Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TEKNOLOGI LINGKUNGAN TEPAT GUNA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI PUPUK


ORGANIK CAIR UNTUK BERBAGAI TANAMAN

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Iqbal Buraka


NIM : 1909046052

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahu merupakan salah satu produk pangan dari hasil olahan kacang kedelai yang dibuat
dengan cara pengentalanprotein dari kacang kedelai. Indonesia adalah salah satu negara
yang menjadikan tahu sebagai lauk yang mengandung protein cukup tinggi. Pada proses
pembuatan tahu di Indonesia,masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Industri tahu
rumahan ini dalam sehari dapat menghabiskan kurang lebih 100 – 150 Kg kacang kedelai
dan dapat menghasilkan kurang lebih 70 - 110 papan tahu. Industri tahu pada umumnya
ialah suatu industri rumahan yang dikelola dengan menggunakan modal kecil, sehingga
pada proses pengolahan limbah dari industri rumahan tersebut terhalang oleh biaya yang
harus di keluarkan.

Berbagai teknik pengolahan limbah cair tahu untuk menyisihkan bahan polutannya yang
telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Upaya
untuk mengatasi limbah buangan industri tahu telah banyak dilakukan, diantaranya untuk
makanan ternak. Para pengusaha industri tahu sering membuang limbah ke badan air
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan suatu
metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang
dapat diaplikasikan adalah dengan cara mengolah limbah industri tahu sebagai pupuk cair
organik, sehingga limbah cair tahu tidak hanya bersifat penanganan namun juga memiliki
nilai yang bermanfaat. Untuk itu perlu di ketahui dahulu kandungan dari limbah cair
industri tahu, apakah mengandung unsur yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Limbah cair tahu dari hasil analisis ternyata mengandung zat-zat karbohidrat, protein,
lemak dan mengandung unsur hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe (Indahwati, 2008). Jika
dilihat Kandungan unsur hara dalam limbah tahu ini, maka berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pupuk cair, sebab hingga saat ini limbah cair tahu ini belum
banyak dimanfaatkan. Menurut Handayani (2006) bahwa limbah cair tahu dapat dijadikan
alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah cair tahu tersebut
memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian limbah cair tahu berpengaruh terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman kedelai yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun (Ernawati, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kandungan unsur hara pada limbah cair tahu setelah difermentasi?
2. Apakah pemberian pupuk organik cair dari limbah cair tahu mempengaruhi
pertumbuhan tanaman?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kandungan unsur hara pada limbah cair tahu setelah difermentasi.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dari limbah cair tahu terhadap
pertumbuhan.

1.4 Batasan Masalah


1. Bahan utama yakni limbah cair tahu.
2. Bahan utama campuran dengan cairan aktivator (EM 4) dan gula merah cair.

1.5 Manfaat Penelitian


1. memberikan alternatif kepada produsen tahu untuk tidak membuang limbah cair sisa
produksi tahu ke lingkungan sekitar dan pemanfaatan dari limbah cair tahu yang
dapat diolah sebagai pupuk organik cair untuk tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia,
dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Saat
ini sebagian besar petani masih tergantung pada pupuk anorganik karena pupuk anorganik
mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang banyak. Pupuk anorganik
digunakan secara terus-menerus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi
tanah yaitu dapat menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu
menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya menurunkan produktivitas
tanaman (Ramadhani, 2010).

Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan pupuk organik cair adalah
unsur hara yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap tanaman. Pupuk organik cair
adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu
unsur. Pada umumnya pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun
digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai
aktivator untuk membuat kompos (Lingga dan Marsono, 2003).

Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu sampah sayur
baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah seperti anggur,
kulit jeruk, apel dan lain-lain. Bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran
merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat bagus karena selain mudah
terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan tanaman. Semakin tinggi
kandungan selulosa dari bahan organik, maka proses penguraian akan semakin lama
(Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
Pupuk organik cair sudah banyak dikenal penggunaannya dikalangan petani dan mulai
banyak beredar dipasaran maupun di toko pertanian. Pupuk organik cair mempunyai
keunggulan yaitu tanaman mampu menyerap unsur hara melalui daun dan melalui akar
dengan cara disemprot karena unsur didalam pupuk organik cair mudah terurai. Pupuk
organik cair kandungannya meliputi unsur makro dan mikro yang meliputi N, P, K, S,
Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan bahan organik, Cara pembuatan pupuk organik
cair dengan cara fermentasi anaerob dimana fermentasi dilakukan dengan cara tertutup
tanpa ada oksigen. Kebutuhan tanaman terhadap unsur hara tersedia di dalam pupuk
organik cair dimana mengandung unsur N untuk pertumbuhan batang, tunas dan daun.
Unsur P untuk merangsang pertumbuhan akar, biji dan buah dan unsur K untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama atau serangan penyakit (Aldhita, 2013).

Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Fungsi
unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N), yang berfungsi merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino dan protein dalam tanaman,
merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan
pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang). Phospat (P) berfungsi untuk
pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pertumbuhan akar,
merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel, merangsang pembungaan serta pembuahan. Kalium (K) berfungsi dalam
proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan. Selain
itu dapat meningkatkan daya tahan atau terjadi kekebalan tanaman terhadap penyakit
(Kloepper, 1993).

Tanaman juga memerlukan unsur mikro. Adapun peranan Kalsium (Ca) dalam tanaman
sebagai penguat dinding sel, memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan daun, mendorong
perkembangan 10 akar, berperan dalam perpanjangan sel, sintesis protein dan
pembelahan sel. Magnesium merupakan bagian dari klorofil yang berfungsi dalam proses
fotosintesis, terlibat dalam pembentukan gula, mengatur serapan unsur hara yang lain,
sebagai carrier fosfat dalam tanaman, translokasi karbohidrat, dan aktivator dari beberapa
enzim transforforilase, dehidrogenase, dan karboksilase (Sutandi, 2004).

Tanaman mengambil besi dalam bentuk Fe2+, Fe3+, dan NaFeEDTA. Peranan Fe dalam
tanaman yaitu mempertahankan klorofil dalam daun, merupakan bagian penting dari
hemaglobin, sebagai protein ferredoxin dalam metabolisme seperti fiksasi N2,
fotosintesis, dan transfer elektron dalam khloroplas tanaman. Mangan berperan dalam
proses reduksi dan oksidasi, meningkatkan penyerapan cahaya, sintesis protein, dan
berperan sebagai katalis dalam reaksi tanaman (Amilia, 2011).

Nisbah C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam suatu
bahan. Nisbah C/N dapat digunakan sebagai indikator proses fermentasi yaitu jika jumlah
perbandingan antara karbon dan nitrogen masih berkisar antara 20 sampai 30% maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa pupuk yang difermentasi sudah bisa untuk digunakan.
Perbedaan kandungan C dan N tersebut akan menentukan kelangsungan proses
fermentasi pupuk cair yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas pupuk cair yang
dihasilkan (Pancapalaga, 2011).

2.2 Limbah Cair Tahu

Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi tahu yang
terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga tidak dapat
dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Limbah
ini terjadi karena adanya sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang
hancur karena proses penggumpalan yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuningan
yang dapat menimbulkan bau tidak sedapbila dibiarkan (Nohong, 2010).

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel
pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah
padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan
umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku
kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses
penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-
35% dari produk tahu yang dihasilkan (Kaswinarni, 2007).

Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan atau
pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan
tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih.
Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini
sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan
bau busuk dan mencemari lingkungan (Kaswinarni, 2007).

Limbah sisa produksi tahu berupa cair terbuat dari tahap pencucian kedelai, perendaman
kedelai, pengendapan sari tahu dan pencetakan tahu. Cairan kental dari tahu yang terpisah
dari gumpalan biasanya disebut air didih. Kandungan bahan organik dari limbah cair tahu
antara lain lemak, kalori, protein, dan karbohidrat dimana kandungan bahan organik dapat
dirombak oleh mikrobia untuk dijadikan unsur hara potensial bagi tanaman dan
berpotensi menjadi pupuk organik. Limbah cair tahu diketahui mengandung bahan
organik yaitu karbohidat mencapai 20-50%, protein 40-60%, dan lemak 10% . Limbah
dari proses produksi tahu juga mengandung berbagai zat-zat didalamnya yaitu Pb 0,24
mg/L, Ca 34,1 mg/L, Fe 0,19 mg/L, Cu 0,12 mg dan Na 0,59 mg/L (Nurul, 2016).

2.3 Effective Microorganism-4 (EM4)

EM4 merupakan kultur mikroba campuran yang digunakan sebagai pengendali hama dan
penyakit dengan menggunakan mikroorganisme baik untuk dimasukkan ke lingkungan
hidup tanaman agar menghambat pertumbuhan dari hama atau penyakit dengan
peningkatan aktivitas kompetitif dan antagonistik antar mikroorgansme secara alami.
Pada Effective Mikroorganisme-4 (EM4) diketahui mengandung beberapa
mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, Ragi (yast), Lactobacillus sp,
Actinomycetes dan Streptomycetes sp. EM4 digunakan untuk campuran pembuatan
pupuk organik dan mempercepat masaknya pupuk organik dalam proses composing atau
dekomposisi bahan organik secara anaerob dan aerob pada suhu 40 - 500 oC pada saat
fermentasi. Penggunanaan EM4 dapat meningkatkan kesuburan tanah dimana keragaman
mikroorganisme dan populasi mikroorganisme meningkat dan meningkatkan
pertumbuhan serta hasil produksi pada tanaman. EM4 mempunyai manfaat jika
digunakan yaitu menyediakan unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan produktivitas
dari tanaman, mempercepat proses dari pengomposan dari bahan kotoran hewan dan
sampah organik, menyediakan nutrisi pada tanah dan senyawa organik pada tanah,
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah (Budi, 2007)

