lingkungan. Dengan tidak
adanya cahaya di sana, tidak ada tanaman.
5
D. Zona Abisal
Zona abisal adalah suatu zona di dasar laut yang amat dalam, dimulai dari
kedalaman 1000 meter sampai 6000 meter. Zona ini termasuk kedalam lubuk laut
dan palung laut. Tekanan air laut sangat besar sehingga hanya sedikit binatang-
binatang laut yang dapat hidup di zona ini. Binatang laut yang dapat hidup di zona
ini cenderung pipih dan panjang. Tepat di atas zona abisal terdapat zona bathyal,
daerah yang terakhir mendapatkan cahaya dimana sebagian besar kehidupan laut
itu ada.
Sedangkan tepat dibawah zona abisal yaitu zona hadal, daerah yang diliputi
oleh kegelapan abadi. Materi sedimentasi sangat halus, berupa sejenis lumpur yang
kemerah-merahan dan terdiri dari hancuran diatomea dan radiolaria, karena dalam
kedalaman sekitar 3000 meter kerangpun sebelum mencapai dasar laut telah hancur
dan larut. Dikarenakan tekanan air di zona abisal ini bertambah satu atmosfer setiap
kedalaman 33 kaki, hewan di zona abisal harus mampu menahan tekanan yang
besar. Tekanan ini membuat manusia sangat sulit untuk mengeksplorasi laut dalam.
Contoh binatang yang dapat hidup di zona abisal ini adalah cumi-cumi raksasa.
Karakteristik dari zona ini antara lain cahaya, tekanan, suhu, oksigen, dan makanan.
Karena sangat dalam dan gelap, lapisan abysal tidak mendapat cahaya. Sehingga
sebagian besar dari makhluk hidup di lapisan ini memiliki tubuh yang menghasilkan
cahaya biru-hijau (bioluminescence). Selain itu, mereka juga memiliki mata yang
lebih besar untuk menangkap cahaya lebih banyak.
Menurut Nybakken(1988 :129), fauna bentik dapat dibagi menjadi dua yaitu
penghuni zona batial di lereng benua dan penghuni zona abisal yang merupakan
7
zona terluas di dasar laut dalam . Para penghuni palung – palung yang sangat dalam
menempati suatu zona yang dinamakan zona hadal ( ultra abisal ).
Di bagian pelagic sebelah atas terdapat suatu zona yang terletak tepat di
bawah zona eufotik. Banyak sekali hewan pwnghuni zona di bawah zona eufotik
ini yang mengadakan migrasi ke zona eufotik pada malam hari . Zona ini dinamakan
zona mesopelagik yang dihuni oleh sejum lah besar spesies hewan yang memiliki
mata yang telah berkembang baik dan berbagai organ penghasil cahaya.
Kebanyakan spesies ikan penghuni zona mesopelagik berwarna hitam,sedangkan
spesies udang berwarna merah. Karena zona ini lebih mudah dicapai dibandingkan
dengan zona – zona lainnya , pengetahuan tentang zona ini juga lebih banyak
diketahui . Jumlah organisme penghuni zona mesopelagik rupanya terbanyak\ di
antara zona – zona laut dalam lainnya. Zona ini membentang 700 sampai 1000 m
dari batas bawah zona eufotik ke arah dasar perairan. Batas bawah nya bergantung
pada lokasi perairan, kecerahan, dan factor – factor lain ( Nybakken 1988 :129).
Masih sangat sulit untuk mengadakan zonasi kolom air di bawah zona
mesopelagik dan batas bawah palung – palung ( di kedalaman sekitar 6000m ) di
bagi menurut Hedgpeth menjadi 2 zona yaitu ( Nybakken 1988 :129) :
Zona batipelagik di bagian atas
Zona abisal pelagic di bawah zona patipelagik.
