LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Biologi Perikanan
Disusun Oleh:
Kelompok 5/Perikanan C
Fathy Imaduddin Rajavi 230110170127
Heldi Hermayanto 230110170128
Muhammad Rafif Ramadhan 230110170149
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyutujui:
PJ Asisten Laboratorium
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Laporan praktikum yang berjudul “Analisa Aspek Biologi Ikan Lele
(Clarias sp.)” dibuat untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah Biologi
Perikanan pada Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Ir. Ayi Yustiati, Msc selaku dosen penanggung jawab praktikum mata
kuliah Biologi Perikanan.
2. M. Iqbal Maulana, selaku asisten penanggung jawab kelompok praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan.
3. Dosen dan asisten mata kuliah Biologi Perikanan atas segala bimbingan dan
masukkan.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan
praktikum, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum
yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB Halaman
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele ....................................................................... 3
2.1.1 Taksonomi ................................................................................. 3
2.1.2 Morfologi ................................................................................... 4
2.1.3 Habitat ........................................................................................ 5
2.1.4 Pertumbuhan .............................................................................. 5
2.1.5 Reproduksi ................................................................................. 5
2.1.6 Kebiasaan Makan ....................................................................... 9
2.2 Pertumbuhan .............................................................................. 9
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ...................... 10
2.2.2 Pola Pertumbuhan ...................................................................... 10
2.2.3 Faktor Kondisi ........................................................................... 10
2.3 Reproduksi ................................................................................. 11
2.3.1 Rasio Kelamin ............................................................................ 11
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) .......................................... 12
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ............................................. 13
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI) .................................................... 13
2.3.5 Fekuinditas ................................................................................. 13
2.3.6 Diameter Telur ........................................................................... 14
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT) ............................................. 14
2.4 Kebiasaan Makanan ................................................................... 15
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar ............................................................. 16
2.4.2 Indeks Ivlev ................................................................................ 16
2.4.3 Tingkat Trofik ............................................................................ 17
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dibuat dalam bentuk poin menjadi 3 tujuan utama, yaitu:
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi
2. Menganalisis aspek reproduksi, meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI,
Fekunditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur
3. Menganalisis aspek kebiasaan makanan, meliputi indeks bagian terbesar,
indeks ivlev dan tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Wawasan dan ilmu pengetahuan kita mengenai identifikasi ikan akan
bertambah setelah kita melaksanakan praktikum. Kita dapat mengetahui aspek
pertumbuhan ikan mas seperti hubungan panjang dan bobot ikan mas, aspek
reproduksi diantaranya kematangan gonad, fekunditas, hepatosomatik, tingkat
kematangan telur dan diameter telur ikan mas, dan aspek kebiasaan makanan seperti
tingkat trofik.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Ikan lele dikenal dengan berbagai sebutan, dalam bahasa inggris disebut
catfish. Dibeberapa daerah ikan lele mempunyai banyak nama, antara lain: ikan
kalang (Padang), ikan maut (Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Banjarmasin),
ikan keling (Makassar), ikan lindi (Semarang). Dalam ilmu taksonomi hewan,
klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
3
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
(Nelson 2006)
2.1.2 Morfologi
4
terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan
keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang
sungut.
2.1.3 Habitat
Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar, misalnya di sungai yang
airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang (danau, waduk, rawa-rawa)
dan genangan-genangan air lainnya (kolam dan air comberan). Lele mempunyai
alat pernapasan tambahan yang disebut arborecent organ, yaitu alat pernapasan
tambahan yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian
atas lengkung insang kedua dan ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau
bunga-bunga. Oleh karena itu, lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara
dengan cara menyembul ke permukaan air. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah individu/biomas pada
periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh factor luar dan faktor
dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex, umur, parasit, dan
penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan
suhu perairan (Effendi 2002).
2.1.5 Reproduksi
Bagian yang sangat penting dari kehidupan makhluk hidup adalah
kemampuan dan kesempatan untuk bereproduksi, untuk membuat keturunan.
Perkembangbiakan atau reproduksi adalah usaha makhluk hidup untuk
memperbanyak diri agar jenis atau spesiesnya tidak mengalami kepunahan dan
mewariskan sifat pada keturunannya. Reproduksi adalah kemampuan individu
untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Menurut Stacey (1984), beberapa faktor eksternal yang berperan
penting bagi keberhasilan proses reproduksi adalah:
5
1. Photo periode
Proses ovulasi pada beberapa ikan teleostei menunjukkan hubungan yang
erat dengan photoperiod. Photoperiod diduga berpengaruh secara langsung
terhadap mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut. Ikan
cyprinidae yang hidup di daerah subtropik seperti Notemigonus crysoleucas,
Carassius auratus, Gila cypha, dan Couesius plumbeus biasanya memijah pada
akhir musim semi dan awal musim panas. Proses gametogenesis disesuaikan
dengan suhu dan photo periode. Pada musim dingin gametogenesis berlangsung
lambat, kemudian semakin meningkat pada musim panas dan mencapai tahap
perkembangan sempurna pada musim semi (Helfman 1997).
