Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2252-3979

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Limbah Sisa


Makanan dengan Penambahan Berbagai Bahan Organik terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

The Influence of Giving Liquid Organic Fertilizer Made From Food Waste with Addition
of Various Organic Materials Toward The Growth of Mustard Plant
(Brassica Juncea L.)

Qurrotul Aini Wasilah *, Winarsih, Ahmad Bashri


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
* e-mail: qurrotulwasilah@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kandungan hara N, P, K dan rasio C/N dalam
pembuatan pupuk organik cair bahan baku limbah sisa makanan dengan penambahan berbagai bahan organik,
pengaruhnya dan konsentrasi yang paling optimal terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian berbagai
konsentrasi pupuk organik cair pada setiap media dengan 5 perlakuan yaitu: P0 (0,1 gram urea/L air/polybag); P1
(2,6 mL/L air/polybag); P2 (5,2 mL/L air/polybag); P3 (7,8 mL/L air/polybag); dan P4 (10,4 mL/L air/polybag).
Pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga keseluruhan terdapat 25 unit percobaan. Parameter pertumbuhan yang
diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan biomassa basah tanaman sawi. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan ANAVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan hara N, P, dan K pada pupuk organik cair termasuk dalam kriteria sangat tinggi masing-masing sebesar
N = 1,918%; P = 0,642%; dan K = 1,593%. Sedangkan unsur hara rasio C/N sebesar 13 termasuk dalam kriteria
sedang. Konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yakni tinggi
tanaman, jumlah daun, dan biomassa basah tanaman sawi. Perlakuan P4 dengan konsentrasi 10,4 mL/L air/polybag
merupakan perlakuan yang paling optimal pada penelitian ini untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi.

Kata kunci: pupuk organik cair; limbah sisa makanan; tanaman sawi

ABSTRACT
The purpose of this research were to describe the nutrient content of N, P, K, and C/N ratio in the manufacture of
liquid organic fertilizer made from food waste with addition of various organic materials, their effects, and the most optimal
concentration toward the growth of mustard plant (Brassica juncea L.). This research used Block Design (RBD) with one factor
that was concentration of liquid organic fertilizer on each media with 5 treatment: P0 (0.1 gram urea/L of water/polybag); P1
(2.6 mL/L of water/polybag); P2 (5.2 mL/L of water/polybag); P3 (7.8 mL/L of water/polybag); dan P4 (10.4 mL/L of
water/polybag). The repetition was five times, hence overall there were 25 units of experiment. The observed-growth parameter
were the plant height, the number of leaves and the fresh weight of mustard plant. The data that obtained were analyzed using
one-way ANOVA and continued with Duncan Test to compare the difference between treatments. The results showed that
nutrient of N, P, and K content of liquid organic fertilizer was included in very high criteria of N = 1.918%; P = 0.642%; dan K
= 1.593%. While the nutrient of C/N ratio was 13 included in medium criteria. The concentration of liquid organic fertilizer had
significant effect on all observation parameters such as plant height, number of leaves and fresh weight of mustard plant. P4
treatment with concentration of 10,4 ml/L of water/polybag is the most optimal treatment in this research to increase the growth
of mustard plant.

Key words: liquidorganic fertilizer; food waste; mustard plant


.

PENDAHULUAN kandungan unsur hara alami sesuai dengan


Pupuk organik cair dapat digunakan sebagai karakteristik tanah sehingga tanah dan tanaman
alternatif untuk menggantikan penggunaan dapat menyerap nutrisi dengan lebih mudah.
pupuk kimia, sehingga pencemaran lingkungan Kelebihan pupuk organik cair lainnya yaitu
karena penggunaan pupuk anorganik bisa mengandung berbagai mineral dan zat-zat
diminimalkan. Pupuk organik cair memiliki esensial yang dibutuhkan tanah dan tanaman,
Wasilah dkk: Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi 137

