EKO WIJANARKO
CAA 112 004
Oleh
EKO WIJANARKO
CAA 112 004
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Kamillah, SP., MP
Tanggal :
Tanggal :
Fakultas Pertanian
Jurusan Budidaya Pertanian
Ketua,
DAFTAR ISI
Halaman
I.
ii
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Perumusan Masalah ...............................................................
1.3. Tujuan ....................................................................................
1.4. Hipotesis ................................................................................
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalimantan Tengah ................................................................
2.2. Etnobotani ..............................................................................
2.2. Biofarmaka..............................................................................
2.3. Eksplorasi ...............................................................................
III.
1
3
4
4
5
6
6
6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
8
8
8
9
10
10
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki Indonesia menduduki
peringkat lima besar dunia, yaitu memiliki lebih dari 38.000 jenis tumbuhan
(55% endemik) yang menjadikan Indonesia sebagai megadiversity country. Dari
segi keanekaragaman tumbuhan palem Indonesia menduduki peringkat kedua di
dunia, kurang lebih ada 477 jenis dan 225 jenis diantaranya endemik. Untuk
jenis pohon penghasil kayu (yang umumnya didominasi suku Dipterocarpaceae)
lebih dari setengah dari seluruh jenis (350 jenis) terdapat di negara ini dan 155
jenis diantaranya endemik di Kalimantan (Bappenas, 2003).
Dari luas daratan Indonesia yang hanya 1,32% tapi mempunyai
keragaman hayati (permata hijau) sangat besar. Diperkirakan 28.000 jenis
tumbuhan (10% jenis tumbuhan berbunga) endemik di Indonesia. Kekayaan ini
tentunya merupakan prospek yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan
masyarakat Indonesia jika dikelola dengan baik, teratur dan bertanggung jawab.
Tumbuhan obat di Indonesia merupakan salah satu kelompok komoditas
hutan dan kebun yang erosi genetiknya tergolong pesat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu (1) kerusakan habitat yang disebabkan oleh desakan
kebutuhan lahan untuk produksi maupun tempat tinggal, pemanfaatan hasil hutan
untuk industri maupun tempat tinggal sehingga habitat tumbuhan obat terganggu,
(2) kurangnya perhatian terhadap budi daya tanaman obat terutama untuk jenisjenis yang digunakan dalam jumlah kecil, dan (3) kemampuan regenerasi
tumbuhan obat yang lambat, terutama jenis tumbuhan tahunan, terlebih lagi
yang diambil dari alam (Djauhariya dan Sukarman 2002). Rifai et all. (1992)
melaporkan bahwa 30 jenis tumbuhan obat di Indonesia sudah termasuk langka, di
antaranya Alstonia scholaris, Rouvolfia serpentina, Cinamomum sintoc, dan
Parkia roxburghi. Dan salah satu jenis tumbuhan Liana, yaitu Pulasari (Jafarsidik
1987; Rifai et all. 1992).
1.3.Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang jenis, karakteristik kandungan fitokimia
yang prospektif pada tanaman obat.
2. Mengetahui wilayah penyebaran tanaman obat serta pemanfaatannya oleh
masyarakat lokal.
3. Mengoleksi tanaman obat secara ex-situ.
1.4.
Hipotesis
1. Ditemukannya tanaman obat yang berpotensi sebagai sumber biofarmaka
di Kalimantan Tengah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
orang Ngaju, Ot Danum dan Ma. Bahasa daerah di Kalimantan Tengah terdiri dari
puluhan, bahkan ratusan bahasa Dayak. Namun, dalam pergaulan sehari-hari,
bahasa yang kerap digunakan adalah bahasa Dayak Ngaju, Dayak Maayan, Dayak
Kapuas, bahasa Jawa, dan bahasa Banjar. Suku Dayak dikenal dengan Rumah
Betang sebuah rumah besar yang dihuni beberapa keluarga sekaligus secara
turun-temurun. Karena itulah kekerabatan mereka sangat erat dan menjadi unsur
dominan keberlangsungan kebudayaan unik ini (Kementrian Pariwisata Republik
Indonesia, 2013).
