Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018

e-ISSN:2549-9793

PENGARUH APLIKASI PLANT GROWTH PROMOTING


RHIZOBACTERIA (PGPR) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN
KACANG HIJAU DENGAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA
Effect of Application of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
on Growth of Green Bean on an Ultisol

Rifdah Aprianti1, Nur Laili2 dan Eko Handayanto1*


1Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran No 1 Malang 65145
2Mikrobiologi Pertanian, LIPI, Indonesia
* penulis korespondensi: handayanto@ub.ac.id

Abstract
Green bean plants are still used as side plants, yet the technique of green bean cultivation has not
been done optimally. The advantages of green bean plants is that the plant can be planted in less
fertile soil conditions such as Ultisols. This srtudy was aimed to elucidate the effect of application
biofertilizer (plant growth proting rhizobacteria (PGPR) on growth of geen bean on an Ultisol.
Treatments tested were combinations of soil (soil only =T1, soil + kompos =T2), and biofertilizer
(H0=no bifertilizer, H1: biofertilizer of formula 1, H2: biofrtilizer of formula 2, and H3: Beyonic
StarTmik biofertilizer). Results of the study showed that T2H2 treatment could increase population
of N fixing bacteria, respiration, soil pH, and soil enzymes, T2H0 treatment could increase C-
organic (5.46%), and T2H3 treatment could increase available N in the soil. T2H3 treatment gave
the best growth of geen bean.
Keywords: green bean, Ultisol, PGPR, soil biological and chemical properties

Pendahuluan 25% dari total luas daratan Indonesia (Prasetyo


dan Suriadikarta, 2006). Umumnya ultisol
Tingkat konsumsi masyarakat dipengaruhi tersebar didaerah dengan kondisi curah hujan
pertumbuhan penduduk yang semakin tahunan yang tinggi (Yulnafatmawita et al.,
meningkat setiap tahunnya. Selain padi dan 2010). Hal ini dapat mempengaruhi tingkat
jagung tanaman pangan seperti kacang- kemasaman tanah meningkat karena terjadi
kacangan banyak dibutuhkan masyarakat pencucian hara tinggi terutama basa-basa.
sebagai salah satu bahan pangan yang Tingkat curah hujan yang tinggi akan
bermanfaat. Kacang hijau merupakan tanaman mempengaruhi ketersedian hara dalam tanah,
kacang-kacangan yang memiliki banyak karena adanya pencucian hara yang
manfaat setelah kacang kedelai dan kacang berlangsung secara intensif. Tidak hanya unsur
tanah. Tanaman kacang hijau masih dijadikan hara, ketersediaan bahan organik pada suatu
sebagai tanaman sampingan, sehingga teknik tanah juga akan rendah. Hal ini disebabkan
budidaya kacang hijau yang dilakukan belum oleh curah hujan yang tinggi akan
optimal (Supeno dan Sujudi, 2004). Apabila mempercepat laju kimia yang menyebabkan
dibandingkan dengan jenis tanaman kacang- proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.
kacangan lainnya, kacang hijau memiliki Proses pelapukan dan pencucian yang intensif
kelebihan salah satu diantaranya adalah dapat pada tanah ultisol dapat melepaskan unsur hara
ditanam pada kondisi tanah yang kualitas yang hilang dan menyisakan produk akhir
tanahnya rendah seperti rendahnya unsur hara. pelapukan dengan unsur hara yang rendah bagi
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di tanaman (Hairiah, et al, 2000). Terdapat
Indonesia yang memiliki sebaran luas mencapai
http://jtsl.ub.ac.id 819
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827,, 2018
e-ISSN:2549-9793

