Anda di halaman 1dari 6

2.

5 Produk yang dihasilkan beserta prosedurnya


1. Pemanfaatan Air Rebusan Ikan Menjadi Petis

Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental. Petis dibuat dari
pemekatan air rebusan ikan dalam pembuatan pindang atau pembuatan ebi. Petis merupakan
bahan makanan yang umumnya digunakan sebagai perangsang makanan (bumbu masak)
yang sedap, bergizi, dan mempunyai nilai yang lebih tinggi (Anonim, 2012). Biasanya petis
dikonsumsi sebagai bumbu sambal pada rujak buah / sayur, sebagai teman makan tahu atau
juga untuk bumbu tambahan pada nasi goreng.

Gambar . Contoh Petis dari Air Sisa Rebusan


Pembuatan petis merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan
limbah produk-produk hasil laut baik itu limbah ikan, udang maupun kupang. Pembuatannya
sebenarnya sangatlah sederhana karena memang tidak membutuhkan alat dan keahlian
khusus. Hanya saja perlu ketelatenan dalam pembuatannya, karena jika memproduksi dalam
kapasitas banyak membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahan yang diperlukan dalam
pembuatan petis dari air sisa rebusan yaitu air sisa rebusan hasil pemindangan ikan atau ebi,
gula merah, dan garam. Alat yang digunakan untuk pembuatan petis pun sangat sederhana
dan mudah untuk diperoleh, yaitu wajan, alat pengaduk, panci, kompor, dan kemasan untuk
petis. Cara pembuatan petis dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Air hasil rebusan ikan direbus hingga
mengental

Ditambahkan garam dan gula merah


secukupnya sambil diaduk

Adonan yang sudah siap dituang ke dalam


baskom

Ditunggu hingga dingin

Petis ke dalam kemasan. Apabila hendak


dipasarkan, pilik kemasan yang menarik

2. Pemanfaatan Limbah Cair Perikanan Sebagai Pupuk Organik

Pupuk organik adalah sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah (Simanungkalit dkk.,2006). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Anonim,2014).

1. Pupuk organik dengan bantuan EM4

Limbah cair yang berasal industri perikanan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
organik. Menurut Dwicaksono et al. (2014) limbah cair industri perikanan tidak dapat
dimanfaatkan langsung sebagai pupuk cair karena kandungan bahan organiknya berupa
lemak dan protein tidak dapat diserap langsung oleh tanaman. Perlu adanya penguraian
kandungan organik dalam limbah cair tersebut dengan tujuan memecah senyawa komplek
menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana sehingga tanaman lebih mudah
menyerap nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair organik tersebut. Lebih jauh
Dwicakksono et al (2014) mnyatakan bahwa pembuatan pupuk organik dapat ditambahkan
aktivator berupa EM4 (effective microorganisms).
Produk EM4 Pertanian merupakan produk bakteri fermentasi bahan organik tanah yang
dapat menyuburkan tanah dan menyehatkan tanah. EM4 terbuat dari hasil seleksi alami
mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang di kemas dalam medium cair
(EM4 Indonesia, 2013). EM terdiri dari kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut (Higa et al,. 1995 dalam
Dwicaksono,2014 Effective microorganisms (EM) mengandung spesies terpilih dari
mikroorganisme utamanya yang bersifat fermentasi, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp.), Jamur fermentasi (Saccharomyces sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), dan
Actinomycetes. Effective microorganisms (EM4) digunakan sebagai bioaktivator enzim untuk
perombakan material organik pada proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair.
2. Pembuatan pupuk nitrogen dengan lumpur aktif
a. Air limbah mula-mula dilewatkan pada saringan kasar (screen) untuk memisahkan
sampah berukuran besar, kemudian dipompa menuju bak pengendap/penampung awal
untuk mengendapkan padatan tersuspensi (suspended solid) sekitar 30-40 %. Padatan
tersuspensi yang terendapkan akan dibuang ke bak pengering lumpur. Bak
pengendap/penampung ini yang juga dilengkapi alat pengatur debit aliran.
b. Air limpahan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini
air limbah dihembus udara (O2) dengan sebuah blower sehingga mikroorganisme yang
ada akan menguraikan polutan organik yang ada dalam air limbah, berkembangbiak,
hingga terbentuk biomassa aktif berwarna kelabu/coklat kehitaman yang disebut lumpur
aktif. Didalam bak aerasi ini unjuk kerja lumpur aktif dilaksanakan.
c. Dari bak aerasi, air beserta kelebihan lumpur aktif dialirkan ke bak pengendap akhir. Di
dalam bak ini sebagian lumpur aktif diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sementara sebagian lumpur lagi akan alirkan
menuju bak pengering lumpur setelah dilakukan disinfeksi terlebih dahulu untuk
kedibuang/dibakar. Pembuangan lumpur ini bertujuan untuk menjaga kestabilan jumlah
lumpur aktif.
d. Air limpahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor (berupa cairan/tablet)
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah
proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum/mengalami
proses pengolahan selanjutnya.
Limbah cair perikanan pada pemupukan skala kecil dapat langsung digunakan sebagai
pupuk sedangkan limbah cair perikanan yang digunakan untuk pemupukan skala besar
sebaiknya menggunakan limbah cair yang sudah diolah dengan lumpur aktif karena
pemupukan dengan limbah yang segar atau tidak diolah akan menimbulkan bau busuk
apalagi dalam skala besar akibat tejadinya penguraian bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair. Pemupukan dengan limbah yang diolah dengan lumpur aktif tidak menimbulkan
bau karena proses penguraian bahan organik tejadi di dalam reaktor. Selain itu, unsur hara
yang terdapat dalam limbah cair yang diolah dengan lumpur aktif terdapat dalam bentuk
senyawa yang langsung bisa diserap tanaman (Irma, 2008). Limbah cair perikanan yang
diolah menjadi pupuk dapat menyuplai nitrogen untuk tanaman bayam sesuai dengan
penelitian( Irma 2008). Bayam dapat memanfaatkan sebagian besar kandungan hara yang
terdapat pada limbah segar yang diketahui mengandung unsur hara yang cukup tinggi
terutama unsur nitrogen.

