Anda di halaman 1dari 27

REVIEW JURNNAL

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR CUCIAN AIR BERAS TERHADAP


PERTUMBUHAN (Zea mays) VARIETAS PULUT
(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Tanaman Pangan yang diampu oleh
Dosen Prof. Dr. Novri Youla Kandowangko M.P)

Oleh
Sri Wirdayanti Andup
(431418076)
Kelas A Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
1. Mahdiannoor, Nurul Istiqomah dan Syarifuddin. 2016. APLIKASI PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN JAGUNG MANIS. ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari
2016 Halaman 1-10
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis ragamnya pada berat tongkol,
panjang tongkol dengan klobot dan tanpa klobot menunjukkan bahwa perlakuan
aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini disebabkan karena pupuk
organik Super Bionik yang diberikan dengan kandungan unsur hara P cukup
tinggi dan kandungan unsur hara K tinggi dapat dimanfaatkan dengan baik dan
optimal oleh tanaman jagung selain itu kandungan P dan K sangat tinggi di lahan
lokasi percobaan berdasarkan analisis tanah sehinga mampu memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman jagung. Unsur hara P dan K sangat berperan besar pada saat
pertumbuhan generatif tanaman jagung yaitu pembentukan berat dan panjang
tongkol tanaman jagung.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian berbagai
dosis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 28
dan 35 HST, berat tongkol, panjang tongkol dengan klobot dan panjang tongkol
tanpa klobot. Serta tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 14 dan
21 HST dan jumlah daun pada umur 14, 21, 28 dan 35 HST. Perlakuan terbaik
untuk dosis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
adalah p4 (800 cc.l-1 atau setara 3200 l.ha-1).

2. Wijaya Ray , M. Madjid B. Damanik, Fauzi, 2017. Aplikasi Pupuk Organik


Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan
dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah
Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337-
6597 Vol.5.No.2, (33): 249- 255.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa dengan semakin


bertambahnya volume pupuk cair yang diberikan maka kelarutan dan ketersediaan
hara juga semakin meningkat. Hal ini berhubungan juga dengan meningkatnya
ketersediaan K di tanah dengan pemberian pupuk kandang ayam. Selain itu,
kandungan K2O pada pupuk kandang ayam tergolong mencukupi (0,8%) mampu
mensuplai hara K untuk tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djalil (2003)
bahwa makin tinggi konsentrasi kalium di tanah maka semakin tinggi serapan K
tanaman.

Kesimpulan
Perlakuan pupuk organik cair sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot
kering tajuk pada dosis 300 mL/pot namun berpengaruh tidak nyata terhadap pH
tanah, C-Organik, K-dd, tinggi tanaman dan bobot kering akar. Perlakuan pupuk
kandang ayam menunjukkan pengaruh nyata terhadap pH tanah, C-Organik, K-dd,
tinggi tanaman dan bobot kering tajuk pada dosis 30 ton/ha namun berpengaruh
tidak nyata terhadap bobot kering akar. Interaksi pupuk organik cair sabut kelapa
dengan pupuk kandang ayam hanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering
tajuk.

3. Pangaribuan Darwin, dkk. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Pupuk
Anorganik terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Pascapanen
Jagung Manis (Zea mays var. saccharata Sturt.). J. Hort. Indonesia 8(1): 59-
67.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa Pengaruh kombinasi pupuk organik
cair dan pupuk anorganik terhadap peubah tinggi tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk organik cair dengan 60% dosis N, P, K rekomendasi (L5)
memberikan pengaruh lebih baik daripada kontrol (L1). Bertambah tingginya
tanaman karena aplikasi pupuk cair hayati sesuai dengan hasil penelitian Kartika et
al., (2016) pada tanaman kemangi. Pengaruh kombinasi pupuk organik cair dan
pupuk anorganik terhadap peubah jumlah daun menunjukkan bahwa semua
perlakuan memberikan pengaruh lebih baik daripada kontrol (L1) kecuali
perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk anorganik dengan dosis 20%
(L6)). Aplikasi taraf pemupukan tidak nyata memberikan pengaruh terhadap
tingkat kehijauan daun maupun serapan N daun. Hal ini karena tanaman lebih
cenderung memanfaatkan serapan N untuk pertumbuhan vegetatif yang lain,
misalnya pembesaran diameter batang dan penambahan jumlah daun tanaman. Hal
ini dibuktikan oleh perlakuan pupuk organik cair, pupuk anorganik maupun
kombinasinya menghasilkan tanaman dengan bobot brangkasan kering yang lebih
berat daripada perlakuan kontrol tanpa pupuk. Mengel dan Kirkby (2001)
berpendapat bahwa peningkatan bobot kering tanaman adalah salah satu ciri
peningkatan serapan nitrogen pada tanaman.

Kesimpulan
Kombinasi pupuk organik cair dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl)
20% rekomendasi dapat menjadi pupuk alternatif jagung manis yang lebih
ekonomis karena pertumbuhan dan produksinya sama dengan pupuk anorganik
rekomendasi. Kombinasi ini juga menunjukkan penyusutan bobot tongkol paling
rendah sehingga kualitas tongkol jagung manis dapat bertahan lebih lama daripada
perlakuan lainnya.

4. Wardiah, Linda dan Hafnati Rahmatan, 2014. POTENSI LIMBAH AIR


CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR PADA
PERTUMBUHAN PAKCHOY (Brassica rapa L.). Jurnal Biologi Edukasi
Edisi 12, Volume 6 Nomor 1, hal 34-38.