beberapa cara pengelolaan yang dapat Pertanian, Bidang Mikrobiolgi, Pusat Penelitian
dilakukan untuk meningkatkan kesuburan Biologi LIPI Cibinong. Penelitian ini
tanah ultisol dalam menunjang pertumbuhan berlangsung pada bulan Februari – Juni 2017
serta produksi
oduksi tanaman seperti kacang hijau.
Karakterisasi Bakteri PGPR (Plant Growth
Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan
Promoting Rhizobacteria)
pupuk yang ramah lingkungan seperti pupuk
organik hayati. Pupuk organik hayati Karakterisasi bakteri PGPR ini dilakukan
merupakan pupuk yang berasal dari bahan dengan menguji aktivitas bakte
bakteri PGPR yang
organik seperti residu tanaman, pupuk hijau, mampu meningkatkan kesuburan tanah serta
pupuk kandang ng ternak, maupun mikroba yang pertumbuhan tanaman. Isolat bakteri PGPR
meliputi bakteri dan jamur (Singh dan Sharma, sebagai kandidat formula pupuk hayati
2002). Pada dasarnya bakteri maupun jamur dilakukan pengujian aktivitas bakteri dalam
yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik melarutkan fosfat, menambat nitrogen, dan
hayati memiliki peran dalam membantu memproduksi zat pengatur tumbuh seper seperti
kesuburan tanah maupun pertumbuhan hormon IAA. Pengujian aktivitas bakteri dalam
tanaman. Bakteri yang digunakan
gunakan sebagai merlarutkan fosfat dilakukan dengan menguji
pupuk organik hayati merupakan bakteri tanah isolat bakteri pada media Pikovskaya. Pengujian
atau bakteri daerah perakaran yang biasa aktivitas bakteri penghasil hormon IAA
dikenal dengan Plant Growth Promoting dilakukan dengan dua tahap yaitu secara
Rhizobacteria (PGPR). Bakteri ini dapat kualitatif dengan media TSB dan kuan kuantitatif
membantu serta meningkatkan pertumbuhan dengan media TSA.
tanaman dan dapat berinteraksi dengan
denga akar
Penanaman dan Penyiraman Tanaman
tanaman dengan cara mengkolonisasi akar
Kacang Hijau
tanaman (Hayat et al,, 2010). Hasil penelitian
Raza et al (2004) menyatakan kacang hijau yang Perlakuan yang diuji dalam pernelitian ini
diinokulasikan bakteri PGPR memiliki tinggi adalah kombinasi antara 2 media tanah Ultisol
tanaman dan panjang akar yang lebih baik jika yaitu tanah tanpa kompos (tanah 2) dan tanah
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. + kompos plus (tanah 2), dengan 4 macam
Sehingga pada penelitian ini dilakukan pemberian pupuk hayati (PGPR), yaitu H0:
pengujian isolat bakteri sebagai kandidat Tanpa Pupuk Hayati , H1: Pupuk Hayati
formula pupuk
upuk hayati terhadap pertumbuhan Formula 1, H2: Pupuk Hayati Formula 2 dan
tanaman kacang hijau pada tanah ultisol dalam H3: POH Beyonic StarTmik
StarTmik. Benih kacang
skala polybag. Isolat bakteri yang menjadi hijau yang akan ditanam dikecambahkan
kandidat pupuk organik hayati ini telah diuji terlebih dahulu. Pada perlakuan kontrol,
aktivitasnya dalam melarutkan fosfat, penambat penyiraman yang dilakukan menggunakan air
N maupun penghasil hormon IAA yang akan saja setiap harinya.. Pemberian
mberian pupuk NPK
membantu
embantu dalam pertumbuhan tanaman dilakukan pada awal tanam dengan dosis pupuk
kacang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mutiara untuk kebutuhan tanaman kacang hijau
mengetahui pengaruh aplikasi isolat yang menurut Balitkabi (2010) dalam skala polibag
dijadikan formula pupuk hayati terhadap yaitu sebesar 0,17 g NPK/Polibag. Penyiraman
pertumbuhan tanaman kacang hijau pada formula yang berasal al dari bakteri PGPR
Ultisol. dilakukan perbanyakan isolat bakteri dengan
membuat kultur bakteri. Isolat bakteri yang
digunakan adalah sel bakteri yang diperoleh
Metode Penelitian dari hasil sentrifuge masing
masing-masing kultur
Waktu dan lokasi penelitian bakteri 600 mL. Sel bakteri ini diencerkan
dengan larutan fisiologis
siologis 0,85 % sejumlah
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kultur sebelumnya, sehingga dilarutkan kembali
Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas sebanyak 600 mL larutan fisiologis. Penyiraman
Pertanian Universitas Brawijaya untuk analisis POH StarTmik yaitu 75 mL POH diencerkan
serapan N tanaman, Laboratorium dengan air sampai 3 L dan disiram sebanyak
Mikrobiologi Pertanian untuk analisis biologi 600 mL/Polibag. Penyiraman perlakuan POH
dan kimia tanah dan Rumah Kaca Mikrobiologi

http://jtsl.ub.ac.id 820
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018
e-ISSN:2549-9793

