Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sinta Fitria

NIM : P2D222009
Paper : Teknologi Pemupukan pada Lahan Marginal

PENDAHULUAN
Lahan marginal merupakan lahan yang memiliki kualitas tanah rendah karena
memiliki beberapa faktor pembatas, jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Salah satu
langkah untuk mencapai ketahanan pangan nasional adalah melalui pengembangan pertanian
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan sebuah sistem pertanian yang mampu
berjalan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Sistem ini dituntut mampu mengelola
sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam.
Permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian berkelanjutan adalah penyusutan
lahan. Lahan pertanian terus berkurang sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Pemanfaatan lahan marjinal dan pengotimalan produksi diharapkan bisa membantu menjadi
solusi penyusutan lahan yang terus terjadi.
Karakteristik Lahan Marginal pada umumnya memiliki topografi yang berbukit-bukit
dengan kelerengan berupa datar hingga agak curam dengan penggunaan lahan berupa sawah,
sawah irigasi, dan tegalan. Lahannya dapat ditanami padi satu kali dalam setahun dengan
penanaman palawija pada musim kering dengan temperatur rata-rata 23,25ºC - 24,56ºC,
memiliki jenis tanah berupa tanah Mediteran dengan kedalaman solum dangkal, berwarna
merah hingga merah kecoklatan, dan bahan induk kaya akan kapur. Saat musim kemarau,
lahan relatif sulit ditanami oleh karena sumber pengairan utama pada air hujan.
Tanah tufa atau disebut juga tanah domato merupakan tanah marginal karena
dicirikan dengan rendahnya kandungan unsur hara yang tersedia di dalam tanah salah satunya
unsur P. Namun dengan melakukan penerapan teknologi dan sistem pengelolaan yang tepat,
potensi tanah tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih produktif. Lahan marginal tersebar
luas, dimana dalam pengeloaaannya butuh teknologi yang tepat yang ramah lingkungan agar
tanah dapat berproduksi optimal. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu teknologi
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada tanah marginal. Pemupukan sangat
penting dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas tanah yaitu dengan
menggunakan pupuk anorganik maupun organik. Namun, penggunaan pupuk anorganik
dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif bagi tanah salah satunya yaitu
kematian organisme tanah karena sangat rendahnya bahan organik di dalam tanah. Penerapan
1
teknologi yang lebih tepat untuk tanah marginal yaitu dengan pemupukan secara organik
karena mengingat keadaan sifat fisik, kimia dan biologi tanah marginal yang
memprihantinkan. Penggunaan pupuk organik selain dapat memperbaiki struktur tanah juga
dapat meningkatkan produktivitas tanah. Pupuk kandang dan kompos merupakan bahan
organik yang dapat di gunakan untuk memperbaiki kerusakan tanah serta menyediakan unsur
hara baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman
Fosfor (P) adalah salah satu unsur pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah Ultisol.
Unsur ini secara langsung ataupun tidak mempengaruhi proses biologi terkait dengan
peningkatan protein tanaman . Masalah yang timbul dalam penggunaan pupuk fosfor tersebut
tidak mudah tersedia bagi tanaman, karena mudah terikat dengan koloid tanah menjadi P
yang tidak tersedia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh
pemberian bahan organik dan pemupukan P terhadap pertumbuhan, hasil, dan mutu kedelai
yang ditanam pada lahan kering masam (Rahayu, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Mowidu dan Endang (2022), Aplikasi rorak pada pertanaman kakao
tua meningkatkan kadar N total dan P tersedia dalam tanah. Pada kondisi tanah dengan
kandungan bahan kasar tinggi, aplikasi rorak menurunkan kadar C organic dan KTK pada 2
bulan setelah aplikasi. Serapan N tanaman lebih tinggi pada aplikasi rorak, tetapi serapan P
lebih rendah pada 2 bulan setelah aplikasi rorak. Menurut Maghfiroh et al. (2020) aplikasi
rorak memotong akar dan memicu pertumbuhan rambut akar yang baru. Berdasarkan
informasi tersebut, meskipun pada penelitian ini jumlah akar tidak diamati, dapat
diperkirakan luas permukaan serapan hara pada aplikasi rorak meningkat akibat peningkatan
pertumbuhan rambut akar baru. Selain itu, Dewi et al. (2020) menyatakan absorpsi hara
rendah pada status kesuburan tanah rendah disebabkan oleh ketersediaan hara di dalam tanah
lebih rendah. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kadar N total tanah lebih tinggi pada aplikasi rorak
dan hal ini memungkinkan tanaman menyerap N lebih banyak.
Hasil Penelitian Helmy et al., (2019) tentang pemanfaatan abu terbang dari
pembakaran batubara sebagai bahan amandemen untuk tanah-tanah tergenang, serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi.