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian limbah air cucian beras memberikan


pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pakchoy pada semua parameter
yang diamati, yaitu tinggi batang, jumlah daun, dan berat kering. Hal ini
menunjukkan bahwa limbah air cucian beras dapat mencukupi kebutuhan hara
tanaman sehingga dapat mendukung proses metabolisme tanaman dan
memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut
Rosmarkam dan Nasih (2002), dengan penyerapan hara, tanaman dapat
memenuhi siklus hidupnya dan sebaliknya, kegiatan metabolisme tanaman akan
terganggu apabila ketersediaan hara yang berkurang atau tidak ada. Endah (2001)
menambahkan bahwa pemupukan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman
terlebih bila media tanam tergolong miskin hara. Pemupukan yang tidak tepat,
baik dari segi jenis, jumlah, cara pemberian, dan waktu pemberian dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 30 hari, terlihat bahwa pada
parameter tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang nyata pada umur tanaman
10 dan 20 HST, namun tidak pada umur 30 HST. Hal ini diduga bahwa air cucian
beras telah diserap dengan baik pada umur tanaman 10 dan 20 HST, sehingga
tanaman meningkatkan pertumbuhannya. Dengan kata lain, umur tanaman 10 dan
20 HST merupakan waktu penyerapan terbaik kandungan senyawa organik dari
air cucian beras tersebut. Selanjutnya, diduga unsur hara yang diperoleh dari
penyiraman air cucian beras pada umur tanaman 30 HST telah berkurang,
sehingga tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada tinggi tanaman.
Konsentrasi air cucian beras terbaik dalam peningkatan tinggi tanaman yaitu
100 % air cucian beras terutama pada umur tanaman 10 dan 20 HST. Hal ini
diduga bahwa 100 % air cucian beras dapat memberikan asupan zat hara bagi
tanaman. Warisno dan Kres (2010) menyatakan selain waktu pemberian pupuk
yang tepat, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
pemberian dosis yang tepat. Tanaman harus tercukupi jumlah haranya, namun
tidak boleh berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan tanaman mengalami
plasmolisis (peluruhan dinding sel), sehingga tanaman mati.
Pengaruh air cucian beras pada jumlah daun berbeda dari pengaruhnya
terhadap tinggi batang. Peningkatan jumlah daun yang nyata yaitu terjadi pada
umur tanaman 30 HST, namun tidak terjadi pada umur tanaman 10 dan 20 HST.
Pengaruh yang sama juga ditemukan pada pertumbuhan tajuk selada (G.M. dkk,
2012). Keadaan tersebut diduga bahwa unsur nitrogen merupakan unsur hara yang
sangat dibutuhkan oleh pakchoy untuk pertumbuhan daun, namun
ketersediaannya sangat rendah. Hal ini menyebabkan daun tanaman jenis sawi ini
tidak mampu tumbuh secara maksimal. Selanjutnya, Sutanto (2002) menyatakan
bahwa tanaman yang tidak terpenuhi unsur haranya, proses metabolisme akan
terhambat sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Oleh karena itu walaupun sudah menggunakan bahan organik, masih
diperlukan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Meskipun penambahan
jumlah daun tidak signifikan, namun ditemukan bahwa warna daun pada tanaman
perlakuan lebih hijau dibandingkan tanaman kontrol (data tidak ditampilkan).
Selain itu, dosis penyiraman yang paling baik dalam meningkatkan jumlah daun
adalah 100 % air cucian beras.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berbagai konsentrasi
air cucian beras berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman pada 10
dan 20 hari setelah tanam dan berat kering. Sebaliknya, cucian beras tersebut
tidak memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah daun. Selanjutnya,
konsentrasi terbaik air leri pada semua parameter adalah 100%.

