Anda di halaman 1dari 21

Uts Project Pancasila

Disusun oleh :
Nama : Given Maulana
Kelas : D
Nim : 185040201111133

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
1. Analisis Sejarah Pancasila

A. Pancasila pada Masa Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan se-asia
tenggara yang bercorak Hindu. Kerajaan Kutai terletak di muara Kamam
Kalimantan Timur di Sungai Mahakam. Raja pertama dan sekaligus
pendiri kerajaannya adalah raja Kudungga. Raja Kudungga memiliki
seorang anak yang bernama Aswawarman. Aswawarman dijadikan raja
oleh Kudungga. Setelah berpindah tangan, raja Aswawarman memiliki
tiga orang anak yang salah satunya bernama Mulawarman. Mulawarman
pada saat itu menggantikan Aswawarman. Pada saat pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh kawasan Kalimantan Timur. Pada
saat itu raja mulawarman member 20.000 ekor lembu kepada para
Brahmana. Atas kebaikannya itu, para Brahmana membuatkan tujuh
buah Yupa sebagai tanda terima kasih. Hal tersebut menunjukan nilai
social politik dan Ketuhanan telah ada pada kerajaan Kutai. Dimana
bentuk kerajaan dengan agama dijadikan sebagai pengikat kewibawaan
raja.
Nilai Pancasila:
a) Nilai Ketuhanan : Memeluk agama Hindu
b) Nilai Kerakyatan : Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur
c) Nilai Persatuan : Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh
kawasan Kalimantan Timur

a. Pancasila pada Masa Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Menurut Pararaton, Tumapel (Singasari) semula hanya sebuah daerah
bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat)
Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh secara licik oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu
baru. Tidak hanya itu, Ken Arok bahkan berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan
Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter
yang dimenangkan oleh pihak Tumapel
Kertanegara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah
Singasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya
ke luar Jawa.
Faktor pendorong kebesaran Singasari:
 Memperkuat angkatan perang
 Mengadakan politik luar negeri
 Mengajak kerjasama lawan politiknya
 Wilayahnya subur.
Keruntuhan Singasari:
Kerajaan Singasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa
akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu
Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi
raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-
Singhasari pun berakhir.
Nilai Pancasila yang terdapat pada kerajaan Singasari:
1. Nilai Ketuhanan : memeluk agama Buddha.
2. Nilai Kemanusiaan : terbuka dengan kebudayaan asing yang masuk.
3. Nilai Persatuan : ingin mempersatukan nusantara.
4. Nilai Kerakyatan : rakyat hidup makmur.
5. Nilai Keadilan : tidak membeda – bedakan kedudukan

Pada masa kerajaan Sriwijaya telah mencerminkan adanya otonomi


daerah. Terbukti dengan adanya system administrasi pusat yang terdiri
dari hakim raja disebut Dandanayaka yang bertugas menjalankan
kekuasaan raja untuk mengadili. Pada masa kerajaan Sriwijaya juga sudah
ada pembagian kekuasaan berupa Parddatun yang dipimpin oleh seorang
datun dimana bukan berasal dari keluarga kerajaan.
Adanya peraturan perundang-undangan yang disebarluaskan oleh
pejabat pusat dan daerah menandakan system sosial politik masa
kerajaan Majapahit sudah maju. Dengan ikatan social

b. Pancasila pada Masa Kerajaan Majapahit


Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di Jawa Tengah
dan Jawa Timur secara silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga(abad ke-VII),
Sanjaya(abad keVIII), sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut
dibangunnya Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit ini adalah
Agama Hindu dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada
masa ini mulai dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan
Majapahit, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam
bukuNegarakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang
berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya,
walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada agama yang
memiliki tujuan berbeda.
2) Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga
menjalin persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3) Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331
4) Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
Prasasti Kerajaan Brambang (1329), dalam tata Pemerintahan Kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino, I
Sirikan dan I Halu yng berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan
dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
5) Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad
yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

