Disusun Oleh:
Aliffia Nuraita 175040200111001
Shabrina Siswaputri 175040200111002
Kelas: P
Program Studi: Agroekoteknologi
Kelompok: Semangka
Asisten Kelas: Irma Latifah
Asisten Lapang: Hammam Abdullah Rizqi, SP.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Kelompok : Semangka
Kelas : P8
Disetujui Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah Teknologi
Produksi Tanaman yang berupa laporan akhir praktikum yang membahas tentang
“Pengaruh Varietas dan Thinning pada Tanaman Semangka”.
Dalam laporan ini, kami selaku penulis membahas teknologi yang diterapkan
untuk budidaya semangka. Oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak agar penyusunan laporan selanjutnya
menjadi lebih baik.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semangka merupakan tanaman buah yang tumbuh secara merambat yang
dalam bahasa inggris disebut Watermelon. Tanaman semangka ini berasal dari
daerah kering tropis dan subtropis Afrika yang kemudian berkembang pesat di
Afrika Selatan, Cina, Jepang, hingga Indonesia. Semangka termasuk dalam
keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae). Tanaman semangka terdapat puluhan
varietas, namun hanya beberapa jenis yang diminati oleh masyarakat baik untuk
dikonsumsi maupun dibudidayakan. Indonesia terdapat 2 kelompok semangka
yang biasa dibudidayakan, yakni semangka lokal (semangka hitam dari Pasuruan,
semangka Batu sengkaling dan semangka Bojonegoro) dan semangka hibrida
impor yang memiliki keunggulannya tersendiri.
Hasil semangka hibrida yang banyak digemari masyarakat adalah
semangka tanpa biji, karena selain rasanya yang manis juga mempunyai prospek
ekonomi yang tinggi dibandingkan tanaman semangka berbiji ataupun varietas
lainnya. Namun karena kurangnya budidaya semangka tanpa biji kebutuhan pasar
dalam negeri belum dapat tercukupi. Beberapa faktor penyebabnya yaitu karena
serangan organisme pengganggu tanaman dan teknik budidaya yang tidak tepat
atau kurangnya pengetahuan budidaya tanaman semangka tanpa biji. Berdasarkan
fakta tersebut diperlukan teknologi untuk meningkatkan produksi buah semangka
tanpa biji yaitu dengan menggunakan varietas unggul dan teknik penanaman.
Salah satu varietas tahan semangka ialah new diamond. Varietas ini berasal dari
thailand dengan keunggulan yakni dapat beradaptasi di dataran rendah. Hal ini
cukup membantu menaikan produktivitas tanaman semangka dikarenakan pada
dasarnya tanaman semangka tumbuh di dataran tiggi dan masih berkompetisi
dengan tanaman hortikultura. Selain penggunaan varietas yang baik, diperlukan
metode Thinning. Thinning merupakan suatu cara untuk mengurangi cabang pada
ruas tertentu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi persaingan pada setiap buah
pada tanaman tersebut juga untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas
tanaman semangka itu sendiri. Sehingga, perlakuan thinning dan varietas
diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman semangka baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui cara budidaya tanaman
semangka, untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan semangkan
berdasarakan varietas dan perlakuan Thinning.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Semangka
Gambar 2 Bunga Jantan dan Bunga Betina Buah Semangka (Sunyoto, et al,
2006)
ataupun menyerap dan menyimpan air sama sekali tidak cocok untuk ditanami
tanaman semangka karena sistem perakaran semangka tidak tahan terhadap
genangan air dan mudah busuk kemudian tanaman akan mati(Syofia, et al, 2015).
satunya dengan menggunakan bibit varietas new diamond. Varietas ini merupakan
salah satu varietas tahan yang mana dapat hidup didataran yang tergolong rendah.
Selain menggunakan varietas unggul juga perlu adanya perhatian dalam
penanaman tanaman semangka. Seperti kondisi media tanam dan jarak tanam.
Pada umumnya untuk menghasilkan tanaman yang baik, diperlukan kondisi media
tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tersebut. Selain itu, jarak
tanampun penting dikarenakan dapat mempengaruhi daya serap tanaman tersebut.
Pada tanaman semangka ini, salah satu teknik yang biasa digunakan ialah
menanam tanaman secara zig zag. Hal ini dilakukan untuk menambah jarak antar
tanaman untuk mengurangi persaingan antar tanaman. Selain itu, dengan cara
tanam seperti itu tanaman dapat menyerap sinar matahari yang cukup agar tanah
tidak terlalu lembab dan terjadi kebusuk. Selain itu juga dapat meningkatkan
produktifitas karena kurangnya persaingan antar tanaman sehingga buah
mendapatkan ruang yang cukup untuk tumbuh besar.
ketiak daun, yaitu tunas ke-1 sampai ke-8. Bunga yang terbentuk setelah ruas ke-7
dipertahankan untuk menjadi buah. Pemangkasan pucuk (ujung tanaman)
dilakukan saat masih pendek agar pertumbuhan cabang seragam. Pada umur 10-12
hari setelah tanam, mulai tumbuh 5-6 helai daun, titik tumbuh dipotong dengan
gunting yang telah dicelup dalam larutan fungisida. Setelah pucuk dipotong akan
tumbuh 4-5 cabang. Pemangkasan cabang dilakukan setelah terbentuk 3-4 ruas.