5. Naim Muhamad, 2017. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG


HIBRIDA MELALUI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR. Volume 5
No. 1 Februari, ISSN: 2302-6944
Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas
jagung berpengaruh nyata hingga sangat nyata pada hampir semua parameter
pengamatan kecuali bobot tongkol, diameter tongkol. Perlakuan jenis Mol
berpengaruh nyata hingga sangat nyata pada hampir semua parameter pengamatan
kecuali bobot 1000 biji. Interaksi perlakuan varietas jagung dan jenis mol
berpengaruh nyata hingga sangat nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, bobot tongkol, dan bobot 1000 biji. Perlakuan jenis mol urin sapi
(M1) dengan varietas jagung dan interaksi keduanya berpengaruh nyata hingga
sangat nyata hampir pada semua parameter pengamatan.
Rata-rata tinggi tanaman terbaik pada perlakuan Mol urin sapi (M1)
memperlihatkan rata-rata tinggi tanaman masing-masing sebesar 164,08 cm dan
211,60 cm pada jagung hibrida (J1) dan jagung komposit (J2) dan berbeda tidak
nyata dengan M2 pada J1 serta M2, M5, M6, M3 pada J2. Pada semua perlakuan
jenis Mol, jagung komposit memperlihatkan rata-rata tertinggi dan berbeda sangat
nyata dengan jagung hibrida. Hasil pengamatan dan data statistik menunjukkan
bahwa jenis Mol yang memberikan produksi tertinggi adalah Mol urin sapi. Mol
urin sapi menunjukkan nilai tertinggi pada hampir semua komponem parameter
pengamatan. Pemberian jenis Mol yang berbeda menunjukkan respon tanaman
yang bervariasi. Tanaman yang diberi Mol urin sapi menunjukkan tinggi tanaman
yang lebih tinggi dibanding Mol yang lain. Unsur hara yang terkandung dalam
Mol urin sapi dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman karena pupuk
organik cair yang terbuat dari urin sapi mengandung cukup unsur hara mikro dan
makro yang dilengkapi dengan mikroorganisme lokal pengurai dan hormon yang
dapat menyuburkan tanaman.
Kesimpulan
Pupuk organik cair urin sapi dan jagung komposit varietas sukmaraga
memberikan hasil rata-rata terbaik pada parameter tinggi tanaman (211,60 cm),
jumlah daun (15,04 helai), bobot tongkol (128,18 g), dan diameter tongkol (40,42
mm).Pupuk organik cair urin sapi memberikan hasil terbaik pada jagung hibrida
maupun jagung komposit dapat dilihat hasil rata-rata pada parameter produksi
(5,84 t ha-1 ), umur berbunga jantan (54,99 hari), umur berbunga betina (58,08
hari), dan diameter tongkol (39,35 mm).Jagung komposit varietas sukmaraga
memberikan hasil rata-rata yang terbaik pada parameterumur berbunga jantan
(53,81 hari), umur berbunga betina (57,25 hari), dan rata-rata produksi (5,63 t ha-1
).
6. Siagian Aidin, 2018. Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Air Cucian
Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada Hijau
(Lactuca Sativa L). SKRIPSI. Fakultas Petanian : Universitas Medan Area.
Tinggi Tanaman (cm)
Bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 1 MST menunjukkan hasil
yang tidak nyata pada perlakuan pemberian Poc air cucian beras. Hal ini
disebabkan karena pemberian Poc air cucian beras belum dapat dimanfaatkan
oleh tanaman selada karena sifat dari pupuk organik yang lambat tersedia bagi
tanaman, namun pada minggu ke-2 setelah tanam sampai minggu ke-4 setalah
tanam menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diberikan mempengaruhi
terhadap tinggi tanaman selada hijau (Lactuca sativa L), dimana perlakuan terbaik
terdapat pada B4 (100 ml/ Liter air) yang berbeda nyata dengan perlakuan B3 dan
berbeda sangat nyata dengan perlakuan B2, B1 dan B0 baik tingkat kepercayaan
95% maupun 99%.
Pemberian perlakuan Poc air cucian beras bahwa pertumbuhan tinggi tanaman
pada umur 1 MST menunjukkan hasil yang tidak nyata pada perlakuan pemberian
Poc air cucian beras. Hal ini disebabkan karena pemberian Poc air cucian beras
belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman selada karena sifat dari pupuk organik
yang lambat tersedia bagi tanaman, namun pada minggu ke-2 setelah tanam
sampai minggu ke-4 setalah tanam menunjukkan bahwa semua perlakuan yang
diberikan mempengaruhi terhadap tinggi tanaman selada hijau (Lactuca sativa L),
dimana perlakuan terbaik terdapat pada B4 (100 ml/ Liter air) yang berbeda nyata
dengan perlakuan B3 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan B2, B1 dan B0
baik tingkat kepercayaan 95% maupun 99%. Pemberian perlakuan Poc air cucian
beras pada pengamatan 2 sampai 4 MST dikarenakan unsur hara yang terdapat
pada Poc air cucian beras sudah tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Hal ini
sesuai dengan penelitian (Waridah, 2014), yang menyatakan bahwa pemberian air
cucian beras memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pakchoy.
Jumlah Daun (Helai)
perlakuan pupuk organik cair air cucian beras tidak berpengaruh di umur 1
MST. Hal ini dikarenakan bahwa unsur hara yang tersedia pada air cucian beras
belum mampu tersedia bagi tanaman selada, belum tersedianya unsur hara yang
diberikan poc air cucian beras karena lambatnya reaksi yang diberikan kepada
tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian Majid, dkk (2011), yang menyatakan
bahwa pupuk organik memiliki ciri-ciri utama seperti respon terhadap tanaman
target tertentu, penyediaan haranya tidak langsung, tahan lama terhadap tanah dan
memperbaiki sifat fisika tanah, kimia dan biologis dan tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Pada umur 2 sampai 4 MST menunjukkan bahwa perlakuan
B4 (100 ml/ liter air) merupakan perlakuan yang terbaik dimana tidak berbeda
nyata dengan perlakuan B3 dan berbeda nyata dengan perlakuan B2 dan B1 serta
berbeda sangat nyata dengan perlakuan B0. Jika dilihat bahwa semakin tinggi
pemberian Poc air cucian beras terhadap jumlah daun selada hijau akan semakin
efektif dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Peneltian ini sejalan
dengan penelitian yang diungkapkan Waridah, dkk (2014), yang menyatakan
bahwa semakin tinggi pemberian pupuk organik cair air cucian beras dimana
perlakuan terbaik yaitu 100 ml/liter air merupakan perlakuan yang terbaik
terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakchoy.
Kesimpulan.
Pemberian pupuk organik cair air cucian beras mampu meningkatkan
pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produksi (bobot basah
perplot, bobot basah tajuk, bobot bersih tajuk dan bobot kering akar) tanaman
selada hijau (Lactuca sativa L) dimana perlakuan terbaik terdapat pada B4 (100
ml/liter air) yang berbeda nyata dengan luasan ukuran plot 100 X 100 cm. dan
perlakuan yang terbaik dengan konsentrasi 10 % setara dengan 100 ml.
7. R.K, RUARITA, RIDWAN HANAN, ACHMAD W. A. 2017. RESPON
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays
saccharata Sturt.) AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI DOSISPUPUK
ORGANIK CAIR. JURNAL TRIAGRO Vol 2 No.1
Hasil analisis keragaman pmenunjukkan, bahwa pemberian pupukorganik cair
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada minggu
ke 2 dan 3 setelah tanam, dan berpengaruh nyata sampai sangat nyata pada
minggu ke 4 , 5 dan 6 setelah tanam. Pemberian pupuk organik cair masih belum
berpengaruh terhadap tanaman pada minggu ke 2 dan 3 setelah tanam, diduga
karena tanaman masih muda dan jumlah daun masih sedikit sehingga penyerapan
pupuk cair belum terserap dengan baik oleh tanaman. Pada minggu ke 4 dan
seterusnya, tanaman telah memiliki perakaran yang banyak dan daun yang cukup
sehingga pemberian pupu organik cair lewat daun diduga dapat diserap dan
menambah ketersediaan hara bagi tanaman untuk proses pertumbuhannya.
Menurut Rahmi dan Jumiati (2007), pupuk organik cair selain mengandung hara
makro juga mengandung hara mikro yang sangat penting bagi tanaman. Pupuk
tersebut mudah larut dan lebih cepat diserap oleh tanaman sehingga dapat
memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sejalan dengan penelitian
Azhari (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk oranik cair berpengaruh
baik pada tinggi tanaman.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi 60 cc POC 20 l‾ ᶪ air (P3)
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
Pemberian dosis pupuk organik cair 60 cc POC 20 l‾ ᶪ air menghasilkan tinggi
tanaman rata-rata sebesar 135.08 cm, jumlah daun rata-rata sebanyak 10.13 helai,
umur berbunga rata-rata 45.5 hari, diameter tongkol rata-rata 4.30 cm, panjang
tongkol rata-rata 15.35 cm, berat per tanaman rata-rata 214.17 g dan hasil per
petak panen rata-rata 3.38 kg.
8. Sitorus, Mastor, Edison Purba, Nini Rahmawati, 2015. Respon Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk
Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK. Jurnal Online Agroekoteknologi .
ISSN No. 2337- 6597. Vol.3. No.4, September 2015. (510) :1303 – 1308.
Tinggi Tanaman
Berdasarkan data pengamatan (Tabel 1) dapat dilihat bahwa frekuensi
pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK interaksi antar keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan
dan sidik ragam diketahui bahwa frekuensi pemupukan organik cair berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman jagung 45 HST. Tinggi tanaman perlakuan
frekuensi pemupukan berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman. Hal ini
dikarenakan sifat dari pupuk organik yang lambat tersedia bagi tanaman dan juga
jumlah hara yang tersedia di dalamnya rendah. Hal ini sesuai dengan Damanik et
al., (2011) yang menyatakan bahwa kelemahan dari pupuk organik adalah sebagai
berikut: 1) kandungan haranya rendah; 2) relatif sulit memperolehnya dalam
jumlah yang banyak 3) lambat tersedia bagi tanaman dan 4) pengangkutan dan
aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak.Kandungan unsur hara
yang disemprotkan diduga mengalami pencucian sehingga hanya sedikit yang
diserap oleh tanaman. Hal ini dapat dilihat dari data curahhujan pada saat aplikasi
pemupukan POC sangat tinggi yaitu pada kisaran 200-300 mm/bulan.
Diameter Batang
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Tabel 2), diketahui
bahwa perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang
jagung pada umur 60 HST. Sedangkan perlakuan frekuensi pemupukan POC dan
interaksinya dengan perlakuan pupuk dasar NPK berpengaruhtidak nyata terhadap
diameter batang jagung.
Kesimpulan
Perlakuan frekuensi pemupukan POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman, diameter batang dan produksi per plot tanaman jagung. Perlakuan
aplikasi pupuk dasar NPK dapat meningkatkan diameter batang sampai 14 % pada
umur 60 HST, dan produksi per plot tanaman jagung sebesar 10.6%.
9. Hammado, Dharma Fidyansari. 2019. Respon Pertumbuhan Tanaman Selada
dengan Pemberian POC Limbah Air Cucian Beras dan Kotoran Sapi.
Cokroaminoto Journal of Biological Science 1 (1) : 17-21.
Data menunjukkan jika nilai tertinggi untuk banyaknya jumlah helai daun
yang dihasilkan dengan pengaplikasian POC air cucian beras dan kotoran sapi
terdapat pada perlakuan 1:4. Hal ini disebabkan, air cucian beras mengandung zat
pengatur tumbuh auksin yang berperan dalam pembentukan pucuk daun. Kotoran
sapi juga menyumbangkan hara kalsium dan kalium yang membantu perbanyakan
daun dan mengurangi stress oksidatif ketika proses pertumbuhan generatif dan
vegetatif berlangsung. Hasil pengamatan parameter banyaknya jumlah helai daun
kemudian diuji lanjut dengan menggunakan pengujian Tukey agar diperoleh data
hasil analisis secara statistika. Berikut data pengujian Tukey untuk parameter
jumlah helai daun selada.
Kesimpulan
Perlakuan pemberian POC limbah air cucian beras dan kotoran sapi
berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 5% terhadap pertumbuhan selada
dengan parameter pengukuran yaitu tinggi tanaman dan banyaknya jumlah daun.
Baik parameter tinggi tanaman maupun banyaknya jumlah daun menunjukkan jika
perlakuan perbandingan POC air cucian beras dan limbah kotoran sapi yang
terbaik yaitu perlakuan dengan perbandingan 1:4. Kelebihan POC yang digunakan
yaitu mudah diperoleh dan murah.