serta zat pengatur tumbuh tanaman. Pupuk berbagai bahan organik untuk melengkapi
organik mampu meningkatkan porositas tanah kandungan unsur haranya diantaranya
sehingga memperbaiki aerasi dan drainase tanah, penggunaan daun bambu, daun lamtoro, sabut
serta memperbaiki struktur tanah, baik secara kelapa, dan bonggol pisang. Keempat bahan
kimia, fisik, maupun biologi (Parnata, 2005). tersebut digunakan karena keberadaannya yang
Pupuk organik cair juga dapat diserap melimpah dan mudah ditemukan serta
tanaman melalui akar ataupun daun sebab unsur kandungan haranya yang seringkalo
haranya telah terurai sehingga tanaman lebih dimanfaatkan sebagai campuran dalam
mudah untuk menyerapnya. Hasil penelitian pembuatan pupuk organik cair. Berdasarkan
yang dilakukan oleh Manullang, dkk (2014), penelitian Priyanto (2016) menjelaskan bahwa
memberikan beberapa kelebihan pupuk organik pemberian pupuk organik cair daun lamtoro,
cair yakni: (1) konsentrasi yang terkandung di batang pisang, dan sabut kelapa dapat
dalam pupuk organik cair yakni kandungan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
nitrogennya memberikan pengaruh secara tanaman jagung manis. Nasaruddin dan
signifikan terhadap parameter tinggi tanaman, Rosmawati (2011), juga menjelaskan dalam
jmlah daun dan berat hasil tanaman pada umur 21 penelitiannya tentang pemberian pupuk organik
HST dan saat panen. Biomassa tertinggi yang ada cair hasil fermentasi daun gamal, batang pisang,
pada penelitian ini pada perlakuan n2 (2,0 ml/l dan sabut kelapa berpengaruh baik terhadap
air) sebesar 185,59 gram/tanaman dan berat pertumbuhan bibit kakao.
tanaman terendah ada pada perlakuan tanpa Tanaman sawi memiliki kemampuan hidup
pupuk organik cair n0 (0,0 ml/l air) yang beratnya dan tumbuh di berbagai tempat, yakni di dataran
mencapai 84,02 gram/tanaman. rendah maupun dataran tinggi. Menurut
Limbah makanan yang berlebihan dapat Margiyanto (2007), sawi hijau dapat berpotensi
menyebabkan kerugian energi dan memiliki sebagai penyedia berbagai unsur mineral penting
banyak dampak negatif, ekonomi, dan yang dibutuhkan tubuh karena nilai gizinya
lingkungan. Limbah sisa makanan dikirim ke tinggi. Kadar vitamin K, A, C, E, folat dan
tempat pembuangan sampah adalah cara terbaik kandungan mineral yaitu mangan dan kasium
untuk mengatasi masalah. Dunia telah mengakui sangat bagus, tingkat serat pangan (dietaryfiber)
limbah makanan sebagai bahan tambahan dalam dan asam amino triptofan tergolong baik, serta
produksi pupuk, yang memberikan manfaat bagi kandungan vitamin K tanaman sawi yang
lingkungan, ekonomi, dan vitalitas sosial tergolong tinggi yakni mencapai 419,3 mkg.
(Ambong, dkk, 2016). Limbah makanan yang Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dibuang ke lingkungan bebas dan tidak dilakukan dilakukan pengujian kandungan unsur hara N, P,
pengelolaan atau dibiarkan tergenang atau K dan rasio C/N pupuk organik cair bahan baku
tertimbun akan menimbulkan bau tidak sedap limbah sisa makanan dengan penambahan
karena terjadi proses perombakan bahan organik berbagai bahan organik dan aplikasinya pada
oleh jasad renik. Limbah makanan yang tidak tanaman sawi serta diharapkan mampu
tertangani juga menyebabkan timbulnya penyakit meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
yang mengganggu kesehatan manusia sawi sehingga dapat meminimalkan penggunaan
(Darhamsyah, 1994). Penanganan lebih lanjut pupuk kimia.
perlu dilakukan guna menekan peningkatan
jumlah limbah sisa makanan sehingga dapat BAHAN DAN METODE
menjadikan wilayah yang lebih bersih dan sehat. Penelitian pengujian N, P, K dan rasio C/N
Salah satunya dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pupuk cair bahan baku sisa
utama pembuatan pupuk organik cair. makanan dengan penambahan berbagai bahan
Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2013) organik berlangsung di Laboratorium Gizi,
mengenai pembuatan pupuk organik cair Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
berbahan limbah sisa makanan yang difermentasi Airlangga Surabaya. Sedangkan, pengujian
selama 21 hari, menghasilkan pupuk organik cair pengaruh pupuk organik cair untuk pertumbuhan
dengan kandungan C-organik, fosfor, dan tanaman sawi (Brassica juncea L.) berlangsung di
nitrogen dengan kriteria sangat tinggi, sedangkan greenhouse, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
kalium yang dengan kriteria sedang. Derajat dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
keasaman (pH) yang dihasilkan sebesar 6,9 dan Surabaya dan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu
tergolong netral. Selain limbah sisa makanan pada bulan Maret sampai Mei 2018, terhitung
sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair, dari persiapan media tanam hingga panen.
pada penelitian ini juga melibatkan penambahan
138 LenteraBio Vol. 8 No. 2, Mei 2019: 136-142

Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4 Blok 5

P0 1 P4 4 P3 2 P2 5 P1 3

P1 2 P0 5 P4 3 P3 1 P2 4

P2 3 P1 1 P0 4 P4 2 P3 5

P3 4 P2 2 P1 5 P0 3 P4 1

P4 5 P3 3 P2 1 P1 4 P0 2

Gambar 1. Tata Letak Penelitian

Beberapa alat yang digunakan pada diuji kandungan unsur hara N, P, K dan rasio
penelitian ini meliputi tong komposter, blender, C/N.
mortal, alu, kertas label, pisau, cetok, timbangan Tahap kedua yaitu tahap aplikasi pupuk
digital, timbangan tepung, gunting, penggaris, tali organik cair terhadap tanaman sawi hijau.
ukur/meteran kain/penggaris, ember, botol Persemaian dilakukan di nampan plastik dengan
bekas, polybag ukuran 50x50 cm, cangkul, hand memasukkan benih yang telah melewati tahap
sprayer. Sedangkan bahan yang digunakan antara pemilihan ke dalam media tanam pada polybag.
lain limbah sisa makanan, daun bambu, daun Proses penanaman dengan mengisi polybag
lamtoro, sabut kelapa, bonggol pisang, nasi basi, dengan media tanam berupa tanah, kompos dan
air kelapa, gula putih, air, media tanam, dan benih arang sekam perbandingan 3:2:1. Benih sawi yang
tanaman sawi varietas tosakan. umurnya mencapai 14 hari dipindahkan ke dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) polybag dan disusun berdasarkan rancangan yang
digunakan sebagai rancangan pada penelitian ini telah dibuat. Pemeliharaan dilakukan dengan
karena kondisi lingkungan yang heterogen dan penyiraman dan mencegah tanaman dari gulma
terdapat satu faktor perlakuan yakni pemberian hama dan penyakit. Pemberian pupuk organik
berbagai dosis atau kadar pupuk organik cair dari cair diberikan tujuh hari sekali pada 0 MST
limbah sisa makanan dengan penambahan (Minggu Setelah Tanam), 1 MST, 2 MST dan 4
berbagai bahan organik pada setiap media dengan MST di pagi hari dengan volume 75 ml/polybag.
5 kali perlakuan yaitu: P0 (0,1 gram urea/L Parameter yang diamati meliputi kadar
air/polybag); P1 (2,6 mL/L air/polybag); P2 (5,2 unsur hara N,P, K dan rasio C/N, tinggi tanaman
mL/L air/polybag); P3 (7,8 mL/L air/polybag); dan (cm), jumlah daun (helai) dan biomassa basah
P4 (10,4 mL/L air/polybag). Pengulangan (gram) tanaman sawi hijau. Data pada tahap I
dilakukan sebanyak 5 kali, sehingga secara berupa kandungan unsur hara N, P, K, dan rasio
keseluruhan terdapat 25 unit percobaan. C/N pupuk organik cair dianalisis secara
Langkah penelitian dalam penelitian ini deskriptif, sedangkan data pada tahap II berupa
terdapat dua tahap. Tahap pertama yaitu hasil pertumbuhan tanaman sawi hijau dianalisis
pembuatan pupuk organik cair diawali dengan menggunakan Analisis Varian satu arah (ANAVA
memasukkan nasi yang telah berjamur dan satu arah), kemudian dilanjutkan dengan uji
muncul mikroba berwarna merah muda dan Duncan.
kuning sebanyak 250 gram dicampur dengan 1
liter air kelapa, 500 gram gula pasir dan air 1,5 HASIL
liter ke dalam tong komposter lalu didiamkan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
selama 7 hari dalam keadaan anaerob. Selanjutnya diperoleh data berupa kadar unsur hara dan
menambahkan limbah sisa makanan sebanyak 1 parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman,
kg dan 500 gram daun bambu, daun lamtoro, jumlah daun dan biomassa basah tanaman sawi
sabut kelapa, dan bonggol pisang. Kemudian yang telah diberi perlakuan berbagai konsentrasi
menambahkan air sebanyak 25 liter. Tong pupuk organik cair bahan baku limbah sisa
komposter ditutup dalam keadaan anaerob dan makanan dengan penambahan berbagai bahan
memasuki tahap fermentasi selama 60 hari. Hasil organik yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
pupuk organik cair yang diperoleh kemudian
Wasilah dkk: Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi 139