Batas antara kedua zona ini sangat tidak jelas dan terdapat bermacam –
macam pendapat tentang batas kedua zona ini. Dibandingkan dengan zona
mesopelagik jumlah individu maupun spesies pada zona batipelagik dan zona abisal
pelagic jauh lebih kecil. Penghuni zona ini cenderung berwarna putih atau tidak
berwarna serta memiliki mata dan organ – organ penghasil cahaya yang rendah
tingkat perkembangannnya. Kolom air yang ada di dalam suatu palung dinamakan
zona hadal pelagik.
c. Tekanan Hidrostastik
Tekanan hidrostastik menunjukan kisaran yang terbesar dari semua factor
lingkungan laut dalam. Tiap kedalaman bertambah 10 meter akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan hidrostatik sebesar 1 atm . Karena laut dalam memiliki
kedalaman berkisar antara beberapa ratus mete sampai lebih dari 10000 m ( di
8
palung – palung tertentu ) ,tekanan hidrostatik berkisar antara 20 sampai lebih dari
1000 atm. Sebagian besar laut dalam bertekanan hidrostatik antara 200 sampai 600
atm( Nybakken 1988 :133).
Pengaruh tekanan hidrostatik terhadap organisme – organisme laut dalam
dapat disimpulkan dari beberapa percobaan terhadap suatu kelompok organisme
bahari yang dapat dipertahankan setelah ditangkap di laut dalam yaitu bakteri laut
dalam. Dari hsil percobaan yang dilakukan bahwa bakteri laut dalam berhenti
tumbuh dan berkembang biak pada tekanan – tekanan hidrostatik yang rendah , dan
aktif tumbuh dengan berkembang biak dengan baik pada tekanan – tekanan
hidrostatik tinggi, sama dengan tekanan – tekanan hidrostataik pada habitatnya(
Nybakken,1988 :133).
Penelitian dari Siebenaller dan Somero menunjukan bahwa perbedaan
tekanan hidrostatik sebesar 100 atm atau bahkan lebih kecil , dapat mengubah
sifat – sifat fungsional enzim – enzim – enzim yaitu dapat mengubah kemampuan
enzim – enzim untuk mengikat subatrat yang tepat dan merubah kecepatan reaksi
pengikatan ini( Nybakken 1988 :135).
Penelitian bahkan telah membuktikan bahwa tekanan sangat mempengaruhi
morfologi sel, termasuk kemampuan membentuk kumparan mitotic dan
melangsungkan mitosis. Bukti – bukti yang diperoleh melalui berbagai percobaan
membuktikan dengan menggunakan bermacam- macam hewan laut dalam sangat
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan bahwa tekanan hidrostastik mungkin
sangat penting dalam menentukan pola distribusi hewan laut dalam
(Nybakken 1988 :136).
d. Salinitas
Salinitas pada kedalaman 100 m pertama , dapat dikatakan konstan walaupun
terdapat sedikit perbedaan – perbedaan , tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara
nyata.
e. Oksigen
Hal yang aneh pada kadar oksigen di laut dalam adalah adanya suatu zona
oksigen minimum yang terletak antara kedalaman 500 dan 1000 m. Di bawah
maupun di atas zona ini, kadar oksigen lebih tinggi. Dalam zona oksigen minimum,
9
kadar oksigen mungkin kurang dari 0,5ml/liter. Terjadinya zona oksigen minimum
di kedalaman antara 500 dan 1000 m dan bukan di kedalaman – kedalaman yang
lebih dalam ialah karena di kedalaman melebihhi 1000 m kepadatan organisme
demikian rendahnya sehingga kadar oksigen di sini tidak nyata menurun.
Sebaliknya di kedalaman antara 500 sampai 1000 kepadatan organisme tinggi .
2.2.1 Bioluminesens
Bioluminesens adalah produksi cahaya oleh organisme yang hidup.
Mekanisme produksi cahaya tidak hanya dilakukan oleh hewan terrestrial namun
juga dilakukan oleh hewan aquatic. Spektrum warna yang dihasilakn berbeda
menurut spesies namun secara keseluruhan warna warna yang dihasilkan dari ungu
sampai merah. Organ penghasil cahaya disebut fotofor. Khusus pada ikan , cumi –
cumi fotofor terdapat dalam jumlah yang besar. Hewan yng memiliki fotofor paling
banyak terdapat di bagian atas laut dalam, yaitu zona mesopelagik dan bagian atas
11
Gambar 2. Viperfish
12
2. Fangtooth
Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman 16 feet .