Jourdan (2000) menyatakan bahwa ikan Perca fluviatilis yang dipelihara
pada laboratorium dengan photo periode 24 jam menunjukkan kematian yang lebih
tinggi 7,4% dibandingkan dengan photo periode 12 jam dan 18 jam (masing-masing
3,2% dan 3,3%). Selanjutnya dikatakan bahwa pada photo periode yang lebih lama
perkembangan gonad akan terhambat (terutama ikan jantan).
2. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap berbagai fungsi sistem reproduksi ikan teleostei,
termasuk laju sekresi dan pembersihan GnRH, pengikatan GtH oleh gonad, siklus
harian GtH, sintesis dan katabolisme steroid, serta stimulasi GtH (Stacey, 1984).
Perubahan suhu yang terlalu tinggi dapat menjadi pemicu tingkah laku pemijahan
ikan. Suhu juga berpengaruh langsung dalam menstimulasi endokrin yang
mendorong terjadinya ovulasi. Siklus reproduksi musiman pada ikan tropis
cenderung dipengaruhi oleh adanya hujan, bukan oleh suhu. Pada musim hujan
akan banyak ditemukan daerah genangan air seperti rawa banjiran yang berfungsi
sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan larva. Beberapa ikan tropis (seperti:
Mormyridae, Cyprinidae), pada musim hujan akan melakukan migrasi ke hulu
sungai dan rawa banjiran untuk memijah (Munro, 1990 dalam Helfman 1997).
Suhu juga berperan penting dalam reproduksi ikan Smallmouth Bass, suhu
mempengaruhi waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.
6
Pada ikan ini fluktuasi suhu mempengaruhi tempat pembuatan sarang, jumlah telur
yang menetas dan tingkah laku menjaga anaknya (Cookea 2003). Suhu yang tidak
stabil mendorong induk ikan Smallmouth Bass melakukan penjagaan terhadap
anak-anaknya yang baru menetas (Carlisle 1982 dalam Cookea 2003).
Pada ikan Medaka (Oryzias latipes) lama waktu sintesis DNA tahap dini
dalam leptotene spermatocyte sampai spermatid tahap awal pada suhu 25°C adalah
5 hari, sedangkan pada suhu 15°C memerlukan waktu 12 hari. Lama perkembangan
spermatid awal sampai spermatozoa adalah 7 hari (pada suhu 25°C) dan 8 hari (pada
suhu 15°C). Pada ikan Guppy lama waktu perkembangan leptotene tahap awal
menjadi spermatozoa adalah 125 hari pada suhu 25°C, sedangkan Poecillia shenops
lama waktu perkembangan leptotene tahap awal menjadi spermatozoa pada suhu
yang sama adalah 125 hari (Nagahama, 1987 dalam Tang dan Affandi 2001). Suhu
lingkungan yang tinggi cukup menjadi trigger dalam pematangan seksual ikan
Brachyhypopomus pinnicaudatus yang hidup di daerah subtropik (Quintana 2004).
3. Substrat pemijahan
Mekanisme pengaturan ovulasi dipengaruhi oleh kebutuhan ikan terhadap
jenis substrat tertentu. Jika substrat yang sesuai belum ditemukan, maka ovulasi
tidak akan terjadi. Fenomena ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang tempat
pemijahannya memerlukan jenis substrat tertentu. Ikan Goldfish akan memijah
dengan baik jika menemukan vegetasi untuk menempelkan telurnya, jika
ditemukan vegetasi maka ovulasi akan terhambat. Stimulasi proses pemijahan
beberapa spesies ikan dapat dilakukan dengan pemberian “petrichor”, yaitu
campuran berbagai bahan organik yang telah dikeringkan (Stacey 1984).
4. Ketersediaan makanan
Komposisi protein merupakan faktor esensial yang dibutuhkan ikan untuk
pematangan gonad. Watanabe (1984) dalam Tang dan Affandi (2001) menyatakan
bahwa kadar protein 45% baik bagi perkembangan gonad ikan Kakap Merah,
sedangkan kadar protein 36% baik bagi ikan Trout Lembayung. Lemak adalah
komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan asam lemak
esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah. Tetapi proporsi
lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan
7
kematangan gonad. Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah
Ω6 sebanyak 0,26% dan Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak
rata-rata 5,87 g/100g bobot kering pakan (Mokoginta 1995 dalam Tang dan Affandi
2001).
Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele
adalah serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%. Mineral yang penting
bagi pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) (NRC
1993 dalam Tang dan Affandi, 2001). Sedangkan vitamin E berperan penting dalam
pematangan gonad. Kandungan vitamin E dalam pakan sebesar 24,5 IU/g pakan
menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad ikan Ekor kuning (Verankupiya
1995 dalam Tang dan Affandi 2001).
5. Faktor sosial (hubungan antar individu)
Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah laku reproduksi dan
fertilitas. Salah satu spesies chichlid Haplochromis burtoni, interaksi antara ikan
jantan mempengaruhi fungsi gonad. Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf
yang mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan (White
2002). GnRH dikirim oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses
reproduksi melalui pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad
(Sherwood 1987 dalam White 2002). Stimuli yang bersifat visual dan kimia dari
individu lain dapat meningkatkan frekuensi pemijahan. Stimuli ini mendorong
perkembangan ovarium tetapi tidak mempengaruhi ovulasi secara langsung. Pada
ikan sepat (Trichogaster pectoralis), aktifitas ikan jantan yang sedang membuat
sarang dapat mempercepat ovulasi. Pada beberapa spesies ikan, ovulasi akan
terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan sangat tinggi.