Tabel 1. Hasil kriteria penilaian kualitas unsur hara N, P, K, dan rasio C/N pupuk organik cair berbahan baku
limbah sisa makanan dengan penambahan berbagai bahan organik
No. Parameter Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara Kriteria *)
1 N (Nitrogen) 1,918 % Sangat tinggi (>0,75)
2 P (Fosfor) 0,642 % Sangat tinggi (>0,35)
3 K (Kalium) 1,593 % Sangat tinggi (>1,0)
4 Rasio C/N 13 Sedang (11-15)
Keterangan: *) Berdasarkan kriteria Hardjowigeno (2003)

Tabel 2. Rata-rata hasil pengamatan pengaruh pemberian pupuk organik cair berbagai konsentrasi terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, dan biomassa basah tanaman sawi
Rata-Rata Tinggi Tanaman Rata-Rata Biomassa Basah
Perlakuan Rata-Rata Jumlah Daun
(cm) (gram)
P0 12,30 ± 0,63a 6,7 ± 0,45a 6,37 ± 1,10a
P1 14,44 ± 0,86b 7,6 ± 0,42b 10,65 ± 3,21b
P2 15,39 ± 1,20 b 7,9 ± 0,65 bc 13,83 ± 3,03b
P3 17,05 ± 0,31 c 8,6 ± 0,74 c 17,72 ± 3,46c
P4 19,69 ± 1,30d 9,5 ± 0,50d 22,16 ± 3,28d
Keterangan: Notasi yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan satu dengan
yang lain dengan taraf 0,05 menurut uji Duncan

