Anda di halaman 1dari 5

Nama : Widodo

Nim : 190603011
Dosen Pengampu : Agus Minarti.,M.Pd

PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN


HASIL KEDELAI DI TANAH PESISIR

Program intensifikasi pertanian yang dapat dilakukan diantaranya adalah perbaikan budidaya,
khususnya melalui pengggunaan kedelai varietas unggul dan pupuk hayati yang ramah
lingkungan. Varietas unggul yang digunakan adalah varietas-varietas kedelai yang telah
dilepas oleh Kementeri-an Pertanian. Jumlah verietas unggul kedelai saat ini telah mencapai
kurang lebih 70 buah, di antaranya adalah varietas Wilis dan Grobogan. Varietas Wilis
merupakan varietas yang tua karena dilepaskan se-menjak tahun 1983.

Varietas ini memiliki hasil rata-rata sebesar 1,6 ton/ha, umur berbunga 39 hari, kan-dungan
protein 37%, tahan rebah, dan tahan penya-kit karat. Varietas Grobogan dilepas tahun 2008,
memiliki hasil rata-rata sebesar 2,77 ton/ha, umur berbunga 31 hari, kandungan protein
43,9%, adaptif terhadap lingkungan, dan polong masak tidak mu-dah pecah.Program
ekstensifikasi pertanian untuk tana-man kedelai yang dapat dilakukan adalah melalui
pemanfaatan tanah-tanah bermasalah seperti tanah pesisir yang tidak kondusif untuk tanaman
kedelai. Pada umumnya kedelai tumbuh baik pada tanah yang bertekstur gembur, lembab,
tidak tergenang air, dan memiliki pH 6 –6,8. Pada pH < 5 kedelai masih dapat berproduksi,
meskipun tidak sebaik pada pH 6 –6,8 (Suprapto, 2001). Namun demikian, Indonesia sebagai
negara kepulauan memiliki lahan pantai yang sangat luas.

Suriadikarta & Simanungkalit (2006) menyatakan bahwa pupuk organik dan pupuk hayati
dapat digunakan dalam bentuk padat atau cair yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk hayati dan pupuk organik ke dalam tanah dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dilaporkan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman ja-gung pada tanah pesisir yang setara
dengan jika ditumbuhkan pada pada tanah sawah atau tanah kebun (Sapareng et al., 2017).
Penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk NPK
dilaporkan dapat meningkatkan pertumbuhan cabai pada tanah pesisir Bengkulu (Bertham et
al., 2013). Selanjutnya dilaporkan pula bahwa penggunaan pupuk organik dapat mening-
katkan kolonisasi fungi mikoriza arbuskula pada tanaman cabai tersebut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik dapat mening-katkan aktivitas mikroba
dalam tanah pesisir

BIOETIK PEMANFAATANSUMBERDAYA GENETIK MIKROBA


Probiotik merupakan makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang
yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan meningkatkan
mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba lokal yaitu mikroba hidup yang berasal dari
ayam kampung. Keberadaan mikroba dari pencernaan ayam kampung dapat dijadikan
peluang untuk digunakan sebagai probiotik (Sumardi, 2008).

Probiotik bekerja dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam usus dan


meningkatkan jumlah mikroba yang menguntungkan sehingga dapat menghambat
perkembangbiakan bakteri patogen. Sejumlah mikroba probiotik menghasilkan senyawa/zat-
zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makan tertentu dalam
saluran pencernaan, yaitu enzim. Salah satunya pada bakteri Bacillus sp. yang menghasilkan
enzim protease. Enzim protease merupakan enzim ekstraseluler yang berfungsi
menghidrolisis protein menjadi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Gambaran darah
merupakan fungsi fisiologis tubuh yang berkaitan dengan kesehatan. Gambaran darah yang
baik menunjang proses fisiologis yang menjadi lebih baik. Pemberian probiotik dalam
ransum dapat menguntungkan bagi ternak karena probiotik menyeimbangkan mikroflora
usus, meningkatkan ketersediaan nutrien ternak, meningkatkan imun tubuh dan dapat
memperbaiki gambaran darah ayam petelur (jumlah sel darah merah, sel darah putih dan
haemoglobin) (Ali et al., 2013).

PENINGKATAN PERTUMBUHAN PADI VAR. CIHERANG SETELAH DIINOKULASI


DENGAN Azospirillum MUTAN MULTIFUNGSI PENAMBAT N2, PELARUT P DAN
PENGHASIL FITOHORMON INDOLE ACETIC ACID (IAA)

Mikroba yang digunakan dalan penelitian ini adalah isolat Azospirillum dan mutan dengan
EMS terpilih indigenus Indonesia yang dapat berfungsi ganda melarutkan P, mempunyai
aktivitas nitrogenase, dan memproduksi IAA hasil isolasi dan koleksi Laboratorium
Mikrobiologi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian (BB-Biogen).