10. Manullang SG, Abdul Rahmi, dan Puji Astuti, 2014. PENGARUH JENIS
DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMANSAWI (Brassica juncea L.)
VARIETAS TOSAKAN. Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, ISSN :
1412 t 6885.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh konsentrsasi poc berbeda
tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 7 hari setelah
tanam serta jumlah daun tanaman pada saat panen, tetapi berbeda terhadap tinggi
tanaman dan jumlah daun tanaman pada umur 21 hari setelah tanam dan tinggi
tanaman sawi pada saat panen. Tidak adanya perbedaan yang nyata dari pengaruh
konsentrasi poc tersebut disebabkan karena tanaman saw masih muda dan masih
dalam tahap pertumbuhan awal, selain itu juga disebabkan karena kebutuhan
unsur hara tanaman masih dapat dipenuhi oleh media tanam tempat tumbuhnya,
yaitu berdasarkan hasil analisis tanah dilaboratorium bahwa media
tanammengandung 0.22% n (tergolong sedang), 88 ppm p2o5 (tergolong tinggi),
dan 158 ppm k2o (tergolong tinggi).adanya perbedaan yang nyata dari pengaruh
konsentrasi poc tersebut terhadap tinggi tanaman pada umur 21
Hari setelah tanam dan pada saat panen serta jumlah daun pada umur 21 hari
setelah tanam disebabkan dengan bertambahnya umur tanaman, sehingga
kebutuhan unsur hara tanaman juga bertambah banyak dan hal tersebut tidak
semuanya dapat dipenuhi oleh media tanam tumbuh tanaman. Sesuai dengan
pendapat mulyani sutejo (2002) bahwa makin bertambahnya umur pertumbuhan
tanaman makin diperlukan pula pemberian unsur hara untuk proses pertumbuhan
dan perkembangannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan,
yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh jenis POC berbeda nyata terhadap berat tanaman, tetapi berbeda
tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi pada umur
7 dan 21 hari setelah tanam serta pada saat panen. POC Bio Sugih
menghasilkan berat tanaman sawi pada saat panen yaitu 165,21 g tanaman -1
dan POC Nasa yaitu 118,35 g tanaman-1.
2. Pengaruh konsentrasi POC berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada umur
21 hari setelah tanam dan pada saat panen, jumlah daun pada umur 21 hari
setelah tanam, dan berat tanaman sawi, tetapi berbeda tidak nyata terhadap
tinggi tanaman pada umur 7 hari setelah tanam, jumlah daun pada umur 7 hari
setelah tanam dan pada saat panen. Berat tanaman sawi paling tinggi
dihasilkan pada perlakuan 2,0 ml l-1 air (n2) yaitu 185,59 g tanaman-1,
sedangkan yang paling rendah dihasilkan pada perlakuan tanpa pemberian
POC (n0) yaitu 84,02 g tanaman-1.
3. Pengaruh interaksi antara faktor jenis POC dengan faktor konsentrasi POC
berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi
pada umur 7 dan 21 hari setelah tanam serta pada saat panen, dan berat
tanaman sawi pada saat panen.
11. Gaina, dkk, 2020. PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI
BAHAN DASAR PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR PERTANIAN
DI DESA CAMPLONG II, KECAMATAN FATULEU, KABUPATEN
KUPANG, NTT. Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan. e-ISSN: 2502-
5392 Vol. 05 No. 2 Tahun 2020.
Pupuk organik dapat berupa cairan ataupun padatan yang dihasilkan dari
pembusukan bahan organik, baik berupa limbah pertanian maupun limbah
peternakan yang memiliki manfaat untuk menyuburkan tanah pada bagian
permukaan tanah, meningkatkan populasi jasad renik, meningkatkan serapan
air,menyimpan air tanah dan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman.
Unsur hara esensial yang terkandung dalam POC ini dapat berupa nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium dan magnesium (Saputra dkk, 2020). Pada kegiatan ini,
kelompok dilatihan memmbuat pupuk cair dari sampah organik rumah tangga dan
sisa limbah pertanian dengan air cucian beras dan menambahkan effective
microorganism (EM4) (Octavia dan Wahidah, 2020) . Dengan kegiatan ini,
masyarakat desa menjadi sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan
mengolah sampah organik untuk menghasilkan pupuk yang dapat diaplikasikan
pada tanaman sayur di pekarangan rumah.
Kesimpulan
Pengenalan teknologi pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik
cair telah memberikan hasil positif serta perubahan perilaku masyarakat desa
dalam memanfaatkan sisa hasil pertanian dengan lebih efektif dan efisien.