6. Salinitas
Pada ikan Black Bream (Acanthopagrus butcheri) salinitas tidak
berpengaruh terhadap pematangan gonad ikan jantan maupun betina. Tingkat
plasma steroid ikan betina tidak terpengaruh oleh salinitas, tetapi pada ikan jantan
yang dipelihara salinitas 35‰ daripada salinitas 5‰ pada bulan September, plasma
17,20b-dihydroxy-4-progestero-3-one 17,20bP dan 11-ketotestosterone
menunjukkan peningkatan (Haddy dan Pankhurst 2000).
8
2.1.6 Kebiasaan Makanan
Ikan mas dikelompokkan sebagai pemakan segala. Pakannya terdiri dari
detritus, jasad-jasad penempel, perifiton dan epifiton sehingga jenis ikan mas lebih
sering hidup di dasar perairan (Khairuman dan Amri 2008 dalam Pratiwi et al.
2011). Selain itu ikan mas termasuk pemakan plankton dan tumbuhan air (Huet
1970 dalam Wicaksono 2005).
Pada stadia larva dan benih, ikan mas memakan fitoplankton dan
zooplankton atau jenis alga ber-sel satu seperti diatom dan ganggang (Syandri,
2004; Cholik et al. 2005 dalam Mulyasari 2010). Seperti yang dikemukakan oleh
Hardjamulia (1979) bahwa benih ikan mas memakan fitoplankton dan zooplankton.
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam arti sederhana dapat dirumuskan sebagai pertambahan
panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi
sebagai pertambahan jumlah. Pertumbuhan pada individu adalah pertambahan
jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal tersebut terjadi apabila ada
kelebihan energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan (Effendi
2002).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi factor warisan, hormon dan lingkungan. Meskipun
secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat
hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara lebih penting
dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan
digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan
untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya 2004).
Menurut Kartono (1995) Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologi
sebagai hasil dari pematangan fungsi - fungsi fisik yang berlangsung secara normal
pada diri anak yang sehat dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh
lingkungan dan keturunan secara terus menerus.
9
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dapat digolongkan menjadi
dua bagian besar, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang
dapat dikontrol ada yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, dan umur. Faktor luar
utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah pakan, suhu perairan, penyakit, dan
parasite. Penyakit dan parasite juga mempenngaruhi pertumbuhan terutama jika
yang diserang adalah alat pencernaan makanan atau organ vital lainnya, sehingga
efisiensi berkurang akibat kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan.
10
reproduksi (Effendie, 1997). Di dalam penggunaan secara komersial, maka
kondisi ikan ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia untuk
dimakan. Kebutuhan ikan usia muda terhadap makanan cukup tinggi yang berguna
untuk bertahan hidup dan melangsungkan pertumbuhannya sehingga faktor kondisi
ikan yang berukuran kecil relatif tinggi dan akan menurun ketika ikan bertambah
besar (Effendie, 1997).
2.3 Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Faktor keberhasilan
untuk melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang
menjadi generasi baru (Yushinta Fujaya 2004).
Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan
betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru.
Potensi reproduksi tiap jenis ikan berbeda, dapat dipengaruhi oleh campur
tangan manusia, kualitas pakan dan faktor lingkungan. Potensi reproduksi ikan
meliputi pola pemijahan, Indeks kematangan gonad, fekunditas. Pada ikan mas
pemijahan terjadi sepanjang tahun dan tidak mengenal musim pemijahan sehingga
mudah dibudidayakan. Kesiapan ikan untuk melakukan pemijahan tergantung pada
tingkat kematangan gonad. (Setyaningrum & A. Nuryanto 2006).
11
betina berpasangan dengan 2-3 ikan jantan. Biasanya ikan yang poliandri, ukuran
ikan betina lebih besar daripada ikan jantan (Kuncoro, 2011).
12
- Ovari berwarna kuning - Permukaan testes tampak
- Secara morfologi telur mulai bergerigi
kelihatan butirnya dengan jelas - Warna makin putih, testes
makin besar
13
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati
14
merupakan tempat terjadinya proses vitelogenesis. Pada penelitian ini nilai HSI
dihitung untuk mengetahui perkembangan proses vitelogenesis pada ikan uji
(Herawati, 2017).
2.3.5 Fekunditas
Menurut Nikolsky (1963) dalam Effendie (1997), jumlah telur yang terdapat
dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas
total. Pada tahun 1969, Nikolsky menyatakan bahwa fekunditas individu adalah
jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Menurut
Nikolsky, untuk spesies tertentu, pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan
fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan. Suhu
air juga mempengarui fekunditas secara tidak langsung. Begitu juga kedalaman air
dan oksigen terlarut tidak merupakan faktor penghambat terhadap fekunditas.