Peremajaan isolat Azospirillum sp dan penyiapan inokulan

Tiap-tiap koloni tunggal diambil dengan jarum ose dan digoreskan ke dalam media okon
dalam cawan petri (per 500 ml media terdiri atas: 3 g K2HPO4, 2 g KH2PO4, 2,5 g DL-
malic acid, 1,5 g NaOH, 0,25 g yeast extract, 2,5 ml MgSO4.7H2O 2%, 2,5 ml NaCl 1%, 2,5
ml CaCl2 0,2%, 2,5 ml FeCl3.6H2O 0,17%, 2,5 ml Na2MoO4.2H2O 0,02%, pH 6,8, 10 g
bacto agar). Inkubasi dilakukan pada suhu 300C selama semalam. Sebagai inokulan, kultur
Azospirillum ini akan dipindahkan ke media yang baru dan diinkubasi pada suhu 30oC untuk
mendapatkan OD600 sebesar 0, 7.

Persiapan media tanam


Media tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang diambil dari Kebun
Percobaan Cikeumeuh yang sudah dikering anginkan terlebih dahulu tanpa perlakuan
sterilisasi. Tanah sebanyak 10 kg dimasukkan ke dalam ember dan kemudian diairi untuk
dilumpurkan selama dua minggu sebelum tanam. Sehari sebelum tanam, tanah dipupuk
dengan pupuk NPK sesuai dengan rancangan percobaan.

Tahap inokulasi pada pembibitan

Perlakuan pemberian Azospirillumdilakukan bersamaan dengan penanaman biji pada tahap


pembibitan sebelum bibit dipindah ke pot. Percobaan dilakukan pada bak semai dengan 3
perlakuan: 1) tidak diinokulasi, 2) diinokulasi dengan Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2
(tetua) dan 3) diinokulasi dengan Azospirillum AjM 3.7.1.14 (mutan dengan EMS)

Perlakuan dan metode rancangan penelitian

Pertumbuhan tanaman padi pada fase vegetatif dan generatif diamati dengan perlakuan jenis
inokulan dan pemupukan. Perlakuan berupa tiga macam inokulasi Azospirilum yaitu tanpa
inokulasi (I0), inokulasi dengan Azospirillum tetua Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 (I1)
dari Azospirillum mutan AJM 3.7.1.14 (I2) dikombinasikan dengan dosis seperempat (R1/4),
setengah (R1/2) dan satu kali (R1) dosis pupuk N,P, dan K sesuai dengan rekomendasi
pemupukan padi di sawah (Urea 300 kg/ha, SP36 200 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha) dan
kontrol tanpa pemupukan (R0).

Parameter pengolahan data

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, kandungan N dan kandungan
P dari tanaman pada fase vegetatif, sedangkan pada fase generatif adalah jumlah malai per
rumpun, bobot gabah per rumpun, bobot gabah kering per rumpun, bobot 100 butir, dan
gabah isi per malai. Data dianalisa dengan uji statistik uji F.

Keragaman Genetika Bakteri Tanah dari Rizosfer Kapas Transgenik dan Nontransgenik
di Soppeng, Sulawesi Selatan Soil Bacterial Genetic Diversity from Rhizosfev of Transgenic
and Non transgenic Cotton Plantation in Soppeng, South Sula wesi

Analisis keragaman genetika yang cepat, sederhana, dan murah, dapat dilakukan dengan
teknik amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) atau restriction fragment
length polymorphism (RFLP). ARDRA dapat digunakan unb* analisis populasi bakteri dan
perkiraan perubahan genetika dalam waktu tertentu di antara dua lokasi dengan kondisi
lingkungan yang berbeda (Deya et al. 1995). Analisis ini dilakukan dengan cara
mengamplifhsi gen 16s-rRNA dengan menggunakan primer yang disesuaikan dengan sampel
DNA yang akan diamplifikasi (Borneman et al. 1996). Marchesi et al. (1 998) telah
mendesain primer 63f dan 13 87r untuk amplifikasi gen 16s-rRNA yang memungkinkan
untuk menduga keragaman bakteri yang berasal dari lingkungan.
Hasil amplifikasi 16s-rRNA ini kemudian dipotong dengan enzim restriksi. Pola hasil
pemotongan dengan enzim restriksi ini dapat digunakan untuk memperkirakan jurnlah
bakteri yang ada. Metode ini didasarkan pada prinsip pemotongan enzim restriksi yang
sangat spesifik pada bagian tertentu dari gen 16s-rRNA sehingga dapat menunjukkan pola
filogenetlka yang berbeda untuk setiap jenis prokariota (Deya et al. 1995). Dari penelitian
Moyer et al. (1996) yang menggunakan 10 enzim restriksi tetramerik pada analisis RFLP gen
16s-rRNA bakteri, diperoleh tiga enzim yang paling diskriminatif untuk mendeteksi dan
mernbedakan gen 16s-rRNA bakteri. Ketiga enzirn tersebut ialah kaI, HhaI, dan BstUI yang
kemudian direkomendasikan untuk penapisan pada studi keragaman genetika bakteri.

