Anda di halaman 1dari 18

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG

(Solanum tuberosum L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS


PUPUK GUANO DAN PUPUK KIESERIT
Widya Fitri, Warnita, Zulfadly Syarif
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Korespondensi : widyaf426@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman hortikutura


dunia yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Tanaman kentang
merupakan tanaman pangan keempat di dunia setelah gandum, beras dan jagung
serta sayuran yang mampu untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat
dalam rangka mendukung diversifikasi pangan. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kentang dengan pemberian
berbagai dosis pupuk guano dan pupuk kieserit. Penelitian ini telah dilaksanakan
di Kampung Sago, Kelurahan Ngalau, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota
Padang Panjang yang terletak di ketinggian 735 m dpl pada bulan Maret sampai
dengan Agustus 2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan interaksi
pupuk guano dan pupuk kieserit terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kentang, mendapatkan dosis pupuk guano yang baik terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kentang, dan mendapatkan dosis pupuk kieserit yang baik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan Faktorial 3x4 dengan 3 ulangan. Faktor pertama
adalah pupuk guano dengan dosis yang diberikan berbeda terdiri dari 0 ton/Ha
(tanpa pupuk guano), 5 ton/Ha, dan 10 ton/Ha. Faktor kedua adalah pupuk kieserit
dengan dosis yang diberikan yaitu 0 kg/Ha (tanpa pupuk kieserit), 100 kg/Ha, 200
kg/Ha, dan 300 kg/Ha. Dari hasil peneltian maka didapatkan bahwa tidak ada
interaksi antara pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit pada tanaman kentang
terhadap pertumbuhan tanaman tetapi berpengaruh terhadap hasil tanaman.
Pemberian dosis pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserit 200 kg/Ha
memberikan pengaruh terhadap jumlah umbi, bobot umbi per tanaman, bobot
umbi per petak, dan bobot umbi per hektar.
Kata kunci : Solanum tuberosum L., dosis, guano, kieserit, produksi
ABSTRACT
Potato (Solanum tuberosum L.) is a world horticultura plant which is
widely cultivated by Indonesian farmer. Potato is a fourth crop plant after wheat,
rice, and maize also vegetable which is able to developed as the source of
carbohydrate in order to support food diversification. One effort to increase
growth and yield of potato is by giving several doses of guano and kieserite
fertilizer. This research was conducted at Sago Village, Hamlet of Ngalau, East
Padang Panjang District, Padang City which located at 735 m asl, from March to
August 2020. This study aims to get the interaction between guano fertilizer and
kieserite fertilizer on growth and yield of potato plant, to get the best dose of
guano fertilizer on growth and yield of potato plant and to get the best dose of
2

kieserite fertilizer on growth and yield of potato plant. This research used a
factorial arranged in Randomized Block Design (RBD) with 3x4 factor in 3 levels
of treatment. First factor are guano fertilizer with different dose consist of 0
ton/ha (without using guano fertilizer), 5 ton/ha, and 10 ton/ha. The second factor
are kieserite fertilizer consist of 0 kg/ha (without kieserite fertilizer), 100 kg/ha,
200 kg/ha, and 300 kg/ha. The result showed that there is no interaction between
guano fertilizer and kieserite fertilizer on growth of potato plant but affected
plant yield. The best dose of guano fertilizer was 10 ton/ha and kieserite fertilizer
was 200 kg/ha which significantly affected the number of tuber, tuber weight for
each plant, tuber weight for each plot, and tuber weight in hectare.
Keywords: Solanum tuberosum L., dose, guano, kieserite, production

PENDAHULUAN
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman hortikultura
dunia yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Tanaman kentang juga
merupakan tanaman pangan keempat di dunia setelah gandum, beras, dan jagung
serta sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber
karbohidrat dalam rangka mendukung diversifikasi pangan. Tanaman kentang
juga dapat dijadikan sebagai pengganti beras karena memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi. Tanaman kentang juga dapat meningkatkan pendapatan
petani dan juga dapat disimpan lebih lama dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Menurut FAO (2008) budidaya kentang dilakukan di dataran tinggi berkisar
antara 700 sampai dengan 1200 m dpl oleh petani skala kecil. Data BPS (2019),
pada tahun 2018 produksi kentang di Sumatera Barat semakin menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan produksi tersebut yaitu dari
40.398,0 ton menjadi 40.210 ton. Hal ini dapat kita lihat dari ketersediaan lahan di
dataran tinggi yang semakin sedikit akibat pertambahan penduduk yang semakin
meningkat di daerah tersebut. Penurunan produksi kentang di dataran tinggi
menurun juga disebabkan oleh lahan di dataran tinggi yang sempit dibandingkan
dengan dataran rendah serta lahannya miring. Tanaman di Sumatera Barat pada 3
tahun terakhir banyak di produksi di Alahan Panjang. Kota Padang Panjang dalam
3 tahun terakhir belum ada data produksi kentang. Penelitian ini dilakukan di
Padang Panjang untuk melihat potensi pertumbuhan tanaman kentang. upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman kentang di Padang Panjang
yaitu memperbaiki struktur tanah dengan penambahan pupuk organik dan
pemilihan bibit kentang yang baik.
Salah satu kendala yang dihadapi di Indonesia adalah produktivitas kentang
masih kurang dibandingkan dengan negara penghasil kentang lainnya. Rendahnya
produktivitas kentang disebabkan oleh rendahnya bahan organik yang ada dalam
tanah. Salah satu upaya untuk mencapai hasil tanaman kentang yang optimal
adalah dengan tidak menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang terhadap
kualitas tanah akibat penggunaan pupuk anorganik yaitu dengan pemberian pupuk
organik.
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan hara dalam tanah secara
lengkap seperti N, P, K, S dan hara lainnya. Selama proses dekomposisi bahan
organik akan dihasilkan humus yang dapat menahan unsur hara dan air sehingga
dapat meningkatkan daya simpan pupuk dan air dalam tanah. Pupuk organik juga
3