Meskipun terlihat seperti monster, hanya tumbuh sampai 6 inchi panjangnya,
memiliki body yang pensek dan kepala yang besar. Anoplogaster cornuta disebut
juga fangtooth karena memiliki taringyang panjang , tajam , serta ggi – gigi lain
yang menyerupai taring dalam jumlah yang banyak dan mulut yang besar.
Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat gelap hingga hitam.
Sedangkan fangtooth muda berwarna abu –abu cerah. Tekanan pada kedalaman 16
feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga sangat langka
sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan.
Fangtooth ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di
daerah tropis.
3. Dragonfish
Ikan naga ( dragonfish ) atau Grammatostomias flagellibarba adalah predator
buas meskipun berukuran kecil. Dragonfish memiliki kepala yang besar , mulut
yang dilengkapi dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Ikan ini mampu
tumbuh hingga panjangnya 6 inchi.Ikan naga (n dragonfish ) memiliki photophores
di sepanjang sisi tubuhnya. Organ penghasil cahaya inilah yng digunakan sebagai
tanda kepada dragonfish lainnya selama kawin selain itu digunakan pula untuk
13
menarik perhatian mengsanya . Dragonfish hidup pada kedalaman 5000 feet ( 1500
) meter dan ditemukan pada laut tropis.
6. Architeuthis dux
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan
panjang mencapa 60 kaki sehingga Architeuthis dux sekaligus menjadi
avertebrata terbesar di dunia. Architeuthis dux masuk ke dalam kelas
cephalopoda filum molluska dan merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa
saja yang dapat ditangkap ).
7. Harriotta raleighana
Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya . Ikan jenis memiliki
belati kecil seperti hidung yang mengingatkan pada salah satu kontur hidung
pesawat jet supersonik. Harriotta raleighana memiliki racun pada bgaian pertama
tulang belakang nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada
kedalaman 8000 kaki.
8. Coffinfish
B.melanostomus memiliki badan yang lembek dan ekor yang panjang yang
ditutupi oleh duri – duri kecil. Spesies ini dapat tumbuh hingga panjang minimal 10
cm.B.melanostomus hidup pada kedalaman 1320 m sampai 1760 m.
Nama B.melanostomus diambil dari bahasa yunani melanos yang berarti hitam
dan stoma yang berarti mulut.
Gambar 9. B.melanostomus
9. Bathynomus giganteus
Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah Bathynomus
giganteusmerupakan salah satu anggota dari family isopoda Hewan ini dapat
mencapai panjang hingga 16 inchi . Bathynomus giganteus merupakan krustasea
karnivor yang beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu
ia juga memakan beberapa invertebrate kecil yang hidup pada kedalaman 2000
kaki.
Siripedia
Veruka stromia Litoral sampai 300 meter
Kumasea
Diastilis levis 9 sampai 2980 meter
Edorela trunkatula 9 sampai 2980 meter
Isopoda
Asteroidea
Psedarkhaster pareli 15 sampai 2500 meter
Henrisia sanguinolenta 0 ampai 2450 meter
Ofiuroidea
B. Morfologi
Melanocetus johnsonii adalah spesies ikan dalam keluarga Melanocetidae ,
yang seadevils hitam. Umumnya dikenal sebagai anglerfish bungkuk , blackdevil
bungkuk , dan anglerfish Johnson . ikan ini adalah ikan laut yang hidup di
kedalaman hingga 4.500 meter, tetapi umumnya yang tersisa di atas 1500 meter. Ini
adalah asli semua lautan di dunia, di mana ia dapat ditemukan di daerah beriklim
tropis dan banyak. Seperti di banyak Anglerfishes, betina jauh lebih besar daripada
jantan. Betina bisa mencapai 18 sentimeter panjang, sedangkan laki-laki yang
kurang dari 3 cm. Ikan ini memiliki kepala yang lebih dalam dari panjang, dibagi
secara vertikal dengan mulut. Mata kecil. Seperti Anglerfishes lainnya, ia memiliki
Illicium, yang "memancing memancing". spesimen Tinggal berwarna hitam.
Berbeda dengan jantan dari spesies anglerfish lain, jantan kecil spesies ini tidak
melekat pada betina secara permanen sebagai parasite.