Potensi Senyawa Antimikrobia Dari Organ Tanaman Ramuan Nginang

Piper betleadalah milik keluarga Piperaceae Ini banyak ditanam di India, Srilanka, Thailand,
Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Bagian-bagian dari sirih seperti daun,
akar, batang, tangkai dan buah digunakan untuk berbagai keperluan. Tanaman ini memiliki
sejumlah besar biomolekul yang menunjukkan berbagai aktivitas farmakologis. Daun sirih
memiliki aktivitas antitumor, antimutagenik, dan antihelminthik.PenelitianPatil (2015)saat ini
telah dilakukan untuk mengetahui profil fitokimia dari ekstrak aqueous, etanol, metanol,
butanolik dan aseton dari daun Piper betledan untuk menentukan aktivitas antimikroba in
vitro daun sirih terhadap berbagai mikroorganisme. Dalampenyaringan fitokimia, ekstrak air
menghasilkan steroid, diterpen, tanin, glikosida kardial, flavonoid, saponin, fenol, kumarin,
dan alkaloid. Ekstrak etanol mengandung berbagai fitokimia seperti steroid, diterpen, tanin,
flavonoid, saponin, dan kumarin. Ekstrak metanol daun sirih ditunjukkan adanya steroid,
diterpen, tanin, dan saponin. Ekstrak butanol mengandung steroid, diterpen, tanin, flavonoid,
emodin dan alkaloid sedangkan ekstrak aseton menunjukkan steroid, diterpen, tanin,
flavonoid, saponin dan kumarin. Secara relatif ekstrak air menghasilkan lebih banyak
metabolit sekunder secara kualitatif dan kuantitatif. Flavonoid menunjukkan antiinflamasi,
aktivitas pembuluh darah, antioksidan, antimikroba, serta sifat obat lainnya.Hasil
menunjukkan bahwa butanol yang diekstraksi daun sirih dengan 5% dari 50 μL ditemukan
konsentrasi efektif yang menghambat pertumbuhan Salmonella typhimurium,
Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereuslebih dari 10% dari konsentrasi 50 μl ditemukan
efektif terhadap Proteus vulgaris. Ekstrak butanolik menunjukkan zona penghambatan yang
lebih tinggi terhadap semua bakteri kecuali jamur dan ditemukan lebih efektif dan efisien di
antara ekstrak disiapkandalam berbagai sistem pelarut. Pada penelitian Lutviandhitarani
(2015), telah membuktikan bahwa rebusan daun sirih (Piper betle) memiliki efektivitas yang
sama dengan antibiotik komersial yaitu Penicilin dihydrostreptomycin dalam menghambat
perkembangan bakteri gram positif pada susu sapi penderita mastitis yang terdapat
bakteriStaphylococcus aureus. Sehingga daun sirih (Piper betle) mampu digunakan sebagai
green antibiotic alternatif dalampengobatan Penelitian Widyaningtias(2014), yaitu tentang uji
aktifitas antibakteri ekstrak terpurifikasi daun sirih hijau (Piper betle) terhadap bakteri
Propionibacterium acnes. Penentuan aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi
disk berdasarkan pada nilai diameter zona hambat yang dihasilkan. Hasil menunjukan bahwa
terbentuk zona transparant bening atau biasa disebut zona hambat.Pada proses purifikasi
daun sirih hijau tersebut dihasilkan senyawa antibakteria yang bersifat polar yaitu flavonoid,
tanin, dan polifenol. Tanin merupakan sejenis dengan polifenol dapat larut air yang mampu
menghambat enzim ekstraseluler mikrobia dengan cara fosforilasi oksidatif. Flavonoidnya
sebagai antibakteri yang mampu mengakibatkan gangguan fungsi dinding sel bakteri dengan
protein ekstraseluler. Kandungan lain dari ekstrak purifikasi daun sirih yaitu ada kavikol dan
kavibetol sebagai turunan dari fenol yang mampu mendenaturasi protein mikroorganisme.

Anda mungkin juga menyukai