Agar berproduksi optimal, dipilih cabang utama yang tumbuh kuat dan seragam.
Tiap tanaman dipelihara dua cabang utama. Kedua cabang tersebut diatur
membentuk huruf V.
2.4 Varietas Tanaman Semangka
2.4.1 Semangka Kuning
Semangka kuning merupakan salah satu semangka hibrida yang cukup
diminati masyarakat. Salah satu varietas semangka kuning ialah Garnis F-1.
Semangka kuning Garnis F-1 memiliki dagung buah berwarna kuning dan berbiji.
Semangka ini memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit downy mildew atau
penyakit bulai. selain itu varietas ini baik untuk ditanam didataran rendah dan
umur panen yang cukup singkat yakni sekitar 55-60 hari setelah tanam (East West
Seed, 2013).
2.4.2 Semangka Biji
Semangka biji memiliki beberapa varietas yang salah satunya ialah
tafuma F-1. Varietas semangka ini memiliki beberapa keunggulan seperti baik
untuk ditanam pada dataran rendah. Selain itu, tanaman ini juga tidak mudah
pecah dan pembentukan buah yang cukup cepat. Tanaman semangka ini tahan
terhadap penyakit layu fussarium (East West Seed, 2013).
2.4.3 Semangka Tanpa biji
Suatu buah tanpa biji dihasilkan karena tanaman tersebut memiliki
kemampuan untuk membentuk buah tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi.
Buah yang mengalami hal tersebut merupakan hasil dari sifat partenokarpi.
Partenokarpi ialah sebuah sifat dimana buah tidak dapat menghasilkan biji karena
tidak terjadinya penyerbukan (Ihsan, et al, 2009). Namun pada buah semangka,
tidak terdapat sifat partenokarpi. Buah semangka tanpa biji tercipta dari hasil
persilangan ataupun pengaplikasian zat pengatur tumbuh (ZPT). Buah semangka
8
tanpa biji dapat dihasilkan melalui persilangan antara tanaman diploid (2n) dan
tanaman tetraploid (4n) hingga menghasilkan tanaman triploid (3n) (Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian,
2009). Buah partenokarpi ini dapat terbentuk dengan memotong benang sari pada
bunga yang sudah siap mekar, sehingga bunga tersebut hanya tersisa putiknya
saja. Kemudian bunga tersebut diberikan ZPT tertentu.
Selain melalui persilangan, tanaman tanpa biji dapat dihasilkan dengan
pengaplikasaian zat auksin ataupun giberelin pada kuncup bunga. Hal ini
dilakukan karena ZPT dapat sebagai pengganti biji karena terpenuhinya
kebutuhan auksin pada proses pembentukan buah, sehingga bunga tersebut dapat
tumbuh dan berkembang menjadi buah tanpa biji.
Namun pada pengaplikasiannya, cara-cara tersebut kurang praktis. Pada
era modern seperti sekarang metode yang lebih sering digunakan ialah dengan
kultur jaringan dan rekayasa genetik. Hal ini sebagaimana tertera pada Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009), yang menyatakan bahwa untuk
menghasilkan tanaman tanpa biji, perlu melakukan penyisipan gen partenokarpi
kedalam kromosom tanaman. Salah satu contoh gen partenokarpi ialah DefH9-
iaaM.
Pada tanaman semangka triploid, dihasilkan kotiledon yang lebih kecil
daripada semangka diploid. Tanaman semangka triploid ini memiliki bunga jantan
dan betina yang lengkap namun bakal biji dan benang sarinya steril, maka dari itu
biji tidak akan terbentuk.
9
tanaman dan pupuk KCL sebanyak 108 gr per petak atau 18 gr per tanaman.
Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak 5 cm dari
tanaman dengan kedalaman 5 cm, memasukkan pupuk ke dalam tanah yang telah
ditugal kemudian tutup kembali lubang.
3.3.5 Perawatan dan Pengamatan Tanaman
Perawatan dan pengamatan tanaman, untuk perawatan ini dilakukan dengan
rutin untuk penyiangan gulma dan penyiraman tanaman. Mersihkan gulma yang
ada di sekitar tanaman, kemudian mengambil air menggunakan botol plastik, dan
menyiram setiap tanaman. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan parameter pengamatan yang sudah ditentukan, yaitu pada setiap hari
senin. Pengaplikasian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) juga
dilakukan untuk membantu tanaman dalam menyerap unsur hara, karena bacteria
dalam PGPR bersimbiosis dengan akar tanaman. Konsentrasi PGPR yang
diaplikasikan sebesar 5 ml/liter. Apabila terdapat tanaman yang mati dapat
dilakukan penyulaman dengan bibit yang baru.