12. Bahar A.E, 2017. PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH AIR CUCIAN


BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG
DARAT (Ipomoea reptans Poir). Fakultas Pertanian : UNP.
Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi


limbah air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kangkung
darat pada umur 2 MST, namun tidak memberikan pengaruh pada tinggi
tanaman pada umur 3 MST dan 4 MST. Perlakuan terbaik yang mampu
memberikan tanaman tertinggi pada umur 2 MST adalah konsentrasi 1.5 liter
dengan tinggi tanaman 7.40 cm, diikuti oleh konsentrasi 1 liter, 0.5 liter dan
kontrol berturut-turut sekitar 6.36 cm, 6.02 cm dan 5.42 cm. Tinggi tanaman
pada umur 3 MST berkisar antara 12.26-15.04 cm, dan mengalami peningkatan
pada umur 4 MST berkisar antara 18.64-22.37 cm.

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian air cucian


beras berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2 MST dan 3 MST,
namun tidak berpengaruh pada saat kangkung berumur 4 MST. Jumlah daun
terbanyak pada umur 2 MST diperoleh pada konsentrasi 1.5 liter yaitu 5.73 helai
diikuti oleh konsentrasi 1 liter, 0.5 liter dan kontrol berturut-turut sebanyak 5.60
helai, 5.53 helai dan 4.86 helai. Jumlah daun terbanyak pada umur 3 MST
diperoleh pada konsentrasi 1.5 liter yaitu 9.06 helai diikuti oleh konsentrasi 1
liter, 0.5 liter dan kontrol berturut-turut sebanyak 8.66 helai, 8.60 helai dan 8.20
helai.Jumlah daun pada umur 4 MSTberkisar antara 9.53-12.60 helai.
Panjang Daun (cm)
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian air cucian
beras berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman kangkung darat selama 4
MST.Panjang daun terpanjang pada umur 2 MST diperoleh pada konsentrasi 1.5
liter yaitu 4.27 cm sedangkan panjang daun terpendek diperoleh pada perlakuan
kontrol. Panjang daun terpanjang pada umur 3 MST diperoleh pada konsentrasi 1
liter yaitu 8.29 cm sedangkan panjang daun terpendek diperoleh pada perlakuan
liter yaitu 10.26 cm sedangkan panjang daun terpendek diperoleh pada perlakuan
kontrol. Hal ini menujukan bahwa kebutuhan hara pada fase pertumbuhan
kangkung masih cukup tinggi, suplai kandungan hara yang berasal dari limbah air
cucian beras mampu mencukupi untuk kebutuhan meningkatkan panjang daun
tanaman.
Kesimpulan
Konsentrasi air cucian beras terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman kangkung adalah konsentrasi 1.5 liter yang terlihat dari tingginya bobot
segar tanaman yaitu 1.00 g, bobot segar/plot yaitu 7.83 cm dan bobot kering
tanaman adalah 0.83 g.

13. Hairuddin., Rahman, Resti Mawardi, 2015. EFEKTIFITAS PUPUK


ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L). JURNAL PERBAL.
VOLUME 3 NO.3
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis
pupuk organik air cucian beras terhadap pertumbuhan dan produksi tabaman sawi
tidak berpengaruh nyata (tn) jika dilihat dari hasil sidik ragamnya. Namun jika
dilihat dari diagramnya ada beberapa perlakuan yang cenderung memberikan
pengaruh yang nyata, dari setiap pengamatan. Pada pengamatan tinggi tanaman
terlihata bahwa P3 (20ml/liter air) yang merupakan dosis yang paling tinggi pada
penelitian ini memberikan pengaruh rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi
ini diduga karena pada perlakuan ini banyak mengandung nutrisi Pseudomonas
fluorecenaz merupakan mikroba yang berperan dalam pengendalian patogern
penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman sehingga
perkembangan tinggi tanaman sawi lebih efektif. Begitupun pada pengamatan
jumlah daun P3 (20ml/liter air) lebih dominan memberikan pengaruh yang paling
terbaik, karena daun merupakan tempat proses fotosintesis tanaman yang dibantu
oleh pemberian POC ini, sehingga jumlah daun lebih banyak dibandingkan
perlakuan lainnya, karena pupuk organik cair memiliki kandungan 80% vitamin
BI,70% vitamin B3, 90% vitamin B6, dan kandungan nitrogen yang memacu
pertumbuhan jumlah daun.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa pemberian air
cucian beras dosis 20 ml/liter air memberikan pengaruh pada tinggi tanaman dan
jumlah daun.
14. Lalla, Milawati., 2018. POTENSI AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK
ORGANIK PADA TANAMAN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L.)
POTENSI AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
TANAMAN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L.) Jurnal Agropolitan,
Volume 5 Nomor 1.
Jumlah daun tanaman seledri mengalami pertambahan setiap minggu
pengamatan pada semua perlakuan seiring dengan pertambahan umur tanaman.
Ragam perlakuan air cucian beras tidak berpengaruh secara nyata terhadap
pertambahan jumlah daun tanaman seledri selama 6 minggu pengamatan. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan A3 lebih baik diaplikasikan pada tanaman seledri
dibanding A2 dan A1. Kandungan zat yang terdapat dalam air cucian beras
bilasan ketiga merupakan konsentrasi yang dianggap cukup untuk menunjang
pertumbuhan tanaman seledri sehingga menghasilkan jumlah daun yang lebih
banyak.
Kesimpulan
1. Air cucian beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman
seledri. Perlakuan A3 (air cucian beras bilasan ketiga) menghasilkan
jumlah dun yang lebih bnyak dibanding perlakuan lainnya.
2. Air cucian beras berpotensi untuk digunakan pada tanaman seledri namun
pada konsentrasi yang tidak pekat (air cucian beras bilasan ke tiga).

