Disusun Oleh:
Brian Andika Purba
NPM: 190802074
A. Latar Belakang
Air limbah ikan lele merupakan salah satu masalah dalam berternak
ikan lele baik ikan lele yang dibudidayakan kolam beton, terpal, dan drum. Air
limbah budidaya ikan lele adalah salah satu limbah yang berasal dari pakan
atau pertumbuhan ikan. Hasil dari sisa pakan yang tidak termakan, kotoran di
kolam ikan lele mengandung unsur hara makro dan mikro yang berupa
kotoran, urine dan makan tambahan dari dedaunan hijau, selain itu limbah cair
2001).
Menurut Kesuma dkk. (2015) bahwa air limbah budidaya ikan lele
mengandungan unsur hara makro dan mikro dimana air limbah ikan lele yang
penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan. Keuntungan dari sistem ini dapat
mengurangi kebutuhan air, reduksi bahan organik yang meliputi amonia, nitrit serta
penyangga atau buffer pH (Effendi dkk. 2015). Sampel air limbah ikan lele
mengandung 6,81 mg/L untuk total Nitrogen, 0,03 mg/L untuk Phospor, 0,25 mg/L
untuk Kalium, 0,71 mg/L untuk Kalsium, 0,07 mg/L untuk Magnesium, 0,03 mg/L
untuk Besi, 0,005 mg/L. Pemanfaatan kotoran ikan juga dapat memenuhi hara
Ganjar, 2013). Menurut Adithya dkk. (2015) kandungan pupuk organik padat dengan
2
4 kg limbah ikan memiliki kandungan yang berkisar 2,26% N, 1,44% P dan 0,95% K,
hal ini dapat dimanfaatkan dengan penambahan bahan organik sebagai nutrisi
tanaman.
Kale curly (Brasicca oleraceae var. sabellica) adalah salah satu jenis
sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri Cina dan
yang banyak memberikan manfaat dan juga salah satu sayuran yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, dengan kandungan yang kaya akan gizi antara lain:
protein, karbohidrat, lemak, zat besi, vitamin A, B, C dan serat. Kale curly dapat
memenuhi kebutuhan hara yang disediakan dari pupuk organik. Salah satu sumber
yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara nitrogen, fosfor dan kalium
adalah dengan memanfaatkan air limbah ikan lele, daun gamal, dan kulit pisang
pada umumnya kandungan unsur hara yang rendah dan lambat tersedia bagi
tanaman dan lambat tersedia bagi tanaman (Jusuf, 2006). Pupuk organik cair adalah
larutan dari hasil pembusukan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, limbah
agroindustri dan kotoran hewan yang memiliki kandungan lebih dari satu unsur hara
Salah satu jenis pupuk yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair adalah
bahan organik yang berasal dari sisa atau limbah ikan yang dihancurkan. Bahan
organik yang telah dihancurkan sampai halus nantinya akan dikombinasikan dengan
air limbah budidaya ikan lele sebagai media tanam. Selanjutnya dilakukan proses
penambahan EM4 dan molase pada air limbah budidaya ikan lele dan bahan organik
3
dimanfaatkan
dan Umi (2019), kandungan daun gamal yaitu 3-6 % N, 0,31% P, 0,77%
keunggulan dibandingkan dengan jenis legume lainnya yaitu, tanaman gamal dapat
tinggi. Daun gamal memiliki kandungan nitrogen yang cukup tinggi dengan C/N
2007).
yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara yang
terdapat di pupuk cair kulit pisang kepok yaitu, N-total 0,18%; P2O5
0,043%; C-organik 0,55%; pH 4,5; C/N 3,06%; dan K2O 1,137% (Nasution
dkk. 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian untuk
mengetahui uji pemanfaatan air limbah ikan lele, daun gamal, kulit pisang kapok,
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
kawasan TNGM.
D. Manfaat Penelitian
mengenai berbagai jenis tanaman obat yang ada di kawasan TNGM dan
lokasi dimana tanaman obat ini ditemukan agar masyarakat lebih mudah untuk
tanaman obat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Etnobotani
(Syafitri dkk., 2014). Etnobotani memiliki aplikasi pada banyak bidang yang
saat ini turut menjadi perhatian global, diantaranya adalah ketahanan pangan,
berinteraksi dengan sumber daya lingkungan sekitar mereka, kajian ini juga
dan pemeliharaan pengetahuan asli serta lokal dari suatu tumbuhan (Pei dkk.,
2020).