3.4 Paramater Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan pada praktikum Teknologi Produksi
Tanaman komoditas semangka adalah sebagai berikut :
1. Panjang Sulur
Panjang sulur pada tanaman semangka diukur mulai pangkal batang
tanaman semangka hingga ujung daun semangka terpanjang menggunakan
meteran. Pengukuran sulur dilakukan pada minggu pertama sejak tanaman
diletakkan di lahan dan dilakukan rutin setiap seminggu sekali.
2. Jumlah Daun
Pengamatan perhitungan jumlah daun yang muncul pada semangka sejak
minggu pertama penanaman telah dilakukan. Pengamatan dan perhitungan jumlah
buah dilakukan setiap minggunya di lahan dan dilakukan rutin setiap seminggu
sekali.
3. Persentase Tumbuh
Pengamatan persentase tumbuh dilakukan mulai dari 2 minggu setelah
tanam. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung tanaman yang tumbuh atau
12
Keterangan:
I =intensitas atau beratnya kerusakan (%)
n = jumlah contoh yang diamati
v = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan
N = jumlah total sampel yang diamati
13
350
300
New Diamond +
Thinning
250
New Diamond + Non-
Panjang Tanaman
Thinning
200
Tafuma F1 +Thinning
150
Tafuma F1 + Non-
Thinning
100
Garnish F1 + Thinning
50
Garnish F1 + Non-
Thinning
0
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
Minggu Setelah Tanam
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman terus
mengalami peningkatan setiap minggunya. Berdasarkan pengamatan jumlah daun
pada 4 mst diperoleh data terbanyak pada varietas Garnis F1 dengan perlakuan
thinning yaitu sebesar 52.4 helai daun. Sedangkan presentase peningkatan rata-
rata jumlah daun tertinggi terdapat pada varietas Tafuma F1 dengan perlakuan non
thinning yaitu sebesar 251.22% yang terjadi pada 4 mst. Adapun peningkatan
presentase peningkatan rata-rata jumlah daun terendah terdapat pada varietas New
Diamond degan perlakuan thinning yaitu sebesar 11,18% pada 7 mst. Sedangkan
pengamatan jumlah daun pada 8 mst diperoleh data terbanyak pada varietas Garis
F1 dengan perlakuan thinning yaitu sebesar 272.8 helai daun.
18
300
New Diamond +
250 Thinning
New Diamond + Non-
200
Jumlah Daun
Thinning
0
Garnish F1 + Non-
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst
Thinning
Minggu Setelah Tanam
semakin banyak daun yang dihasilkan karena daun akan terus berfotosintesis.
Hasil fotosintesis tersebut dapat terus meningkatkan pertumbuhan tanaman.
4.2.3 Pengaruh Varietas dan Thinning Terhadap Persentase Tumbuh
Berdasarkan pengamatan tanaman semangka yang telah dilakukan,
didapatkan data persentase tumbuh tanaman semangka setiap minggunya. Berikut
ini merupakan data persentase tumbuh tanaman dari setiap perlakuan.
tabel 3. Pengaruh Varietas dan Thinning Terhadap Presentase Tumbuh
Jumlah Daun pada Umur Tanaman (mst)
Perlakuan Kelas
4 5 6 7 8
New Diamond +
P8 100% 100% 100% 100% 100%
Thinning
New Diamond
R8 65% 77% 77% 71% 71%
Non Thinning
Tafuma F1 +
K8 74% 68% 68% 68% 68%
Thinning
Tafuma F1 Non
M8 94% 94% 94% 94% 94%
Thinning
Garnis F1 +
V8 70% 70% 70% 70% 70%
Thinning
Garnis F1 Non
Z8 94% 94% 94% 94% 94%
Thinning
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa setiap varieast dengan perlakuan
thinning atapun tanpa thinning memili persentase tumbuh yang berbeda-beda.
Pada varietas New Diamond degan perlakuan thinning memiliki persentase
tumbuh tertinggi yaitu 100% hingga 8 mst. Sedangkan persentase tumbuh
terendah terjadi pada varietas New Diamond tanpa perlakuan thinning yaitu
persentase pada 4 mst sebesar 74%, turun pada 5 mst menjadi 68% dan stabil
hingga 8 mst.