2
Hasil penelitian menunjukkan tanah yang diberikan abu batubara meningkatkan
jumlah anakan padi dari 0,26 meningkat menjadi 6,7 pada tanah gambut dan dari 5,7 menjadi
6,5 pada tanah pasang surut. Pada tanah tadah hujan aplikasi abu batu bara tidak
menunjukkan pertambahan anakan. Persentasi peningkatan jumlah anakan tanaman dengan
pemberian abu batubara pada tanah gambut dan pasang surut adalah masing-masing 96% dan
13%. Pada peubah berat kering gabah mengalami peningkatan dari 1,2 g menjadi 30,0 g pada
tanah gambut dan dari 22,0 g menjadi 26,2 g pada tanah pasang surut dengan aplikasi abu
batubara. Pada tanah tadah hujan aplikasi abu batubara tidak mampu meningkatkan berat
gabah kering padi, namun pengujian pemberian abu batubara di tanah tadah hujan
menurunkan berat kering gabah dibandingkan perlakuan 0 t ha-1. Pada tanah tadah hujan
dengan aplikasi abu batubara justru menurunkan berat kering gabah padi dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pemberian abu batubara, sebesar 20%.
Penelitian mengenai bokashi telah banyak dilakukan. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Soplanit (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh Bokashi Ela Sagu Pada
Berbagai Tingkat Kematangan dan Pengaruh Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Jagung
(Zea mays L) pada Tanah Ultisol”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian
bokashi ela sagu dengan waktu kematangan yang sempurna (sekitar 4 minggu) dapat
menyediakan nutrisi yang cukup untuk tanaman dan pupuk SP-36 dapat menyuplai
kebutuhan tanaman akan unsur P. Jika bahan organik dan pupuk P dapat tersedia cukup dan
seimbang maka pertumbuhan tanaman akan meningkat. Penelitian lain yaitu dari Tatipata dan
Jacob (2013) yang meneliti tentang peremediasian lahan berpasir menggunakan bokashi ela
sagu di desa Wausamu, Maluku. Hasil penelitian menunjukkan lahan berpasir di desa
Wausamu dapat diremediasi melalui pemberian 15 t/ha kompos ela sagu. Salah satu
indikatornya adalah kadar C-Organik Pasir setelah diberi bokashi meningkat menjadi 15 %
atau sesuai standar Permentan (Kartini, 2000). Kemudian dosis bokashi tersebut pun dapat

3
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung delima berdasarkan variabel tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun jagung delima, panjang tongkol, diameter tongkol, berat tongkol dan
berat pipilan kering (Tatipata dan Jacob, 2013).
Hasil penelitian Rahayu (2022), menunjukkan bahwa pemberian pupuk P berpengaruh
nayta terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, bobot basah
dan bobot kering tanaman kedelai. Perlakuan pupuk fosfat yang terbaik terdapat pada
perlakuan 175 kg/ha. Perlakuan pupuk P berperan dalam pertumbuhan tanaman kedelai
terutama pertumbuhan cabang primer. Hal ini diduga karena pupuk phosfat merupakan salah
satu pupuk yang mempunyai peranan penting fiksasi fosfor yang berfungsi terhadap
pertumbuhan dalam menghasilkan cabang baru) serta pupuk P sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan, dalam meningkatkan tinggi tanaman dan
pembentukan cabang.
Hasil penelitian Theffie (2020) menunjukkan bahwa pemberian kompos pada lahan
marginal dapat memperbaiki karakteristik tanah dalam hal sifat fisik tanah. Perlakuan terbaik
pada pupuk organic kompos 20 ton/ha untuk 40 gram/pot. Kompos mampu memperbaiki sifat
fisik dan kimia serta biologi yang ada dalam media sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
optimal. Proses pertumbuhan tanaman membutuhan hara yang cukup baik dalam proses
pertumbuhan awal mamupun dalam pertumbuhan bunga dan buah. Penambahan kompos
memungkinkan tersedianya nitrogen yang dibutuhkan tanaman.

4
DAFTAR PUSTAKA

Kartini, L. 2000. Pertanian Organik Sebagai Pertanian Masa Depan. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Mendukung Ketahanan
Pangan Nasional. Bali: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, p. 98−105.

Mowidu, Ita dan Endang Sri Dewi. 2022. Rekayasa Lingkungan Perakaran Melalui Sistem
Rorak untuk Meningkatkan Serapan Hara pada Tanaman Kakao. Jurnal Agropet 19
(1): 9-15. Fakultas Pertanian Universitas Sintuwu Maroso. Poso.

Rahayu, Murni Sari. 2022. Respon Pertumbuhan Tanaman Kedelai di Tanah Marginal
dengan Pemberian Pupuk P dan Jenis Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian.
Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara.

Soplanit, M.Ch. dan R. Soplanit. 2012. Pengaruh bokashi ela sagu pada berbagai tingkat
kematangan dan pupuk SP-36 terhadap serapan P dan pertumbuhan jagung (Zea
mays L.) pada tanah ultisol. J.Agrologia 1 (1): 60-68.

Theffie, Karamoy Lientje, Verry R. Warouw dan Ronny Nangoi. 2020. Respon Pemberian
Pupuk Organik Kompos pada Tanah Mrginal dengan Indikator Tanaman Pakcoy di
Kota Manado. Jurnal Cocos. Fakultas Pertanian Unsrat Manado.

Anda mungkin juga menyukai