2. Analisis Filsafat Pancasila

a. Pengertian Filsafat dan Cabang-cabang Filsafat


Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri dari
dua kata, yaitu philein, yang berarti cinta, dan sophos yang berarti hikmat
(wisdom). Sehingga berdasarkan asal katanya itu filsafat dapat diartikan cinta
akan kebijaksanaan/hikmat.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, orang Arab memindahkan kata Yunani
tersebut, philosophia, ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya
dengan tabiat bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah, dan fi’lal.
Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya
menjadi falsafah atau filsaf.
Masih menurut Prof. Dr. Harun Nasution, kata filsafat dalam bahasa
Indonesia bukan berasal dari kata Arab falsafah dan bukan pula dari bahasa
Barat (Inggris)philosophy. Di sini ia masih mempertanyakan apakah fil diambil
dari bahasa Inggris dan safah dari bahasa Arab, sehingga menjadi kata filsafat?
Sedangkan pengertian istilah filsafat secara terminologis ada bermacam-
macam. Setiap filsuf memiliki pengertian dan definisi yang berbeda-beda
tentang filsafat. Hal ini antara lain disebabkan karena :
1. Para filsuf berbeda pendapat dalam menentukan prioritas
objek kajian filsafatnya. Ada filsuf yang menekankan pada
alam, ada yang menekankan pada menusia, ada yang
menekankan pada ilmu pengetahuan, dll.
2. Masing-masing definisi dari para filsuf tersebut baru
menggambarkan sebagian saja dari system filsafat, tidak
menggambarkan system filsafat secara keseluruhan
3. Sejak berkembangnya ilmu pengetahuan empiris, filsafat
mengalami redefinisi dalam hal peran dan kontribusinya
untuk pengetahuan manusia. Filsafat dewasa ini tidak sama
dengan filsafat zaman Yunani kuno. Dan tidak sama pula
dengan filsafat barat di zaman modern. Dewasa ini para filsuf
mempersempit kajiannya hanya pada aspek-aspek tertentu di
alam semesta.
4. Para filsuf dewasa ini lebih tertarik untuk menganalisi
kehidupan manusia secara nyata. Baik kehidupan manusia
sebagai individu, maupun social dan cultural. Mereka tertarik
pada masalah-masalah eksistensial, seperti pengalaman
manusia, makna “aku”, makna penderitaan dan kebahagiaan,
makna kebebasan dan keterkungkungan. Ini dimulai terutama
sejak Kierkegaard (1813-1855), Husserl (1859-1938), dan para
eksistensialis lainnya seperti Martin Heidegger (1889-1976)
dan Paul Sartre (1905-1980)

Di antara sekian banyaknya pengertian istilah filsafat yang dikemukakan


oleh para filsuf, ada beberapa yang sering dikemukakan, yaitu :
o Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada
o Aristoteles berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang
umum sekali.
o Imanuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan pekerjaan
o Fichte menyebut filsafat sebagai wissenschaftslehre atau ilmu dari ilmu-
ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu
o Alfarabi mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua yang ujud
karena ia ujud (al ‘ilmu bi almaujudat bima hiya maujudah)
o E.S. Ames sebagaimana diuraikan oleh Drs. H. Ali Saifullah, merumuskan
filsafat sebagai “a comprehensive view of life and its meaning, upon the
basis of results of the various sciences” (cara pandang terhadap hidup dan
hakikat kehidupan secara menyeluruh, atas dasar hasil dari berbagai ilmu)

b. Cabang-cabang Filsafat
Secara obyektif harus diakui bahwa ilmu pengetahuan manusia
terbatas, karena kemampuan manusia yang terbatas. Disisi lain kemajuan
manusia melahirkan masalah-masalah yang semakin komplek sehingga
menuntut percepatan ilmu-ilmu yang semakin spesifik dalam satuan yang
makin banyak.

Mempelajari filsafat memang dirasakan sangat berguna untuk


memahami bagaimana manusia berpikir. Pemikiran manusia sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh aliran filsafat yang dianut serta yang
dipahaminya. Mengingat pemikiran filsafat sangat beragam, maka cara
mudah mempelajarinya adalah dengan mengklasifikasi aliran-aliran
utamanya.
Untuk memberikan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan
marilah kita runut kembali induk ilmu pengetahuan dalam ilmu filsafat.
Secara pokok sebenarnya bidang kajian filsafat berkisar pada tiga cabang
besar filsafat, yaitu :

I. Teori pengetahuan, membicarakan cara memperoleh


pengetahuan yang memiliki cabang lagi yaitu epistemologi dan
logika
II. Teori hakikat, membicarakan pengetahuan itu sendiri yang
kemudian disebut ontologi
III. Teori Nilai, membicarakan guna pengetahuan yang disebut
axiologi.
Dari tiga cabang besar tersebut lahirlah cabang-cabang baru yang
merupakan anak cabang yang kemudian melahirkan adanya
aliran-aliran dalam filsafat.