2.6 Pengaplikasian dan fungsi


1. limbah air rebusan ikan teri menjadi pupuk organik cair dan aplikasinya
terhadap hasil tanaman bayam
Ikan Teri merupakan ikan yang bertekstur lunak dan mudah rusak sehingga perlu
penangan yang cepat pasca panen salah satunya dengan cara dilakukan pengawetan dengan
cara perebusan. Limbah cair rebusan ikan Teri akan berpotensi menjadi penyebab perairan
tercemar apabila mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu yang dapat menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan, sehingga limbah air rebusan ikan Teri perlu dimanfaatkan sebagai
produk baru yang bernilai ekonomi salah satunya dengan membuat pupuk organik cair
(POC).
Pupuk organik cair (POC) merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan,
diaplikasikan melalui daun atau disebut POC foliar sehingga penyerapannya melalui stomata
berjalan cepat dan hara langsung diserap, selain itu POC dapat juga diaplikasikan ke tanah
yang akan diserap oleh akar dan nutrisinya dapat digunakan oleh tanah (Anastasia, Izzati, &
Suedy, 2014). Pupuk organik cair umumnya diaplikasikan melalui daun yang mengandung
hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik).
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan
meningkatkan pembentukan klorofil daun. Pupuk organik yang dibuat dari bahan alami harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Zat N harus terdapat dalam bentuk senyawa organik sehingga dapat mudah diserap oleh
tanaman
2. Tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah
3. Mempunyai kandungan senyawa C organik yang tinggi seperti hidrat arang. Peranan
nitrogen (N) adalah me
Bayam merupakan jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, Bayam
mudah tumbuh pada semua tempat dan dapat ditanam sepanjang tahun. Jenis bayam yang
paling singkat ditanam yaitu kurang lebih 25 hari setelah penanaman ialah Bayam cabut
(Amaratus tricolor L) (Anastasia dkk., 2014). Terdapat beberapa ciri dari tiga sayuran Bayam
diantaranya :
1. Bayam cabut, batangnya berwarna merah da nada warna hijau keputih-putihan
2. Bayam petik, pertumbuhannya lebih tegak serta daun lebar, warna daun hijau tua da nada
yang berwarna kemerah-merahan.
3. Bayam yang biasa dicabut dan juga dipetik, tumbuhnya tegak, berdaun besar berwarna
hijau keabu-abuan (Yusri & Edi, 2009).
Kandungan vitamin pada bayam ialah vitamin A, C dan sedikit vitamin B,
mengandung garam mineral seperti kalsium, pospor dan besi serta sumber protein. Vitamin B
dapat mencegah penyakit beri-beri, memperkuat syaraf dan melenturkan otot Rahim, vitamin
C untuk membantu menyembuhkan penyakit sariawan atau gusi berdarah, sedangkan akar
dari bayam dapat digunakan untuk menghilangkan panas (antipretik) obat diare dan
membersihkan darah Wakerkwa dkk. (2017)
formulasi pupuk organik cair (POC) limbah cair rebusan ikan Teri dengan
konsentrasi EM4 yang berbeda dilakukan uji pengaruhnya pada tanaman Bayam, hal ini
berdasarkan dari nilai pH dan hasil pengamatan warna, suhu dan bau yang masih memenuhi
standar pupuk organik cair sesuai referensi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
tentang ciri ciri fermentasi POC disebut berhasil walaupun kandungan unsur-unsur haranya
(N,P,K,C Organik) tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan pemerintah pada tahun
2011

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Biologi UMS : Surakarta.
Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.
Anonim. 2014. Kategori Pangan. Indonesia: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dwicaksono, M.R.B., Suharto, B., L.D. Susanawati. 2013. Pengaruh Penambahan Effective
Microorganisme pada Limbah Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair
Organik. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Irma, 2008, Pemanfaatan Hasil Pengolahan Limbah Cair Perikanan dengan Lumpur Aktif
Sebagai Pupuk Nitrogen pada Tanaman Bayam (Amaranthus Sp.), Skripsi, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Hal. 10)
Anastasia, I., Izzati, M., & Suedy, S. W. A. (2014). Pengaruh pemberian kombinasi pupuk
organik padat dan organik cair terhadap porositas tanah dan pertumbuhan tanaman bayam
(Amarantus tricolor L.). Jurnal Akademika Biologi, 3(2), 1–10.
Yusri, & Edi. (2009). Budidaya bayam semi organik.

Anda mungkin juga menyukai