Dalam kondisi lingkungan yangmenguntungkan telur dikeluarkan lebih banyak dari
pada kondisi yang kurang baik (Effendie 1997).
15
germinal vesicle breakdown (GVBD) atau tahap inti yang telah melebur (Yaron dan
Levavi 2011). Berdasarkan posisi inti tersebut tingkat kematangan telur (TKT) atau
oocyte maturation (OM) dibagi menjadi dua tahap yaitu fase vitelogenik yang
ditandai dengan posisi inti telur yang berada ditengah (cGV) dan fase pematangan
telur (final oocyte maturation). Fase pematangan telur dibagi kembali menjadi dua
yaitu fase awal matang yang ditandai dengan adanya pergerakan atau migrasi posisi
inti telur (mGV dan pGV) dan fase akhir kematangan telur yang ditandai dengan
adanya peluruhan membran inti telur atau germinal vesicle breakdown (GVBD)
(Mylonas 2010).
Kematangan telur dapat dilihat secara mikroskopik dengan menentukan inti
– inti telur tersebut telah menuju tepi kemudian terjadi pemecahan membran nutfah
atau germinal vesicle breakdown (GVBD). Pengamatan inti telur dilakukan dengan
meneteskan larutan sera pada telur – telur tersebut. Komposisi larutan sera terdiri
atas larutan alkohol 99 %, larutan formaldehid 40 % dan larutan asam asetat 100 %
dengan perbandingan 6 : 3 : 1 (Nurmadi 2005).
16
Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai
pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan detritus, dan ikan pemakan
campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanan, ikan
dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
Euryphagic
Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.
Stenophagic
Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau
sempit.
Monophagic
Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam
makanan.
17
organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Nilai dari indeks ivlev atau
indeks pilihan ini berkisar antara – 1 sampai + 1. Apabila 0 < E < 1 berarti pakan
digemari, dan jika nilai –1 < E < 0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan.
Jika nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
18
19
BAB III
BAHAN DAN METODE
20
7. Bobot hati ditimbang jika jenis kelamin ikan betina.
8. Hasil dicatat di dalam modul.
9. Data dianalisis meliputi nilai IKG, HSI, fekunditas, TKT, dan diameter
telur.
3.3.3 Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan
1. Ikan lele diambil dari wadah stok.
2. Ikan lele dipukul dengan palu pada bagian kepala tepat ke otak sampai ikan
mati.
3. Ikan lele dibedah dari arah urogenital melingkar menuju bagian posterior
menuju bagian posterior operculum dengan menggunakan gunting.
4. Organ dalam ikan lele dipilah dan diambil bagian pencernaannya.
5. Bagian pencernaan ikan mas diukur panjangnya menggunakan penggaris.
6. Lambung ikan mas dipisahkan dari ususnya dan diletakkan di cawan petri.
7. Formalin ditambahkan ke lambung ikan sebanyak 5 tetes.
8. Air ditambahkan sampai lambung ikan terendam dan didiamkan selama 10
menit.
9. Setelah 10 menit, lambung ikan dibedah dan diambil isinya.
10. Isi lambung ikan disimpan di atas objek glass untuk dianalisis di bawah
mikroskop.
11. Aquades sebanyak 1 ml ditambahkan untuk pengenceran dan ditutup
dengan cover glass.
12. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop untuk mengetahui jenis pakan
ikan.
3.4 Parameter Praktikum
Berikut ini merupakan Parameter Praktikum.
3.4.1 Hubungan Panjang Bobot
Menurut Effendie (2002), hubungan panjang dan bobot ikan dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
W = a . Lb
21
Keterangan :
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
K=W
a . Lb
Keterangan :
K = faktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept,
b = slope
X=J:B
Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
IKG = Bg x 100%
Bt
Keterangan :
IKG = indeks kematangan gonad (%)
22
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
𝐵ℎ𝑡
HSI = × 100%
𝐵𝑡
Keterangan :
HSI = Hepato somatic index (%)
Bht = Bobot hati ikan (gram)
Bt = Bobot tubuh (gram)
3.4.6 Fekunditas
Menurut Andy Omar (2005), fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetrik dengan rumus :
𝐵𝑔
F= × 𝐹𝑠
𝐵𝑠
Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
23
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur
Menurut Nurmadi (2005), Persentase tahap kematangan telur dihitung
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
TKT fase vitelogenik = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
TKT fase awal matang = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑏𝑢𝑟
TKT fase akhir matang = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝑉𝑖 𝑥 𝑂𝑖
Ii = ∑𝑛 × 100
𝑖=1 Vi x Oi
Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
𝑟𝑖−𝑝𝑖
E=
𝑟𝑖+𝑝𝑖
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
24
3.4.11 Tingkat Trofik
Menurut Effendie (1979), tingkat trofik dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑇𝑡𝑝 ×𝐼𝑖
Tp = 1 + ∑( )
100
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
3−𝑏
t =| |
𝑆𝑏
Keterangan :
t = nilai t hitung
b = slope
Sb = standar deviasi
25
Kaidah pengambilan keputusan yaitu :
- Jika t hitung > t tabel : tolak Ho, pertumbuhan ikan allometrik, dan
- Jika t hitung ≤ t tabel : terima Ho, pertumbuhan ikan isometrik
(𝐸𝑖−𝑂𝑖)2
X2 = ∑𝑛
𝑖=1 𝐸𝑖
Keterangan :
x2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil
pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis
(1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina adalah seimbang (1:1)
H1 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina tidak seimbang
Kriteria pengambilan keputusan :
- Apabila nilai x2 hitung > x2 tabel, maka Ho ditolak artinya nibah kelamin tidak
seimbang.