120%
Presentase Tumbuh
16
14 New Diamond +
Thinning
12
New Diamond + Non-
Bunga Jantan
10 Thinning
8 Tafuma F1 +Thinning
6
Tafuma F1 + Non-
4 Thinning
2 Garnish F1 + Thinning
0
Garnish F1 + Non-
5 mst 6 mst
Thinning
Minggu Setelah Tanam
5 New Diamond +
Thinning
4
Bunga Betina
New Diamond +
Non-Thinning
3
Tafuma F1 +Thinning
2
1 Tafuma F1 + Non-
Thinning
0 Garnish F1 +
5 6 Thinning
Minggu Setelah Tanam
5 mst hingga 6 mst. Sedangkan perlakuan lainnya yaitu perlakuan New diamond +
thinning, newe diamond non thinning, Tafuma F1 non thinning, Garnis F1 +
thinning dan Garnis F1 non thinning mengalami peningkatan jumlah bunga betina
yang cukup stabil apabila dilihat dari grafik diatas.
4.3.3 Jumlah Buah
Berdasarkan pengamatan tanaman semangka yang telah dilakukan,
didapatkan data jumlah buah semangka setiap minggunya. Berikut ini merupakan
rata-rata jumlah buah semangka dari setiap perlakuan.
tabel 6. Pengaruh Varietas dan Thinning Terhadap Jumlah Buah
Jumlah Buah pada Umur Tanaman (mst)
Perlakuan Kelas
5 6 7 8
New Diamond + Thinning P8 0 0.4 0.6 1.8
New Diamond Non Thinning R8 0 0 0.4 1.4
Tafuma F1 + Thinning K8 0 3.2 1.8 1.8
Tafuma F1 Non Thinning M8 1.8 2.6 2.4 1.6
Garnis F1 + Thinning V8 0 0 1 1.8
Garnis F1 Non Thinning Z8 0 1.4 3.4 4.4
Pada tabel diatas menunjukan hasil rata-rata jumlah buah semangka pada
masing-masing perlakuan tanaman. Data jumlah buah semangka tersebut
menunjukan bahwa rata-rata munculnya buah semangka dimulai pada 6 mst.
Adapun jumlah buah seamngka terbanyak pada 6 mst diperoleh dari perlakuan
semangka biji dengan metode thinning yaitu sebesar 3.2 buah. Jumlah buah
terbanyak pada 7 mst diperoleh dari perlakuan semangka kuning dengan metode
non thinning yaitu sebesar 3.4 buah. Sedangkan jumlah buah terbanyak pada 8
mst diperoleh dari perlakuan semangka kuning non thinning yaitu sebesar 4.4
buah.
24
5
4,5 New Diamond +
Thinning
4
3,5 New Diamond +
Non-Thinning
Jumlah Buah
3
2,5 Tafuma F1
+Thinning
2
1,5 Tafuma F1 + Non-
Thinning
1
0,5 Garnish F1 +
0 Thinning
5 mst 6 mst 7 mst 8 mst Garnish F1 + Non-
Minggu Setelah tanam Thinning
dapat memaksimal buah semangka untuk tumbuh dengan baik. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian Hesami et al. (2012) yang menyarankan bahwa untuk
meningkatkan kualitas buah, dapat dilakukan pemangkasan buah.
Selain itu dengan metode thinning, buah yang dipertahankan dapat tumbuh
dengan optimal dikarenakan terdapat ruang yang cukup. Ruang yang cukup untuk
tumbuh ini dapat membuat buah semangka yang dipertahankan tumbuh lebih
besar karena tidak ada persaingan maupun berhimpitan dengan buah lain. pada
metode thinning ini juga dilakukan pemangkasan pucuk tanaman. Hal ini dapat
mebuat hasil fotosintat terfokuskan pada pertumbuhan buah dibandingkan dengan
pertumbuhan pemanjangan panjang tanaman.
4.3.4 Bobot Buah
Berdasarkan pengamatan tanaman semangka yang telah dilakukan,
didapatkan data bobot buah semangka saat panen. Berikut ini merupakan rata-rata
bobot buah semangka dari setiap perlakuan.
Dari tabel 7 diketahui perlakuan yang memiliki bobot buah tertinggi ialah
perlakuan Tafuma F1 dengan perlakuan non thinning dengan bobot rata-rata
persampelnya 3.14 kg. Sedangkan terendah ialah varietas Garnis F1 non thinning
dengan bobot rata-rata persampel ialah 1,40 kg. Buah dipanen persampel paling
banyak ialah Garnis F1 non thinning.
26
New Diamond +
4,5 Thinning
4 New Diamond +
3,5 Non-Thinning
3 Tafuma F1
Bobot Buah
2,5 +Thinning
2 Tafuma F1 + Non-
1,5 Thinning
1 Garnish F1 +
Thinning
0,5
Garnish F1 + Non-
0
Thinning
1 2 3 4 5
Sampel
Grafik 5. Pengaruh Varietas dan Thinning Terhadap Bobot Buah
Pada grafik dapat terlihat bahwa tidak semua tanaman memiliki bobot buat
yang sama. Hal ini dapat dikarenakan faktor perawatan tanaman juga perlakuan
serta varietas tanman yang ditanam. Dapat dilihat bahwa pada varietas Tafuma F1
dengan perlakuan non thinning memiliki bobot buah tertinggi pada buah sampel 2
dan sampel buah 3. Hal ini sebagaimana menurut Risda Hapsari (2017) bahwa
semakin banyak jumlah buah, maka bobot buah per tanaman akan semakin tinggi.