StarTmik dan Formula POH dilakukan 3 Hasil dan Pembahasan


minggu awal penanaman, 5 MST dan 7 MST.
Total populasi bakteri penambat N
Pengamatan
Pada perlakuan media tanam tidak memberikan
Parameter pengamatan terdiri dari: biologi pengaruh yang berbeda nyata terhadap total
tanah (Analisis respirasi mikroba tanah, analisis populasi bakteri, namun perlakuan formula
enzim urease dan analisis total populasi bakteri pupuk hayati dengan pemberian POH Beyonic
penambat N), kimia tanah (C-Organik, pH Startmik (H3) memberikan pengaruh yang
H2O, N-total, P-total, K-total, CN rasio, dan N berbeda nyata terhadap total populasi bakteri
tersedia dalam bentuk amonium (NH4+) dan penambat N. Rerata dari total populasi bakteri
nitrat (NO3-)) dan pertumbuhan tanaman penambat N pada media NFB tertinggi yaitu
kacang hijau (tinggi tanaman, biomassa pada perlakuan H3 yaitu sebesar 1,96 x 108
tanaman (berat brangkasan, berat akar, berat CFU/mL, sedangkan pada perlakuan tanpa
polong dan serapan N). Analisis data formula (H0) yaitu hanya sebesar 0,93 x 108
menggunakan analisis ragam (uji F) taraf 5% CFU/mL (Gambar. 1). Hal ini diduga bahwa
dengan software genstat untuk mengetahui dengan adanya inokulasi bakteri PGPR
pengaruh antar perlakuan. Apabila hasilnya potensial kedalam suatu tanah yang ditanami
berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan tanaman kacang hijau mampu meningkatkan
uji Duncan 5%. populasi bakteri pada tanah sebelumnya.

Gambar 1. Total rerata bakteri penambat N pada media NFB


Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji Duncan taraf 5%,
T1: Tanah, T2: Tanah+Kompos plus, H0: Tanpa Pupuk Hayati , H1: Pupuk Hayati Formula 1, H2: Pupuk
Hayati Formula 2 dan H3: POH Beyonic StarTmik.

Bakteri PGPR akan berkembang pada kondisi dengan perlakuan yang tidak dicampurkan
tanah tertentu dan faktor yang dapat memacu kompos plus (3,54 mgCO2/g/jam) (Gambar 2).
perkembangan populasi bakteri penambat N Sedangkan pada perlakuan formula pupuk
adalah kondisi pH tanah, ketersedian bahan hayati perlakuan H2 memiliki jumlah CO2
organik dan tanaman inang yang sesuai. pH tertinggi yaitu 11,86 mgCO2/g/jam. Respirasi
tanah yang masam dapat menyebabkan tanah dapat menunjukkan adanya aktivitas
pembatas kelangsungan hidup populasi bakteri biologi pada tanah dan populasi mikroba tanah
PGPR yang dapat menambat nitrogen. secara kuantitatif. Semakin tinggi jumlah CO2
dari hasil akhir analisis respirasi tanah maka
Respirasi Mikroba mengindikasikan tingkat aktivitas mikroba pada
tanah semakin besar (Reid et al., 2001). Selain
Perlakuan yang dicampurkan dengan kompos
itu aktivitas mikroorganisme tanah seperti
plus memiliki rerata jumlah CO2 yang lebih
PGPR dipengaruhi oleh beberapa faktor
tinggi (15,27 mgCO2/g/jam) dibandingkan
http://jtsl.ub.ac.id 821
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018
e-ISSN:2549-9793