Amerika Utara, John Harshberger pada tahun 1895 untuk menekankan bahwa
ilmu ini mengkaji terkait etnik (suku bangsa) dan botani (tumbuhan).
informasi jenis serta nama lokal dari tumbuhan serta manfaatnya, namun pada
tahun 1916 telah diperkenalkan konsep baru tentang etnobotani dimana kajian
masyarakat baik untuk saat ini maupun generasi mendatang sangat luas dan
berkelanjutan
(Hakim, 2014).
B. Tanaman Obat
atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan Obat tradisional atau
pemula bahan baku obat. 3) Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi
ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah
Indonesia atau obat asli Indonesia yang Iebih dikenal dengan nama jamu,
umumnya campuran Obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman.
Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau
kawasan 6.410 ha yang berada diantara dua provinsi, yaitu Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Panorama yang ada di Kawasan TNGM ini
sangat indah karena hasil dari bentukan alam dan memiliki banyak tempat
tujuan wisata yang sangat menarik terutama bagi para pecinta alam. Gunung
Merapi adalah salah satu gunung yang berstatus aktif, tetapi kawasan ini
penting dan strategis karena berfungsi sebagai daerah resapan air yang
memiliki manfaat bagi wilayah sekitarnya dan merupakan tipe hutan tropis
dengan kondisi gunung api yang sangat aktif. Kawasan hutan Gunung Merapi
dan estetika serta pengelolaan kawasan secara khusus sebagai daerah rawan
Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada
Bersatu. Peta Zonasi Taman Nasional Gunung Merapi dapat dilihat pada
Gambar 1.
adalah peta keseluruhan gunung merapai yang sudah disketsa dan diwarnai
sesuai dengan zona dan wilayah tertentu. Kemudian pengambilan gambar dari
hasil diatas didapat dari buku Taman Nasional Gunung Merapi yang dimana
Pebruari 2007 mengenai Organisasi Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasional Tipe B, terdiri dari Kepala Balai (Eselon III), Kepala Sub Bagian
Tata Usaha (Eselon IV), dua orang Kepala Seksi Pengelolaan Taman
vulkanik.
10
Merapi.
hidoorologi ini adalah fungsi kawasan sebagai daerah resapan air yang
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134 Menhut-II tahun 2004
tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman
Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang
terbagi menjadi 3 (tiga) resort yaitu Resort Wilayah Musuk dan Cepego
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daftar pertanyaan untuk
responden, buku catatatan, alat tulis, label, kamera handphone, perekam suara,
dan daftar jenis tanaman obat. Bahan yang digunakan, yaitu tanaman obat yang
C. Tahapan Penelitian
kawasan TNGM.
2. Wawancara
dipilih untuk mendapatkan informasi yang akurat dari orang yang tahu
atau petugas di TNGM serta masyarakat sekitar yang mengetahui dan sering
jenis tanaman obat apa saja yang memang ada di kawasan TNGM, serta
dapat mengetahui dengan lebih jelas bentuk serta lokasi adanya tanaman
tersebut.
4. Dokumentasi
D. Analisis Data
1. Demografi Responden
selanjutnya disajikan dalam bentuk diagram atau grafik dan dianalisis secara
deskriptif.
tanaman obat yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan
deskriptif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Jusuf, L. 2006. Potensi Daun Gamal Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Melalui
Perlakuan Fermentasi. Jurnal Agrisistem. 2(1): 5-16.
Marsono
Jusuf, L. 2006. Potensi Daun Gamal Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Melalui
Perlakuan Fermentasi. Jurnal Agrisistem. 2(1): 5-16.
Qoniah, Umi. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Daun Gamal (Gliricidia
sepium) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Selada
(Lactuca sativa L.) dengan Media Hidroponik. Skripsi S1. Universitas
Islam Negeri Raden Intan. Lampung.
Effendi, H., Utomo, B.A., Darmawangsa, G. M., dan Karo-Karo, R.E. 2015.
Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) dengan Kangkung
(Ipomoea aquatica) dan Pakcoy (Brassica rappa chinensis) dalam sistem
resirkulasi. Ecolab. 9 (2): 47-104.
Aditya, S., Suparmi, Edison. 2015. Study of Manufacture Solid Organic Fertilizer
From Fisheries Waste. Jomfaperika. 2 (2): 1 – 11.
Rasmito, A., Aryanto, H., Anjang P. H. 2019. Pembuatan Pupuk Organik Cair
dengan Cara Fermentasi Limbah Cair Tahu, Starter Filtrat Kulit Pisang dan
Kubis, dan Bioaktivator EM14.Jurnal IPTEK. 23(1): 55-62.
Nasution, F.J., Mawarni, L., dan Meirani, M. 2014. Aplikasi Pupuk Organik Padat
dan Cair dari Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(3): 1029-1037.