- Apabila nilai x2 hitung ≤ x2 tabel, maka Ho diterima artinya nibah kelamin
seimbang.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
35 32.69
30
Persentase (%)
25 21.15
20 17.31
15.38
15
10 7.69
3.85
5 1.92
0
220-231 232-243 244-255 256-267 268-279 280-291 292-303
Panjang (mm)
27
Gambar 1. Distribusi Panjang Ikan
28
23
25 23.08
21.15
20 17.31
15.38 15.38
15
10
3.85 3.85
5
0
Bobot (g)
200
180
160
140 y = 6E-05x2,6295
120 Log W = 2,6295 Log L - 4,2352
R² = 0,7757
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Berdasarkan data perhitungan hasil regresi hubungan panjang dan bobot dari
sampel ikan mas diatas didapatkan nilai b sebesar 4,2. Dari hasil tersebut Effendie
(1997) menjelaskan jika nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3 maka ini
dinamakan pertumbuhan alometrik. Pertumbuhan alometrik dibagi menjadi 2 yaitu
positif (b>3) dan negtif (b<3). Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa
data tersebut bersifat alometrik positif yang mana berarti pertumbuhan bobot lebih
cepat dibanding pertumbuhan panjang, dan jika nilai n lebih dari 3 menunnjukkan
ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
24
25
0.94 0.94
0.9
0.9 0.92
0.9 0.91
0.9
0.9
0.9
220-231 232-243 244-255 256-267 268-279 280-291 292-303
Panjang (mm)
25
26
Menurut King (1995) faktor kondisi yang tinggi menunjukkan ikan dalam
perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan kurang
mendapat asupan makanan. Sehingga dapat disimpulkan pada ikan dengan interval
panjang tinggi sedang mengalami perkembangan gonad dan diharapkan akan
memiliki fekunditas yang tinggi dibandingkan ikan berukuran lebih kecil namun
dengan faktor kondisi lebih kecil. Dari data diatas tidak didapati adanya penurunan,
sebab alam mempengaruhi ikan sehingga ikan tersebut memiliki nilai faktor kondisi
dengan bertambahnya ukuran ikan. Namun hipotesis ini tidaklah akurat sebab
faktor kondisi juga akan berbada tergantung jenis kelamin ikan, musim atau lokasi
penangkapan serta dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad dan kelimpahan
makanan (King 1995).
26
27
38.46
61.54
10
9
8
7
Jumlah (ekor)
1
6
5
4 1
3
2 1 2
1 6 3 1 1 3 1
0
76,71-92,15 92,16-107,6 107,61-123,05 123,06-138,5 138,51-153,95 153,96-169,4 169,41-184,85
Bobot (g)
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
27
28
alamiah ukuran dan dan berat tubuh ikan dapat digunakan sebagai tanda utama
untuk mengetahui kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah tahap
tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah.
Dari grafik TKG data angkatan diatas didapatkan bahwa pada kelas pertama
terdapat 1 ikan yang tergolong pada TKG I dan 1 ikan TKG II. Pada kelas kedua
terdapat 3 ikan yang tergolong pada TKG I, dan pada kelas ketiga tidak terdapat
ikan yang tergolong ke 5 TKG, selanjutnya pada kelas 4 terdapat 1 ikan yang
tergolong pada TKG I, pada kelas ke 5 terdapat 1 ikan yang tergolong pada TKG I
dan 1 ikan tergolong ke TKG II. Sedangkan pada kelas keenam terdapat 3 ikan
yang masing-masing tergolong pada TKG I dan 1 ikan TKG II. Selanjutnya pada
kelas ketujuh terdapat 1 ikan yang tergolong pada TKG I dan 2 ikan TKG II. Pada
data tersebut, jantan lebih cepat matang gonad, sebab ikan jantan lebih cepat
perkembangan matang gonad lalu bobot tubuhnya,
Adapun ciri-ciri dari TKG I jantan ialah testis seperti benang, lebih pendek,
dan terlihat ujungnya dirongga tubuh dan warnanya jernih. Dan untuk TKG II ialah
ukuran testis lebih tebal, warna putih seperti susu, dan bentuk lebih jelas. Pada TKG
III ciri-cirinya antara lain testis tampak bergerigi, warna semakin putih, testis
semakin tebal dan mudah putus. Pada TKG IV morfologi sama seperti tingkat III
namun tampak lebih jelas, dan testis semakin pejal.