dapat menetralkan pH tanah, meningkatkan pH tanah di tanah masam, dan dapat


menurunkan pH tanah di tanah yang alkali, sehingga dapat menjamin pH tanah
sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Wahyudi et al, 2017). Pupuk organik yang
biasa digunakan yaitu pupuk kandang kotoran sapi, pupuk kandang kotoran ayam,
chitoson, kompos, biochar dan guano.
Pupuk guano dapat memperbaiki kesuburan tanah, pupuk guano
mengandung 7-17% N,8-15% P, dan 1,5-2,5% K. N sangat dibutuhkan tanaman
untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Selanjutnya P merangsang
pertumbuhan akar dan pembungaan, K terutama berperan untuk memperkuat
jaringan tanaman terutama batang tanaman (Syofiani dan Giska, 2017).
Pemberian pupuk guano dapat menaikkan pH tanah, KTK tanah, kadar N, P, K
dan P tersedia (Suwarno dan Idris, 2007).
Pemberian pupuk kieserit juga bermanfaat untuk meningkatkan pH tanah
yang nantinya berpengaruh terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan juga
bermanfaat sebagai sumber fosfor untuk produksi tanaman. Tersedianya unsur P
yang mencukupi dalam proses produksi tanaman tentu akan berpengaruh terhadap
peningkatan hasil produksi (Hanafiah, 2005). Budidaya tanaman kentang juga
membutuhkan unsur hara yang cukup untuk mendukung proses pertumbuhan dan
produksinya, dengan penambahan pupuk kieserit dapat meningkatkan proses
pembentukkan klorofil pada daun yang nantinya bertujuan untuk proses
fotosintesis, semakin tinggi kandungan klorofil pada tanaman akan semakin besar
serapan cahaya untuk mendukung fotosintesis tanaman sehingga tanaman dapat
berproduksi dengan baik (Purnomo, et. al.,2018). Dengan penambahan pupuk
kieserit diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga unsur hara
terpenuhi dan dapat meningkatkan produksi tanaman kentang.
Pengaplikasian pupuk kieserit pada tanaman kentang belum banyak dipakai
oleh para petani. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian
pupuk guano dan pupuk kieserit pada tanaman kentang di Kota Padang Panjang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
interaksi antara pupuk guano dan pupuk kieserit pada pertumbuhan dan hasil
terhadap tanaman kentang dan mengetahui dosis pupuk guano yang baik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kentang, serta mengetahui dosis pupuk kieserit
yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan di Kampung Sago, Kelurahan Ngalau,
Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat yang
terletak di ketinggian 735 m dpl. Pelaksanaan dimulai pada bulan Maret sampai
Agustus 2020.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kentang varietas granola
L generasi 3 (G3) yang didapat dari Alahan Panjang, pupuk guano, pupuk kiserit,
pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCl dan fungisida dengan bahan aktf klorotalonil
75%. Alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau, gunting, alat tulis, meteran/alat
ukur, kertas label, timbangan, dan alat dokumentasi.
4

Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan rancangan Faktorial disusun secara Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan, dengan
faktor pertama yaitu pupuk guano dan faktor kedua yaitu pupuk kieserit. Sehingga
seluruh percobaan terdiri dari 36 satuan percobaan. Tanaman sampel yang diambil
sebanyak 3 tanaman pada setiap satuan percobaan. Perlakuan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Faktor A (pupuk guano) dengan 3 taraf :
Tanpa pupuk guano (G1)
5 ton/ha (G2)
10 ton/ha (G3)
Faktor B (pupuk kieserit) dengan 4 taraf :
Tanpa pupuk kieserit (K1)
100 kg/ha (K2)
200 kg/ha (K3)
300 kg/ha (K4)
Jika F hitung lebih dari F tabel maka dilakukan uji lanjut, uji lanjut yang
digunakan adalah Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Dibuat tabel kesimpulan dengan menyusun nilai rata-rata perlakuan dari yang
tertinggi ke yang terendah. Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf
kecil yang sama pada taraf nyata 5% menurut DNMRT.
Prosedur Penelitian

Pembersihan Lahan dan Pengolahan Lahan


Persiapan media dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan
sisa tanaman sebelumnya. Kemudian tanah digemburkan menggunakan cangkul
atau dibajak. Pengolahan dilakukan sampai tidak ada lagi gumpalan-gumpalan
tanah yang akan mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Penggemburan tanah
dilakukan dalam dua tahap dimana tahap pertama setelah digemburkan didiamkan
beberapa hari agar terkena sinar matahari dan kemudian dilakukan penggemburan
kembali agar tidak ada lagi gumpalan-gumpalan tanah sehingga strukturnya
remah.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur hara dan pH
tanah untuk menentukan tindakan pemupukan yang tepat. Lahan yang telah
dibersihkan dilakukan analisis tanah dengan cara mengambil sampel tanah pada 5
titik yaitu 4 titik dari masing-masing sudut dan 1 titik di tengah-tengah. Kemudian
tanah tersebut dicampurkan dan dilakukan analisis di laboratorium tanah.
Pembuatan Petakan
Pembuatan petakan dilakukan dengan cara meninggikan permukaan tanah
sambil menggemburkan tanah agar aerasi udara dalam tanah menjadi baik dan
mematikan gulma di area tersebut. Ukuran petakan yang digunakan pada
penelitian ini dengan panjang 350 cm, lebar 150 cm, dan tinggi 20 cm. Jarak
antara petakan yaitu 30-50 cm.
5