C-organik kompos dapat meningkatkan C-Organik tanah


dan memperbaiki struktur tanah Penambahan
Perlakuan tanah yang dicampur dengan
bahan organik serta dekomposer yang dapat
kompos plus (T2H0) memiliki nilai C-Organik
mempengaruhi perombakan bahan organik.
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Bahan organik akan cepat terurai melalui
perlakuan tanah saja (T1H0) yang tanpa
proses respirasi tanah, sehingga secara umum
penambahan kompos plus maupun formula
hanya 5-15% bahan organik yang diaplikasikan
pupuk. Nilai C-organik pada perlakuan T2H0
akan menjadi C-Organik tanah (Broadbent,
yaitu sebesar 5,46% dan nilai perlakuan T1H0
2011).
yaitu 1,83%. (Gambar. 3.). Menurut Angelova
et al. (2013), penambahan bahan organik seperti

Gambar 2. Hasil Analisis Respirasi Mikroba Tanah


Keterangan sama dengan Gambar 1.

Gambar 3. Kadar C-organik dari masing-masing Perlakuan


Keterangan sama dengan Gambar 1.

pH H2O formula pupuk hayati yang berasal dari bakteri


PGPR mampu meningkatkan pH tanah agak
Nilai pH tanah yang terbaik yaitu pada
masam (5,8) menjadi netral (7,12). Hal ini
perlakuan T2H1 dan T2H2 yang memiliki nilai
terjadi karena pH tanah merupakan salah satu
rerata pH yang sama sebesar 7,74. Sedangkan
faktor pembatas bakteri didalam tanah. Hasil
pada perlakuan kontrol, nilai pH tanah sebesar
penelitian Brockwell et al. (1991), menunjukkan
5,88 yang termasuk dalam kriteria tanah yang
bahwa jumlah bakteri Rhizobium semakin tinggi
agak masam (Gambar 4). Berdasarkan hasil
dengan meningkatnya pH tanah. Hal ini
penelitian Widawati et al. (2015), aplikasi
http://jtsl.ub.ac.id 822
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827,, 2018
e-ISSN:2549-9793

dikarenakan beberapa bakteri mampu ppm) sedangkan enzim urease terendah yaitu
berkembang dalam kondisi pH tanah yang T1H1 (196,1 ppm). Pengaruh pemberian
masam
am maupun basa. Bergantung pada potensi formula pupuk dan kompos plus menunjukkan
bakteri dalam meningkatkan atau menurunkan hasil aktivitas enzim urease pada tanah yang
pH tanah. bervariasi. Hal ini didukung dari hasil penelitian
Kaur et al.. (2017) yang menyatakan bahwa,
Enzim urease
pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap
Hasil pengamatan enzim urease tanah dari aktivitas enzim urease menunjukkan adanya
setiap perlakuan diperoleh nilai enzim urease pola yang bervariasi selama waktu
tanah tertinggi dan terendah. Enzim urease pertumbuhan tanaman hingga panen.
tertinggi diperoleh pada perlakuan T2H2 (526,6

Gambar 4. Hasil Analisis pH Tanah Seluruh Perlakuan


Keterangan sama dengan Gambar 1.

Gambar 5. Hasil Analisis Ragam Enzim Urease Tanah


Keterangan sama dengan Gambar 1.

Hasil penelitian Nosheen dan Bano (2014) kesumba, menunjukkan aktivitas enzim urease
menyatakan bahwa, pada perlakuan pupuk yang tinggi
inggi dibandingkan dengan perlakuan
hayati dari inokulasi bakteri azotobacter yang kontrol yang tidak diinokulasikan. Oleh karena
dikombinasikan dengan seperempat dosis itu, pemberian pupuk hayati berupa inokulasi
pupuk anorganik pada 2 varietas tanaman

http://jtsl.ub.ac.id 823
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018
e-ISSN:2549-9793