II.2. Etnobotani
Etnobotani adalah salah satu cabang etnosains yang khusus mengkaji
persepsi dan pengetahuan penduduk tentang jenis-jenis tumbuhan, penanaman,
pengklasifikasian, pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis tumbuhan, (Martin,
1995). Penelitian etnobotani mampu mengungkapkan pemanfaatan berbagai jenis
sumber daya alam khususnya tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat
setempat yang merupakan titik awal pengembangannya menjadi jenis unggulan
yang bermanfaat banyak bagi kepentingan masyarakat.
II.3. Biofarmaka
Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan,
kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar.
Tanaman biofarmaka dibedakan menjadi dua kelompok:
1. Tanaman biofarmaka rimpang yang terdiri dari; jahe, laos/lengkuas,
kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci dan
dlingo/dringo.
2. Tanaman biofarmaka non rimpang yang terdiri dari kapulaga,
mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya
(Anonim, 2012).
II.4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah
tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti
jenis spesies tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Spesies yang
ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Eksplorasi dilengkapi dengan denah
penjelajahan yang menggambarkan tempat tujuan eksplorasi dan data paspor
(memuat nama daerah plasma nutfah, kondisi biogeografi, dan ekologi).
Eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah secara acak terwakili
dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tiap-tiap kawasan jelajah, sehingga
tiap kawasan memiliki contoh yang bisa dijadikan sebagai pembanding dengan
daerah lainnya. Kawasan sampel ini bisa dibagi berdasarkan kebutuhan dan tujuan
dari penelitian itu sendiri, misal pengumpulan data berdasarkan ketinggian lokasi,
berdasarkan tingkat kelembaban, berdasarkan tipe habitat dan lain-lain.
Metode eksplorasi ini juga bisa digunakan untuk melakukan inventarisasi
(baik inventarisasi tumbuhan maupun hewan). untuk inventarisasi, Pengamatan
dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai sebuah
individu, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan
pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase
kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan
persentase frekuensi keterdapatannya (Abang, 2010).
III.
III.1.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buku panduan,
sampel tanaman obat, sampel tanah, organ atau bagian tanaman obat, dan bahan
yang menunjang penilitian. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
meteran, pH meter, kantong plastik, toples, amplop, kamera, alat tulis, dan alat
bantu lainnya yang menunjang penelitian.
III.3.
Metode Penelitian
10
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2003. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan: Dokumen
Regional. Bappenas. Jakarta.
Djauhariya, E. dan Sukarman. 2002. Pemanfaatan plasma nutfah dalam industri
jamu dan komestika alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):12-13. EISAI.
1995. Medical Herbs Index in Indonesia. Jakarta. 453 hlm.
Hartini.,S., Dwi Murti Puspitaningtyas. 2005. Flora Sumatera Utara Eksotik dan
Berpotensi. Pusat Konservasi Tumbuhan kebun Raya Bogor, LIPI 219 hal.
Martin, G.J. 1995. Ethnobotany : A Method Manual. Chapman dan Hall.
London.
Putrasamedja, S. 2005. Eksplorasi dan Koleksi Sayuran Indigenous di
Kabupaten Karawang, Purwakarta, dan Subang. Buletin Plasma Nutfah
Vol. 11:1.
Rifai, M.A. 1983. Plasma Nutfah, Erosi Genetik, dan Usaha Pelestarian
Tanaman Obat Indonesia.
Rifai, M.A., Rugayah, dan E.A. Widjaya. 1992. Tiga puluh tumbuhan obat
langka Indonesia. Floribundo 2:28.
Wilson., E.O. 1988. Biodiversity. National Academy Press. Washington D.C.
Abang, 2010. Pengertian Metode Eksplorasi. http//:Metode Penelitian _
Abang.htm. Diakses pada tanggal 27 April 2015.
Anonim, 2012. Pengertian Biofarmaka. http//: PENGERTIAN TUMBUHAN
BIOFARMAKA_ Serba Serbi Geografi.htm. Diakses pada tanggal 27 April
2015.
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, 2013. Kalimantan Tengah.
http//:Wonderful Indonesia - Kalimantan Tengah.htm. Diakses pada
tanggal 27 April 2015.
11