Dasar-Dasar Agronomi
Sampah merupakan salah satu masalah besar yang ada di indonesia, terutama
pada kota kota besar, yang dimana produksinya sekian hari semakin banyak. Sampah-
sampah ini dapat berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan sebagainya.
Akibatnya, sampah ini menumpuk dan meengeeluarkan bau yang tidak enak,
mengganggu penduduk di sekitarnya, dan bahkan memiliki dampak serius pada
kesehatan (Widyabudiningsih., 2021)
Dalam mengatasi masalah ini, diperlukan usaha untuk membuat nilai tambah
terhadap sampah-sampah tersebut. Salah satu upaya yang menarik adalah dengan
mengelola sampah-sampah tersebut menjadi sebuah pupuk organik cair. Proses ini
melibatkan peran mikroorganisme seperti bakteri dan jamur untuk tahap fermentasi,
dengan cara seperti ini bukan hanya membantu untuk mengurangi dampak negatif
pada sampah pada lingkungan dan kesehatan, tetapi juga menghasilkan produk yang
bermanfaat seperti pupuk organik cair yang bermanfaat untuk tanaman. Hal ini dapat
menjadi langkah positif dalam menghadapi permasalahan sampah di Indonesia dan
negara-negara lainnya (Widyabudiningsih., 2021).
Pupuk organik cair merupakan pupuk yang berasal dari komposisi bahan
organik seperti sisa-sisa tanaman yang tidak digunakan lagi, kotoran hewan, ataupun
limbah manusia. Sisa-sisa ini menghasilkan kaya akan unsur hara yang sangat
bermanfaat untuk tanaman. Larutan ini mengandung lebih dari satu unsur hara, yang
memberikan nutrisi penting bagi tanaman. Oleh karena itu, POC dapat menjadi
pilihan yang baik sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
hasil pertanian (Prasetyo dan Evizal, 2021).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik Cair (POC) adalah jenis pupuk cair yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan sisa-sisa bahan organik menjadi zat-zat yang lebih sederhana
melalui aktivitas mikroba. Bahan-bahan untuk pupuk dapat bervariasi dan mudah
ditemukan karena semuanya berasal dari alam. Beberapa bahan organik untuk
pembuatan POC seperti gula merah, air beras, air kelapa, terasi, EM4 (Effective
Microorganisms 4), limbah sayuran, daun keladi, daun gamal, daun kirinyuh, kulit
pisang, dan buah pisang. Semua bahan-bahan ini dapat dimanfaatkan untuk membuat
POC melalui proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme (Warintan., 2021).
Pupuk Organik Cair (POC) juga memiliki kekurangan yang perlu diperhatikan
seperti, daya hidup mikroorganisme yang rendah, kandungan nutrisi yang rendah,
maka dari itu perlunya penambahan dari urea dan NPK, mikroorganisme dalam POC
juga mudah berkurang dan mati, penggunaan POC berpotensi menghasilkan gas dan
bau busuk, serta POC memiliki daya simpan yang relatif terbatas (Sitanggang et al.,
2022)
2.2 Manfaat POC bagi Tanaman
POC memiliki sejumlah manfaat yang sangat baik terhadap tanaman, seperti
meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil daun pada akar
tanaman, memperbaiki kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen
dari udara, meningkatkan kekuatan tanaman secara keseluruhan. Menjadikan tanaman
menjadi lebih kokoh dan tahan terhadap berbagai tekanan lingkungan, termasuk iklim
yang buruk seperti kekeringan dan cuaca ekstream, serta serangan pada patogen
penyebab penyakit (Mapaung, 2017).
Limbah cari yang berasal dari bahan organik pad dasaranya berpotensi
sebagai sumber pupuk. Seperti halnya limbah organik padat, limbah cair juga
memiliki unsur hara yang penting, terutama nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan
unsur hara lainnya. Pemanfaatan pupuk yang berasal dari limbah cair ini dapat
memberikan manfaat yang signifikan, termasuk dalam memperbaiki struktur
kesuburan kualitas tanah.
Pada daerah China penggunaan pupuk sintetik sebagai pupuk dasar tanaman
sudah mulai tergeser oleh keunggulan pupuk organik cair. Ini menandakan bahwa
pupuk organik cair organik tidak hanya efektif dalam meningkatkan hasil pertanian
tetapi menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan daripada
pupuk kimia sintetik. Dengan demikian, pemanfaatan limbah cair organik sebagai
sumber pupuk menjadi pendekatan yang menjanjikan dalam mendukung pertanian
yang lebih produktif dan berkelanjutan (Marietna et al., 2018).
