Oleh:
Ahmad Rifki Indrajaya(1), Suhartini(2)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
(1)
Mahasiswa Biologi, (2) Dosen Biologi FMIPA UNY
Email: indratjz@gmail.com, suhartini@uny.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini:1. Mikroorganisme pada campuran limbah sayur kubis, kangkung, sawi putih dan
sawi hijau dalam pembuatan POC. 2. Kualitas fisika dan kimia POC campuran limbah sayuran. 3. Pengaruh
konsentrasi POC limbah sayuran terhadap pertumbuhan dan produktivitas sawi. 4. Pengaruh media terhadap
pertumbuhan dan produktivitas sawi. Penelitian desain RAL dengan media tanah dan media campuran
(tanah+kompos) perbandingan 1:1 dengan perlakuan 0%,4%,8%,12% dan NPK, masing-masing tiga kali ulangan.
Variabel tergayut yaitu pengukuran tinggi, jumlah daun, berat basah dan kering. Analisis menggunakan teknik
analisis anova satu arah, beda nyata dilanjutkan uji LSD. Analisis t-test mengetahui perbedaan antara media.
Analisis POC dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Mikroorganisme yang
teridentifikasi dari limbah sayuran adalah bakteri genus Obesumbacterium, Megasphaera dan Synthropococcus
serta jamur Aspergillus sp. 2. Kualitas fisika POC dari limbah sayuran hasil akhir baik. Parameter kimia (pH,
Bahan Organik, pH, C, Ntotal, P 2O5total dan K2Ototal) belum memenuhi standar baku Permentan No.
70/Permentan/SR.140/10/2011. Rasio C/N memenuhi standar sebesar 16,63%. 3. Variasi dosis POC idak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sawi. 4. Media campuran paling efektif dalam pertumbuhan sawi dan
produktivitas sawi.
padahal penggunaan pupuk anorganik yang kayu, lumpur aktif, yang kualitasnya tergantung
berlebihan dalam jangka waktu lama justru akan dari proses atau tindakan yang diberikan
menimbulkan efek negatif. Susi (2009) (Yulipriyanto, 2010: 223). Pupuk organik mampu
mengungkapkan bahwa penggunaan dosis pupuk menjadi solusi dalam mengurangi pemakaian
kimia sintetis yang berlebihan dapat pupuk anorganik yang berlebihan. Menurut
menyebabkan pencemaran lingkungan, apalagi Sutanto (2002:18) Pupuk organik mengandung
penggunaan secara terus menerus dalam waktu hara makro N, P, K rendah tetapi mengandung
lama dapat menyebabkan produktivitas lahan hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat
menurun dan mikroorganisme penyubur tanah diperlukan pertumbuhan tanaman.
berkurang. Dekkers & van der Werff (2001) Pupuk organik dapat berbentuk padat
menambahkan bahwa penggunaan pupuk sintetis maupun cair. Kelebihan pupuk organik cair
yang tinggi pada tanah dapat mendorong adalah unsur hara yang dikandungnya lebih cepat
hilangnya hara, polusi lingkungan, dan rusaknya tersedia dan mudah diserap daun tanaman. Salah
kondisi alam. satu pupuk organik dalam bentuk cair adalah
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pupuk organik cair dari limbah sayuran.
merupakan salah satu komoditas hortikultura Limbah sayuran banyak ditemukan di
sayuran daun yang banyak digemari oleh pasar dalam jumlah yang banyak, karena sifatnya
masyarakat karena rasanya enak, mudah didapat, yang mudah membusuk dapat mencemari
dan budidayanya tidak terlalu sulit. Mengingat lingkungan berupa bau tidak sedap. Limbah
nilai ekonomi dan manfaatnya bagi kesehatan, sayuran dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
maka wajar apabila upaya untuk meningkatkan organik cair (POC) karena mengandung banyak
produksi sawi terus dilakukan. Salah satunya unsur hara makro maupun mikro. Limbah yang
yaitu dengan penggunaan pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah
dinilai efektif dalam peningkatan produktivitas sayur sawi putih, sawi hijau, kubis dan kangkung.
budidaya, namun penggunaan pupuk anorganik Pemilihan limbah sayur tersebut dalam penelitian
tersebut menimbulkan efek negatif yaitu ini dikarenakan sebagian besar limbah sayuran
kerusakan ekologi setempat dikarenakan terdiri dari sayur-sayur tersebut.