C. Reproduksi
M. johnsonii jantan akan menemukan betina yang “prospektif” dengan cara
mengejar dan menggigit bagian tubuh betina yang terdekat dengan organ
reproduksinya. Bagian ini biasanya terletak di perut atau dekat ekor. Ikan jantan
yang telah menggigit, mengeluarkan enzim khusus dari mulutnya agar dapat
menempel pada tubuh betina. Pelan namun pasti, kepala dan tubuh pejantan akan
menyatu (fusi) dengan tubuh betina. Begitu pula dengan aliran darah dan nutrisi
dari si betina yang kini juga mengalir di dalam tubuh jantan. Ikan jantan bertindak
20
sebagai “parasit” dengan kebutuhan nutrisi dan pertahanan diri yang selalu didapat
pada ikan betina menjadikan ikan jantan mengikuti terus kemana betina itu pergi.
Tubuh ikan jantan yang sangat kecil tidak akan mempengaruhi ikan betina, dan ikan
jantan akan menjadi pemasok sperma segar bagi ikan betina setiap kali musim
bertelur tiba. Ikan jantan ini menemukan betinanya melalui indra olfaktorik
sehingga peluang jantan menemukan betina yang lewat sangatlah terbatas, sehingga
menyebabkan betinanya boleh jadi “digentoli” oleh 6 – 8 pejantan sekaligus.
Setelah pasangan ini bereproduksi, betina melepaskan telur-telur yang telah dibuahi
ke laut lepas. Telur-telur sungut gada menetas di wilayah landasan kontinental. Di
zona produktif tersebut, larva dapat berkembang di lingkungan yang nutrisinya
melimpah. Setelah larva beranjak dewasa, mereka kembali tenggelam ke
kedalaman 1000 – 3000 m di bawah permukaan laut dan mengulangi siklus hidup
seperti induknya.
Ikan jantan yang telah menempel pada ikan betina Lama-kelamaan, organ-
organ tubuhnya mengalami atrofi. Mata menjadi buta, organ pencernaan meluruh
dan tubuhnya menyusut. Kini, tubuh jantan hanya tersisa “benjolan” kecil
menggantung yang berfungsi untuk memproduksi dan memasok sperma bagi
betinanya. Hal ini bertujuan untuk meneruskan generasi dan melanjutkan proses
reproduksi ikan ini.
D. Cara Makan
Angler Fish mempunyai kemampuan memperpanjang kedua rahang dan
memperbesar ukuran perutnya. Karena kemampuan inilah angler fish bisa menelan
mangsa dua kali lebih besar dari ukuran tubuhnya. Dengan kemampuan ini angler
fish bisa menyimpan makanan dan bisa mengatasi kesulitan makanan saat musim
“paceklik”. Musim kekurangan makanan ini sering terjadi di laut dalam.
B. Morfologi
Memiliki bentuk tubuh seperti cumi-cumi pada umumnya,sedangkan
pembeda dengan cumi pada umumnya adalah ukuran pada mata yang berbeda, satu
berukuran kecil, sedangkan mata yang lain dapat tumbuh lebih besar,
menggembung, dan berwarna kuning. Bahkan ukurannya bisa mencapai dua kali
ukuran mata satunya. Hasil dari pengamatan menunjukkan, hewan tersebut
menggunakan mata yang besar untuk menatap ke atas, mencari bayangan
mangsanya. Sementara mata kecilnya beradaptasi untuk melihat ke bawah,
memindai perairan gelap di bagian lautan yang disebut sebagai zona senja.
C. Reproduksi
Kebanyakan cumi-cumi melakukan reproduksi dengan cara seksual. Cara
berkembang biak cumi-cumi diawali dengan jantan merayu betina jika diterima
oleh betina kemudian menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk
mentransfer paket sperma disebut spermatophore ke betinanya. Betina
22
memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam kelompok
yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang "sneaker" jantan
mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus mereka melesat masuk ke dalam
tubuh betina untuk menambahkan sperma mereka ke telur betina yang berada di
dalam tubuh. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem
reproduksi reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Sedangkan
betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Cumi-cumi mempunyai
sistem reproduksi yang terpisah dimana gonadnya terletak pada bagian posterior
tubuhnya.