10
9
8
7
Jumlah (ekor)
6
5
4
3 2 6
2 4 1 4
1 1 2 1 1 7 1 2
0
76,71-92,15 92,16-107,6 107,61-123,05 123,06-138,5 138,51-153,95 153,96-169,4 169,41-184,85
Bobot (g)
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
28
29
Dari data diatas didapatkan bahwa pada kelas pertama terdapat 1 ikan yang
tergolong pada TKG I dan 4 ikan TKG II. Lalu pada kelas kedua terdapat 2 ikan
yang tergolong pada TKG I dan 2 ikan TKG II. Lalu pada kelas ketiga terdapat
satu ikan yang tergolong pada TKG I dan 1 lagi TKG II. Lalu pada kelas keempat
terdapat 1 ikan yang tergolong pada TKG II. Selanjutnya pada kelas kelima terdapat
7 ikan yang tergolong pada TKG II. Lalu pada kelas keenam terdapat 1 ikan
tergolong pada TKG I dan 4 ikan TKG II. Dan pada kelas ketujuh terdapat 2 ikan
yang tergolong pada TKG I dan 6 ikan TKG II.
Adapun ciri-ciri dari TKG I betina ialah ovarium terlihat seperti benang,
panjang sampai kedepan rongga tubuh, dan berwarna jernih. Lalu pada TKG II ialah
ukuran ovarium lebih besar mengisi seperempat rongga perut, permukaan lebih
gelap dan kekuningan, telur belum terlihat jelas dengan mata. Lalu pada TKG III,
ovarium lebih besar dari tingkat II, berwarna kuning, secara morfologi telur mulai
kelihatan butiran matanya, mengisi seperempat sampai setengah bagian rongga
perut, butiran telur sulit dipisahkan, dan diameter telur sekitar 14-25 mm. Lalu pada
TKG IV ovarium mulai mengisi dua pertiga rongga perut, berwarna kuning, butiran
telur lebih mudah dipisahkan, diamter telur sekitar 26-30 mm. dan pada TKG V
ovarium mengecil dan mengisi dari setengah bagian rongga perut, berwarna jingga,
butiran telur lebihi mudah dipisahkan, dan diameter telur sekitar 26-30 nm
29
30
0.3
0.2
0.2
0.2
IKG (%)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.0
I II
TKG
30
31
1.1 1.1
1.1
1.1
HSI (%)
1.1
1.1 1.1
1.1
1.1
1.1
I II
TKG
Dari data diatas didapat nilai terbesar terdapat pada TKG II dengan nilai
0,1%. HSI sendiri termasuk nilai-nilai yang dapat dihubungkan dengan tingkat
kematangan gonad, HSI kerap kali digunakan guna mengetahui perubahan yang
terjadi dalam hati secara kuantitatif, dimana hati merupakan tempat terjadinya
proses yang berhubungan dengan gonad , maka HSI juga dapat dijadikan patokan
atau ukuran terhadap Tingkat kematangan gonad pada suatu ikan.
HSI sendiri merupakan singkatan dari Hepatosomatik Indeks yaitu
persentase antara berat hati dengan berat tubuh. Perhitungan ini digunakan untuk
meneliti apakah di dalam hati telah terjadi proses vitelogenesis atau pembentukan
kuning telur pada tubuh ikan mas betina yang mana kuning telur ini nantinya akan
berfungsi untuk cadangan makanan embrio selama berada di dalam telur
31
32
1.2.5 Fekunditas
Semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan disebut fekunditas.
Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan
dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang
ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus
diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan
kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan
dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah.
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas mutlak
atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran telur, yaitu
telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang berukuran
besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan dikeluarkan
pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi perairan baik telur yang
sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar (Nickolsky dalam Effendi,
1979).
Pada ikan yang diamati, didapati bahwa ikan berkelamin jantan tidak dihitung
nilai fekunditasnya sebab tidak dihitung jumlah telurnya yang berasal dari gonad,
maka dari itu pada fekunditas tidak disertakan grafik dan pembahasan mengenai
fekunditas ikan yang diamati.
Pada ikan yang diamati, didapati bahwa ikan berkelamin jantan tidak dihitung
nilai diameter telurnya sebab tidak dihitung jumlah telurnya yang berasal dari
gonad, maka dari itu pada diameter telur tidak disertakan grafik dan pembahasan
diamteter telur mengenai ikan yang diamati.
Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi: umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor
eksternal meliputi: pakan, suhu, cahaya, kepadatan dan populasi (Yulfiperius 2011).
Pada ikan yang diamati, didapati bahwa ikan berkelamin jantan tidak dihitung
nilai tingkat kematangan telurnya sebab tidak dihitung jumlah telurnya yang berasal
dari gonad, maka dari itu pada tingkat kematangan telur tidak disertakan grafik dan
pembahasan tingkat kematangan telur mengenai ikan yang diamati.
1 1
0.9
0.8
0.7
0.6
IP (%)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Jenis Pakan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum mengenai analisis aspek biologi(pertumbuhan, dan
kebiasaan makan ikan mas adalah :
1. Dari semua data yang diamati, pengukuran serta perhitungan yang
dilakukan terhadap ikan lele bahwa ternyata mempunyai pertumbuhan yang
alometrik positif, yaitu pertambahan bobot lebih cepat dari pertambahan
panjang karena memiliki nilai b>3.