Pemberian Perlakuan
Pupuk kieserit diaplikasikan ke bedengan sesuai dengan perlakuan yaitu 100
kg/ha, 200 kg/ha, dan 300 kg/ha serta tanpa pemberian pupuk kieserit
Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara pupuk yang disiapkan dihomogenkan
dengan tanah secara merata. Kemudian didiamkan selama 1 minggu.
Kemudian, 1 minggu setelah pemberian pupuk kieserit, pupuk guano
diaplikasikan pada petakan sesuai dosis pupuk pada setiap satuan percobaan.
Pemberian pupuk guano sesuai dengan dosis perlakuan pertama tanpa pupuk
guano, 5 ton/ha, dan 10 ton/ha. Pengaplikasian dilakukan hampir sama dengan
perlakuan pada pupuk kieserit. Selanjutnya tanah dihomogenkan dan didiamkan
selama 1 minggu sebelum penanaman.
Pemberian Label dan Pemasangan Tiang Standar
Label diberikan pada tiap perlakuan sebelum pemberian perlakuan agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian perlakuan dan pengamatan. Label
dipasang pada setiap plot sesuai perlakuan dan denah percobaan dengan
menggunakan tiang bambu atau kayu sebagai penanda untuk setiap perlakuan.
Pemasangan tiang standar dilakukan setelah penanaman bibit. Panjang tiang
standar yaitu 15 cm, dimana 10 cm panjangnya di atas permukaan dan 5 cm yang
ditancapkan ke dalam tanah. Penggunaan tiang standar ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pengukuran tinggi tanaman.
Penanaman
Bibit kentang ditanam seminggu setelah lahan disiapkan. Lubang tanam
disiapkan dengan kedalaman seukuran bibit. Setelah itu bibit ditanam dengan
jarak tanam 70 cm x 30 cm. Bibit yang ditanam harus tumbuh tunasnya sekitar 2-
3 cm. Kemudian bibit ditimbun hingga batas mata tunas.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan
Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan pada saat tanaman berumur
14 HST dan dilakukan setiap 2 minggu sekali karena pertumbuhan gulma yang
cepat. Penyiangan tidak hanya memberantas gulma tetapi juga membetulkan
saluran air agar kelembaban tanah tetap terjaga. Penyiangan dilakukan dengan
cara mencabut gulma dan menumpuknya pada suatu tempat. Penyiangan
dilakukan untuk mencegah tanaman diserang hama dan penyakit sejak awal yang
dapat menghambat pertumbuhan kentang.
b. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Pembumbunan
dilakukan dengan meninggikan permukaan tanah di sekitar tanaman agar lebih
tinggi dari tanah di sekelilingnya. Hal ini bertujuan agar perakaran tanaman
menjadi lebih baik dan menghindarkan umbi kentang terkena cahaya matahari
sehingga racun sosalin yang ada dalam umbi kentang tidak akan muncul. Racun
ini akan muncul bila umbi terkena cahaya matahari. Selain itu pembumbunan
dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman dan kualitas umbi karena
6

dengan pembumbunan umbi kentang akan tumbuh dan berkembang dengan


optimal.

c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau tumbuh tidak
normal, cara ini dilakukan 15 HST. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan
umbi yang telah ditanam secara bersamaan.
d. Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman (OPT)
Pengendalian OPT dilakukan dengan cara mekanik, jika tidak bisa
dilakukan lagi secara mekanik maka akan digunakan zat kimia yang mendukung
untuk mengendalikan OPT tersebut. Pengendalian secara mekanik dengan
mencabut atau membuang bagian tanaman yang terserang OPT seperti daun yang
bintik-bintik, daun yang menguning atau rusak. Selain itu, pengendalian OPT juga
dilakukan dengan pemberian zat kimia seperti pestisida.
Pemupukan
Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman agar mendapatkan unsur hara
secara penuh maka dilakukan pemberian pupuk tambahan yang diberikan 20 hari
setelah tanam. Menurut balai pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami (2010)
selama pertumbuhannya kentang membutuhkan pupuk Nitrogen/urea 300 kg/ha,
TSP 400 kg/ha, KCl 200 kg/ha. Pupuk yang diberikan pada tanaman yaitu 1/2
rekomendasi dari pupuk tersebut. Sebelumnya pengaplikasian, pupuk
dihomogenkan terlebih dahulu.
Panen
Proses pemanenan dilakukan setelah tanaman kentang berumur 110 hari
setelah tanam, ditandai dengan telah terjadinya perubahan warna daun dari hijau
segar menjadi kekuningan. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman
tersebut dengan hati-hati agar tidak merusak umbi. Kemudian umbi dibersihkan
dari tanah dan sisa-sisa tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Umum
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2020.
Penelitian ini berlokasi di Kampung Sago, Kelurahan Ngalau, Kecamatan Padang
Panjang Timur, Kota Padang Panjang. Padang Panjang merupakan daerah dataran
tinggi dengan kelembaban udara yang cukup tinggi. Padang Panjang terletak pada
ketinggian antara 650 sampai dengan 850 m dpl. Pada batas-batas tertentu
kelembaban udaranya masih cocok untuk penanaman tanaman kentang, namun
jika kelembaban sudah di ambang batas seperti curah hujan yang tinggi di wilayah
tersebut akan menyebabkan pertumbuhan kentang tidak optimal. Penelitian yang
telah dilakukan mendapatkan hasil yang kurang optimal dikarenakan pada saat
pelaksanaan penelitian tanah terlalu lembab dan hujan hampir setiap hari.
Kota Padang Panjang berada di kawasan pegunungan yang sejuk dengan
suhu udara maksimum 26 oC dan suhu minimum 18,6 oC, dengan rata-rata curah
hujan pada bulan Maret-Agustus 2020 yaitu 5-18 mm/bulan. Kelembabab udara
7