Secara garis besar cabang-cabang filsafat meliputi :

1.Ontologi

Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika


pertama kali dipakai oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun
sebelum masehi. Artinya adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan
hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan yang
menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas
dan kurang memadai. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat apa yang ada di balik alam nyata. Jadi, metafisika
berarti ilmu fisika. Begitupun dengan ontologi berarti ilmu hakikat.
Hakikat artinya keadaaan yang sebenarnya, hakikat sebenarnya adalah
keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan sementara yang
selalu berubah. Contoh tentang hakikat air. Air itu jika didinginkan
sampai titik nol derajat celcius maka ia akan membeku, jika dipanaskan
maka ia akan menguap. Yang dipermasalahkan oleh ontologi adalah :
apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini; apakah realitas yang
nampak ini suatu realita materi belaka ataukah ada “rahasia alam” di
balik realita itu; apakah wujud alam semesta ini bersifat tetap, kekal, atau
justru tetap itu yang berubah-ubah, dan sejenisnya.
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau objek ilmu. Penentuan objek
ilmu diawali dengan subjeknya. Yang dimaksud dengan subyek di sini
adalah pelaku ilmu. Subyek dalam ilmu adalah manusia, bagian manusia
yang paling berperan ialah daya pikirnya.

Permasalahan yang dihadapi oleh ilmu bagaimana menumbuhkan ilmu


menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Pada dasarnya kedua ilmu ini
mempunyai prinsip yang serupa. Ahli ilmu alam (ilmu fisika) melakukan
telaah terhadap suatu gejala, yaitu : gejala yang bersifat fisik. Telaahnya
meliputi beberapa variabel yang dapat diukur dan yang jumlahnya relatif
kecil. Ahli ilmu sosial melakukan telaah terhadap manusia sebagai
anggota kelompok sosial. Variabelnya relatif cukup banyak yang kadang-
kadang menimbulkan kesulitan untuk membuat batasannya.

Ontologi sebagai istilah filsafat dikembangkan oleh wolff. Secara


etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tentang ilmu
yang ada sebagai data. Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu tentang
intisari sesuatu. Atas dasar pemikiran intisari itulah, ontologi dijadikan
istilah keilmuan di dalam filsafat. Maknanya pun berkembang pula
menjadi asas fundamental atau doktrin tentang kategori.

2.Epistemologi

Teori pengetahuan atau disebut dengan epistemologi. Epistemologi


berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logy, episteme berarti
knowledge atau pengetahuan dan logy berarti teori. Oleh sebab itu
epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu.
Istilah epistemologi ini untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh
J.F Ferrrier pada tahun 1854.

Epistemologi menampakkan jarak yang asasi antara rasionalisme dan


empirisme, meskipun sebenarnya rasionalisme dan empirisme itu dapat
saja terjadi pada diri seorang ahli pikir. Dan muncul pula perbincangan
yang cukup ramai mengenai asal mula pengetahuan. Dengan demikian
semakin mengasyikan dalam pembahasan mengenai masalah
metodologi, masalah jenis-jenis prinsip yang mengenai pengetahuan, dan
tentang struktur pengetahuan.
Dengan kata lain, permasalahan epistemologi berkisar pada proses
memungkinkan ditimbangnya pengetahuan yang berupa ilmu :
bagaimana prosedurnya, apa yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut kebenaran,
dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.

Sejak lama orang mempertanyakan apakah ada hukum-hukum ilmu dan


pengetahuan yang memberikan pedoman untuk percaya atau tidak
percaya tentang sesuatu, bagaimana seharusnya orang bersifat untuk
dapat memahami kebenaran dengan menggunakan pendapat, intuisi,
atau keyakinan mengenai fakta-fakta dalam lingkungan sehari-hari.

