Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH BIO-SLURRY BERBAHAN KOTORAN

AYAM DAN KUBIS TERHADAP PERTUMBUHAN

FASE VEGETATIF TANAMAN SAWIPAGODA

(Bidang Sains)

Disusun Oleh :
Aat Anugrah
Ilma Nuraeni

Guru Pembimbing :
Erni Rahmayanti, S.Pd

MADRASAH ALIYAH (TERPADU) AR-RAHMAN


Jl. Arrahman No. 1  (0265) 778127 Desa Nasol Kec. Cikoneng
Kabupaten Ciamis – Provinsi Jawa Barat
NSM : 131232070004 TERAKREDITASI A
NPSN : 20276435
E-mail :matar_nasol@yahoo.co.id
A. Judul Penelitian

PENGARUH BIO-SLURRY BERBAHAN KOTORAN AYAM DAN KUBIS

TERHADAP PERTUMBUHAN FASE VEGETATIF TANAMAN SAWI PAGODA

(Brassica narinosa).

B. Latar Belakang Penelitian

Tanaman sawi pagoda adalah tanaman asli Asia khususnya berasal dari negara

Cina. Sebutan lain untuk tanaman pagoda adalah totsoi, sawi bayam, sawi sendok,

atau roset bok choy. Di Indonesia iklim, cuaca, dan tanahnya sangan cocok untuk

mengembangkan budidaya sawi pagoda dan hasilnya tidak jauh seperti dari tempat

asalnya.

Tanaman sawi-sawian sangat mudah didapat dan menjadi sayuran yang digemari.

tanaman ini juga populer di Amerika Utara sebagai bahan makanan dan sekarang

mulai dibudidayakan di seluruh dunia (Anonim, 2012). Tanaman sawi

pagoda(Brassica narinosa) pada saat ini selain sedang trend berguna juga sebagai

obat, lalapan, atau bisa juga dijadikan jus. Tanaman sawi pagoda (Brassica

narinosa)memiliki banyak sekali kandungan zat kimia yang baik untuk kesehatan. Zat

kimia ini antara lain alkaloid, kalium, iodium, dan zat samak. Senyawa ini sangat baik

untuk tubuh dan menjaga kesehatan.

Prospek budidaya sayuran di masa mendatang cukup cerah, mengingat permintaan

akan sayuran yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya untuk

meningkatkan produksi baik oleh petani maupun instansi pertanian melalui uji coba

tentang suplai pupuk pada sayuran, termasuk tanaman sawi pagoda(Brassica

narinosa). Produksi sawi pagoda (Brassica narinosa)yang tinggi dan berkualitas

diperoleh dengan teknik budidaya yang baik, diantaranya melalui pemupukan yang

benar, tepat dan sesuai kebutuhan. Saat ini produk sayuran yang diinginkan oleh

konsumen adalah sayuran yang berkualitas baik dan sehat serta aman untuk

1
dikonsumsi. Sehingga upaya mendapatkan sawi pagoda (Brassica narinosa)dengan

kualitas yang baik maka perlu dilakukan pemberian pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti

pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik ini dapat berasal

dari pupuk kandang atau dari limbah industri.

Menjelaskan bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak

tanah, menyediakan unsur hara makro dan mikro, selain itu pupuk kandang berfungsi

untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikro biologi tanah, nilai kapasitas

tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. (Syekhfani, 2000)

Berdasarkan penelitian Simatupang, Henri. et al (2016) Pupuk organik yang baik

digunakan pada tanaman sawi(Brassica narinosa) yaitu pupuk kandang yang berasal

dari kotoran ayam.

Energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif

lebih sederhana adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa di

dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa

kotoran ternak, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran

sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak seperti, sapi

atau ayam (Noresta, 2013).

Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas

berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam

ruang tertutup. Bio-slurry/limbah biogas dikeluarkan dari reaktor menahan semua

nutrisi yang telah ada di materi suapan. Sehingga membuat Bio-slurry berpotensi

menjadi pupuk organik. Pada aplikasinya telah terbukti produksi hasil yang lebih

tinggi dibandingkan pupuk biasa. Sehingga menjadi solusi yang tepat untuk nutrisi

kandungan tanah pertanian yang berkekurangan di negara berkembang. (Simatupang

Henri et al, 2016)

2
Biogas yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran ternak dalam keadaan

kedap udara. Secara Ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas

yang mudah terbakar. Gas ini dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik oleh

bakteri anaerob. Umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk

menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik baik padat maupun cair yang

cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut

membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2). Tetapi

hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan bakar. Biogas sebagian besar mengandung gas

metana (CH4) dan karbondiokasida (CO2). Energi yang terkandung dalam biogas

tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka

semakin besar kandungan energi pada biogas (Sikanna, Rismawaty. et al. 2013).