bakteri PGPR dapat meningkatkan aktivitas tanaman. Pada perlakuan yang dicampurkan
enzim urease pada tanah. dengan kompos, rata-rata memiliki jumlah
nitrat yang lebih tinggi dan jumlah amonium
N-tersedia (NH4+ dan NO3-) yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan adanya
Berdasarkan hasil uji statistik perlakuan media proses nitrifikasi yang tinggi didalam tanah
tanam dan formula pupuk hayati tidak yang merubah senyawa amonium menjadi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nitrat, sehingga jumlah amonium (NH4+) relatif
amonium (NH4) didalam tanah, sehingga tidak tidak stabil dan jumlah nitrat (NO3-) yang
terjadi interaksi antara kedua faktor perlakuan. dihasilkan meningkat. Proses nitrifikasi ini
Hal ini dikarenakan umumnya amonium merupakan proses berubahnya senyawa
(NH4+) didalam tanah kaya akan energi dan amonium (NH4+) menjadi nitrit (NO2-) terlebih
relatif tidak stabil pada kondisi tanah yang kaya dahulu yang dibantu oleh bakteri nitrosomonas
akan oksigen atau disebut aerob yang dan selanjutnya teroksidasi menjadi nitrat
menyebabkan proses nitrifikasi berjalan lebih (NO3-) oleh bakteri nitrobacter (Walworth, 2013).
cepat (Walworth, 2013). Pada kandungan Tinggi tanaman
nitrat, faktor perlakuan media tanam
memberikan pengaruh yang sangat berbeda Pada masa pertumbuhan 8 MST faktor
nyata walaupun faktor perlakuan formula perlakuan media tanam dan formula pupuk
pupuk hayati tidak memberikan pengaruh yang hayati memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (Gambar. 6). nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau.
Akan tetapi, kombinasi antar perlakuan tidak
memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman
kacang hijau, sehingga tidak ada interaksi dari
kedua faktor perlakuan. Pemberian kompos
plus dengan POH Beyonic Startmik mampu
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman
kacang hijau. Namun, perlakuan formula
pupuk hayati dari isolat bakteri PGPR yang di
uji ini (H1 dan H3) tidak menunjukkan tinggi
tanaman yang lebih baik. Hal ini diduga adanya
kompetisi antara bakteri asal dengan bakteri
Gambar 6. Hasil analisis N-tersedia dalam yang diinokulasikan yang dapat menghambat
bentuk nitrat (NO3-) pertumbuhan terhadap tinggi tanaman kacang
Keterangan sama dengan Gambar 1. hijau (Simanungkalit et al., 2006). Pada
perlakuan T2 menunjukkan rerata tinggi
Amonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-) tanaman sebesar 78,9 cm sedangkan pada
merupakan bentuk senyawa nitrogen yang perlakuan H3 sebesar 78,75 cm (Gambar 7).
tersedia didalam tanah dan dapat diserap oleh

Gambar 7. Rerata tinggi tanaman kacang hijau pada 8 MST


Keterangan sama dengan Gambar 1.

http://jtsl.ub.ac.id 824
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018
e-ISSN:2549-9793

Perlakuan penambahan kompos plus dengan


pupuk organik hayati StarTmik memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi
tanam pada 8 MST. Hal ini dikarenakan
kompos dan pupuk organik hayati mampu
meningkatkan kandungan bahan organik dalam
tanah yang dapat menunjang pertumbuhan
tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah
daun (Herfyany et al., 2013).
Gambar 8. Berat basah brangkasan tanaman kacang
Biomassa tanaman
hijau pada 8 MST
Perlakuan T2 (Tanah+Kompos plus) memiliki Keterangan sama dengan Gambar 1.
rerata berat basah brangkasan tertinggi jika .
dibandingkan dengan perlakuan tanah saja (T1) Namun, kombinasi antara kedua perlakuan ini
yaitu sebesar 46,4 g (Gambar 8). Peran kompos tidak menunjukkan adanya interaksi satu sama
sangat membantu pertumbuhan tanaman, lain. Perlakuan media tanam T2 menunjukkan
karena kompos dapat menyediakan unsur hara berat kering brangkasan tertinggi yaitu sebesar
esensial bagi tanaman. Perlakuan media tanam 12,19 g (Gambar 9). Hal ini dapat diketahui
dan formula pupuk hayati memberikan bahwa kompos juga berperan dalam
pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap meningkatkan berat brangkasan baik berat
berat kering brangkasan tanaman kacang hijau. basah maupun berat kering tanaman.

Gambar 9. Berat kering brangkasan tanaman kacang hijau pada 8 MST


Keterangan sama dengan Gambar 1.