15. Wijayanti et al, 2019. Pengaruh Masa Inkubasi Pupuk dari Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Jurnal
UNDIP. Volume 4 Nomor 1.
Berdasarkan hasil analisis statistika, pemberian pupuk air cucian beras dengan
masa inkubasi berbeda dapat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Pertumbahan tinggi tanaman merupakan salah satu bentuk adanya peningkatan
pembelahan dalam meristem apikal, sehingga mendorong terjadinya pertumbuhan
primer.
Berdasarkan hasil analisis statistika pemberian pupuk air cucian beras tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah daun tanaman sawi hijau. Gambar
2, menunjukkan adanya kecenderungan perlakuan tanpa masa inkubasi (0 hari)
dan dengan inkubasi 15 hari memiliki jumlah daun terbanyak dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis
makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan (Duaja,
2012). Nutrisi sangat berpengaruh pada pembentukan daun terutama unsur N.
Kandungan hara N yang tinggi pada masa inkubasi 0 hari dan 15 hari,
menyebabkan jumlah daun yang tumbuh semakin bertambah. Ikhtiyanto (2010),
mengatakan bahwa unsur N berperan untuk pertumbuhan vegetatif, yaitu
pembentukan tunas, pembentukan daun, dan pertumbuhan batang, apabila
pasokan N tersedia dalam jumlah yang cukup, daun tanaman akan tumbuh besar
dan memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis.
Berdasarkan hasil analisis statistika, perlakuan pemberian pupuk air cucian
beras dengan masa inkubasi berbeda tidak berpengaruh terhadap luas daun
tanaman sawi hijau. Hasil rerata luas daun dapat dilihat pada Gambar 3.
Meskipun masa inkubasi tidak berpengaruh tetapi ada kecenderungan pada
perlakuan tanpa masa inkubasi (0 hari) memiliki luas daun tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan
dalam proses fotosintesis karena terdapat klorofil. Luas daun dari setiap tanaman,
umumnya dipengaruhi oleh jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka luas
daun dari suatu tanaman juga semakin lebar. Ifantri dan Ardiyanto (2015),
menyatakan bahwa suatu tanaman semakin banyak jumlah daunnya maka luas
daunnya akan semakin lebar.
Kesimpulan
Masa inkubasi pada pupuk air cucian beras berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman, bobot basah dan jumlah klorofil total tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, luas daun, bobot kering dan jumlah
karotenoid tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Pertumbuhan tanaman sawi
hijau (Brassica juncea L.), perlakuan masa inkubasi 15 hari, memberikan hasil
terbaik pada parameter tinggi tanaman. Perlakuan 0 hari memberikan hasil terbaik
pada parameter jumlah daun, luas daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman
sawi hijau (Brassica juncea L.). Masa inkubasi yang semakin lama justru
menghambat pembentukan pigmen klorofil dan karotenoid dari tanaman sawi
hijau (Brassica juncea L.).

16. Yulianingsih, 2017. Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan


Dan Hasil Terung Ungu (Solanum Melongena L.). PIPER No.24 Volume 13
April 2017
Pada parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa air cucian beras tidak
ada pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, rerata tinggi tanaman pada tanaman
terung ungu 77 hari setelah tanam terdapat pada perlakuan a5 dengan dosis 1000
ml per Tanaman yaitu dengan tinggi tanaman rerata 26.25 cm dan tinggi tanaman
terendah terdapat pada perlakuan n0 dengan tanpa pemberian cucian beras dengan
rerata 25.00 cm. Air cucian beras tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, hal ini ini diduga penanaman dilakukan 2 hari setelah persiapan media
tanam yang dicampur dengan pupuk kandang sapi sehingga masa inkubasi pupuk
kandang sapi belum maksimal
Kesimpulan
Air cucian beras tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,
tetapi berpengaruh terhadap hasil tanaman terung ungu, ditunjukkan oleh
meningkatnya berat buah.
17. Marianne,R.E, Erson Roby Tungka, 2016. RESPON BEBERAPA
KOMODITAS SAYURAN (TOMAT, CABAI RAWIT, DAN KETIMUN)
TERHADAP KOMBINASI PEMBERIAN BOKASHI DAN AIR LIMBAH
CUCIAN BERAS. Jurnal Envira. Volume 1 Nomor 1 Juni 2016.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian pupuk cair air limbah
cucian beras berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman cabai rawit dan
ketimun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman tomat. Hal ini
mengindikasikan bahwa tanaman tomat tidak responsif terhadap pemberian pupuk
cair air cucian beras. Pada tanaman cabai rawit, konsentrasi pupuk cair sebesar 25
ml/tanaman memberikan rata-rata produksi tertinggi sebesar 35,98 gram, berbeda
nyata dengan keempat perlakuan lainnya. Demikian pula pada tanaman ketimun,
konsentrasi pupuk cair 25 ml/tanaman menghasilkan rata-rata produksi tertinggi
sebesar 615,42 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan-perlakuan lainnya.