Berdasarkan hasil pada Tabel 1 menunjukkan konsentrasi sebesar 10,4 ml/L/polybag


bahwa hasil analisis kandungan unsur hara N, P, menunjukkan hasil yang paling tinggi.
K dan rasio C/N berdasarkan kriteria
Hardjowigeno (2003) pada pupuk organik cair PEMBAHASAN
berbahan baku limbah sisa makanan dengan Berdasarkan hasil yang diperoleh mengenai
penambahan berbagai bahan organik secara pengujian kualitas unsur hara yang terkandung di
berturut-turut sebesar 1,918% (sangat tinggi); dalam pupuk organik cair berbahan baku limbah
0,642% (sangat tinggi); 1,593% (sangat tinggi); dan sisa makanan dengan penambahan berbagai
13 (sedang). Kandungan unsur hara N, P dan K bahan organik (Tabel 1) bahwa pupuk organik
pada pupuk organik cair berpengaruh terhadap cair berbahan baku limbah sisa makanan dengan
pertumbuhan tanaman sawi, serta nilai rasio C/N penambahan berbagai bahan organik memiliki
berpengaruh terhadap proses degradasi dengan kandungan unsur hara yang termasuk dalam
bantuan bakteri yang terjadi di dalam pupuk kriteria sangat tinggi yakni N sebesar 1,918%
organik cair selama fermentasi berlangsung. (>0,75%), P sebesar 0,642% (>0,35%) dan K sebesar
Berdasarkan kriteria kandungan unsur hara 1,593% (>1,00%). Sedangkan nilai rasio C/N
tersebut, maka pupuk organik cair tergolong baik sebesar 13 termasuk dalam kriteria sedang karena
untuk diaplikasikan pada tanaman. rentang nilai berkisar 11-15.
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Rasio C/N merupakan perbandingan
pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik banyaknya kandungan unsur karbon (C) terhadap
cair memberikan pengaruh signifikan pada semua banyaknya kandungan unsur nitrogen (N) yang
parameter pengamatan yang meliputi tinggi ada pada suatu bahan organik. Karbon dan
tanaman, jumlah daun dan biomassa basah nitrogen dibutuhkan mikroorganisme untuk
tanaman sawi. Pengaruh perlakuan 5 konsentrasi aktivitas hidupnya. Nilai rasio C/N yang rendah
yang berbeda pada pupuk organik cair disebabkan oleh jumlah nitrogen yang lebih
menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel banyak dibandingkan jumlah karbon yang
terhadap tinggi tanaman (27,33 > 2,87); jumlah terdapat dalam pupuk organik cair. Menurut
daun (17,39 > 2,87); dan biomassa basah (28,33 > Djuarnani (2005), jika rasio C/N terlalu rendah
2,87) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. maka kelebihan nitrogen yang tidak dipakai oleh
Terdapat hubungan antara konsentrasi pupuk mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan
organik cair dengan tinggi tanaman, jumlah daun hilang melalui volatisasi sebagai amoniak atau
dan biomassa tanaman sawi. Semakin tinggi terdenitrifikasi. Sedangkan jika nilai rasio C/N
konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan tinggi, maka aktivitas biologi mikroorganisme
maka semakin tinggi pula nilai yang dihasilkan akan berkurang dan diperlukan beberapa siklus
dari parameter pertumbuhan yakni tinggi mikroorganisme untuk mendegradasi pupuk
tanaman, jumlah daun dan biomassa basah. organik cair sehingga diperlukan waktu yang
Perlakuan pupuk organik cair P4 yakni dengan lebih lama untuk menurunkan nilai rasio C/N.
Penggunaan pupuk organik dengan rasio C/N
140 LenteraBio Vol. 8 No. 2, Mei 2019: 136-142

