Anda di halaman 1dari 4

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik

tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai
(dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat
penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).
Menurut Hadisuswito dan Sukamto dalam Oktavia (2015) pupuk organik
berdasarkan bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk
organik padat dan pupuk organik cair. Menurut Dalzell et al. (1987), bahan utama
kompos dapat berupa sampah rumah tangga, daun-daunan, jerami, alang-alang,
rumput-rumputan, sekam, batang jagung, kotoran hewan dan bahan lainnya
terutama yang mudah busuk. Kandungan unsurhara dalam pupuk organik tidak
terlalu tinggi, tapi jenis pupuk ini memiliki keistimewaan lain yaitu dapat
memperbaiki sifat tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah
(Hardjowigeno, 1995)
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair
ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan
pupuk cair dari bahan anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah
dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga
memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan
tanah bisa digunakan tanaman secara langsung. Diantara jenis pupuk organik cair
adalah pupuk kandang cair, sisa padatan dan cairan pembuatan biogas.
Keberhasilan POC dapat dinilai dari aromanya, bila mengeluarkan aroma yang
harum seperti hasil fermentasi, sedangkan bila menimbulkan bau yang menyengat
maka POC tersebut tidak berhasil. Selain itu, adanya bercak putih juga
menanadakan adanya mikroba aktif. (Hadisuwito, 2007).
Pupuk Organik Padat yang bagus selalu berbau harum seperti bau tanah
menandakan bahwa proses fermentasi aerobiknya sudah selesai. Jangan pergunakan
dulu bila baunya masih seperti kotoran atau bau pesing karena ini akan
menimbulkan fermentasi lanjutan dalam tanah yang bisa menyebabkan
terganggunya pertumbuhan tanaman. Warna kehitam-hitaman seperti warna humus
menandakan bahwa pupuk organik tersebut sudah benar benar matang. Warna yang
masih coklat atau kehijau-hijauan tanda proses fermentasi belum selesai. Pupuk
organik yang benar adalah bertekstur remah/gembur yang tidak terlalu keras
sehingga mudah terurai di dalam tanah dalam tempo yang singkat (Sipo, 2015)
Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang
dihasilkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan
penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida yang
dapat menjadi alternative untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis.
Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta tanaman/tanaman
penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur, sereh wangi
dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (Adnyana, dkk,
2012). Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman
seperti daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa
tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan mematikan
serangga tersebut.
Tembakau sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung
adalah nikotin. Bahan aktif yang berperan dalam mengendalikan serangga hama
adalah senyawa nikotin dan turunannya antara lain alkaloid nikotin, nikotin sulfat
dan senyawa nikotin lainnya. Senyawa ini bekerja sebagai racun kontak, racun perut
dan fumigan. Daun tembakau kering mengandung 2 - 8 % nikotin. Nikotin
merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun
kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali
jamur (fungisida). Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida yaitu
Tanaman pepaya (Carica papaya). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Konno dalam Julaily et al., (2013), getah pepaya mengandung kelompok enzim
sistein protease seperti papain dan kimopapain. Getah pepaya juga menghasilkan
senyawa-senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino
nonprotein yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Adanya
kandungan senyawa-senyawa kimia di dalam tanaman pepaya yang terkandung
dapat mematikan organisme pengganggu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yenie et al., (2013) yaitu
pembuatan pestisida organik menggunakan metode ekstraksi dari sampah daun
pepaya dan umbi bawang putih Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in
Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi
Klinis menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya dan
umbi bawang putih semakin tinggi tingkat kematian hama uji, dimana konsentrasi
yang paling banyak membunuh larva nyamuk pada konsentrasi larutan 3000 ppm
dengan presentase kematian hewan uji sebesar 95% untuk ekstrak etanol dan 97,5%
untuk ekstrak metanol.
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) menurut Sahara dan Nehra
(2011) merupakan kelompok bakteri yang ada pada perakaran tanaman dan
bersimbiosis dengan tanaman, dapat meningkatkan secara langsung atau tidak
langsung tingkat kualitas pertumbuhan tanaman. Sedangkan menurut Khamili dan
Wirya (2009) bahwa PGPR merupakan bakteri yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman, berkoloni dengan perakaran tanaman.
Peran PGPR sebagai Biostimulants dan Bioprotectants pada tanaman.
Menurut Putri dkk (2013), bahwa PGPR berperan sebagai Biostimulants karena
PGPR memproduksi fitohormon yang terdiri atas IAA (Indole Acetic Acid),
Sitokinin dan Giberelin, sehingga PGPR berpotensi untuk meningkatkan produksi.
Sedangkan Bioprotectants berarti bahwa PGPR dapat berperan dalam menekan dan
menghambat perkembangan hama dan penyakit. PGPR juga berperan dalam
terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti
dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut
hara, nitrifikasi dan denitrifikasi (Saraswati dan Sumarno, 2008)
Fungsi PGPR dalam penelitian Putri, dkk (2013) dapat menekan Soybean
Mosaic Virus (SMV) pada tanaman kedelai, selain itu menurut Hipi, dkk (2013)
PGPR dapat mengurangi pengunaan pupuk SP36 hingga 50% dari dosis
rekomendasi pada jagung hibrida serta meningkatakan mutu fisiologis benih setelah
empat bulan masa simpan. PGPR juga dapat menaikan kesuburan tanah dengan
meningkatkan populasi bakteri biofertilizer, meningkat pembentukan bintil akar,
menaikan pH tanah, serta berdampak positif pada pertumbuhan dan produksi
kedelai di tanah marginal (Widawati dkk, 2015).

Daftar Pustaka
Adnyana, dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis
Terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Jurnal Agroteknologi
Tropika 1(1): 1-11.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo. 129 hal

Julaily, N., Mukarlina, dan Setyawati T. R. 2013. Pengendalian Hama pada


Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun
Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont, 2(3): 171-175.

Sipo, 2015. Ciri-ciri Pupuk Organik yang Baik. https:// profesorpupuk


.blogspot.com/2015/12/ciri-ciri-pupuk-organik-yang.html. Diakses
pada 11 May 2019, 10.48 am.

Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai


Komponen Teknologi Pertanian. Bogor

Supartha, I.N.Y., G. Wijana dan G.M. Adnyana. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik
pada tanaman padi sistem pertanian organik. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 1(2): 98-106.

Widawati S., Suliasih dan Saefudin. 2015. Isolasi Uji Efektifitas Plant Gowth
Rhizobacteria Di Lahan Marginal Pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glicine max L. Merr.) var. Wilis. Pros. Sem. Masy. Biodiv. Indon. Vol.
1, No. 1. LIPI. Cibinong. Jawa Barat.

Yenie, E., Elystia S., Kalvin, A., Irfhan, M. 2013. Pembuatan Pestisida Organik
Menggunakan Metode Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi
Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan, 10(1): 46-59

Anda mungkin juga menyukai