2. Dari data yang telah dipaparkan oleh kelompok kami, pengamatan
reproduksi nya didapatkan nilai indeks kematangan gonad jantan dan betina
ikan lele sebesar 0,1% dan 0,2% sedangkan tingkat kematangan gonad ikan
lele didominasi oleh TKG II pada ikan betina dan TKG I pada ikan jantan.
3. Ikan lele tergolong pada ikan yang dikategorikan sebagai ikan euryphagic
yakni ikan pemakan bermacam-macam makanan. Benthos dan detritus
merupakan pakan utama dan termasuk kelompok pakan yang digemari.
Tingkat trofik ikan lele yaitu mencapai angka 2,6 yang berarti ikan dapat
dikategorikan sebagai ikan omnivora.
5.2 Saran
Saran kepada pembaca adalah supaya membaca atau mencari literatur lain
tentang aspek biologi ikan mas agar ilmu tentang aspek biologi ikan mas menjadi
luas lagi dan dapat bermanfaat bagi dunia perikanan di masa yang akan datang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Nurmadi. 2005. Pengaruh Penggunaan Hormon HCG dengan Dosis yang Berbeda
terhadap Perkembangan Gonad Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr).
Thesis
Timbangan Digital
Lampiran 2. Bahan
Larutan Serra
Lampiran 3. Prosedur
Ikan uji ditusuk menggunakan jarum ose pada bagian kepala hingga mati
Ikan dibedah
Jika jenis kelamin ikan betina, hati ikan ditimbang untuk menentukan bobot hati
Lambung diletakkan di cawan petri dan ditetesi formalin sebanyak 5 tetes dan
ditambahkan air secukupnya
Diambil satu tetes larutan isi lambung dan aquades dan diamati menggunakan
mikroskop
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Larutan isi lambung diambil satu tetes Larutan diamati untuk melihat
dan diletakkan di cover glass untuk kebiasaan makanan ikan
diamati di mikroskop
Lampiran 5. Data Pertumbuhan
Data Hasil Pengukuran
Ikan ke- Panjang (mm)
Bobot (g)
SL TL
1 250 285 159,21
2 212 238 106,66
3 205 220 104,86
4 222 229 85,37
5 195 225 88,4
6 250 270 135,39
7 240 274 170,28
8 250 285 160,26
9 230 245 92,07
10 270 290 175,29
11 215 236 102,21
12 245 270 144,61
13 210 235 87,11
14 210 235 85,85
15 210 245 103,62
16 250 280 177,5
17 247 276 153,88
18 205 240 89,57
19 250 280 175,74
20 210 240 109,24
21 195 220 168,03
22 255 289 183,2
23 255 285 155,18
24 200 230 88,52
Data Hasil Pengukuran
Ikan ke- Panjang (mm)
Bobot (g)
SL TL
25 245 280 166,3
26 252 275 163,28
27 250 285 174,59
28 240 270 146,01
29 210 230 90,22
30 245 270 153,22
31 246 278 163,41
32 235 265 144,62
33 205 240 102,75
34 210 250 106,26
35 255 270 177,5
36 250 281 184,6
37 257 289 177,23
38 230 250 108,54
39 190 220 76,71
40 205 228 83,95
41 200 230 90,32
42 210 230 93,71
43 260 290 170,93
44 252 282 174,47
45 250 280 153,92
46 245 265 136,95
47 195 225 78,25
48 255 280 153,7
49 250 300 149,34
Data Hasil Pengukuran
Ikan ke- Panjang (mm)
Bobot (g)
SL TL
50 250 290 161
51 250 280 142,86
52 210 240 98,38
Lampiran 9. Data Reproduksi
Kelas Kel. Bobot Jenis Kelamin TKG Bobot IKG (%) Bobot HSI Fekunditas Diameter TKT
Tubuh (%) Gonad Hati (%) (Butir) Telur
Jantan Betina V AM M
(g) (g) (g) (μm)
(♂) (♀)
A 2 159,21 I 106,66 0,22 1,07 1,00 - - - - -
A 3 106,66 I 104,86 0,10 1,17 1,12 - - - - -
A 7 104,86 I 170,28 0,21 1,02 0,60 - - - - -
A 8 85,37 I 160,26 0,02 2,16 1,35 - - - - -
B 2 88,4 I 109,24 0,28 1,49 1,36 - - - - -
C 5 135,39 I 90,32 0,01 1,11 1,23 - - - - -
C 7 170,28 I 170,93 0,02 1,5 0,88 - - - - -
A 11 160,26 II 102,21 0,28 1,57 1,54 - - - - -
A 12 92,07 II 144,61 0,21 1,76 1,22 - - - - -
A 13 175,29 II 87,11 0,57 1,07 1,23 - - - - -
A 15 102,21 II 103,62 0,32 1,14 1,10 - - - - -
A 16 144,61 II 177,5 0,14 2,14 1,21 - - - - -
A 17 87,11 II 153,88 0,01 1,99 1,29 - - - - -
B 1 85,85 II 175,74 0,11 1,92 1,09 - - - - -
B 4 103,62 II 183,2 0,17 1,71 0,93 - - - - -
B 5 177,5 II 155,18 0,33 1,38 0,89 - - - - -
B 7 153,88 II 166,3 0,25 1,94 1,17 - - - - -
B 8 89,57 II 163,28 0,58 1,67 1,02 - - - - -
B 9 175,74 II 174,59 0,25 1,75 1,00 - - - - -
B 10 109,24 II 146,01 0,17 1,95 1,34 - - - - -
B 11 168,03 II 90,22 0,25 0,76 0,84 - - - - -
B 14 183,2 II 144,62 0,08 1,56 1,08
B 17 155,18 II 177,5 0,08 1,85 1,04
B 18 88,52 II 184,6 0,16 2,48 1,34
C 2 166,3 II 108,54 0,18 0,88 0,81 - - - - -
C 3 163,28 II 76,71 0,31 1,19 1,55 - - - - -