pada saat penelitian cukup tinggi yaitu dengan rata-rata 86-89 % per bulan. Pada
awal penanaman terdapat beberapa umbi yang tidak tumbuh akibat serangan
jamur pada umbi. Hal ini berhubungan dengan setelah penanaman terjadi hujan
yang hampir setiap hari yang mengakibatkan tanah terlalu lembab. Mengatasi
kekurangan hasil panen dilakukan penyulaman.
Pada saat penelitian terdapat hama yang menyerang tanaman kentang. Jenis
hama yang menyerang tanaman kentang diantaranya yaitu ulat tanah (Agrotis
ipsilon) yang menyerang batang tanaman dan umbi tanaman sedangkan penyakit
yang menyerang adalah layu bakteri yang ditandai dengan daun layu dan batang
kentang berwarna coklat disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum
(Pseudomonas solanacearum). Tindakan yang dilakukan yaitu dengan mencabut
bagian tanaman yang terserang kemudian dipisahkan dan dimusnahkan dengan
cara dibakar. Untuk meminimalkan kekurangan hasil akibat serangan hama dan
penyakit dilakukan dengan pengendalian secara mekanik dan kimia. Pengendalian
secara kimia yaitu dengan pengaplikasian fungisida dengan bahan aktif
klorolatonil 75% dengan dosis 1,5 gram pada setiap lubang tanam.
Tinggi Tanaman
Pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit pada pertumbuham tanaman
kentang sama saja pengaruhnya. Tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kentang umur 9 MST pada pemberian berbagai dosis
pupuk guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
Rata-rata
(kg/Ha) 0 5 10
--------------------------- cm --------------------------
0 33,01 40,72 41,50 38,41
100 31,83 40,52 37,72 36,69
200 36,99 40,09 37,43 38,17
300 34,84 31,90 33,92 33,55
Rata-rata 34,17 38,31 37,64
KK = 17,77
Keterangan : angka-angka pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F taraf
5%

Pada Tabel 1 dapat dilihat pada tinggi tanaman umur 9 MST, pemberian
pupuk guano memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman. Hal ini
dapat disebabkan karena pada pertumbuhan tanaman yang berlangsung pada fase
vegetatif berkaitan dengan 3 proses fisiologi utama (penting) yaitu pembelahan
sel, pertambahan panjang sel dan permulaan proses diferensiasi sel. Pada proses
ini tanaman membutuhkan unsur hara yang banyak terutama unsur hara N dan P.
Ketiga proses tersebut membutuhkan karbohidrat yang akan bergabung menjadi
satu dengan persenyawaan-persenyawaan nitrogen untuk membentuk
protoplasma, dimana ketersediaan karbohidrat dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara bagi tanaman (Jumaidi dan Suhaili, 2020).
Pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor luar seperti curah
hujan, kelembaban, suhu, dan lama penyinaran cahaya matahari. Matahari
merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis dan faktor utama dalam
mendukung proses metabolisme tanaman termasuk tinggi tanaman. Lama
8

penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah


9-10 jam per harinya (Suryana, 2013).
Pengamatan tinggi tanaman 9 MST (Tabel 1) dengan pemberian berbagai
dosis pupuk kieserit berpengaruh sama terhadap tinggi tanaman. Menurut Dedi
Purnomo, et al., (2018) berdasarkan hasil pengamatan pemberian pupuk kieserit
dengan dosis 50 kg/Ha, 100 kg/Ha, 150 kg/Ha, dan 200 kg/Ha berpengaruh sama
terhadap tinggi tanaman hal ini dikarenakan kurang sesuainya dosis dan intensitas
pengaplikasian pupuk kieserit. Hal ini dapat terjadi karena lambatnya respon
tanaman kentang berkaitan dengan faktor umur dan pertumbuhan tanaman pada
fase vegetatif sampai akhir masa vegetatif. Hal ini sama terjadi pada pertumbuhan
tanaman kentang dimana pemberian pupuk kieserit memberikan pengaruh yang
sama terhadap tanaman kentang.

Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Kentang Akibat Pemberian Berbagai Dosis


Pupuk Guano dan Pupuk Kieserit pada Umur 2-9 MST
Grafik tinggi tanaman kentang pada umur 2-9 MST pada pemberian
berbagai dosis pupuk guano dan pupuk kieserit dapat dilihat pada Gambar 1. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada umur 2 MST sampai 9 MST terjadi
peningkatan tinggi tanaman yang signifikan akibat pemberian berbagai dosis
pupuk guano dan pupuk kieserit. Pada setiap minggu pengamatan terdapat
penambahan tinggi pada setiap perlakuan tapi dengan rentang yang berbeda.
Setelah pemupukan lanjutan (urea, TSP dan KCl) dapat dilihat bahwa
pertambahan tinggi tanaman semakin meningkat. Pada umur tanaman 9 MST
tinggi tanaman masih meningkat namun sudah mulai melambat karena telah
mencapai akhir masa vegetatif. Namun, pertumbuhan tinggi tanaman pada
penelitian ini masih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman kentang
varietas granola.
Magnesium merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam proses
pembentukan klorofil (Kasno and Nurjaya, 2011). Menurut Hanafiah (2005) unsur
hara magnesium dibutuhkan dalam proses peningkatan PH tanah yang akan
mempengaruhi perbaikan sifat fisik tanah dan bermanfaat sebagai sumber fosfor
untuk proses produksi tanaman, dengan tersedianya untuk hara P akan
mempengaruhi peningkatan hasil produksi.
Jumlah Cabang
9

Pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit terhadap jumlah cabang


tanaman kentang memberikan pengaruh yang sama. Jumlah cabang tanaman
kentang disajikan pada Tabel 2. Menurut Samijan (2011) takaran penggunaan
pupuk guano untuk tanaman sayuran yaitu berkisar antara 5-10 ton. Namun, dari
hasil penelitian ini pengaruh pemberian pupuk guano dan kieserit pada jumlah
cabang memberikan pengaruh yang sama. Pada penelitian ini didapatkan hasil
rata-rata pengaruh pupuk guano dan pupuk kieserit dengan rata-rata berkisar dari
18-19. Jumlah cabang tanaman kentang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Tabel 2. Jumlah cabang tanaman kentang umur 9 MST pada pemberian berbagai
dosis pupuk guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
Rata-rata
(kg/Ha) 0 5 10
0 17,89 19,44 18,56 18,63
100 18,00 18,56 19,89 18,82
200 17,89 19,22 19,78 18,96
300 19,78 16,89 18,00 18,22
Rata-rata 18,39 18,53 19,06  
KK = 7,71 %
Keterangan : angka-angka pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F taraf
5%
Adanya pengaruh faktor lingkungan saat dilaksanakan penelitian seperti
hujan yang terjadi hampir setiap hari dan serangan hama penyakit tanaman akibat
kondisi tanah yang terlalu lembab menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang
maksimal. Pertumbuhan kurang maksimal juga diakibatkan oleh pertumbuhan
gulma yang terlalu cepat karena saat penanaman tidak menggunakan mulsa.
Mengatasi hal tersebut lebih sering dilakukan penyiangan dan memperhatikan
perawatan tanaman.
Jumlah Umbi