Penjarangan buah bertujuan supaya buah cukup mendapat ruang untuk tumbuh
menjadi buah normal, sehingga akan didapat buah yang ukurannya relatif besar.
Selain itu penjarangan buah juga mengurangi persaingan antar buah dalam
mendapatkan asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan buah (Nurrochman et
al. 2013). Namun selain hal tersebut, jumlah cabang pada tanaman semangka juga
dapat mempengaruhi bobot buah semangka. Karena semakin banyak cabang, akan
semakin banyak daun untuk melakukan fotosaintesis. Semakin banyak hasil
fotosintesis yang didapat maka semakin banyak cadangan makanan. Hal ini
sebagaimana pendapat Isdamanto (2009) cit. Majid (2012) bahwa semakin banyak
hasil fotosintesis maka cadangan makanan semakin banyak pula dan dapat
digunakan untuk meningkatkan berat buah.
Namun pada perlakuan penjarangan atau thinning, dengan semakin sedikit
buah yang dipelihara dapat meningkatkan besar buah dan bobot buah. Hal ini
sebagaimana pendapat Gumelar et al. (2014) bahwa dengan mengurangi jumlah
buah pertanaman dapat meningkatkan bobot buah per butirnya. Hal ini
27
Larva
Kumbang Menochilus
Serangga lain
Kubah Spot sexmaculatus
M
Diptera,
Lalat Bunga Musuh Alami
Famili: Rhagionidae
Diptera,
Lalat Bunga Musuh Alami
Famili: Syrphidae
Capung
Agriocnemis sp. Predator
Jarum Merah
Pupa
Kumbang Menochilus
Musuh Alami
Kubah Spot sexmaculatus
M
Kumbang
Menochilus
Kubah Spot Musuh Alami
sexmaculatus
M
Salah satu serangga lain yang ditemui di lahan semangka ialah Trilophidia
sp. Trilophidia sp. termasuk kedalam ordo Orthoptera dengan famili Acrididae.
Ciri-ciri dari Trilophidia sp. ialah tubuhnya yang kecil yang berambut dengan
kepala sub-conical dan mata yang bulat. Pada umumnya tubuh Trilophidia sp. ini
berwarna coklat tua. Trilophidia sp. sering dijumpai di lahan jagung, sayur-
sayuran dan lahan yang belum diolah yang masih berumput.
Serangga lain yang juga dijumpai di lahan komoditas semangka ialah
Altica cyanea. Serangga ini berperan sebagai agen hayati dari gulma Ludwigia
spp. Kumbang ini termasuk kedalam ordo coleoptera dari famili
chrysomelidae.fase larva dan dewasa dari kumbang ini dapat menyebabkan
kerusakan pada Ludwigia spp namun tidak pada tanaman utamanya. Larva A.
cyanea mengalami tiga fase instar bersamaan dengan fase pre-pupa dan fase pupa.
kumbang ini tidak tertarik pada alkohol benzylsintetis yang mana berperan sebagai
zat pertahan dari tanaman tersebut.
Selanjutnya ditemukan predator dari ordo odonata, famili Zygoptera, yakni
Agriocnemis sp. Capung ini merupakan predator utama pada lahan padi yang
biasa memangsa lepidoptera. Capung ini mengalami 3 tahapan pendewasan. Pada
tahap pertama yakni Teneral, biasanya berwarna pucat dengan tungkai berwana
coklat muda dan thorax berwarna hijau dengan bayangan hitam ataupun merah.
Pada fase tingkat dua yakni Juvenile, kutikel capung mulai mengeras dengan
prothorax berwarna hijau kehitaman, dengan thorax hitam kecoklatan dan
abdomen yang berwarna kuning. Pada fase dewasa, thorax berwarna kuning,
dengan segemen ventral abdomen berwarna coklat tua. Agriocnemis sp.
merupakan predator dari kutu daun. Selain itu juga ditemukan dari famili
Muscidae pada lahan semangka. Muscidae termasuk kedalam ordo diptera yang
bertubuh kecil yang bisa ditemui di daerah akuatik atau dekat perairan.muscidae
berperan sebagai serangga lain.
Predator yang juga ditemui di lahan semangka ialah laba-laba. Laba-laba
ini atau Lycosa sp. merupakan predator dari Aphids sp., kutu daun, dan kutu hijau.