Kulit pisang yang hanya menjadi limbah dan tanpa melakukan pengelolaan
atau mendapat perhatian penting hanya akan meembuat dampak negatif pada
lingkungan. Hanya beberapa orang saja yang memanfaatkan kulit pisang sebagai
bahan pakan ternak, malahan kulit pisang kerap kali dibuang begitu saja tanpa
mendapatkan pengelolaan lanjutan. Oleh karena itu, diperlukannya pengelolaan
lanjutan terhadap kulit pisang ini agar tidak menjadi limbah yang mencemari
lingkungan. Salah satu alternatif untuk memanfaatkan kulit pisang adalah dengan
mengolah kulit pisang tersebut menjadi pupuk organik cair, yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tanaman dan sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan (Ramdani, 2022).
Kulit pisang mengandung unsur hara yang penting bagi tanaman, yaitu
nitrogen dan kalium. Nitrogen merupakan unsur esensial dalam proses sintesis
protein, merangsang pertumbuhan bagian tumbuhan, pembentukan klorofil, protein,
lemak, dan berbagai senyawa organik lainnya. Namun, jika kulit pisang dijadikan
pupuk dalam keadaan segar, unsur organik kompleks yang terkandung di dalamnya
tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman. Proses dekomposisi oleh
mikroorganisme diperlukan agar organik kompleks tersebut dapat diubah menjadi
senyawa organik yang lebih sederhana. Hasil akhir dari proses ini adalah unsur
kalium yang dapat diserap oleh tanaman (Putri et al., 2022).
Kalium juga memiliki peran yang sangat penting bagi tanaman. Kalium
membantu proses fotosintesis, pembentukan protein, pembentukan selulosa yang juga
berperan dalam memperkuat batang tanaman, dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap berbagai kondisi lingkungan. Oleh karena itu, kulit pisang memiliki potensi
besar sebagai sumber pupuk organik yang kaya akan nitrogen dan kalium, tetapi perlu
melalui proses dekomposisi yang tepat agar unsur yang terkandung dapat digunakan
langsung oleh tanaman dan memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan
kesehatan tanaman (Putri et al., 2022).
Sayuran memiliki kandungan air yang tinggi, membuatnya rentan busuk jika
tidak diolah atau disimpan dengan baik. Dalam banyak kasus, sayuran yang busuk
hanya dibiarkan begitu saja di pinggiran pasar, mengakibatkan penurunan keindahan
lingkungan. Aroma tidak sedap dari sayuran yang membusuk juga dapat tercium di
sekitar area tersebut. Maka penting untuk mencari cara yang lebih efisien dan ramah
lingkungan untuk mengatasi limbah sayuran yang tidak terolah ini. Salah satu solusi
yang dapat diambil adalah mengolah limbah sayuran menjadi bahan baku untuk
pembuatan pupuk organik cair (Sulistyaningsih, 2020).
Tanaman gamal adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak
manfaat yang beragam. Keunikan dari tanaman ini terletak pada kemampuannya
untuk dimanfaatkan secara menyeluruh. Batang dari tanaman gamal dapat digunakan
sebagai kayu bakar dan bahan bangunan untuk konstruksi. Selain itu, daun dari
tanaman gamal juga memiliki potensi besar. Daun gamal dapat digunakan sebagai
pakan ternak, bahan untuk pembuatan pestisida nabati, dan bahkan dapat diolah
menjadi pupuk organik cair melalui proses lebih lanjut. Daun gamal termasuk dalam
keluarga Leguminosae yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk
pembuatan pupuk organik cair (Qoniah, 2019).
Keunggulan utama daun gamal terletak pada kandungan unsur hara yang
esensial yang cukup tinggi, yang bermanfaat bagi tanaman pada umumnya. Analisis
kimia dari jaringan daun tanaman gamal mengungkapkan bahwa daun ini
mengandung berbagai unsur hara yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Secara
khusus, kandungan unsur hara dalam daun gamal adalah sebagai berikut 3,15%
Nitrogen (N), 0,22% Fosfor (P), 2,65% Kalium (K), 1,35% Kalsium (Ca), dan 0,41%
Magnesium (Mg) (Novriani et al., 2019).
Unsur hara yang terkandung dalam daun gamal memiliki peranan penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen (N), berperan dalam
pembentukan daun, batang, dan akar tanaman, serta dalam pembentukan klorofil
daun. Unsur kalium (K) juga memegang peran penting dalam pembentukan protein
dan karbohidrat dalam tanaman. Penggunaan pupuk organik cair dari daun gamal
juga memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman,
peningkatan signifikan pada tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering, tajuk dan
berat basah tanaman. Selain itu, unsur fosfor (P) membantu merangsang
pembeentukan akar, berkontribusi dalam pembentukan protein, serta mendukung
proses asimilasi dan pernafasan tanaman (Novriani et al., 2019).