Banyaknya jumlah umbi kentang dipengaruhi oleh pemberian pupuk guano


dan pupuk kieserit. Jumlah umbi tanaman kentang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah umbi tanaman kentang pada pemberian berbagai dosis pupuk
guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
(Kg/Ha) 0 5 10
------------------------------ buah ------------------------------
19,67 a 16,89 c 19.11 b
0
A B A
20,89 a 14,44 d 18,56 b
100
A C B
12,78 c 22,56 a 12,56 c
200
B A B
18,11 b 19,67 b 22,56 a
300
C B A
KK = 4,42
10

Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama dan angka-
angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji lanjut DNMRT taraf 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian


pupuk guano dan pupuk kieserit terhadap jumlah umbi yang tertinggi yaitu 22,56.
Jumlah umbi kentang tertinggi terdapat pada dua perlakuan yaitu dosis pupuk
guano 5 ton/Ha dengan pupuk kieserit 200 kg/Ha dan dosis pupuk guano 10
ton/Ha dengan pupuk kieserit 300 kg/Ha. Pupuk dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah, sehingga dapat
merangsang pertumbuhan tanaman kentang. Unsur P yang terkandung dalam
pupuk guano dapat membantu pertumbuhan tanaman kentang. Semakin banyak
jumlah cabang yang terbentuk dalam suatu tanaman akan dapat menghasilkan
jumlah umbi tanaman kentang juga.
Jumlah umbi paling sedikit yaitu 12,56 dengan pemberian dosis 10 ton/Ha
pupuk guano dan 200 kg/Ha pupuk kieserit. Pemberian dosis pupuk kieserit
dengan dosis 200 kg/Ha memiliki jumlah umbi terbanyak dan sedikit, hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti iklim, kelembaban, sistem tanam dan
perawatan tanaman. Hal ini juga dapat terjadi karena tingginya curah hujan pada
saat penelitian dilakukan sehingga dapat terjadi pencucian unsur hara dalam tanah.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Warnita, et. al. (2018) jumlah
umbi dipengaruhi oleh sistem tanam dimana sistem pertanaman tidak mengalami
persentuhan kanopi sehingga banyak ruang terbuka yang dapat menghambat
pembentukan kanopi. Pernyataan ini dipertegas dengan perbedaan jumlah umbi
diakibatkan juga banyaknya stolon yang keluar permukaan sehingga stolon yang
keluar tidak menjadi umbi melainkan menjadi batang (Aulia, 2014).
Peningkatan jumlah umbi juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah cabang
tanaman kentang. Jumlah cabang yang banyak akan menghasilkan umbi yang
lebih banyak juga diiringi dengan perawatan yang baik juga seperti saat
pembumbunan. Pembumbunan sangat perlu diperhatikan dalam proses
pembentukan umbi. Menurut Fahlevi (2010) pangkal batang merupakan tempat
tumbuh stolon dan stolon merupakan tempat tumbuh umbi. Jadi, semakin banyak
batang dan semakin banyak pula stolon yang tumbuh maka semakin banyak pula
umbi yang dihasilkan oleh tanaman kentang. Stolon juga dipengaruhi oleh sifat
genetik masing-masing genotip kentang dengan kondisi lingkungan yang sama
seperti suhu dan kelembaban.
Diameter Umbi
Pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit memberikan pengaruh yang
sama terhadap diameter umbi (Tabel 4).
Tabel 4. Diameter umbi tanaman kentang pada pemberian berbagai dosis pupuk
guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
Rata-rata
(kg/Ha) 0 5 10
-------------------------- cm --------------------------
0 2,73 2,84 2,84 2,80
100 2,65 2,4 2,7 2,58
200 2,72 2,95 3,1 2,92
11

300 2,75 2,77 2,99 2,84


Rata-rata 2,71 2,74 2,91
KK = 7,71
Keterangan : angka-angka pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F taraf
5%.

Menurut Haris (2010) bahwa diameter umbi sangat dipengaruhi oleh unsur
hara dalam tanah dan keseimbangan hara tanah akan mempengaruhi hasil
tanaman. Hal ini berbanding terbalik dengn penelitian yang telah dilakukan
dengan pemberian pupuk guano belum mampu meningkatkan hasil unsur hara
dalam tanah. Dapat dilihat dari ketersediaan unsur hara dalam tanah yang
cenderung sangat rendah sampai sedang/netral. Pupuk guano mengandung unsur P
yang tinggi yang merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhan dan hasil optimum (He et al, 2004). Selain dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara dalam tanah, pembentukkan umbi juga dipengaruhi
tekstur tanah yang kurang gembur dan terlalu lembab. Jadi, dalam budidaya
kentang perlu diperhatikan juga pemilihan lahan dan pengolahan lahannya.

Pemberian pupuk kieserit pada tanaman kentang tidak memberikan


pengaruh terhadap diameter umbi kentang. Rata-rata diameter umbi pada Tabel 4
menunjukkan bahwa diameter umbi tanaman kentang didapatkan pada penelitian
ini tidak jauh berbeda pada setiap perlakuan. Umbi yang dihasilkan pada
penelitian ini berukuran kecil bila dibandingkan dengan diameter umbi biasanya.
Diameter umbi kentang biasanya berkisar antara 4,67 – 5,23 cm, sedangkan
diameter umbi yang didapatkan dari penelitian ini yaitu berkisar antara 2,4 – 3,1
cm.
Bobot Umbi Per Tanaman
Pemberian pupuk guano dan kieserit pada tanaman kentang memberikan
pengaruh terhadap bobot umbi per tanaman. Bobot umbi per tanaman disajikan
Tabel 5.