Unsur hara adalah unsur terpenting bagi tanaman perkembangan dan pertumbuhan
tanman. Tanaman yang kekurangan akan unsur hara dapat berdampak pada organ tertentu
pada tanaman yang disebut kekahatan. Tanaman hanya membutuhkan unsur makro yaitu
unsur Nitrogen, Phosfor, Kalium, S, Ca, dan Mg, Dari ke enam unsur ini hanya ada
didalam tanah dimana paling dibutuhkan oleh tanaman. Unsur paling penting pada
tanaman yaitu unsur Nitrogen, Phosfor, dan Kalium. Nitrogen merupakan unsur bagian
dari pertumbuhan dan pembentukan protein, lemak, klorofil, dan senyawa lainnya pada
tanaman. Kelebihan unsur N pada tanaman akan merubah warna daun menjadi hijau tua
kelabu, menghambat pertumbuhan dan pembuangan. Kekurangan kandungan N pada
tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun layu dan bewarna kuning. Fosfor
(P) merupakan bagian inti sel dan protoplasma yang berbentuk nuklein, phitin, dan
fostide. Tanaman memanfaatkan fosfor dalam bentuk H2PO4 dan H2PO4-. Tanaman
memanfatkan fosfor untuk mempercepat kematangan buah, meningkatkan hasil biji dan
umbi, membentuk akar, memperkuat batang. Kekurangan unsur fosfor pada tanaman
dapat menyebabkan pertumbuhan tidak baik, akar dan ranting meruncing, daun tua
tampak kuning, buah masaknya lama, hasil panen buah atau biji menjadi turun. Kalium
memiliki peranan penting bagi tanaman yaitu, membentuk karbohidrat, membentuk
protein, meningkatkan resistensi tanaman terhadap 11 penyakit dan pembentukan
antibodi pada tanaman. Tanaman jika kekurangan unsur kalium akan menyebabkan
tanaman menjadi kekeringan, mudah diserang penyakit, dan tidak tahan udara dingin
(Pranata, 2004).
2.4 Dampak Limbah Cair Tahu

Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah
gangguan terhadap kehidupan biotik, turunnya kualitas air perairan akibat meningkatnya
kandungan bahan organik. Aktivitas organisme dapat memecah molekul organik yang
kompleks menjadi molekul organik yang sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat
dan nitrat dapat dipakai sebagai makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis.
Selama proses metabolismeoksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik
dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil
proses fotosintesis dan oleh aerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik
terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk
dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana.
Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan
menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak
nyaman dan menimbulkan bau (Herlambang, 2002).

Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu
sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit
pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur
maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai
maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan gangguan
kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya,
khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak
baik (Kaswinarni, 2007).
BAB III
METODE STUDI

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:


1. Tong kapasitas 200 Liter
2. Pengaduk kayu

3.1.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:


1. Limbah cair tahu
2. Cairan activator (EM4)
3. Gula merah (dicairkan dalam 5 Liter air)

3.2 Tahap Pelaksanaan

3.2.1 Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Cair Tahu

Berikut adalah prosedur pembuatan pupuk cair dari limbah cair tahu
1. Dimasukan 1 liter aktivator, 5 liter larutan 4 kg gula merah, 150 liter limbah cair tahu
ke dalam tong.
2. Diaduk hingga rata menggunakan pengaduk kayu.
3. Ditutup tong rapat-rapat hingga udara tidak bisa masuk.
4. Dibuat pipa pengeluaran gas yang ujungnya dimasukan ke dalam ember yang berisi
air.
5. Dibiarkan tong selama 15 hari.
6. Dibuka tutup tong, saring pupuk cair hingga di dapat larutan yang bersih yang bebas
dari padatan.
7. Setelah disaring, pupuk cair selanjutnya digunakan untuk media tanam.

3.3 Rincian Anggaran Biaya


No Nama Barang Harga Satuan Jumlah Total
1 Tong 200 Liter Rp. 300.000 1 Rp. 300.000
2 Gula merah Rp. 15.000 4 Kg Rp. 60.000
3 Cairan activator (EM4) Rp. 22.000 1 Rp. 22.000
Total Keseluruhan Rp. 382.000
DAFTAR PUSTAKA

1. Aliyenah, Napoleon, dan Yudoyono., 2015, Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu
sebagai Pupuk Cair Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir), Jurnal Penelitian Sains, Vol 17 No. 3,
Universitas Sriwijaya, Palembang.

2. Farhana dan Wijaya., 2021, Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Organik
Cair Untuk Berbagai Tanaman Di Kampung Lengkong, Kota Langsa, Jurnal
Penigkatan Mutu Pendidikan, Vol 2 No. 1, Universitas Samudra Meurandeh, Aceh.

Anda mungkin juga menyukai