tinggi dan belum matang dapat menimbulkan Sedangkan unsur hara K berperan dalam proses
defisiensi nitrogen. Barker dan Pilbeam (2015) fisiologis, pembuka stomata, pembentukan pati
menjelaskan bahwa rasio C/N yang terlalu tinggi dan mempertinggi daya tahan tanaman terhadap
dapat menghambat proses penguraian hara kekeringan. Kandungan N pada penelitian ini
sehingga ketersediaan hara bagi tanaman akan sebesar 1,918% disebabkan adanya kandungan N
berkurang. Selain itu rasio C/N juga akan yang tinggi di dalam campuran bahan organik
menghambat proses pertumbuhan akar dan juga disebabkan karena adanya proses
Kualitas pada pupuk organik cair juga dapat mineralisisi. Mineralisasi terjadi selama proses
ditentukan dengan melihat adanya kandungan dekomposisi yang meliputi tahap aminisasi yakni
unsur hara yang berupa unsur hara makro yakni penguraian secara hidrolik amin dari asam amino
N, P dan K. Berdasarkan penelitian yang telah yang dilakukan mikroorganisme. Tahap kedua
dilakukan, diperoleh kandungan unsur hara N, P, amonifikasi yakni pembebasan amoniak oleh
K yang terkandung di dalam pupuk cair secara mikroorganisme menggunakan amin ataupun
berturut-turut sebesar 1,918%; 0,642%; dan asam amino. Tahap ketiga yaitu amonia yang
1,593%. Ketiga kandungan unsur hara makro dibebaskan akan mengalami proses yang lain
tersebut tergolong dalam kriteria sangat tinggi. tergantung situasi, misalnya perubahan NH3 yang
Unsur hara dengan kriteria sangat tinggi diubah menjadi nitrat dan nitrit (proses
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan nitrifikasi), yang bercampur dengan air menjadi
dalam pembuatan pupuk organik cair yang amonium lalu diserap oleh akar tanaman.
meliputi limbah sisa makanan dengan berbagai Tanaman sawi bisa tumbuh dan bertahan
campuran bahan organik antara lain daun bambu, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah
daun lamtoro, sabut kelapa dan bonggol pisang. (Rahmat, 1994). Namun, untuk mencapai
Daun tanaman bambu selama ini kurang pertumbuhan optimal, tanaman sawi memiliki
dimanfaatkan masyarakat Indonesia ternyata syarat tumbuh yang harus dipenuhi seperti suhu
banyak mengandung zat aktif, seperti udara, kelembaban, pH tanah, media tumbuh dan
polisakarida, flavonoid, klorofil, vitamin, asam ketersediaan unsur hara (Haryanto dkk, 2007). Air
amino, fosfor, mikroelemen, kalium (Purwono, merupakan salah satu faktor eksternal yang
2007). Devi, dkk (2013) menjelaskan bahwa daun menentukan proses pertumbuhan tanaman.
lamtoro memiliki kandungan unsur hara 3,84% Penyiraman pada penelitian ini dilakukan melalui
Nitrogen, 0,2% Fosfor, 2,06% Kalium, 1,31% Ca tanah dan bagian tubuh tanaman seperti daun
dan 0,33% Mg (Palimbungan dkk, 2006). Sabut dan batang. Air memiliki peran salah satunya
kelapa mengandung K total yang tinggi yakni sebagai pelarut unsur hara sehingga unsur hara
sebesar 21,8% (Risnah, 2013). Hal ini sejalan akan mudah diserap oleh akar. Fungsi lainnya
dengan pendapat Thomas dkk. (2013) yang yakni untuk proses fotosintesis karena tanaman
menyatakan bahwa sabut kelapa mengandung membutuhkan air dari tanah dan CO2 dari udara
unsur K yang dapat meningkatkan parameter untuk mengubahnya menjadi glukosa dan
pertumbuhan tanaman. Cahyono (2016) juga oksigen dengan bantuan cahaya matahari
menjelaskan bahwa di dalam bonggol pisang (Salisbury dan Ross 1995).
terdapat zat pengatur tumbuh giberelin dan Perlakuan pemberian pupuk organik cair
sitokinin yang sangat berguna bagi tanaman dan bahan baku limbah sisa makanan dengan
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. penambahan berbagai bahan organik dengan
Campuran berbagai bahan organik di dalam dosis yang berbeda-beda mampu memberikan
pupuk organik cair tersebut mengandung unsur pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap
hara N, P dan K dengan kriteria sangat baik parameter pertumbuhan tanaman sawi yang
sehingga diharapkan mampu meningkatkan diamati, seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan
pertumbuhan tanaman sawi dan dapat biomassa basah sawi. Hal ini berkaitan dengan
meminimalkan penggunaan pupuk kimia. perbedaan konsentrasi yang terdapat pada setiap
Menurut Hardjowigeno (2003) unsur hara N, perlakuan dan kandungan unsur hara yang
P dan K memiliki fungsi penting bagi tanaman. terkandung di dalamnya dijelaskan lebih lanjut
Nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein, oleh Novriani (2014), bahwa pertumbuhan suatu
asam amino dan mampu memperbaiki tanaman akan optimal apabila unsur hara
pertumbuhan vegetatif. Unsur hara P berfungsi dibutuhkan tersedia dalam jumlah dan bentuk
dalam pembelahan sel, pembentukan buah, yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
perkembangan akar, memperkuat batang, Tinggi tanaman sawi dengan perlakuan P4
membentuk nukleoprotein penyusun RNA dan yaitu pemberian pupuk organik cair dengan
DNA serta menyimpan dan memindahkan energi. konsentrasi 10,4 ml/l air/polybag menunjukkan
Wasilah dkk: Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi 141