Tabel 5. Bobot umbi per tanaman tanaman kentang pada pemberian berbagai
dosis pupuk guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
(kg/Ha) 0 5 10
---------------------------- gram --------------------------
100,78 a 103,22 b 118,44 b
0
A A A
66,33 a 159,67 a 124,89 ab
100
B A A
98,22 a 113,67 ab 170,89 a
200
B B A
103,89 a 101 b 102,44 b
300
A A A
KK = 24,47
Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka
pada baris diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT taraf 5%.
12

Dosis pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit pada tanaman kentang
mendapatkan hasil tertinggi yaitu 170,89 gram yaitu dengan dosis 10 ton/Ha
Guano dan 200 kg/Ha kieserit. Hal ini diperjelas dari hasil penelitian Sari (2019)
pemberian pupuk guano dapat mempengaruhi bobot umbi. Pemberian pupuk
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Tanaman dapat
berproduksi dengan baik jika unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah
cukup (Nurhayati, 2006).
Pada pembentukkan biji sangat dibutuhkan unsur makro N dan P, N berguna
untuk proses fotosintesis dan P dapat mempengaruhi, perolehan hasil, dan berat
buah segar. Produksi umbi juga dipengaruhi juga oleh keadaan iklim. Penelitian
yang telah dilakukan Mailangkay (2012) menunjukkan bahwa produksi umbi
tidak dipengaruhi oleh varietas tetapi oleh ketinggian tempat yang berkaitan
dengan keadaan iklim seperti suhu, kelembaban tanah, curah hujan dan radiasi
matahari. Keadaan iklim pada saat pembentukkan umbi mempengaruhi hasil
tanaman kentang akibat kelembaban yang cukup tinggi.
Pemberian pupuk kieserit dengan dosis 200 kg/Ha dapat meningkatkan
bobot umbi per tanaman. Menurut Gerendas dan Fuhrs (2013) menunjukan bahwa
Mg dan S berperan penting pada aktivitas fisiologi tanaman seperti fotosintesis
dan sintesis hormon, enzim, dan protein sehingga mampu memacu proses
generatif tanaman. Ketersedian unsur Mg pada tanah dapat membantu
pertumbuhan tanaman dari fase vegetatif dan generatif.
Bobot umbi per tanaman yang paling rendah yaitu 66,33 g dengan
pemberian pupuk kieserit 100 kg/Ha dan tanpa pemberian pupuk guano.
Pemberian pupuk kieserit dapat meningkatkan pH tanah sehingga dapat
memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Menurut Hanafiah (2005)
unsur hara Mg mampu meningkatkan pH pada tanah yang berpengaruh terhadap
perbaikan sifat fisik tanah sehingga mampu meningkatkan hasil tanaman. Namun,
dari hasil analisis tersebut dosis pupuk kieserit 100 kg/Ha belum dapat
memperbaiki hasil produksi tanaman kentang.
Bobot Umbi Per Petak
Pemberian dosis pupuk guano dan pupuk kieserit memberikan pengaruh
terhadap bobot umbi per petak (Tabel 6 ).

Tabel 6. Bobot umbi per petak tanaman kentang pada pemberian berbagai dosis
pupuk guano dan kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
(kg/Ha) 0 5 10
-------------------------------- kg -------------------------------
2,48 ab 2,45 b 2,75 b
0
A A A
1,7 b 4,1 a 3,00 b
100
C A B
2,36 ab 2,6 b 4,71 a
200
B B A
3,07 a 2,46 b 2,33 b
300
A A A
KK = 20,57
13

Keterangan : angka-angka pada kolom dengan huruf kecil yang sama dan angka-angka pada baris
diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT
taraf 5%.

Pemberian dosis pupuk guano dan pupuk kieserit memberikan pengaruh


terhadap bobot umbi per petak (Tabel 6 ). Bobot umbi per petak tertinggi
diperoleh pada pemberian dosis pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserit 200
ton/Ha yaitu 4,71 kg. Sementara bobot umbi per petak terendah yaitu tanpa
pemberian pupuk guano dan dengan pemberian pupuk kieserit 100 ton/Ha.
Hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan tanaman yang lain
seperti tinggi tanaman, jumlah umbi, diameter dan bobot segar umbi.
Perkembangan dan pertumbuhan tanaman yang berlangsung baik akan
menghasilkan bobot segar umbi yang tinggi. Proses pemupukan dapat
meningkatkan unsur yang tersedia dalam tanah. Pemebrian pupuk organik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karen mampu berperan dalam
memperbaiki strukutur tanah, meningkatkan daya simpan air, meningkatkan
aktivitas biologis tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap (Uriadikarta
et al., 2006).
Penelitian yang telah dilakukan dapat pada Tabel 6, pemberian pupuk guano
5 ton/Ha dan 100 kg/ha kieserit telah mampu meningkatkan hasil bobot umbi per
petak yaitu 4,1 kg yang tidak jauh berbeda dengan pemberian guano 10 ton/Ha
dan 200 kg/Ha. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemberian pupuk guano dan
kieserit dengan dosis 5 ton/Ha dan 100 kg/Ha tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk guano 5 ton/Ha dan pupuk
kieserite 100 kg/Ha dapat menghemat biaya yang dikeluarkan jika dibandingkan
dengan penggunaan pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserite 200 ton/Ha..
Bobot umbi per tanaman dan per petak dipengaruhi oleh jumlah umbi dan
ukuran umbi yang dihasilkan. Banyaknya jumlah umbi pada tanaman belum tentu
bobot umbi per petak lebih besar, jika umbi yang didapatkan banyak namun
berukuran kecil maka bobot umbi yang dihasilkan kemungkinan juga rendah.
Akan tetapi jika jumlah umi yang dihasilkan sedikit namun dengan ukuran besar
kemungkinan bobot umbi yang dihasilkan juga tinggi.
Bobot Umbi Per Hektar

Pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit pada berbagai dosis


memberikan pengaruh terhadap bobot umbi per hektar (Tabel 7).
Tabel 7. Bobot umbi per hektar tanaman kentang pada pemberian berbagai dosis
pupuk guano dan pupuk kieserit
Kieserit Guano (ton/Ha)
(kg/Ha) 0 5 10
-------------------------------- ton --------------------------------
4,72 ab 4,67 b 5,24 b
0
A A A
3,23 b 7,81 a 5,71 b
100
C A B
4.48 ab 4,95 b 8,96 a
200
B B A
14

5,84 a 4,68 b 4,45 b


300
A A A
KK = 20,58
Keterangan : angka-angka pada kolom diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada baris
diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut DNMRT
taraf 5%.