Laba-laba ini memiliki ciri tubuh yang berbuku-buku, pada kaki terdapat tungkai
berduri panjang dengan mata berbentuk segi enam yang berwarna gelap (Mansur,
2014).
31
menyebabkan gorokan pada daun. Meskipun begitu, hal ini tidak dalam jumlah
besar yang menyebabkan kerugian pada produktifitas tanaman.
Semangka yang ditanaman merupakan semangka dengan varietas unggul.
Meskipun begitu, semangka yang ditanam membutuhkan perawatan yang baik
untuk menunjang pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Salah satu semangka
yang diketahui memiliki pertumbuhan yang rendah ialah semangka tanpa biji.
Semangka tanpa biji merupakan semangka yang cukup sensitif. Hal ini membuat
semangka ini memerlukan perawatan yang baik. Jika tidak, pertumbuhan
semangka tanpa biji akan teganggu dan mempengaruhi presentase tumbuh. Dapat
diketahui dari hasil yang didapat bahwa semangka tanpa biji (New diamond)
dengan perlakuan Thinning memiliki presentase tumbuh yang rendah. Seperti
yang diketahui bahwa semanga New diamond ini merupakan hibrida buatan
manusia. Dalam pembentukan semangka tanpa biji ini memungkinkan terjadinya
human error yang mengakibatkan semangka new diamond ini tidak benar-benar
sempurna. Selain itu, perakaran yang cukup sensitif juga dapat mengakibatkan
rendahnya presentase tumbuh pada tanaman semangka. Akar tanaman senangka
sangat sensitif pada genangan air. Hal ini memungkinkan ketika dilakukan
penyiraman, air disiran namun tidak memastikan air tersebut masuk ketanah
dengan baik. Ada beberapa yang melakukan penyiraman tanpa memerhatikan
kemampuan tanah dalam menyerap air.
34
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan di Lahan
Pertanian Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan jenis
komoditas semangka yang diaplikasikan dengan 2 perlakuan pada 3 varietas
semangka berbeda, yaitu semangka biji dengan varietas Tafuma F1, semangka
non biji dengan varietas new diamond, dan semangka kuning yakni Garnis F1.
Dapat disimpulkan dari semua perlakuan bahwa New diamond dengan perlakuan
thinning merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan
kualitas buah. Meski jumlah buah yang didapat tidak begitu banyak, namun bobot
buah yang didapatkan tergolong cukup baik diantara semua varietas.
5.2 Saran
Budidaya semangka dapat menerapkan metode thinning apabila ingin
mendapatkan hasil buah yang berkualitas. Namun apabila ingin membudidayakan
untuk mendapatkan hasil buah yang banyak dapat dilakukan perilaku non
thinning. Hal ini dapat diterapkan pada setiap varietas, baik semanga biji (Tafuma
F1), semangka non biji (New diamond), maupun semangka kuning (Garnis F1)
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Malang Dalam Angka 2017. Malang. Badan
Pusat Statistik
Djafar, Mansur. 2014. Predator Pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt) Dengan Sistem Monokultur dan Tumpangsari. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo
Guoyao, W. U., Julie, K. C., Veazie, P. P., Dolan, K. D., Kelly, K. A. dan
Meininger, J. C. 2007. Dietary Supplementation With Watermelon Pomace
Juice Enhances Arginine Availability and Ameliorates The Metabolic
Syndrome in Zucker Diabetic Fatty Rats. American Society For Nutrition,
6:334-341.
Grzywacz, A., Martin J.R. Hall, Thomas Pape, Kryszstof Szpila. 2017. Muscidae
(Diptera) of Forensic Importance – an Identification Key to Third Instar
Larvae of The Western Palaearctic Region and a Catalogue of the Muscid
Carrion Community. Int. J. Legal Med (131):855-866
Max, Johannes F.J, Lilian Schmidt, Urbanus N.Mutwiwa, Katrin Kahlen. 2016.
Effects Of Shoot Pruning And Inflorescence Thinning On Plant Growth,
Yield And Fruit Quality Of Greenhouse Tomatoes In A Tropical Climate.
Hannover: Journal of Agriculture and Rural Development in Tropics and
Subtropics 117(1):45-56.
Syofia, Irna, Alridiwirsah dan Ardian Saleh Pohan. 2015. Respon Beberapa
Varietas dan Pemberian Pupuk Bio Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Semangka (Citrullus vulgaris schard). Jurnal Agrium. 19(3):230
Syukuri, Jimmi Oki Purba, dan Asil Barus. 2015. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) Terhadap Pemberian Pupuk
NPK(15:15:15) dan Pemangkasan Buah. Jurnal Online Agroekoteaknologi.