Adapun logika dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari
bahasa Yunani, logike (kata sifat) yang berhubungan kata benda logo
yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Logika
secara terminologi mempunyai arti : ilmu yang memberikan aturan-
aturan berpikir valid (shahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-
prinsip yang harus diikuti suapaya dapat berpikir valid.

Logika adalah salah satu cabang filsafat yang dikembangkan oleh


Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar
memperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam
logika : logika formal dan logika material. Logika formal adalah logika
bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengatahuan yang benar, maka
bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini
dibicarakan oleh logika material. Logika mempunyai faidah tidak hanya
untuk berfilsafat tapi juga dalam bidang lainnya. Faidah itu diantaranya :

Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip


abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan;
Logika menambah daya berpikir abstrak dan melatih cara
mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual;
Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh
berdasarkan autoriti.
Dalam contoh berikut dapat dirasakan bahwa kata “tahu” mengandung
pengertian yang berbeda-beda :
Anda tidak dapat menipu saya, karena saya tahu penipu dan siapa bukan
penipu.
Tentu saya tahu bahwa ia menangis, sebab saya melihatnya.
Kami tahu bahwa jembatan itu aman, karena baru saja kami melewatinya
dan selamat.
Pada setiap pernyataan di atas terdapat kata “tahu” yang masing-masing
didasarkan pada cara dan alasan yang berbeda-beda. Pada pernyataan
yang pertama, “tahu” didasarkan pada pertimbangan yang bersifat
pribadi. Kata penipu yang berkaitan dengan kata “tahu” tersebut
bukanlah tindakan kriminal sebagaimana orang lain memahaminya. Pada
pernyataan kedua, “tahu” tersebut berdasarkan observasi langsung yang
dipercaya dan disadari benar adanya, karena didasarkan atas
pengamatan (penginderaan) terhadap suatu realita. Adapun pada contoh
ketiga adanya hasil pengamatan yang teruji oleh keseluruhan
penghayatan dan bukan hanya kesan indera semata.

Contoh di atas menunjukkan adanya kebenaran / logika, karena sudah


digunakan ukuran atau kriteria epistemologis. Dalam epistemologis,
fungsi logika, metode berfikir deduktif, dan metode berfikir induktif
mempunyai peran yang sangat penting.

3.Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti ‘memiliki harta’,
‘mempunyai nilai’, dan logos yang bermakna ‘teori’. Sebagai suatu istilah,
aksiologi mempunyai arti sebagai teori tentang nilai yang diinginkan atau
teori tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak
zaman Plato dalam hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk
atau ide (ide tentang kebaikan).

Permasalahn aksiologi meliputi :


 Sifat nilai
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang
pemenuhan hasrat, kesenangan, kepuasan, minat, kemauan
rasional yang murni, persepsi mental dan segala pengalaman yang
menunjang peningkatan nilai atau mutu kehidupan. Dengan kata
lain, paras nilai adalah pertalian yang erat antara sesuatu sebagai
sarana untuk menuju ke titik akhir atau untuk menuju kepada
tercapainya hasil yang sebenarnya.
 Tipe nilai
Tipe nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai
instrumental. Nilai intrinsik ialah konsumantoris atau yang
melekat pada diri sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for
their own sake). Yang tergolong ke dalam nilai instrinsik adalah
kebaikan dari segi moral, kecantikan, keindahan, kesucian dan
kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang yamg
menyebabkan sesuatu memiliki nilai instrinsik.

 Kriteria nilai
Yang dimaksud dengan istilah kriteria nilai adalah “pagu” atau
patokan untuk menguji kadar nilai berdasarkan teori psikologis
dan teori logika. Pagu itu diantaranya menyebutkan bahwa
kuantitas kenikmatan indiviualah yang dapat digunakan menjadi
kriteria nilai. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa kepuasan
masyarakat yang dapat dijadikan pagu untuk tolak ukur nilai.
Penganut aliran yang disebut naturalis beranggapan bahwa
kelestarian hiduplah yang dapat dijadikan tolak ukur penilaian,
sedangkan dewey dan pengikutnya beranggapan bahwa
keseimbanganlah yang dapat dijadikan tolak ukurnya.