hasil tertinggi dan berpengaruh signifikan fotosintesis pada tanaman, dengan meningkatnya
dibandingkan perlakuan lainnya. Tinggi tanaman proses fotosintesis maka akan meningkatkan pula
menggambarkan proses pembelahan dan hasil fotosintat yang kemudian berpengaruh
pembesaran sel. Tingginya kadar unsur hara N terhadap berat basah yang dihasilkan tanaman
pada pupuk organik cair mampu mempengaruhi sawi. Salah satu hara yang berperan dalam proses
pembelahan sel terutama pada bagian pucuk fotosintesis adalah unsur P yang berperan dalam
dibandingkan dengan pertumbuhan akar. Hal ini pembentukan energi berupa ATP dan selanjutnya
sejalan dengan pendapat Agustina (2014) yang akan digunakan untuk translokasi fotosintat ke
mengatakan bahwa unsur hara N sangat berperan bagian organ tanaman yang membutuhkan.
untuk pertumbuhan vegetatif dan K berperan Faktor lain dari nilai biomassa basah yaitu adanya
dalam proses fotosintesis, apabila hara kalium pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang
pada daun berkurang maka kecepatan asimilasi serta panjang akar.
CO2 akan menurun. Tanaman dengan tersedianya
hara ini dapat meningkatkan pertumbuhan tajuk SIMPULAN
tanaman sehingga memicu petumbuhan tinggi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanaman. kualitas unsur hara N, P, dan K pada pupuk
Jumlah daun merupakan salah satu organik cair bahan baku limbah sisa makanan
parameter pengamatan dan juga ditentukan oleh dengan penambahan berbagai bahan organik
kandungan hara terutama unsur hara N yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi masing-
diserap tanaman untuk pembentukan klorofil masing sebesar N = 1,918%; P = 0,642%; dan K =
pada daun. Pada perlakuan P4 merupakan 1,593%. Sedangkan unsur hara rasio C/N sebesar
perlakuan yang memberikan hasil paling optimal 13 termasuk dalam kriteria sedang. Pemupukan
terhadap jumlah daun tanaman sawi. menggunakan pupuk organik cair memberikan
Pertumbuhan daun merupakan salah satu pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
kategori tanaman mengalami pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa basah
vegetatif. Sehingga untuk memenuhi tanaman sawi (Brassica juncea L.). Konsentrasi
kebutuhannya, jumlah daun sangat didukung pemberian pupuk organik cair yang paling
oleh unsur hara nitrogen. Hikmah (2015) optimal untuk meningkatkan pertumbuhan
menjelaskan bahwa nitrogen memiliki manfaat tanaman sawi adalah pada perlakuan P4 dengan
bagi tanaman yaitu memacu pertumbuhan dan konsentrasi 10,4 ml/L air/polybag.
pembentukan daun, berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali DAFTAR PUSTAKA
dalam proses fotosintesis, dan dapat Agustina L, 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta:
meningkatkan mutu tanaman penghasil daun- Rineka Cipta.
daunan. Selanjutnya hasil penelitian Suwardi dan Barker AV and DJ Pilbeam, 2015. Handbook of Plant
Efendi (2009) juga menunjukkan bahwa Nutrition. CRC press.
Cahyono RN, 2016. Pemanfaatan Daun Kelor dan
pemberian N dapat meningkatkan nilai warna
Bonggol Pisang Sebagai Pupuk Organik Cair
hijau daun dan peningkatakan warna hijau daun, Untuk Pertumbuhan Tanaman Bayam
dan ini berhubungan dengan peningkatan hasil (Amaranthus sp.). Artikel Publikasi. Surakarta:
tanaman. Pertumbuhan jumlah daun tanaman Universitas Muhammadiyah Surakarta.
sawi juga dipengaruhi oleh pertambahan tinggi Darhamsyah A, 1994. Mikroba Patogen pada Makanan
tanaman sawi. dan Sumber Pencemarnya. Medan: Fakultas
Biomassa basah merupakan salah satu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
parameter yang penting untuk mengetahui hasil Utara.
produksi tanaman sawi. Biomassa tanaman pada Devi MVN, VN Ariharan, dan NP Prasad, 2013.
Nutritive Value And Potential Uses of Leucaena
perlakuan P4 juga menunjukkan hasil tertinggi
leucocephala as Biofuel. Research Journal of
dibanding perlakuan lainnya. Biomassa tanaman Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 4
merupakan akumulasi dari berbagai cadangan (1): 515-521. ISSN: 0975-8585.
makanan protein, karbohidrat dan lemak. Apabila Djuarnani N, Ir Kristian, Budi SS, 2005. Cara Cepat
semakin besar biomassa suatu tanaman, maka Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
proses metabolisme dalam tanaman berjalan Fahrudin F, 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.)
dengan baik namun sebaliknya apabila hasil Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing.
biomassa kecil menunjukkan adanya hambatan Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
ketika proses metabolisme (Fahrudin, 2009). Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika
Persindo.
Ketersediaan unsur hara yang cukup dalam
pupuk organik cair dapat meningkatkan proses
142 LenteraBio Vol. 8 No. 2, Mei 2019: 136-142