3(2): 595- 605
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas
1. Varietas New Diamond
Asal Solinox Co.Ltd., Canada
Silsilah BG.12-14-218(F) x HT.28-18-145 (M)
Golongan varietas Hibrida silang tunggal
Tipe Tanaman Merambat
Umur mulai panen kurang lebih 21 hari setelah tanam
Tipe buah Tidak Berbiji
Warna daun Hijau Tua
Bentuk daun Segi Tiga Menjari
Warna batang Hijau
Bentuk batang Bulat
Jumlah cabang utama 3 cabang
Umur mulai berbunga kurang lebih 21 hari setelah tanam
Warna bunga Kuning
Bentuk bunga Seperti Lonceng
Bentuk buah Bulat
Ukuran buah Tinggi 27 cm, Diameter 29 cm
Warna kulit buah Hijau Muda dengan Lurik Hijau Tua
Tebal kulit buah 1,2 cm
Warna daging buah merah
Tekstur daging buah Renyah
Kekerasan buah Keras
Rasa buah manis
Kadar gula 12obrix
Berat per buah 7 kg
Berat 1000 biji 70 g
Hasil 25 Ton
Keterangan beradaptasi daengan baik di
Pengusul UD. Tani Murni
Enzly Chou dan Chou Ya Jung (Solinox Co. Ltd.)
Peneliti
dan Supranto (UD. Tani Murni)
38
2. Varietas Tafuma F1
Asal PT. East West Seed Indonesia
Silsilah SE 9226 (F) × SE 11231 (M)
Golongan Varietas Hibrida Silang Tunggal
Bentuk Penampang Batang Bulat
Diameter Batang 7,9 – 10,5 mm
Warna Batang Hijau
Bentuk Daun Hijau
Panjang 19,2 – 22,3 cm, dan 17,9 – 20,5
Ukuran Daun
cm
Bentuk Bunga Seperti Bintang
Warna Kelopak Bunga Hijau
Warna Mahkota Bunga Kuning
Warna Kepala Putih Kuning
Warna Benangsari Kuning muda
Umur Mulai Berbunga 22 – 25 hari setelah tanam
Umur Mulai Panen 55 – 58 hari setelah tanam
Tipe Buah Tafuma F1
Bentuk Buah Bulat
Ukuran Buah Panjang 27,94 – 31,04 cm
Warna Kulit Buah Hijau (7.5 GY 6/4)
Ketebalan Kulit Buah 1,4 – 1,6 cm
Warna Daging Buah Merah
Tekstur Daging Buah Renyah
Rasa Daging Buah Manis
Bentuk Biji Lonjong Melebar Pipih
Warna Biji Coklat
Berat 1.000 Biji 48,0 – 50,5 g
Kandungan Air 90,25 %
Kadar Gula 11,27 – 12,00 °brix
Kandungan Vitamin C 8,79 mg/100 g
Berat Per Buah 8,07 – 10,02 kg
Presentase bagian buah yang dapat
dikonsumsi 8,07 – 10,02 kg
Daya simpan buah pada suhu kamar siang 29-31°C, malam 25-27°C
Ketahanan terhadap penyakit Layu Fusarium
Hasil buah per hektar 35,15 – 46,82 ton
Populasi per hektar 4.762 tanaman
Kebutuhan benih per Hektar 228,6 – 240,5 kilogram
39
3. Varietas Garnis F1
Nama Varietas Garnis
Asal PT. East West Indonesia
Silsilah SE 12504 (F) x SE 14685 (M)
Golongan varietas Hibrida Silang Tunggal
Bentuk penampang
Bulat
batang
Diameter batang 7,9 -10,5 mm
Warna batang Hijau
Warna daun Hijau
Bentuk daun Segitiga Menjari
Ukuran daun Panjang 19,2 – 22,3 cm
Lebar Daun lebar 17,9 – 20,5 cm
Bentuk bunga Seperti Bintang
Warna kelopak bunga hijau
Warna mahkota bunga kuning
Warna kepala putik kuning
Warna benangsari kuning Muda
Umur mulai berbunga 23 – 25 hari setelah tanam
Umur mulai panen 58 – 65 hari setelah tanam
Tipe buah Berbiji
Bentuk buah bulat lonjong agak oval
Ukuran buah panjang 29,68 – 30,89 cm
Diameter batang 14,56 – 15,15 cm
Warna kulit buah hijau tua agak cerah
Ketebalan kulit buah 1,3 – 1,6 cm
Warna daging buah Kuning
Tekstur daging buah Renyah
Rasa daging buah Manis
Bentuk biji Lonjong Melebar Pipih
Warna biji Coklat Kehitaman
Berat 1.000 biji 61,2 – 70,5 g
Kandungan air 90,23 %
Kadar gula 10,7 – 13,6 0brix
Kandungan vitamin C 8,78 mg/ 100 g
Berat per buah 3,80 – 4,35 kg
Persentase bagian buah
yang dapat dikonsumsi 78 – 84 %
Daya simpan buah pada
suhu kamar (29 – 31 0C siang, 25 – 27 0C malam)
Hasil buah per hektar 14,4 – 17,4 ton
40
= 18 gr / tanaman
2. Urea (2 MST)
a. Populasi
= 12 gr / tanaman
= 18 gr / tanaman
= 12 gr / tanaman
= 18 gr / tanaman
43
Deskripsi
No. Tanggal Dokumentasi
Kegiatan
Mengolah lahan
29 Agusutus
1 dan pemberian
2018
pupuk kandang