banyaknya bahan-bahan kimia yang mencemari Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah
lingkungan. Selain itu harga pupuk anorganik sayuran mengandung berbagai Mikroorganisme
semakin mahal sementara kebutuhan pupuk Lokal (MOL) yang ramah bagi lingkungan serta
dalam budidaya tanaman semakin tinggi maka bahan dasar yang sangat mudah diperoleh di
diperlukan alternatif pupuk yang ramah lingkungan sekitar. Pemanfaatan MOL diyakini
lingkungan yaitu pupuk organik. mampu memelihara kesuburan dan meningkatkan
Pupuk organik adalah pupuk yang produktivitas tanah. Menurut Purwasasmita
diproses dari limbah organik seperti kotoran (2009), larutan MOL merupakan larutan hasil
hewan, sampah, sisa tanaman, serbuk gergajian fermentasi dengan bahan baku berbagai sumber
Uji Kualitas dan…..(Ahmad Rifki) 581
daya yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti sampel adalah bibit sawi hijau berumur 14 HST
nasi, daun gamal, keong mas, bonggol pisang, air dari hasil penyemaian di Kebun Biologi FMIPA
kencing, limbah buah-buahan, limbah sayuran UNY.
dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut merupakan
Alat dan Bahan
tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai
media untuk hidup dan berkembangnya Peralatan yang digunakan untuk aplikasi
mikroorganisme yang berguna dalam perlakuan diantaranya adalah Ember 25 L, pisau,
mempercepat penghancuran bahan-bahan organik timbangan, botol minuman 600 mL, selang 2 m,
(dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi pot 20 cm, ayakan, sekop, cetok, cangkul,
tanaman. Larutan MOL mengandung unsur hara sprayer. Peralatan yang digunakan untuk
makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme identifikasi mikroorganisme adalah mesin
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, autoclave, LAF, petridish, drigalsky, mikropipet,
perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali tip, pipet tetes, erlenmeyer, gelas beaker, gelas
hama dan penyakit tanaman sehingga baik ukur, gelas benda, gelas penutup, jarum ose,
digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, scalpel, penjepit, tisu, timbangan analitik, tabung
dan pestisida organik. reaksi, penutup tabung reaksi, kertas saring,
identifikasi untuk bakteri yaitu mengidentifikasi mikroorganisme yang ada dalam proses
morfologi koloni dan sel dengan cara uji cat gram pembuatan pupuk organik cair (POC) dari
dan uji katalase, karakteristik fisiologis yaitu diuji limbah sayuran. mikroorganisme yang
dengan uji hidrolisa pati, uji katalase dan dikarakterisasi dan diidentifikasi meliputi
hidrolisa gelatin. Enzim intraseluler yaitu bakteri dan jamur. Isolat diambil dari sampel
fermentsi karbohidrat diuji dengan uji gula-gula pupuk organik cair yang difermentasi
(glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, galaktosa), kemudian ditumbuhkan dalam media NA
uji produksi H2S dengan cara uji SIM, serta uji untuk bakteri dan media PDA untuk jamur.
reduksi nitrat dengan cara uji simmon sitrat. Setelah dilakukan identifikasi dan karakterisasi
Untuk daya pertumbuhan diuji dengan uji NA mikroorganisme lokal pada limbah sayuran
tegak dan NB. Identifikasi jamur yaitu dengan diperoleh hasil identifikasi bahwa ada tiga
mengidentifikasi morfologi koloni dan sel secara jenis isolat dengan karakteristik yang berbeda-
makroskopis (warna koloni, bentuk koloni, beda yang merupakan uji awal untuk
growing zone, exudate drop, radial furrow, mengidentifikasi masing-masing
permukaan dan zonasi) dan mikroskopis (bentuk mikroorganisme tersebut. Menurut Waluyo
hifa, tipe spora dan konidia dengan metode slide (2011), dari berbagai macam jenis mikroba,
culture). Kemudian kualitas fisika dan kimia bekterilah yang mempunyai bentuk/morfologi
POC diuji di Laboratorium Tanah Fakultas koloni yang variatif, baik bentuk koloni,
Pertanian UGM dengan sampel POC 1 liter bentuk elevasi, tepian maupun struktur dalam
sebelum dan sesudah fermentasi. koloni bakteri. Hasil idenifikasi makroskopis
Teknik Analisis Data disajikan dalam Tabel 1 berikut:
Data menggenai pengaruh variasi
konsentrasi terhadap pertumbuhan dan Tabel 1. Identifikasi dan Karakterisasi
Makroskopis Bakteri
produktivitas dilakukan analisis menggunakan
Makroskopis
teknik analisis ragam (ANOVA) satu arah, jika N Kode
o isolat Warna Warna elevas konfigu
ada beda nyata dilanjutkan dengan uji LSD koloni sebalik i
Margin
rasi
dengan taraf nyata 5 % untuk mengetahui efek Putih
1 S1 Putih Flat Wavy Round
bening
perlakuan. Analisis t-test dilakukan untuk
2 S2 Putih Putih Flat Smooth Round
mengetahui perbedaan antara media tanah dan
3 S3 Putih Putih Flat Smooth Round
campuran. Sementara itu, analisis POC dilakukan
dengan analisis deskriptif.