Jumlah bintil akar dan mempengaruhi penambatan N. Namun


jumlah bintil akar tidak selalu bersifat efektif
Pada perlakuan media tanam T2
dalam proses penambatan nitrogen. Bentuk
(tanah+kompos plus) menunjukkan jumlah
bintil akar yang efektif adalah jika bintil akar
bintil akar yang lebih tinggi yaitu sebanyak
dibelah maka akan menunjukkan warna merah
106,5 bintil akar. Hal ini dikarenakan bahan
muda hingga kecokelatan dibagian tengah
organik menjadi faktor yang mempengaruhi
bintil. Pigmen yang berwarna merah ini disebut
perkembangan dan aktivitas PGPR. Menurut
leghemoglobin yang sangat berperan dalam proses
Armiadi (2009) kondisi tanah dengan bahan
penambatan N (Novriani, 2011).
organik yang rendah akan menghambat
aktivitas PGPR dalam membentuk bintil akar

http://jtsl.ub.ac.id 825
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827, 2018
e-ISSN:2549-9793

Gambar 10. Jumlah Bintil Akar Tanaman Kacang Hijau


Keterangan sama dengan Gambar 1.

merupakan salah satu bentuk bahan organik


Serapan N Tanaman
yang mampu menyuplai nitrogen yang tersedia
Berdasarkan data analisis ragam diperoleh nilai ke daerah perakaran untuk diserap oleh
rerata Serapan N tertinggi yaitu Pada perlakuan tanaman kacang hijau. Kompos dapat
media tanam T2 serapan N tanaman kacang menyuplai kandungan hara mineral yang
hijau sebesar 21,93 g/tanaman. Hal ini diduga esensial bagi tanaman seperti N, P dan K
karena kompos plus pada perlakuan T2 (Simanungkalit et al., 2006).

Gambar 11. Rerata Serapan N Tanaman Kacang Hijau


Keterangan sama dengan Gambar 1.

Pada perlakuan H3 memberikan pengaruh yang penelitian Dewi et al. (2014) bahwa tinggi
lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan tanaman dan luas daun tanaman jagung
lainnya, karena perlakuan H3 juga mampu dipengaruhi jumlah N yang dapat diserap oleh
meningkatkan tinggi tanaman kacang hijau. tanaman tersebut.
Serapan N pada tanaman kacang hijau
merupakan bentuk N tersedia yang diserap
Kesimpulan
oleh tanaman berupa amonium ataupun nitrat.
Serapan unsur hara nitrogen mempengaruhi Aplikasi isolat bakteri PGPR potensial yang
tinggi tanaman kacang hijau. Unsur hara N dijadikan formula pupuk hayati tidak
yang diserap oleh tanaman akan membantu memberikan dampak yang cukup nyata
tanaman dalam menunjang peningkatan terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau,
pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman namun pupuk hayati formula 2 memberikan
(Wahyudi, 2009). Hal ini didukung oleh hasil pengaruh yang lebih baik pada sifat biokimia

http://jtsl.ub.ac.id 826
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 819-827,, 2018
e-ISSN:2549-9793