D. Cara Makan
Anatomi cumi-cumi, kita mengetahui bahwa ia memiliki
tentakel. Tentakel ini berfungsi sebagai alat gerak dari hewan ini, selain itu tentakel
juga berfungsi untuk memeriksa dan penagkap mangsa. Cumi-cumi hidup sebagai
pemangsa ikan dan binatang laut lainnya yang lebih kecil dari ukuran si cumi-cumi.
B. Morfologi
Fitur yang paling menonjol Pelican belut adalah mulut yang besar, yang
jauh lebih besar dari tubuhnya. Mulut longgar berengsel, dan dapat dibuka cukup
lebar untuk menelan ikan jauh lebih besar daripada belut itu sendiri. Kantong-
seperti rahang bawah menyerupai sebuah pelican, maka namanya. Rahang bawah
adalah berengsel di dasar kepala, tanpa massa tubuh di balik itu, membuat kepala
tampak proporsional besar. Ketika memakan mangsa, air yang tertelan dikeluarkan
melalui insang. belut gulper hitam dan beberapa subspesies mungkin memiliki garis
23
putih lateral tipis. Mereka adalah ikan pari-bersirip, dan hanya menyerupai belut
dalam penampilan. Belut gulper sangat berbeda dalam penampilan untuk sebagian
besar spesies belut lainnya [yang benar]. Belut gulper tidak memiliki perbedaan
dengan belut pada umjumnya,hanya belut gulper memiliki kekurangan sirip perut,
sedangkan ikan lain memiliki segmen otot "W-berbentuk".Tidak seperti banyak
makhluk laut dalam lainnya, ia memiliki mata yang sangat kecil. Hal ini diyakini
bahwa mata berevolusi untuk mendeteksi jejak samar cahaya daripada bentuk
gambar. Belut gulper juga memiliki, cambuk seperti ekor yang sangat panjang.
Spesimen yang telah dibawa ke permukaan dalam jaring ikan telah dikenal
memiliki ekor panjang mereka terikat ke dalam beberapa knot. Belut gulper
menggunakan cambuk seperti ekor untuk gerakan. Ujung ekor beruang organ
kompleks dengan banyak tentakel, yang bersinar merah muda dan memberikan off
sesekali berkedip merah cerah. Hal ini bertujuan untuk menarik mangsa, meskipun
kehadirannya di ujung tubuh dari mulut menunjukkan belut mungkin harus
mengadopsi postur yang tidak biasa untuk menggunakannya secara efektif. Belut
Pelican tumbuh sekitar 0,75 m (2,5 ft) panjang.
C. Reproduksi
Tidak banyak yang diketahui tentang kebiasaan reproduksi belut gulper.
Saat jatuh tempo, laki-laki mengalami perubahan yang menyebabkan pembesaran
organ penciuman, bertanggung jawab untuk indera penciuman, dan degenerasi dari
gigi dan rahang. Betina, di sisi lain, relatif tidak berubah pada saat jatuh tempo.
Organ penciuman besar di laki-laki menunjukkan bahwa mereka mungkin
menemukan pasangan mereka melalui feromon dirilis oleh perempuan. Banyak
peneliti percaya bahwa belut mati tak lama setelah reproduksi
D. Cara Makan
Perut dapat meregang dan memperluas untuk mengakomodasi makanan
besar, meskipun analisis isi lambung menyarankan mereka terutama makan
krustasea kecil. Meskipun ukuran besar dari rahang, yang menempati sekitar
seperempat dari total panjang hewan, hanya memiliki gigi kecil, yang tidak akan
konsisten dengan diet biasa dari ikan besar. [3] Mulut besar mungkin merupakan
24
adaptasi untuk memungkinkan belut untuk makan lebih banyak jenis mangsa saat
makanan langka. Hal ini juga dapat digunakan seperti jaring besar. belut dapat
berenang ke dalam kelompok-kelompok besar udang atau krustasea lainnya dengan
mulut terbuka lebar, meraup mereka sebagai kelanjutannya. Belut gulper juga
dikenal untuk memberi makan pada cumi (cumi-cumi) dan invertebrata kecil
lainnya. Ketika belut tegukan mangsanya ke rahang yang sangat besar, juga
membutuhkan dalam jumlah besar air, yang kemudian perlahan-lahan dikeluarkan
melalui insang. Gulper belut sendiri dimangsa oleh ikan lanset dan predator laut
dalam lainnya.
dari 1000 meter, sebagai gantinya ikan – ikan ini umumnya memiliki organ yag
mampu menghasilkan cahaya. Tekanan air dapat mempengaruhi kelarutan gas
dalam darah. Sehingga organisme yang hidup diperairan dengan tekanan hidrostatik
yang tinggi akan mengalami hambatan dalam mencukupo kebutuhan oksigennya
(Bond 1979).