Haryanto W, T Suhartini, dan E Rahayu, 2007. Teknik L) terhadap Pemberian Ekstrak Daun Lamtoro,
Penanaman Sawi dan Selada Secara Hidroponik. Batang Pisang, dan Sabut Kelapa. Skripsi.
Jakarta: Penebar Swadaya. Dipublikasikan. Bandar Lampung: Universitas
Hikmah N, 2015. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Singkong Lampung.
dan Air Cucian Beras pada Pertumbuhan Purwono I, 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae.
Tanaman Sirsak (Annona muricata L.). Skripsi. Yogyakarta: penerbit Kanisius.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rahmat R, 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta:
Manullang GS, Abdul R, dan Puji A, 2014. Pengaruh Penerbit Kanisius.
Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Risnah S, P Yudono, dan A Syukur, 2013. Pengaruh
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Abu Sabut Kelapa Terhadap Ketersediaan K di
(Brassica juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Tanah dan Serapan K pada Pertumbuhan Bibit
AGRIFOR. XIII (1): 33-40. Kakao. Jurnal Ilmu Pertanian. 16 (2): 79-91.
Margiyanto E, 2007. Hortikultura. Bantul: Cahaya Tani. Salisbury FB dan CW Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan,
Nasaruddin dan Rosmawati, 2011. Pengaruh Pupuk Perkembangan Tumbuhan, dan Fisiologi Lingkungan.
Organik Cair (POC) Hasil Fermentasi Daun Bandung: Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Gamal, Batang Pisang, dan Sabut Kelapa terhadap Suwardi dan Effendi R, 2009. Efisiensi Penggunaan
Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal Agrisistem. 7 (1): Pupuk N pada Jagung Komposit Menggunakan
29-37. Bagan Warna Daun. Prosiding Seminar Nasional
Novriani, 2014. Respon Tanaman Selada (Lactuca Sativa Serealia. 108-115.
L) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Asal Thomas GV, C Palaniswami, SR Prabhu, M Gopal, dan
Sampah Organik Pasar. Klorofil. IX (2): 57-61. A Gupta. 2013. Co-Composting of Coconut Coir
Palimbungan N, R Labatar, dan F Hamzah, 2006. Pith With Solid Poultry Manure. Current Science.
Pengaruh Ekstrak Daun Lamtoro Sebagai Pupuk 104 (2): 245 – 250.
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Produksi Wahyuningsih dan Edy S. 2013. Teknologi Produksi
Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem. 2 (2): 96-101. Pupuk Organik Cair dari Limbah Sampah Rumah
Parnata AS, 2005. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Tangga di Kelurahan Lempongsari, Kodya
Manfaatnya. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Semarang dengan Komposer EM-4. Metana. 9 (1):
Priyanto, 2016. Respons Pertumbuhan dan Produksi 23-27.
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccaratha Sturt.

Anda mungkin juga menyukai