C 4 174,59 II 83,95 0,18 1,14 1,36 - - - - -
C 9 146,01 II 153,92 0,03 1,73 1,12 - - - - -
C 10 90,22 II 136,95 0,21 0,9 0,66 - - - - -
C 12 153,22 II 153,7 0,21 1,61 1,05 - - - - -
C 13 163,41 II 149,34 0,14 1,39 0,93 - - - - -
C 14 144,62 II 161 0,22 1,76 1,09 - - - - -
A 1 102,75 I 159,21 0,26 1,65 1,04
A 4 106,26 I 85,37 0,14 0,81 0,95 - - - - -
A 5 177,5 I 88,4 0,01 0,83 0,94 - - - - -
A 6 184,6 I 135,39 0,06 1,48 1,09 - - - - -
A 9 177,23 I 92,07 0,18 0,19 0,21 - - - - -
A 10 108,54 I 175,29 0,05 2,04 1,16 - - - - -
A 18 76,71 I 89,57 0,11 1,31 1,46 - - - - -
B 3 83,95 I 168,03 0,09 1,71 1,02 - - - - -
B 6 90,32 I 88,52 0,02 0,76 0,86 - - - - -
B 12 93,71 I 153,22 0,01 1,56 1,02 - - - - -
B 15 170,93 I 102,75 0,02 1,24 1,21
B 16 174,47 I 106,26 0,01 1,19 1,12
C 6 153,92 I 93,71 0,01 0,92 0,98 - - - - -
C 11 136,95 I 78,25 0,03 0,86 1,10 - - - - -
C 16 78,25 I 98,38 0,03 0,73 0,74 - - - - -
A 14 153,7 II 85,85 0,09 0,91 1,06 - - - - -
B 13 149,34 II 163,41 0,01 1,21 0,74
C 1 161 II 177,23 0,13 1,78 1,00
C 8 142,86 II 174,47 0,10 1,17 0,67 - - - - -
C 15 98,38 II 142,86 0,16 1,23 0,86 - - - - -
Lampiran 12. Data Kebiasaan Makanan
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Plants Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
1 10% 0% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 10% 0%
2 0% 0% 0% 0% 0% 90% 0% 0% 10% 0%
3 35% 50% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 15% 0%
4 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
5 0% 0% 20% 0% 0% 80% 0% 0% 0% 0%
6 50% 50% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
7 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
8 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
9 9% 18% 72% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
10 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
11 70% 0% 0% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%
12 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
13 40% 40% 20% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
14 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Plants Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
15 85% 0% 0% 0% 0% 15% 0% 0% 0% 0%
16 8% 0% 22% 0% 0% 65% 0% 0% 5% 0%
17 0% 0% 20% 0% 0% 80% 0% 0% 0% 0%
18 15% 0% 55% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%
19 0% 0% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 0% 0%
20 20% 30% 0% 0% 0% 50% 0% 0% 0% 0%
21 0% 30% 0% 0% 0% 70% 0% 0% 0% 0%
22 50% 20% 50% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
23 50% 0% 20%% 0% 0% 20% 0% 0% 10% 0%
24 10% 20% 50% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
25 0% 0% 38% 0% 0% 38% 0% 0% 25% 0%
26 10% 15% 0% 0% 0% 75% 0% 0% 0% 0%
27 10% 60% 0% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%
28 30% 40% 0% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%
29 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Plants Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
30 41% 0% 0% 0% 0% 59% 0% 0% 0% 0%
31 10% 60% 0% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%
32 0% 20% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 0% 0%
33 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
34 0% 0% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 20% 0%
35 70% 30% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
36 20% 70% 30% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
37 1% 0% 0% 0% 0% 99% 0% 0% 0% 0%
38 4% 0% 0% 0% 0% 96% 0% 0% 0% 0%
39 2% 0% 0% 0% 0% 98% 0% 0% 0% 0%
40 25% 0% 0% 0% 0% 70% 0% 0% 5% 0%
41 2% 0% 0% 0% 0% 98% 0% 0% 0% 0%
42 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
43 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
44 0% 0% 20% 0% 0% 80% 0% 0% 0% 0%
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Plants Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
45 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
46 0% 0% 50% 0% 0% 50% 0% 0% 0% 0%
47 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
48 0% 0% 0% 0% 0% 90% 0% 0% 10% 0%
49 50% 0% 0% 0% 0% 50% 0% 0% 0% 0%
50 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
51 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
52 70% 0% 0% 0% 0% 30% 0% 0% 0% 0%