Sedikitnya ada tiga kecenderungan adaptasi morfologi ikan – ikan laut dalam,
terutama kelas gass bladders (ikan yang mempunyai gelembung renang), yaitu :
Bertambahnya panjang rate mirabile yang merupakan tempat sekresi gas,
dimana sekresi gas akan berlangsung lebih efektif jika permukaan rete
mirabile semakin luas. Sebagai contoh, ikan – ikan yang hidup di wilayah
zona ephipelagic biasnya memiliki panjang rete mirabile kurang dari 1 mm,
ikan bagian atas mesopelagic 1 – 2 mm, ikan pada bagian bawah
mesopelagic 3 – 7 mm da ikan – ikan pada zona bathypelagic memiliki rete
mirabile ikan akan semakin panjang sesuai dengan bertambahnya
kedalaman (Hoar dan Randall 1970).
Ikan – ikan yang hidup dengan kedalaman yang konstan (tidak melakukan
migrasi vertikal) pada zona bathypelagic tidak memiliki gas bladder,
otot – otot dan kerangkanya menjadi lebih kecil sehingga dapat mengurangi
bobot tubuh. Sementara ikan – ikan yang hidup dekat permukaan air dan
ikan yang melakukan migrasi secara vertikal pada zona mesopelagic
biasanya masih memiliki gas bladder. Ikan yang melakukan migrasi
vertikal secara cepat dan berulang harus mampu melakukan absorpsi dan
sekresi gas dalam gas bladder secara cepat untuk mengimbangi perubahan
tekanan hidrostatik yang drastis.
Hiu benthic seperti Centrocymmus dan Etmopterus tidak memiliki gas
bladder, tetapi memiliki hati berukuran besar yang mencapai 25% dari
bobot total tubuhnya. Beberapa ordo Protacanthopterygii, Stenopterygii,
Cylosquamata dan Scopelomorpha memiliki katup yang terletak diantara
gas bladder dengan lambung dan berguna untuk menjaga agar gas tidak
dapat keluar melalui mulut.
26
3.1 Simpulan
Zona laut terbagi menjadi 5 yaitu, zona litoral, zona neritik, zona bahtyal,
zona abisal dan zona hadal. Komponen abiotik pada ekosistem laut dalam yaitu
suhu, kedalaman, tekanan hidrostatik, salinitas dan oksiger terlarut. Karakteristik
biota laut dalam diantaranya matanya besar dan bahkan ada yang tidak bermata,
memiliki mulut yang besar, gigantisme abisal, serta bisa mengeluarkan cahaya
sendiri. Organ penghasil cahaya disebut fotofor. Fungsi dari fotofor antara lain
untuk melumpuhkan sejenak predator, sebagai umpan dan untuk menerangi daerah
sekelilingnya.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini alangkah lebih baik mencari literature yang
lebih baik agar proses penyusunan menjadi lebih mudah dan dapat memperjelas
makalah ini serta pembagian burung-burung secara ekologis lebih mendetail.
27
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, M. R dan R. Hirnawati. 2010. Keragaman Ikan Sidat Tropis (Anguilla sp.)
di Perairan Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Prosiding
Forum Teknologi Akuakultur, 1-8, Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok
Helfman, G.S., Collette, B.B., and Facey, D.E. 1997. The Diversity of Fishes.
Blackwell Science. USA.
http://www.seasky.org/deep-sea/anglerfish.html
http://rjd.miami.edu/conservation/reproduction-in-the-deep-sea
http://english.ibarakiguide.jp/news/anko-hot-pot.html
http://mentalfloss.com/article/57800/horrors-anglerfish-mating
http://www.montereybayaquarium.org/animal-guide/fishes/deep-sea-anglerfish
28
29