Menurut Widodo dan Asari (2006) kotoran ternak mengandung nitrogen, fosfor

dan kalium yang merupakan kandungan nutrient utama untuk bahan pengisi biogas.

Menurut Omed et al, (2000) Kotoran ternak merupakan pilihan yang tepat sebagai

bahan baku pembuatan biogas, karena di dalam kotoran ternak telah mengandung

bakteri metanogenik yang dapat menghasilkan gas metan.

Bio-slurry adalah salah satu pupuk organik yang dapat digunakan pada tanaman

sawi. Pupuk Bio-slurry merupakan pupuk dari kotoran ternak yang telah mengalami

fermentasi. Berdasarkan analisis berat basah kandungan dalam pupuk Bio-slurry

yaitu C-organik (48%), N-total (2,9%), C/N (15,8%), P2O5 (0,2%), K2O (0,3%)

(Program Biru, 2011)

Pupuk nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-

bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak

dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman (Rosmarkam dan

Yuwono, 2002).

3
Menurut Hadisuwito (2007) manfaat dari Bio-slurry adalah dapat memperbaiki

sifat-sifat tanah, menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan dan

mengandung mikro organisme yang efektif menyuburkan tanah dan menambah

nutrisi serta mengendalikan penyakit pada tanah. Bio-slurry juga lebih mudah diserap

oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya telah terurai. Hal ini disebabkan karena

pupuk Bio-slurry telah mengalami proses dekomposisi oleh bakteri anaerob di dalam

tabung penampungan (Yunus, 1991), tetapi sampai saat ini pupuk Bio-slurry belum

dimanfaatkan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul: PENGARUH BIO-

SLURRYBERBAHAN KOTORAN AYAM DAN KUBIS TERHADAP

PERTUMBUHAN FASE VEGETATIF TANAMAN SAWI PAGODA (Brassica

narinosa)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian

bio-slurry berbahan kotoran ayam dan kubis, serta mendapatkan perlakuan yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan fase vegetatif tanaman sawi

pagoda (Brassica narinosa).

D. Outcame/ Yang diharapkan

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut tentunya diharapkan mempunyai manfaat,

diantaranya:

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

bio-slurry berbahan kotoran ayam dan kubis yang dijadikan sebagai pupuk

tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa) .

4
2. Bagi Stakeholder dibidang pendidikan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya

wawasan dan keterampilan siswa SMA/MA khususnya kelas XII, pada mata

pelajaran biologi yaitu pada materi pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan

E. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Desain Penelitian

1) Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen.

2) Desain Penelitian

Seiring tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui pengaruh dari Bio-

slurry berbahan kotooran ayam dan kubis dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan fase vegetatif tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa).

Maka dari itu desain yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan masing-masing komposisinya yang berbeda antara kotoran

ayam dan sayuran kubis.

Perbandingan komposisi yang digunakannya pada pembuatan bio-

slurry yakni:

P1: Konsentrasi bio-slurry berbahan 6 Kg kotoran ayam + 0 Kg sayuran

kubis + 6 Kg Air (100% : 0%)

P2: Konsentrasi berbahan bio-slurry 4 Kg kotoran ayam + 2 Kg sayuran

kubis+ 6 Kg Air.(66,67% : 33,33%)

P3: konsentrasi berbahan bio-slurry 3 Kg kotoran ayam + 3 Kg sayuran

kubis + 6 Kg Air.(50% : 50 %)

P4: konsentrasi berbahan bio-slurry 2 Kg kotoran ayam + 4 Kg sayuran

kubis + 6 Kg Air.(33,33% : 66,67%)

5
P5: konsentrasi berbahan bio-slurry 0 Kg kotoran Ayam + 6 Kg sayuran

kubis+ 6 Kg Air.(0% : 100%)

Dalam RAK diketahui bahwa derajat kebebasan (dk) atau variasi

kekeliruan (t-1)(r-1) ≥ 15. Dimana r adalahrefleksi atau banyaknya

ulangan dan t adalah treatment atau perlakuan (Gomes, 1995:13)

