Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental. Petis dibuat dari
pemekatan air rebusan ikan dalam pembuatan pindang atau pembuatan ebi. Petis merupakan
bahan makanan yang umumnya digunakan sebagai perangsang makanan (bumbu masak)
yang sedap, bergizi, dan mempunyai nilai yang lebih tinggi (Anonim, 2012). Biasanya petis
dikonsumsi sebagai bumbu sambal pada rujak buah / sayur, sebagai teman makan tahu atau
juga untuk bumbu tambahan pada nasi goreng.
Pupuk organik adalah sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah (Simanungkalit dkk.,2006). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Anonim,2014).
Limbah cair yang berasal industri perikanan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
organik. Menurut Dwicaksono et al. (2014) limbah cair industri perikanan tidak dapat
dimanfaatkan langsung sebagai pupuk cair karena kandungan bahan organiknya berupa
lemak dan protein tidak dapat diserap langsung oleh tanaman. Perlu adanya penguraian
kandungan organik dalam limbah cair tersebut dengan tujuan memecah senyawa komplek
menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana sehingga tanaman lebih mudah
menyerap nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair organik tersebut. Lebih jauh
Dwicakksono et al (2014) mnyatakan bahwa pembuatan pupuk organik dapat ditambahkan
aktivator berupa EM4 (effective microorganisms).
Produk EM4 Pertanian merupakan produk bakteri fermentasi bahan organik tanah yang
dapat menyuburkan tanah dan menyehatkan tanah. EM4 terbuat dari hasil seleksi alami
mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang di kemas dalam medium cair
(EM4 Indonesia, 2013). EM terdiri dari kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut (Higa et al,. 1995 dalam
Dwicaksono,2014 Effective microorganisms (EM) mengandung spesies terpilih dari
mikroorganisme utamanya yang bersifat fermentasi, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp.), Jamur fermentasi (Saccharomyces sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), dan
Actinomycetes. Effective microorganisms (EM4) digunakan sebagai bioaktivator enzim untuk
perombakan material organik pada proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair.
2. Pembuatan pupuk nitrogen dengan lumpur aktif
a. Air limbah mula-mula dilewatkan pada saringan kasar (screen) untuk memisahkan
sampah berukuran besar, kemudian dipompa menuju bak pengendap/penampung awal
untuk mengendapkan padatan tersuspensi (suspended solid) sekitar 30-40 %. Padatan
tersuspensi yang terendapkan akan dibuang ke bak pengering lumpur. Bak
pengendap/penampung ini yang juga dilengkapi alat pengatur debit aliran.
b. Air limpahan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini
air limbah dihembus udara (O2) dengan sebuah blower sehingga mikroorganisme yang
ada akan menguraikan polutan organik yang ada dalam air limbah, berkembangbiak,
hingga terbentuk biomassa aktif berwarna kelabu/coklat kehitaman yang disebut lumpur
aktif. Didalam bak aerasi ini unjuk kerja lumpur aktif dilaksanakan.
c. Dari bak aerasi, air beserta kelebihan lumpur aktif dialirkan ke bak pengendap akhir. Di
dalam bak ini sebagian lumpur aktif diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sementara sebagian lumpur lagi akan alirkan
menuju bak pengering lumpur setelah dilakukan disinfeksi terlebih dahulu untuk
kedibuang/dibakar. Pembuangan lumpur ini bertujuan untuk menjaga kestabilan jumlah
lumpur aktif.
d. Air limpahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor (berupa cairan/tablet)
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah
proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum/mengalami
proses pengolahan selanjutnya.
Limbah cair perikanan pada pemupukan skala kecil dapat langsung digunakan sebagai
pupuk sedangkan limbah cair perikanan yang digunakan untuk pemupukan skala besar
sebaiknya menggunakan limbah cair yang sudah diolah dengan lumpur aktif karena
pemupukan dengan limbah yang segar atau tidak diolah akan menimbulkan bau busuk
apalagi dalam skala besar akibat tejadinya penguraian bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair. Pemupukan dengan limbah yang diolah dengan lumpur aktif tidak menimbulkan
bau karena proses penguraian bahan organik tejadi di dalam reaktor. Selain itu, unsur hara
yang terdapat dalam limbah cair yang diolah dengan lumpur aktif terdapat dalam bentuk
senyawa yang langsung bisa diserap tanaman (Irma, 2008). Limbah cair perikanan yang
diolah menjadi pupuk dapat menyuplai nitrogen untuk tanaman bayam sesuai dengan
penelitian( Irma 2008). Bayam dapat memanfaatkan sebagian besar kandungan hara yang
terdapat pada limbah segar yang diketahui mengandung unsur hara yang cukup tinggi
terutama unsur nitrogen.
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Biologi UMS : Surakarta.
Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.
Anonim. 2014. Kategori Pangan. Indonesia: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dwicaksono, M.R.B., Suharto, B., L.D. Susanawati. 2013. Pengaruh Penambahan Effective
Microorganisme pada Limbah Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair
Organik. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Irma, 2008, Pemanfaatan Hasil Pengolahan Limbah Cair Perikanan dengan Lumpur Aktif
Sebagai Pupuk Nitrogen pada Tanaman Bayam (Amaranthus Sp.), Skripsi, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Hal. 10)
Anastasia, I., Izzati, M., & Suedy, S. W. A. (2014). Pengaruh pemberian kombinasi pupuk
organik padat dan organik cair terhadap porositas tanah dan pertumbuhan tanaman bayam
(Amarantus tricolor L.). Jurnal Akademika Biologi, 3(2), 1–10.
Yusri, & Edi. (2009). Budidaya bayam semi organik.