 Status metafisika nilai


Perihal status metafisika nilai mempunyai makna yang penjelasan
adalah sebagai berikut : apakah pertalian atau hubungan nilai
terhadap fakta-fakta sebagai dicari oleh ahli ilmu ilmiah, apakah
hubungan das sein terhadap das sollen, apakah hubungan
pemikiran tentang nilai terhadap ketidaktergantungan manusia,
itu semua adalah masalah tentang status metafisik nilai dalam
rangka aksiologi. Terhadap masalah-masalah tersebut sudah
terdapat jawabanya, yaitu : Status metafisik nilai yang mempunyai
hubungan subyektivisme, yang mempunyai hubungan
obyektivisme logis, dan obyektivisme metafisik.
B.Cara Kerja Filsafat Pancasila
A. KAJIAN ONTOLOGIS
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa?, karena manusia merupakan subjek
hukum pokok dari sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusian
yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).
Dengan demikian. secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Untuk hal ini. Notonagoro lebih lanjut mcngemukakan bahwa
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-
hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan
rohani. Selain itu, sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, secara hierarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan
menjiwai keempat sila-sila Pancasila (Kaelan, 2005).
Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki
susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta mempunyai
sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai
makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Di samping itu,
kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai
makhluk Tuhan. Konsekuensmya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara
diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis
tersebut.
Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi
bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara
harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila. seperti bentuk
negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara,
sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara
lainnya.
B. KAJIAN EPISTEMOLOGI
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
a. tentang sumber pengetahuan manusia;
b. tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; serta
c. tentang watak pengetahuan manusia.
Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan
Pancasila. Adapun tentang sumber pengetahuan Pancasila. sebagaimana telah
dipahami bersama, adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, bahwa nilai-nilai tersebut sebagai kausa
materialis Pancasila.
Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila ifu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, yaitu:
a. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya;
b. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga,
keempat. dan kelima;
c. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan
menjiwai sila keempat dan kelima;
d. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga, serta
mendasari dan menjiwai sila kelima; serta
e. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Demikianlah. susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut
kualitas ataupun kuantitasnya. Selain itu, dasar-dasar rasional logis Pancasila juga
menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
memberi landasan kebcnaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.
Kedudukan dan kodrat manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Karena itu, sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi
Pancasila juga mengakui kcbenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai
tingkat kebcnaran yang tertinggi:
Selanjutnya, kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang
harmonis di antara potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa, dan
kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi. Selain itu, dalam
sila ketiga, keempat, dan kelima, epistemologi Pancasila mengakui kebenaran
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.
Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila memandang bahwa ilmu pengetahuan
pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas
kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara
epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun
perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.
C. KAJIAN AKSIOLOGI
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada ivakikatnya membahas tentang nilai praksis
atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai
yang terkandung dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Selanjutnya, aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada
ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan sebagai "keberhargaan " (worth) atau
"kebaikan " (goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan
tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frankena: 229).
Di dalam Dictionary of Sociology' an Related Sciences dikemukakan bahwa nilai
adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Dengan demikian, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat
atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya
ada sifat atau kualitas yang melekat padanya, misalnya bunga itu indah, pcrbuatan
itu baik. Indah dan baik adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan
perbuatan. Jadi, nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di
balik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataan-
kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat bcrgantung pada titik
tolak dan sudut pandang setiap teori dalam menentukan pengertian nilai. Kalangan
materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material,
sedangkan kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Namun, dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat
dikelompokkan pada dua macam sudut pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai
karena berkaitan dengan sabjek pemberi nilai, yaitu manusia. Hal ini bersifat
subjektit. tetapi juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya nilai sesuatu itu
melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan pandangan dari paham
objektivisme.
Notonagoro memerinci tentang nilai, ada yang bersifat material dan nonmaterial.
Dalam hubungan ini, manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda bergantung pada
pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing. Ada yang mendasarkan pada
orientasi nilai material, tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu berorientasi pada nilai
yang nonmaterial. Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan
pancaindra ataupun alat pengukur. Akan tetapi, nilai yang bersifat rohaniah sulit
diukur, tetapi dapat juga dilakukan dengan hati nurani manusia sebagai alat ukur
yang dibantu oleh cipta, rasa, serta karsa dan keyakinan manusia (Kaelan, 2005).
Menurut Notonagoro, nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-
nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian, nilai-
nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain
secara lengkap dan harmonis, seperti nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai
keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, ataupun nilai kesucian yang
secara keseluruhan bersifat sistemik-hierarkis. Sehubungan dengan ini, sila pertama,
yaitu ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila
(Darmodihardjo: 1978).
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan
sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesialah yang menghargai, mengakui,
serta menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan,
dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan,
penerimaan, atau penghargaan itu telah menggejala dalam sikap, tingkah laku, serta
perbuatan manusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini
sekaligus adalah pengembannya dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia
Indonesia.