Derdasarkan rumus diatas banyaknya ulangan dalam penelitian ini

adalah:

(t-1)(r-1) ≥ 15

(r-1)(4-1) ≥ 15

5r-r-5+1 ≥ 15

4r ≥ 15+4
19
r ≥ = 4,75
4

r =5

Jadi jumlah minimal pengulangan yang harus digunakan pada

setiap perlakuan adalah lima kali ulangan. Sehingga banyaknya percobaan

adalah 5 perlakuan x 5 ulangan = 25 satuan percobaan. Adapun gambar

tata letak percobaan adalah sebagai berikut:

2 1 5 1 4
P2 P4 P1 P5 P3
3 2 2 5 2
P2 P4 P1 P5 P3
5 5 3 3 1
P2 P4 P1 P5 P3
1 4 1 2 5
P2 P4 P1 P5 P3
4 3 4 4 3
P2 P4 P1 P5 P3

6
1: Nomor Perlakuan

P : Perlakuan

2 : Ulangan

Gambar 3.Tata letak percobaan

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pertumbuhan fase vegetatif

tanaman sawi pagoda dengan ditambahkan bio-slurry berbahan kotoran ayam

dan kubis sebagai pupuk organik yang ditambahkan pada media tanam polibag,

dimana terdapat lima perlakuan dan lima kali ulangan sehingga 5 perlakuan x 5

ulangan = 25polibag.

3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional penelitian ini ada dua macam variabel yakni variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu komposisi

kotoran ayam dan limbah sayuran kubis. Kotoran ayam yang digunakan yaitu

jenis kotoran ayam petelur yang masih basah kisaran waktu satu hari dan

diambil pada waktu pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB dari peternakan ayam di

dusun Panyingkiran desa Karangampel. Limbah sayuran kubis yang digunakan

masih basah dengan kadar air sekitar 92 - 93 % kisaran waktu tiga hari dan di

ambil dari tempat sampah pasar Ciamis.Sedangkan variabel terikatnya yaitu

pertumbuhan fase vegetatif tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa) yang

tumbuh cepat karena dipengaruhi oleh Bio-slurry berbahan kotoran ayam dan

limbah sayuran kubis.

Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Menghitung indeks luas daun yaitu dilakukan dengan rumus:


𝑊𝑟
ILD = 𝑊𝑡 𝑥𝐿𝐾

Keterangan:

7
ILD : Indeks Luas Daun

Wr : Berat Total Replika

Wt : Berat Total Kertas

LK : Luas Total Kertas

2. Menghitung berat basah tanaman yaitu dengan penimbangan

tanaman yang masih segar yaitu setelah tanaman dipanen, kemudian ditimbang

dengan menggunakan timbangan analitis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sumekto, Riyo. 2006. Pupuk Kandang. Yogyakarta:Intan Sejati

Lingga,P dan Marsono. 2000. Petunjuk Kegunaan Pupuk. Jakarta:Penebar Swadaya

M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta:Rineka Cipta

Wahyuni, S. (2013). Panduan Praktis Biogas. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sari Puspita. R.M. (2016). “Pengaruh Frekuensi Penyiraman Dan Dosis Pupu Kandang Ayam

Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L. var.

chinensis)”. Jurnal Produksi Tanaman. 4(5):2

H Pardosi,Andri.et al. (2014). Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair Limbah

Sayuran pada Lahan Kering Ultisol. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal

2014. 979587:4

Noresta, F., Jecika, Y.N., dan Faisal M. (2013). Pengaruh Komposisi Masukan dan Waktu

Tinggal terhadap Produksi Biogas dari Kotoran Ayam.Jurnal Teknik Kimia.

29(1):23-25.

Sariyati. (2013). Membuat Biogas dari Sampah Sayuran Kubis dan Kotoran Sapi.Jurnal

teknik surakarta. 28(1):8

Bangun, Bintario B.A et al. (2014) Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica

sinensis L.) Dengan Pemberian Mineral Zeolit Dan Nitrogen. Jurnal Online

Agroekoteknologi2(3).3-4

Blanco, F.F. and M.V. Folegatti. 2003. A new method for estimating the leaf area index of

cucumber and tomato plants. Horticultura Brasiliera 21: 666-669.

Anda mungkin juga menyukai