2.3.4 Kirinyuh
Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) adalah salah satu jenis gulma yang
memiliki beberapa karakteristik yang penting dalam konteks pertanian dan pemulihan
tanah. Salah satu kelebihan lain dari tanaman kirinyuh adalah kemampuannya dalam
proses fotosintesis dan bertranspirasi. Ini membantu mengatur aliran unsur hara
dalam tanah, yang berperan penting dalam meningkatkan kesehatan tanah. Selain itu,
kirinyuh juga dapat dijadikan sebagai pupuk hijau karena memiliki kandungan hara
yang cukup tinggi. Dalam tanaman ini terdapat 3,90% nitrogen (N), 0,27% fosfor (P),
dan 1,69% kalium (K). Dengan kandungan hara yang tinggi ini, biomassa dari gulma
kirinyuh dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah
(Yulianda et al., 2022).
Keladi tikus, selain memiliki nama yang unik, juga kaya akan kandungan
unsur hara yang bermanfaat bagi kesehatan. Ekstrak keladi tikus mengandung
flavonoid, terpenoid, tanin, dan sterol yang memiliki sifat antioksidan yang dapat
membantu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kandungan ini juga
diketahui memiliki potensi anti-kanker dan anti-radang, menjadikan keladi tikus
sebagai tanaman yang memiliki potensi kesehatan yang cukup menarik. Selain itu,
ada penelitian yang menyebutkan bahwa ekstrak keladi tikus mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker hati dan kanker darah (Fitria et al., 2022).
Gula merah diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian
dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula aren ini adalah berupa gula
cair, gula cetak dan gula semut. tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
kandungan gula pada masing - masing produk olahan gula aren. bahan baku yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu gula madu yang merupakan bahan setengah jadi
yang diperoleh dari petani nira aren. penelitian dilakukan secara deskriptif, proses
pembuatan gula aren dilakukan dengana metode pemasakan pada waktu tertentu
sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan, dalam hal ini gula cair, gula cetak
dan gula semut. hasil penelitian menunjukan produk dari gula aren memiliki
kandungan sukrosa, glukosa dan fruktosa yang berbeda-beda, dimana kandungan
sukrosa yang tertinggi yaitu pada produk gula aren yang diolah menjadi gula semut
dengan kandungan sukrosa sebesar 95,79%. Kandungan glukosa tertinggi pada
produk gula cair dengan kandungan glukosa sebesar 1,6% dan kandungan fruktosa
tertinggi pada produk gula aren yang diolah menjadi gula semut dengan nilai
kandungan fruktosa sebesar 1,525% (Assah dan Makalalag, 2021)
MOL Terasi merupakan larutan hasil fermentasi dari berbagai sumber alami
yang mengandung unsur hara makro (Nitrogen, Phospat, dan Kalium), unsur hara
mikro (Kalsium, Magnesium, Besi, Mangan, Seng), Zat Pengatur Tumbuh (Auksin,
Giberellin, dan Sitokinin), bakteri perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan
dan agen pengendali hama/penyakit tanaman. MOL dapat digunakan sebagai pupuk
organik cair, dekomposer, sekaligus pestisida nabati. Karena bahan-bahan
pembuatannya yang berasal dari bahan-bahal alami, MOL Terasi dapat menjadi
alternatif dari pupuk dan pestisida kimiawi sintetis yang lebih ramah lingkungan.
Komponen utama dalam MOL terasi terdiri atas mikroorganisme, karbohidrat, dan
glukosa. Mikroorganisme dalam MOL berfungsi sebagai penyubur tanah atau bahan
untuk mempercepat kompos, Karbohidrat berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi
mikroorganisme, sementara Glukosa berfungsi sebagai energi bagi mikoorganisme.
Terasi merupakan salah satu sumber mikroorganisme MOL yang mudah untuk
didapatkan di warung-warung. Beberapa jenis mikroorganisme yang ada dalam MOL
adalah jenis mikroorganisme dalam MOL berupa Saccharomyces sp., Pseudomonas
sp., Lactobacillus sp., Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp., Aeromonas sp.,
Aspergillus sp., mikroba pelarut fosfat, dan mikroba selulolisis (Nurlaily, 2022).
Air kelapa adalah salah satu bahan alami, di dalamnya terkandung hormon
seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali Serta senyawa
lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Pemberian air kelapa
600 ml/liter air mampu menghasilkan bunga terbanyak. Kandungan sitokinin di
dalam kandungan air kelapa 600 ml/liter air mampu memacu pembelahan sel pada
perimordia daun (Bey, dkk., 2006). Pembentukan akar pada stek sangat dipengaruhi
oleh adanya zat pengatur tumbuh (ZPT) golongan auksin sedangkan pertumbuhan
tunas baru sangat dipengaruhi oleh ZPT golongan sitokinin. Air kelapa merupakan
salah satu bahan alami yang mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07
mg/l dan giberelin serta senyawa lain (Bey,2006). Sitokinin yang terkandung pada air
kelapa berfungsi untuk merangsang pembelahan sel. Penelitian Forwati (2006)
memperlihatkan hasil bahwa pemberian air kelapa pada konsentrasi 25 %
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan panjang tunas stek Melinjo
(Forwati, 2016).