Pemberian dosis pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserit 200 kg/Ha
mendapatkan nilai bobot umbi per hektar tertinggi. Dari hasil tersebut dapat kita
lihat bahwa semakin tinggi dosis pupuk guano, bobot umbi yang dihasilkan
semakin tinggi pula. Seiring dengan meningkatnya fase vegetatif tanaman maka
semakin meningkat pula fase generatifnya. Jika semakin tinggi dosis pupuk guano
yang diberikan akan berdampak positif pada hasil tanaman kentang yang dihitung
dengan bobot umbi per hektar. Menurut Dewani (2000) jumlah organ yang sedikit
dapat menurunkan bobot tanaman sedangkan bobot umbi sendiri dipengaruhi oleh
tinggi tanaman dan jumlah cabang.
Interaksi pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit memberikan pengaruh
yang sama terhadap tanaman kentang. Interaksi pupuk guano dan pupuk kieserit
yang menghasilkan rata-rata bobot umbi tertinggi yaitu 8,96 dengan dosis 10
ton/Ha pupuk guano dan 200 kg/Ha pupuk kieserit. Namun hasil analisis pada
Tabel 7 dapat dilihat juga bahwa pemberian pupuk guano 5 ton/Ha dan pupuk
kieserit 100 kg/Ha berpengaruh terhadap bobot umbi per hektar yaitu 7,81 ton.
Pemberian pupuk guano 5 ton/Ha dan pupuk kieserit 100 kg/Ha telah mampu
meningkatkatkan hasil tanaman kentang untuk meminimalisir biaya yang
dikeluarkan dalam budidaya tanaman kentang.
Bobot umbi yang dihasilkan dari penelitian ini lebih kecil dibandingkan
dengan deskripsi kentang karena jumlah umbi yang dihasilkan banyak namun
ukuran umbinya kecil. Menurut Kusmana (2012) banyaknya jumlah umbi yang
dihasilkan menjadi kurang berarti apabila umbi yang dihasilkan berukuran kecil,
karena umbi yang kecil memiliki nilai jual yang rendah. Menurut Haris (2010)
unsur hara yang tersedia dalam tanah dan keseimbangan hara dalam tanah akan
mempengaruhi bobot hasil dan hasil tanaman kentang. Jika dalam fase atau
tahapan pembentukkan dan pengisian umbi terjadi kekurangan unsur hara maka
akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Bila tanaman kekurangan unsur hara
yang diperlukan maka hasilnya juga akan menurun.
Klasifikasi Umbi

Pengamatan klasifikasi umbi dilakukan untuk mengetahui jumlah umbi yang


dihasilkan pada beberapa perlakuan pemberian dosis pupuk guano dan kieserit.
Berdasarkan klasifikasi umbi dengan berat kurang dari 10 gram persentase paling
tinggi dihasilkan pada tanaman tanpa pemberian pupuk guano dan pemberian
pupuk kieserit 300 kg/Ha sebesar 62%, pada klasifikasi umbi dengan berat 10-30
gram persentase paling tinggi adalah tanpa pemberian pupuk guano dan pupuk
kieserit 200 kg/Ha serta pada pemberian pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk
kieserit 100 kg/Ha sebesar 45% , untuk klasifikasi umbi dengan 30-60 gram
persentase paling tinggi adalah pada pemberian pupuk guano 10 ton/Ha dan
pupuk kieserit 100 kg/Ha sebesar 16%, sedangkan klasifikasi umbi dengan berat
60-90 gram persentase paling tinggi adalah 2% pada pemberian pupuk guano 10
15

ton/Ha, dan untuk klasifikasi umbi dengan berat 90-120 gram hanya terdapat 1
yaitu pada pemberian pupuk guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserit 100 kg/Ha.

Tabel 8. Persentase kelas umbi (%) pada pemberian pupuk guano dan kieserit
Perlakuan Persentase Kelas Umbi (%)

Guano Kieserit < 10 10-30 30-60 60-90 90-120 >120


(ton/Ha) (kg/Ha) ---------------------------- gram ---------------------------
0 60 34 6
100 60,5 34 5,5
0
200 46 45 9
300 62 32 6
0 51,5 38 10
100 56 36 8 0,3
5
200 59 35 7
300 61 30 9 1
0 45 43 10 2
100 38 45 16 1 0,3
10
200 50 37 12 1
300 60 33 7 0,4
Keterangan : SS = <10 gram ; S = 10-30 gram ; M = 30-60 gram ; L1 = 60-90 gram; L2 = 90-120
gram ; LL = > 120 gram

Penelitian yang telah dilakukan kebanyakan umbi yang telah didapatkan


berukuran kecil dengan bobot umbi kurang dari 10 gram (SS) yaitu mencapai
62%. Akibat banyaknya jumlah umbi yang dihasilkan berukuran kecil
menyebabkan rendahnya hasil umbi, seiring dengan pernyataan Syarif (2004)
semakin kecil jumlah umbi yang berukuran sedang dan besar pada tanaman
kentang maka makin rendah hasil tanaman kentang tersebut. Perbedaan klasifikasi
umbi terjadi karena adanya persaingan unsur hara yang ada dalam tanah. Menurut
Tireska (2014) pembentukan umbi juga dipengaruhi oleh faktor iklim seperti
suhu, kelembaban, curah hujan, dan faktor iklim lainnya.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat pengaruh pemberian pupuk guano
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang dengan berbagai penambahan
dosis pupuk guano namun belum mampu meningkatkan produktivitasnya. Begitu
juga dengan pemberian pupuk kieserit, pupuk kieserit tidak terlalu mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan juga dengan penambahan pupuk kieserit pada tanaman
kentang juga tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
16