C.Kebenaran Pancasila Menurut Saya

Sejak Negara Republik Indonesia berdiri, telah ditetapkan bahwa


Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Jiwa Pancasila yang telah lama
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dirumuskan secara pasti
dalam pembukaan UUD 1945. Sebagai suatu negara demokrasi yang
menginginkan terciptanya stesel kehidupan kenegaraan berdasarkan atas
partisipasi rakyat banyak, maka segala sesuatu yang secara pokok harus ada dan
dapat dipakai sebagai suatu pedoman.
Dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi nasional diharapkan,
bahwa orientasi dari kegiatan masyarakat dapat selalu bersumber pada
Pancasila. Orientasi apapun yang sedang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia harus dilandasi dengan dasar perkembangan untuk
pemenuhan tuntutan yang dikehendaki oleh cita-cita bangsa Indonesia yang
secara eksplisit tersebut dalam ideologi nasional.
3 .Analisi Negara Pancasila
a)sebagai negara ketuhanan:

sesuai dengan sila pertama yaitu “ketuhanan yang maha esa” dengan pokok pikiran
pengakuan terhadap ketuhanan dan mengharuskan masyarakat untuk beragama
sesuai kepercayaan masing-masing,bahwa semua orang di Indonesia memiliki
kepercayaan kepada tuhan meskipun agam yang dianut berbeda-beda tetapi ini
menunjukan bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang beragama. Sila ketuhanan
yang maha esa memiliki arti mutlak ,bahwa dalam negara indonesia tidak tempat
untuk bertentangan dalam hal ketuhanan atau keagamaan ,bagi sikap dan
perbuatan anti ketuhanan atau anti keagaaman dan bagi paksaan agama,disini
berarti negara indonesia mengharus masyarakat yang ada didalamnya tidak
melanggar sila tersebut dengan tidak mengakui adanya ketuhanan. Perwujudan
untuk sila pertaman ini dapat dilakukan dengan:
-percaya pada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan keyakinan masing
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
-hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda,sehingga terbina kerukunan hidup
-saling menghormati kegiatan ibadah kepercayaan masing masing
-tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain
-agama dan kepercayaan kepada tuhan yang maha esa ada urusan pribadi manusia
dengan tuhan yang maha esa

b)sebagai negara dengan kemanusiaan yang adil dan beradab

kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sila kedua yang memiliki hakekat atau
arti dalam wujud bertumbuh kembangnya kesadaran,sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan potensi budi nurani dalan hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan terhadap diri sendiri maupun juga terhadap alam,haruslah dipahami
bahwa individu-individu yang hidup dalam suatu wilayah dan bersatu karena
mempunyai rasa dan tujuan yang sama sebagai satu bangsa indonesia,namun setiap
individu memiliki hak dan kewajiban masing masing jadi kita harus bisa saling
menghargai. Makna dari sila kedua sesuai dengan TAP MPR II/MPR/1978 adalah:
-mengakui persamaan derajat hak dan kewajiban antar sesama
-saling menyayangin antar sesama manusia
-mengembangkan sifat tenggang rasa atau toleransi
-tidak semena mena terhadap sesama
-menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
-gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
-berani membela kebenaran dan keadilan
-mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain

c)sebagai negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat


Setiap negara memerlukan kedaulatan,baik ke luar maupun ke dalam. Menurut Jean
Bodin (1530-1596). Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara.
Kekuasaan tertinggi itu sah dan harus ditaati rakyat. Jika suatu negara telah
merdeka, secara otomatis negara itu berdaulat. Demikian juga negara Indonesia.
Kedaulatan negara Indonesia diperoleh dengan perjuangan. Oleh karena itu, kita
wajib mempertahankan kedaulatan negara ini dengan berperan aktif dalam
pembangunan. Kedaulatan dari berbagai bahasa itu dapat diartikan sebagai
wewenang suatu kesatuan politik. Jadi kedaulatan adalah sebagai kekuasaan yang
tertinggi dalam suatu negara atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah
kekuasaan lain, kecuali kekuasaan yang satu adalah kekuasaan Tuhan. Dengan
demikian pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.
Makna Kedaulatan Rakyat
Menurut teori, suatu negara yang akan berdiri harus memenuhi tiga syarat, yaitu :
a) Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berada di dalam suatu negara atau menjadi
penghuni suatu negara.
b) Wilayah/daerah
Adalah wilayah yang menunjukkan batas-batas ditempat negara itu untuk
dapat melaksanakan kedaulatannya.
c) Pemerintah yang berdaulat
Adalah lembaga yang memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan
rakyatnya dan menjaga seluruh tanah air serta segenap rakyatnya.
Negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyat.
Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini mengajarkan bahwa kekuasaan negara tertinggi terletak di tangan rakyat.
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap kekuasaan raja yang absolut. Keabsolutan
kekuasaan pemerintah perlu dibatasi dengan adanya pembagian kekuasaan seperti
dalam ajaran trias politika. Ajaran itu menganjurkan agar kekuasaan pemerintahan
negara dipisahkan menjadi tiga lembaga, yaitu : legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
1) Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat dan menetapkan undang-
undang. Contoh dari kekuasaan legislatif yaitu : DPR, MPR, DPD.
2) Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Contoh
dari kekuasaan eksekutif yaitu : Presiden dan Wakil Presiden.
3) Yudikatif adalah kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-
undang. Contoh dari kekuasaan yudikatif yaitu : MK (Mahkamah Konstitusi),
MA (Mahkamah Agung), KY (Komisi Yudisial).
Ciri-ciri negara yang menganut teori Kedaulatan Rakyat :
1) Negara memiliki lembaga perwakilan rakyat sebagai badan atau majelis
yang mewakili atau mencerminkan kehendak rakyat.
2) Pelaksanaan pemilu untuk mengangkat dan menetapkan anggota lembaga
perwakilan diatur oleh undang-undang.
3) Kekuasaan atau kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badang atau majelis
yang bertugas mengawasi pemerintah.
4) Susunan kekuasaan badan atau majelis tersebut ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar.
d)sebagai negara kesejahteraan
Filosofi negara kesejahteraan
Adalah bagian dari rezim kesejahteraan. Rezim mengacu pada seperangkat
norma,prinsip,aturan dan prosedur pengambilan keputusan,baik implisit maupun
eksplisit yang menyatukan ekspetasi para aktor dalam wilayah tertentu dalam
kehidupan sosial
dalam kamus besar bahasa indonesia definisi negara kesejahteraan adalah negara
yang mengusahakan kesejahteraan rakyat dengan mengatasi anarki produksi dan
krisis ekonomi,meningkatkan jaminan hidup warga dengan memberantas
pengangguran,negara kesejahteraan berusaha membebaskan warganya dari
ketergantungan pada mekanisme pasar untuk mendapatkan kesejahteraan
yang(kemudian diesebut daengan dekomodifikasi)dengan menjadikannya sebagai
hak setiap warga yang diperoleh melalui perangkat kebijakan sosial yang disediakan
oleh negara. Lebih jauh lagi,keberadaan hak-hak sosial ini digunakan oleh negara
untuk menata ulang relasi kelas dalam masyarakat ,serta menghapuskan
kesenjangan kelas yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
- http://sugikshare.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-
pancasila-pada-masa-kerajaan.html
- https://www.academia.edu/19048328/Nilai-
Nilai_Pancasila_pada_Masa_Kerajaan?auto=download
- http://ugi-gamar.blogspot.com/2013/01/pengertian-
filsafat-dan-cabang-cabangnya.html
- https://amilatunnazilah.wordpress.com/2016/06/24/mak
alah-cabang-cabang-filsafat-ilmu/
- https://www.academia.edu/8614468/BAB_I_FILSAFAT_P
ANCASILA
- https://www.academia.edu/10494478/Pendekatan_Logik
a_Atas_Kebenaran_Nilai-Nilai_Pancasila

Anda mungkin juga menyukai