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah potongan kulit pisang
kepok yang telah dihaluskan 1 kg, pisang busuk yang dihaluskan 1 kg, cacahan
limbah sayur-sayuran 1 kg, cacahan keladi 1 kg, cacahan daun gamal 1 kg, cacahan
krinyuh 1 kg, air kelapa 1,5 L, larutan gula merah 1,5 L, air cucian beras 1,5 L, 3
bungkus terasi, EM4, sabun colek, lakban hitam, dan tali rafiah.
TAHAP 1
TAHAP 2
5. Memasukkan kulit pisang yang telah dihaluskan dengan cara diblender, bisa
dengan cara mencincang kulit pisang menjadi potongan yang sangat kecil ke
dalam karung.
6. Memasukkan buah yang telah dihaluskan ke dalam karung
7. Memasukkan cacahan limbah sayuran ke dalam karung
8. Memasukkan cacahan keladi ke dalam karung
9. Memasukkan cacahan daun gamal dan krinyuh kedalam karung
10. Mengaduk seluruh bahan yang berada di dalam karung
11. Melubangi bagian bawah karung dengan cara ditusuk menggunakan pisau
atau gunting, kemudian karung diikat
TAHAP 3
12. Mengoles bagian atas dan penutup ember dengan sabun colek
13. Menambahkan air kedalam botol hingga batas leher botol.
14. Menutup botol dengan rapat dan setelah itu melubangi tutup botol sesuai
ukuran selang
15. Melubangi penutup ember sesuai dengan ukuran selang
16. Memasukkan selang hingga selang menyentuh air di dalam botol dan
masukkan selang ke dalam ember tanpa menyentuh air di dalam ember
17. Menutup ember menggunakan penutup ember lalu dioleskan kembali dengan
sabun colek pada bagian samping ember dan bagian lubang selang
18. Menutup bekas sabun colek mengguanakan lakban
19. Menyimpan ember pada tempat yang teduh.
Fitria, A. V., Khayati, N., dan Novitaningrum, R. 2022. Potensi Tanaman Keladi
sebagai Penunjang Perekonomian Masyarakat di Masa Pandemi. Jurnal
Science Innovation and Technology (SINTECH), 3(1): 15-24.
Indrajaya, A. R., dan Suhartini. 2018. Uji Kualitas dan Efektivitas POC dari MOL
Limbah Sayuran terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Sawi. Jurnal
Prodi Biologi, 7(8): 1-11.
Marpaung, A. E. 2017. Pemanfaatan Jenis dan Dosis Pupuk Organik Cair (POC)
untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis. Jurnal
Agroteknosains, 1(2): 118.
Meriatna, Suryati, dan Fahri A. 2018. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume Bio
Aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada Pembuatan Pupuk Organik
Cair (POC) dari Limbah Buah-Buahan. Jurnal Teknologi Kimia Unimal,7(1): 13-29.
Putri, A., Redaputri, dan A. P., Rinova, D. 2022. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang
Sebagai Pupuk Menuju Ekonomi Sirkular. Jurnal Pengabdian UMKM, 1(2):
104-109.
Prasetyo, D., dan Evizal, R. 2021. Pembuatan dan Upaya Peningkatan Kualitas
Pupuk Organik Cair. Jurnal Agrotopika, 20(2): 68-80.
Rasyid, W. 2017. Kandungan Fosfor (P) Pupuk Organik Cair (POC) Asal Urin Sapi
dengan Penambahan Akar Serai (Cymbopogon citratus) Melalui
Fermentasi. Skripsi, Fakultas Peternakan. Universitas Islam Negeri
Alauddin: Makassar.
Sitanggang, Y., Sitinjak, E. M., Marbun, N. V. M. D., Gideon, S., Sitorus, S., dan
Hikmawan, O. 2022. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Berbahan
Baku Limbah Sayuran/Buah di Lingkungan I, Kelurahan Namo Gajah
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Jurnal Pengabdian Ilmiah dan
Teknologi, 1(1): 14-20.
Yulianda, M., Khalil, M., dan Jufri Y. 2022. Pupuk Hijau Kirinyuh (Chromolaena
odorata) di Manfaatkan sebagai Sumber Bahan Organik terhadap
Perubahan Sifat Kimia Inceptisol pada Kebun Kurma Barbate. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(3): 416-421.