Data-data tersebut memperlihatkan bahwa ketiga jenis sayuran memberikan


respon yang berbeda terhadap penggunaan bokashi. Pada tanaman cabai rawit,
dosis bokashi sebesar 200 gram sudah mampu memenuhi kebutuhan tanaman
akan unsur hara sehingga dapat bertumbuh dan berproduksi secara optimal. Tetapi
pada tanaman tomat dan ketimun, diperlukan dosis bokashi yang lebih besar guna
terpenuhinya kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Pada tanaman cabai rawit,
peningkatan dosis bokashi mampu memperbesar produksi sampai pada titik
maksimum, tetapi selanjutnya penambahan dosis justru menyebabkan
menurunnya produksi tanaman. Hal ini mengindikasikan adanya Hukum
Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return),
yaitu gejala penurunan jumlah output yang dihasilkan sebagai akibat penambahan
kuantitas input yang digunakan. Gejala ini tidak ditemukan pada tanaman tomat
dan ketimun, karena dosis bokashi terbesar (500 gram per tanaman) justru
memberikan produksi maksimum. Pada tanaman tomat dan ketimun, hubungan
antara dosis bokashi dengan produksi bersifat linear

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk cair air limbah cucian beras berpengaruh secara


signifikan terhadap produksi cabai rawit dan ketimun. Konsentrasi
maksimum pupuk cair sebesar 25 ml/tanaman memberikan produksi
tertinggi, tetapi peningkatan konsentrasi di atas 25 ml menurunkan
produksi tanaman.
2. Pemberian bokashi berpengaruh secara signifikan terhadap produksi
tomat, cabai rawit, dan ketimun. Pada tanaman tomat dan ketimun terdapat
hubungan yang linear antara dosis bokashi dengan produksi tanaman, di
mana dosis sebesar 500 gram per tanaman memberikan produksi tertinggi.
Pada tanaman cabai rawit dosis bokashi 200 gram per tanaman
memberikan produksi tertinggi, tetapi peningkatan dosis di atas 200 gram
menurunkan produksi tanaman.
3. Terdapat interaksi antara dosis bokashi dan konsentrasi pupuk cair air
limbah cucian beras terhadap produksi tanaman ketimun. Interaksi negatif
terjadi ketika peningkatan dosis bokashi yang menyebabkan peningkatan
produksi ketimun tidak simultan dengan peningkatan konsentrasi pupuk
cair yang justru menyebabkan penurunan produksi tanaman.

18. Hairuddin,. Dkk, 2018. RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN


ANGGREK (DENDROBIUM SP.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI
AIR CUCIAN IKAN BANDENG DAN AIR CUCIAN BERAS SECARA IN
VIVO. Volume 6 No. 2 Juni 2018 ISSN 2302-6944, e-ISSN 2581-1649.
Hasil penelitian untuk parameter tinggi tanaman anggrek menunjukan bahwa
perlakuan P1 menghasilkan tinggi tanaman terbaik dengan rata-rata 16.01 cm,
perlakuan P2 menghasilkan tinggi tanaman terendah dengan rata-rata 8.76 cm.Hal
ini disebabkan karena pemberian unsur hara melalui pupuk organik cair (POC) air
cucian ikan bandeng untuk pertumbuhan maupun menyediakan unsur N,P, dan K
yang dibutukan tanaman anggrek. Menurut Ditjen Perikanan Budidaya
(2007)bahwa pemberian unsur N dan P meningkatkan pertumbuhan, dalam hal ini
tinggi tanaman dan tidak hanya dipengaruhi oleh unsur nitrogen melainkan unsur
yang berperan dalam proses pertambahan tinggi tanaman di antaranya fospor (P),
seng (Zn), dan mangan (Mn).Lingga (2001) menambahkan bahwa unsur nitrogen
bagi tanaman dapat merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
khususnya pada batang.
Parameter jumlah daun pada tanaman anggrek menunjukan bahwaperlakuan
P1 menghasilkan jumlah daun tertinggi dengan rata-rata 4.67 helai, dan perlakuan
P3 menghasilkan jumlah daun terendah dengan rata-rata 2.39 helai. Hal ini
dikarenakan peningkatan jumlah daun yang nyata yaitu terjadi pada umur
tanaman 30 HST, namun tidak terjadi pada umur tanaman 10 dan 20 HST.
Pengaruh yang sama juga ditemukan pada pertumbuhan tajuk selada (Wulandari
dkk, 2012). Keadaan tersebut diduga bahwa unsur nitrogen merupakan unsur hara
yang sangat dibutuhkan oleh pakchoy untuk pertumbuhan daun, namun
ketersediaannya sangat rendah.Hal ini menyebabkan daun tanaman jenis anggrek
ini tidak mampu tumbuh secara maksimal. Selanjutnya, Sutanto (2002)
menyatakan bahwa tanaman yang tidak terpenuhi unsur haranya, proses
metabolisme akan terhambat sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Dari hasil analisis sidik ragam lebar daun pada penelitian respon pemberian
air cucian ikan bandeng dan air cucian beras menunjukan bahwa P1 menghasilkan
lebar daun tanaman anggrek terbaik dengan rata-rata 44.67 cm, Sedangkan
perlakuan P0 menghasilkan lebar daun tanaman anggrek terendah dengan rata-
rata 41.30 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air cucian beras tidak
berpengaruh nyata terhadap lebar daun tanaman anggrek selama 12 MST.
Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa pemberian limbah air cucian ikan
bandeng dan air cucian beras pada diameter batang tanaman anggrek berpengaruh
nyata, yang menunjukan bahwa perlakuan P1 menghasilkan diameter batang
tanaman anggrek terbaik dengan rata-rata 46.20 cm perlakuan P2 menghasilkan
diameter batang tanaman terendah dengan rata-rata 27.27 cm. Hal ini disebabkan
bahwa limbah air cucian beras dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman
sehingga dapat mendukung proses metabolisme tanaman dan memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Rosmarkam dan
Nasih (2002), dengan penyerapan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya
dan sebaliknya, kegiatan metabolisme tanaman akan terganggu apabila
ketersediaan hara yang berkurang atau tidak ada.
Kesimpulan
Pemberian air cucian ikan bandeng dan air cucian beras tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan lebar daun dan tidak
berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal ini diduga disebabkan oleh
kurangnya unsur hara pupuk cair yang dibutuhkan tanaman dan adanya pengaruh
lingkungan salah satunya yaitu curah hujan. Perlakuan yang diguanan mampu
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman angrrek jenis
Dendrobium, meskipun pertumbuhan anggrek tergolong lambat. Terdapat
konsentrasi yang terbaik dan mampu merespon pertumbuhan tanaman anggrek
(Dendrobium sp.) yaitu dengan kombinasi 50 ml/tanaman air cucian ikan bandeng
+ air cucian beras 50 ml/tanaman.