Berdasarkan telaah hasil percobaan pada penelitian penelitian tanaman


kentang dengan berbagai dosis pupuk guano dan pupuk kieserit, ditemukan
berbagai hal mengenai pertumbuhan karakteristik komponen hasil dan hasil
kentang sebagaimana tertera dalam point-point berikut :
1. Adanya interaksi antara pemberian pupuk guano dan pupuk kieserit terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kentang yaitu pada jumlah umbi, bobot umbi
per tanaman, bobot umbi per petak dan bobot umbi per hektar.
2. Pemberian dosis pupuk guano dan pupuk kieserit yang mempengaruhi jumlah
tanaman kentang yaitu 5 ton/Ha dan 200 kg/Ha.
3. Pemberian dosis pupuk kieserite dan pupuk guano yang mempengaruhi bobot
umbi per tanaman, bobot umbi per petak, dan bobot umbi per hektar yaitu 10
ton/Ha dan 200 kg/Ha.
Saran
Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk menggunakan dosis pupuk
guano 10 ton/Ha dan pupuk kieserit 200 kg/Ha untuk meningkatkan hasl tanaman
kentang serta memeprhatikan perawatan tanaman kentang.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, A. L. 2014. Uji Daya Hasil Tujuh Klon Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.). Jurnal Produksi Tanaman 1 (6) : 519
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Provinsi Sumatera Barat dalam Angka 2019
[internet]. http:/sumbar.bps.go. id.
Dewani. M. 2000. Pengaruh Pemangkasan terhadap pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Walet dan Wongsorejo.
Agrista. 12(1) : 18-23
Fahlevi, R. O, 2010. Pengaruh Konsentrasi Hormon Giberelin terhadap Produksi
Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.Granola). www.fahlevi.co.id. Akses
tanggal 12 Juli 2021)
[FAO] Foods and Agriculture Organisation. 2008. International year of the potato
[internet]. http://www.potato2008.org/en /potato/index.html.
Gerendas, J & Fuhrs, H. 2013. The significance of Magnesium For Crop Quality.
Plant Soil. No. 368, pp. 17-24
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Garfindo
Persada.
Haris, 2010. Pertumbuhan dan Produksi Kentang Pada Berbagai Dosis
Pemupukan. Jurnal Agrisystem. 6(1) : 15-22
He, Z. T, S. Griffin dan W. Honney Cuth. 2004. Evaluation of Soil Phosphoru
Transformation by Sequential Frachtion and Phosphorus Hydrolysis. Soil
sci vol 169,pp 515-527
17

Jumaidi, R dan Suhaili. 2020. Pertumbuhan Kentang Hitam (Coleus tuberosum)


Varietas Lokal dari Stek Pada Berbagai Media. Jurnal Tropicrops. Vol.3
No.2 : 15-20. ISSN : 2615-7012
Kasno, A. dan Nurjaya. 2011. Pengaruh Pupuk Kiserit terhadap Pertumbuhan
Kelapa Sawit dan Produktivitas Tanah. J. Littri 17(4), Hlm. 133-139.
Kusmana, 2012. Seleksi Klon Harapan Kentang di Dataran Tinggi Pada Musim
Kering. J. Agrivigor. 11(2) : 284-291.
Mailangkay, B. H., J.M Paulus dan J. E. X. Rogi. 2012. Pertumbuhan dan
Produksi Dua Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.) pada Dua
Ketinggian Tempat. J. Eugenia. 8 (2) : 161 _ 170
Nurhayati, H. M. Y. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas. Universitas
Lampung. Lampung
Purnomo, D., Darmanhuri, & Winarno W. (2018). Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Pemberian
Naungan dan Pupuk Kieserite di Dataran Medium. Agriprima, Journal of
Applied Agricultural Sciences, 2(1), 73-85.
Samijan. 2010. Pupuk Guano. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Sari, R. 2019. Pengaruh Beberapa Sistem Tanam dan Pupuk Guano Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.).
SKRIPSI. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Suryana, D. 2013. Menanam Kentang. Createspace Independent Publishing
Platform, United States.
Suwarno dan K. Idris. 2007. Potensi dan kemungkinan penggunaan guano secara
langsung sebagai pupuk di Indonesia. J. Tanah dan Lingkungan 9(1) : 37-
43.
Syarif, Z. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Dengan dan Tanpa
Diikatkan pada Turus dalam Sistem Tumpangsari Kentang/Jagung dengan
Berbagai Waktu Tanam Jagung Di Dua Lokasi Dataran Medium Berbeda
Elevasi. DISERTASI. Program Pascasarjana. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Syofiani, R dan Giska Oktabriana. 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam
Meningkatkan Unsur Hara N, P, K dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai pada
Media Tanam Tailing Tamabang Emas. Pertanian dan Tanaman Herbal
Berkelanjutan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional, Fakultas Pertanian
UMJ.
Tireska, M. Y. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Kentang.
SKRIPSI. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.
18

Uriadikarta, Didi dan R.D.M Simanungkalit. 2006. Pendahuluan dalam Pupuk


Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitin Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pemgembangan Pertanian.
Wahyudi, A., Fiky Yulianto W., Aep Wawan I., Ruminta, dan Rizka Fitriani.
2017. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) Varietas Wilis Akibat
Pemberian Berbagai Dosis Pupuk N, P, K dan Pupuk Guano pada Tanah
Inceptisol Jatinangor. Jurnal kultivasi, 16, 2.
Warnita, Ayu Putri Novrita, Rahma Sari, dan Sintia Oktari. 2018. Respon
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang Pada Beberapa Sistem Tanam
dan Pupuk Organik. UNSYIAH Kuala Banda Aceh. scholar.google.co.id
[11 Maret 2021]

Anda mungkin juga menyukai