tanah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Nosheen, A. and Bano, A.. 2014. Potential of plant
terdapat faktor seperti faktor kesesuaian antara growth promoting rhizobacteria and chemical
bakteri dengan tanaman inang serta faktor fertilizers on soil enzymes and plant growth growth.
kemungkinan adanya kompetisi antar bakteri Pakistan Journal of Botany 46 (4): 1521
1521-1530.
Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam
yang mempengaruhi inokulasi bakteri terhadap
meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi
akar tanaman yang memacu pertumbuhan tanaman kedelai. Agronobis 3 (5): 3535-42
tanaman. Namun pada perlakuan T2 yang Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta
Suriadikarta, D.A. 2006.
merupakan perlakuan media tanam Karakteristik, potensi, dan teknologi
tanah+kompos plus dan H3 yang merupakan pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan
pupuk organik hayati starTmik memberikan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan Litbang Pertanian. Bogor.
tanaman kacang hijau. Raza, M.W., Akhtar,J., Arshad,, M. and Yousaf, S.
2004. Growth, nodulation and yield of
mungbean (Vigna radiata L.) as influenced by
Daftar Pustaka coinoculation with rhizobium and plant growth
promoting rhizobacteria. Pak Pakistan Journal of
Angelova, V.R., Akova, V.I., Artinova,
Artinova N.S. and
Agriculture Science 15(4): 211-222.
222.
Ivanov, K.I. 2013. The effect of organic
Reid, B.J., MacLeod, C.J.A., Lee, P.H., Morriss,
amendments on soil chemical characteristics.
characteristic
A.W.J., Stokes, J.D. dan Semple
Semple, K.T. 2001. A
Bulgarian Journal of Agricultural Science 19 (5): 958-
simple 14C-respirometric
respirometric method for assessing
971.
microbial catabolic potential and contaminant
Armiadi. 2009. Penambatan nitrogen secara biologis
bioavailability.. FEMS Microbiology Letters 196:
pada tanaman leguminosa. Wartazoa 19 (1): 17-
141-146.
24..
Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A.,
Broadbent, F. E. 2011. Soil Organic Matter. Bay of
Saraswati, R., Setyorini, D. dan Hartatik, W.
Plenty Regional Council.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Brockwell, J., Pilka,A. and Holliday,
Holliday R.A. 1991. Soil
Jakarta: Balai Besar Litbang Sumber Daya
pH is a major determinant of the numbers of
Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
naturally occurring Rhizobium meliloti in non-
Pengembangan Pertanian.
cultivated soils in central New South Wales.
Singh, A. and Sharma, S.. 2002. Composting of a
Australian Journal of Experimental Agriculture 31:
crop residue through treatment with
211-19.
microorganisms and subsequent
Dewi, E.K., Nuraini, Y.,, dan Handayanto,
Handayanto E. 2014.
vermicomposting. Bioresource Technology 85(2):
Manfaat biomasa tumbuhan lokal untuk
107-111.
meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah di
Supeno, A. dan Sujudi. 2004. Teknik Pengujian
lahan kering Malang Selatan. Jurnal Tanah dan
Adaptasi Galur Harapan Kacang Hijau Di
Sumberdaya Lahan 1 (1): 17-25.
Lahan
ahan Sawah. Buletin Teknik Pertanian. Aceh.
Hairiah, K., Widianto, Utami, S.R., Suprayogo, D.,
Wahyudi, I. 2009. Serapan N tanaman jagung (Zea
Sunaryo, Sitompul, S.M., Lusiana, B., Mulia, R.,
Mays L.) akibat pemberian pupuk guano dan
Van Noordwijk, M. dan Cadisch, Cadisch G. 2000.
pupuk hijau lamtoro pada Ultisol Wanga. Jurnal
Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi.
Agroland 16 (4): 265-272.
International Centre for Research in
Walworth, J. 2013. Nitrogen In Soil and The
Agroforestry. Bogor, Indonesia.
Environment. College Of Agriculture and Life
Hayat, R., Ali, S., Amara, U.,, Khalid,
Khalid R. and Ahmed,
Sciences.
I. 2010. soil beneficial bacteria and their role in
Widawati, S., Suliasih dan Saefudin. 2015. Isolasi
plant growth promotion: a review. Annal
dan uji efektivitasPlant Growth Promoting
Microbiology 60: 579 598.
Rhizobacteria Di Lahan Marginal Pada
Herfyany, E., Mukarlina dan R. Linda. 2013.
Pertumbuhan Tanaman Kedelai ((GlycinemaxL.
Pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merr.) var.Wilis. Prosiding SSeminar Nasional
Merril) pada media tanah gambut yang diberi
Masyarakat Biodiversitas Indonesia 1 (1).
abu jerami padi dan pupuk kandang sapi. sapi Journal
Yulnafatmawita, Gusnidar, and Saidi Saidi, A. 2010.
Protobiont 2 (2): 107–111.
Role of organic matter in situ for aggregate
Kaur, H., Gosal, S.K. and Walia, Walia S.S. 2017.
stability improvement of Ultisol in West
Synergistic effect of organic, inorganic and
Sumatra and chili (Capsicum
Capsicum annuum
annuum) production.
biofertilizers on soil microbial activities in
Proceeding ISFAS (Int’l Seminar on Food and Agric.
rhizospheric soil of green pea.pea Annual Research
Sci.),, Bukit Tinggi, Indonesia.
& Review in Biology 12(4): 1-11.
11.

http://jtsl.ub.ac.id 827
halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id 828

Anda mungkin juga menyukai