19. Satriawi, dkk,.2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Limbah Organik Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan Vol. 19(2):115-120 pISSN 1410-5020 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan POC limbah kulit nanas
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap panjang buah, memberikan pengaruh
nyata terhadap bobot buah per tanaman dan volume buah, namun tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, waktu
munculnya bunga betina, panjang akar, dan jumlah buah.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pemberian konsentrasi POC
limbah kulit nanas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh variabel
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan jumlah daun berhubungan dengan panjang
tanaman, karena semakin panjang tanaman maka jumlah daun yang dihasilkan
semakin banyak. Pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur nitrogen dalam
jumlah yang banyak. Unsur N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan batang
dan daun (Nugroho, 2015). Apabila unsur N cukup tersedia dalam tanah maka
proses fotosintesis akan berjalan lancar dan fotosintat akan meningkat sehingga
panjang tanaman dapat dipercepat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan sebagai
sumber energi untuk memelihara kehidupan tanaman seperti akar, batang, dan
daun, serta diakumulasikan dalam biji maupun buah (Marlina, et al., 2015).
Diketahui bahwa pemberian konsentrasi POC limbah kulit nanas memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap panjang buah, berpengaruh nyata terhadap bobot
buah per tanaman dan volume buah, dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
buah per tanaman. Bobot buah per tanaman dapat dipengaruhi oleh panjang buah
dan volume buah. Panjang buah dan volume buah yang semakin meningkat akan
meningkatkan bobot buah per tanaman. Peningkatan volume buah juga
berhubungan dengan pertumbuhan buah (Puspitasari, Y. D., dan N. Aini., 2014).
Pertumbuhan buah membutuhkan unsur hara yang banyak sehingga terjadi
mobilisasi dan transpor dari bagian vegetatif ke perkembangan buah dan biji
(Bahri, S., 2011). Oleh karena itu, kebutuhan unsur hara tanaman mentimun
selama fase pertumbuhan buah yang tercukupi akan menghasilkan buah yang
besar. Pertumbuhan buah seperti panjang dan volume buah dapat dipengaruhi
oleh unsur kalium dalam POC limbah kulit nanas. Kalium merupakan unsur hara
makro yang mendukung pertumbuhan dan memperbaiki kualitas buah.
Translokasi fotosintat ke buah dipengaruhi oleh unsur kalium (Neliyati, 2012).
Kalium berperan dalam pergerakan fotosintat keluar dari daun menuju akar, serta
dapat meningkatkan penyediaan energi untuk pertumbuhan akar, perkembangan
ukuran dan kualitas buah. Semakin banyaknya buah dapat menurunkan ukuran
buah, karena fotosintat yang dihasilkan ditranslokasikan pada buah yang banyak
sehingga tidak cukup untuk meningkatkan ukuran buah (Zamzami, K., M.
Nawawi., 2015). Pengaruh Konsentrasi POC Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan POC air cucian beras tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap panjang tanaman, jumlah daun, waktu munculnya bunga betina, panjang
akar, jumlah buah per tanaman, panjang buah, dan volume buah.
Kesimpulan
Konsentrasi 30 ml/l limbah kulit nanas meningkatkan bobot buah per tanaman
dibandingkan tanpa perlakuan sebesar 606,02 g : 45,48%, panjang buah 15,99
cm : 9,22%, dan volume buah 163,87 ml : 13,37%. Konsentrasi air cucian beras
tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Kombinasi antara
konsentrasi POC limbah kulit nanas dengan POC air cucian bersas memberikan
respon yang sama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

20. Rahmatan,. Supriatno, 2016. PENGARUH PEMBERIAN AIR CUCIAN


BERAS MERAH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
TANAMAN LADA (Pipe. nigrum L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Biologi, Volume 1.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pemberian air cucian beras dengan
berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman lada terutama pertumbuhan vegetatif tanaman yang mencakup
jumlah daun, berat basah, dan berat kering tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian konsentrasi air cucian beras yang tepat dapat mencukupi kebutuhan
hara tanaman sehingga dapat mendukung proses metabolisme tanaman dan
memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya. Purnami (2014:23) menyatakan, “Tanaman memerlukan
unsur hara dalam jumlah yang optimal agar dapat menunjang pertumbuhan
tanaman. Pemberian unsur hara dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan
potensi genetik tanaman seperti bentuk, ukuran dan berat organ yang dihasilkan.
Menurut Buckman dan Brady (1982:15) bahwa kecukupan dan ketersedian hara
bagi tanaman tergantung pada macam macam dan jumlah hara tersebut pada
tanah yang berada pada perimbangan sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan hara. Fungsi
hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat
suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti
sama sekali
Berdasarkan penelitian yang telah dilakkan selama 30 hari, terlihat bahwa
pemberian air cucian beras pada semua konsentrasi baik pada umur 15 Hari
Setelah Tanam (HST) maupun 30 Hari Setelah Tanam (HST) mengakibatkan
pertumbuhan jumlah daun tanaman lada terus mengalami peningkatan
dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian air cucian beras atau kontrol
(P0). Berdasarkan uji statistik, Perlaukan P4 (400 ml/l) berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya (P0, P1, dan P2 ) pada umur 15 Hari Setelah Tanam (HST)
(Tabel 4.2) dan pada umur 30 Hari setelah Tanam (HST) (Tabel 4.3).
Pertumbuhan jumlah daun tanamn lada terbaik dijumpai pada perlakuan
pemberian air cucian beras dengan konsentasi 400 ml/l (P4) dengan rata-rata
daun tanaman sebanyak 5 lembar daun (pada 15 HST) sedangakn pada umur 30
hari setelah tanam (HST) pertumbuhan jumlah daun tanaman lada dijumpai pada
perlakuan konsentrasi 400 ml/l (P4) dan 300 ml/l (P3) dengan rata-rata daun
sebanyak 6 lembar daun. Hal ini diduga karena P4 (400 ml/l) merupakan
konsentrasi yang tepat, sehingga memberikan pengaruh yang sangat baik bagi
pertumbuhan tanaman lada. Istiqomah (2012:107) menyatakan bahwa, “ air
cucian beras coklat berpengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan pada
tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman seledri.
Kesimpulan
Penyiraman air cucian beras merah dengan berbagai konsentrasi berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lada yang meliputi jumlah daun,
berat basah, dan berat kering. Penyiraman air cucuan beras merah 400 ml/l (P4)
menghasilkan jumlah daun 15 HST, 30 HST, berat basah, dan berat kering
terbaik.

Anda mungkin juga menyukai