10 September
2 Memasag mulsa
2018
Mengukur jarak
tanam,
pembolongan
17 September mulsa,
3
2018 pananaman
benih,
memberikan
pupuk SP36
Melakukan
20 September
4 Penyiraman
2018
setiap hari
Melakukan
1 Oktober pemupukan
5
2018 dengan KCl pada
2 mst dan 4 mst
44
Melakukan
1 Oktober pemupukan
6
2018 dengan urea pada
2 mst dan 4 mst
Melakukan
pengamatan
dengan
1 Oktober parameter
7
2018 panjang tanaman
dan jumlah daun
dimulai dari 2
mst
Melakukan
pengamatan
dengan
15 September parameter jumlah
8
2018 bunga jantan,
bunga betina dan
buah saat sudah
muncul
Melakukan
pengamatan
dengan
15 September parameter
9
2018 keragaman
arthropoda dan
intensitas
penyakit
19 November
10 Pemanenan
2018
45
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
4 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
5 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
2. Varietas New Diamond dengan perlakuan non thinning
Data Pengamatan Panjang Tanaman (cm)
Panjang Tanaman Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 12,5 19 29 74 117
2 36 62 125 164 202
3 17 41,5 101 197 256
4 22,5 40 67 133 199
5 18 59 128 201 274
Rata-rata 21,2 44,3 90 153,8 209,6
Data Pengamatan Jumlah Daun
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 6 6 13 27 64
2 14 27 72 129 148
3 6 10 28 72 120
4 10 19 37 67 115
5 11 24 68 194 225
Rata-rata 9,4 17,2 43,6 97,8 134,4
48
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
5 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
3. Varietas Tafuma F1 denga perlakuan thinning
Data Pengamatan Jumlah Tanaman (cm)
Pengamatan Ke..MST
TS
4 5 6 7 8
1 58 110 180 271 287
2 87 162 236 323 341
3 56 140 224 292 332
4 47 118 188 298 304
5 50 123 176 237 288
Rata-rata 59.6 130.6 200.8 284.2 310.4
Data Pengamatan Jumlah Daun
Pengamatan Ke..MST
TS
4 5 6 7 8
1 25 64 124 187 231
2 39 88 172 274 306
3 17 63 108 162 232
4 14 63 124 191 237
5 15 57 84 135 218
Rata-rata 22.0 67.0 122.4 189.8 244.8
Pengamatan Ke..MST
TS
5 6
1 3 5
2 4 8
3 4 7
4 0 5
5 1 5
Rata-rata 2.4 6.0
51
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
4 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0.00%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
5 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
Rata-rata 0% 0% 0% 0% 0%
4. Varietas Tafuma F1 denga perlakuan non thinning
Data Pengamatan Jumlah Tanaman (cm)
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 30 85 133 208 220
2 60 113 185 215 229
3 39 124 165 210 223
4 57 159 210 275 294
5 64 119 200 218 232
Rata2 50 120 178,6 225,2 239,6
Data Pengamatan Jumlah Daun
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 9 59 91 158 231
2 21 48 108 163 240
3 13 57 102 171 239
53
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
5. Varietas Garnis F1 dengan perlakuan thinning
Data Pengamatan Jumlah Tanaman (cm)
4 1 5
5 2 9
Rata-rata 1 5.6
Data Pengamatan Jumlah Buah
Pengamatan ke-... MST
TS
5 6 7 8
1 0 0 1 2
2 0 0 0 2
3 0 0 1 1
4 0 0 1 1
5 0 0 0 3
Rata2 0 0 1 1.8
Data Pengamatan Bobot Buah
Tanaman Sampel
1 2 3 4 5 Rata-rata
3.82 2.28 2.46 2.38 3.2 2.82
Data Persentase Tumbuh
Pengamatan ke-... MST
4 5 6 7 8
Jumlah Tanaman
Total (Lubang 18 18 18 18 18
Tanam) (a)
Jumlah Tanaman
14 14 14 14 14
Hidup (b)
% Tumbuh =
70% 70% 70% 70% 70%
(b/a) x 100%
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
4 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
5 2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
6. Varietas Garnis F1 dengan perlakuan non thinning
Data Pengamatan Jumlah Tanaman (cm)
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0% 0% 0% 0% 0%
60
1m
Keterangan:
: Tanaman Sampel
: Tanaman Semangka
4m
50cm
B 60cm
4m
U
4m