Kemudian hasil karakterisasi mikroskopis
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan pengujian secara biokimia diperoleh hasil
1. Identifikaasi dan Karakterisasi MOL ketiga isolat dapat diidentifikasi bahwa jenis
bakteri pada isolat S1 adalah dari genus
Mikroorganisme Lokal dalam penelitian
Obesumbacterium (Gambar 1), S2 adalah dari
ini dilakukan karakterisasi dan identifikasi
genus Megasphaera (Gambar 2) dan S3 adalah
untuk mengetahui macam-macam
Uji Kualitas dan…..(Ahmad Rifki) 583
berat kering sawi berdasarkan hasil analisis Berdasarkan hasil rata-rata berat basah
menunjukkan bahwa pemberian variasi dosis dan berat kering tanaman sawi pada media
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat campuran menunjukkan bahwa dosis 4%
basah tanaman sawi pada media tanah dan media memberikan hasil berat basah dan kering paling
campuran seperti yang dihasilkan pada Tabel 7 tinggi pada media campuran dengan hasil berat
berikut: basah 76,73 g dan berat kering sebesar 6,55 g
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10
Tabel 7. Uji One Way Anova Pengaruh
Perbedaan Dosis terhadap Berat berikut:
Basah Tanaman Sawi
No. Media Sig.
1 Tanah 0,052
2 Campuran 0,125
Sementara pengaruh dosis terhadap berat
kering tanaman sawi menunjukkan bahwa
pemberian variasi dosis memberikan pengaruh
nyata terhadap berat kering tanaman sawi pada Gambar 10. Berat Basah dan Berat kering Sawi
Media Campuran
media tanah sementara pada media campuran
variasi dosis tidak memberikan pengaruh yang Rismunandar (1984), menyatakan bahwa
signifikan seperti yang disajikan pada Tabel 8 pemberian pupuk organik dapat meningkatkan
Tabel 8. Uji One Way Anova Pengaruh terhadap unsur hara yang tersedia, sehingga dapat
Perbedaan Dosis terhadap Berat meningkatkan produksi tanaman pada usaha
Kering Tanaman Sawi
No. Media Sig. pertanian, dimana pupuk organik mampu
1 Tanah 0,040 menyediakan unsur hara makro dan mikro yang
2 Campuran 0,174
tersedia bagi tanaman sawi yang digunakan untuk
Berdasarkan hasil rata-rata berat basah
memacu proses fotosintesis sehingga dapat
dan berat kering tanaman sawi pada media tanah
meningkatkan berat basah tanaman.
menunjukkan bahwa dosis 8% memberikan hasil
berat basah paling tinggi pada media tanah Sementara menurut Kamil (1982) tentang
dengan hasil 56,28 g. Sementara pada berat berat kering bahwa tinggi rendahnya bahan
kering dosis 12% memberikan hasil paling tinggi kering tanaman tergantung pada banyak atau
dengan berat 4,88% seperti yang ditunjukkan sedikitnya serapan unsur hara yang berlangsung
pada Gambar 9 berikut: selama proses pertumbuhan.
hasil bahwa pada pengamatan terakhir besar dengan hasil 12,86 dibandingkan dengn
menunjukkan bahwa perbedaan media terdapat media tanah dengan hasil 11,53. Hal ini
perbedaan yang signifikan dengan hasil dikarenakan unsur hara yang diserap oleh
signifikansi sebesar 0,036 < 0,05 seperti tanaman lebih banyak untuk pertumbuhan
ditunjukkan Tabel 9 berikut: tanaman sawi disamping dari POC limbah
sayuran juga dari kompos pada media campuran.
Tabel 9. Analisis t-test Perbedaan Media terhadap
Tinggi Tanaman Sawi
Kemudian perbandingan perbedaan media
terhadap berat basah tanaman sawi setelah
dilakukan analisis t-test menunjukkan hasil
perbedaan yang signifikan dimana media
Media campuran memberikan hasil rata-rata campuran memiliki berat basah sebesar 59,99 g
pertumbuhan tinggi tanaman sawi lebih besar lebih besar dibandingkan media tanah 35,79 g
dengan hasil 37,05 cm dibandingkan dengn media seperti ditunjukkan pada tabel 11 berikut:
tanah dengan hasil 31,33 cm. Hal ini dikarenakan
Tabel 11. Analisis t-test perbandingan media
unsur hara yang diserap oleh tanaman lebih terhadap berat basah sawi
banyak untuk pertumbuhan tanaman sawi
disamping dari POC limbah sayuran juga dari
kompos pada media campuran.
Kemudian perbandingan perbedaan media
Sementara pengaruh perbedaan media
terhadap berat kering tanaman sawi setelah
terhadap jumlah daun tanaman sawi dengan
dilakukan analisis t-test menunjukkan hasil
menggunakan media tanah dan media campuran
perbedaan yang signifikan dimana media
(tanah+kompos) setelah dianalisis menggunakan
campuran memiliki berat basah sebesar 5,28 g
analisis t-test diperoleh hasil bahwa pada
lebih besar dibandingkan media tanah 3,79 g
pengamatan terakhir menunjukkan bahwa
seperti ditunjukkan pada tabel 12 berikut:
perbedaan media tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan terhadap jumlah daun tanaman
sawi dengan hasil analisis pada Tabel 10 berikut: