Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR

EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF


GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG
(Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

OLEH:

ARNILA SARI
14 22 04 01 62

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIFIAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF


GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG
(Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

TUGAS AKHIR
Disusun oleh:

ARNILA SARI
14 22 04 01 62

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untukMenyelesaian Studi


Di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Pada
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:

Tanggal lulus: 2 Agustus 2017

i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : EFEKTIFITAS HERBISIDA BERBAHAN AKTIF


GLYPHOSAT TERHADAP GULMA ALANG-ALANG
(Imperata cylindrica L.) PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT .

Nama Mahasiswa : Arnila Sari


NIM : 14 22 04 01 62
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diuji oleh Tim Penguji dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Kelulusan

Disahkan oleh:
Tim Penguji

1. Sri Muliani, S.P., M.P.

2. Ir.Miss Rahma Yassin, M.,Si.

3. Nildayanti, S.P., M.Si.

4. Dr. Kafrawi, S.P., M.P.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segala kasih karunia, dan hidayah-Nyalah sehingga laporan
tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak
terlepas dari bantuan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah
mengasuh, segenap keluarga yang selalu membantu baik moril maupun materil,
serta kepada Ibu Sri Muliani, S.P., M.P. dan Ir. Miss Rahma Yassin,M., Si. selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan
kepada penulis. Melalui kesempatan ini pula, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep dan Bapak Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep,
serta teman-teman sealmamater Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis
sangat harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Pangkep, 02 Agustus 2017

Arnila Sari

iii
Abstrak

ARNILA SARI (1422040162). Efektifias herbisida berbahan aktif glyphosat


terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica L.) pada perkebunan kelapa
sawit di bawah bimbingan Sri Muliani dan Miss Rahma Yassin .
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas herbisida berbahan aktif
glyphosat terhadap pengendalian gulma Alang-alang (Imperata cylindrica L.),
Percoban ini dilakukan di areal perkebunan PT Sarana Prima Multi Niaga
Kabuaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, berlangsung pada bulan
Januari sampai Februari 2017, Pada percobaan ini dosis yang digunakan adalah
100 mL.15 L-1 dan 120 mL.15 L-1. Hasil percobaan menunjukan bahwa dosis 120
mL.15 L-1 memerlukan waktu yang lebih singkat yaitu 7 hari untuk mematikan
gulma alang-alang dibandingkan dengan dosis 100 mL. 15 L-1 yang memerlukan
waktu 12 hari.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1. Morfologi Gulma .......................................................................... 3
2.2. Klasifikasi Gulma Imperata cylindrica L ..................................... 5
2.3. Herbisida ....................................................................................... 7
2.4. Cara pengendalian Imperata cylindrica L .................................... 7
III.METODOLOGI .................................................................................. 9
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 9
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 9
3.3. Metode Pelaksanaan...................................................................... 9
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10
V.KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 13
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 13
5.2. Saran ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14
LAMPIRAN ............................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP

v
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gulma Imperata cylindrica L ................................................................. 6


2. Tingkat Kematian Gulma Dengan Dosis yang Berbeda ........................ 12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Herbisida Prima UP 480 AS ................................................................ 16


2. Keadaan Gulma Sebelum Penyemprotan ............................................ 16
3. Keadaan Gulma Hari Ke-1 Setelah Penyemprotan .............................. 17
4. Keadaan Gulma Hari Ke-3 Setelah Penyemprotan .............................. 17
5. Keadaan Gulma Hari Ke-5 Setelah Penyemprotan .............................. 18
6. Keadaan Gulma Hari Ke-7 Setelah Penyemprotan .............................. 18
7. Keadaan Gulma Hari Ke-10 Setelah Penyemprotan ............................ 19
8. Keadaan Gulma Hari Ke-12 Setelah Penyemprotan ............................ 19

vii
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan


pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkaitan dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian, keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan (Nugroho, 2011) . Gulma
perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit, mampu menjadi kompetitor
utama dalam merebutkan unsur hara, air, ruang tumbuh dan cahaya matahari.
Beberapa spesies gulma juga dapat memproduksi zat-zat racun (Alelopati) yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman utama. Keberadaan gulma pada areal
pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas
maupun kualitas produksi. Kerugian-kerugian tersebut merupakan alasan kuat
mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).
Di perkebunan kelapa sawit, gulma merupakan salah satu faktor penghambat
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Dalam arti luas gulma adalah semua jenis
tumbuhan yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak dikehendaki dalam
pengelolaan perkebunan. Jika gulma tidak dikendalikan maka gulma dan tanaman
kelapa sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat
berkembang biaknya hama dan penyakit (Shari, 2010).
Masalah gulma sebenarnya masalah yang tidak akan pernah tuntas bagi petani,
gulma yang tidak terkendali dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 80%.
Sifat kerugian yang timbul oleh gulma meskipun tidak melonjak, tetapi bersifat
relatif tetap dan sangat dipengaruhi oleh jenis gulma, lamanya terjadi persaingan
oleh gulma, sifat dan umur tanaman pokok, serta faktor lingkungan.
pengendalian gulma merupakan praktek budidaya yang penting pada usahatani
tanaman kelapa sawit. Secara umum biaya untuk mengendalikan gulma pada
tanaman kelapa sawit adalah tertinggi kedua setelah pemupukan (Azahari, 2004).

1
Karena sifatnya yang sangat merugikan maka alang-alang perlu dikendalikan.
Pengendalian alang-alang ini bertujuan untuk pemeliharaan tanaman pokok agar
tanaman pokok tetap berproduksi dengan baik. Pada perkebunan kelapa sawit
pengendalian gulma dilakukan pada piringan dan gawangan, Salah satu gulma
yang cukup dominan pada areal perkebunan PT SPMN adalah gulma
Imperata cylindrica L . Gulma Imperata cylindrica L. merupakan gulma yang
pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat karena menghasilkan biji yang
banyak dan memiliki akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan
tanah (SOP, 2016). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu upaya untuk
mengendalikan gulma alang-alang dengan menggunakan herbisida berbahan aktif
glyphosat.

1.2. Tujuan dan kegunaan

Percoban ini bertujuan untuk mengetahui dosis herbisisda berbahan aktif


glyphosat dapat efektif dalam mematikan gulma alang-alang.
Hasil dari percobaan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam
pengendalian gulma alang-alang pada perkebunan kelapa sawit.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi gulma Imperata cylindrica L.

Berikut adalah bagian-bagian dari tanaman alang-alang yang dibahas lebih


mendetail :

a. Daun (Folium)

Menurut Damaru (2011), daun alang-alang termasuk daun tunggal (folium


simplex) dengan tipe daun tak lengkap karena hanya terdiri dari 2 bagian saja,
yaitu pelepah atau upih (vagina) berwarna putih keunguan dan helaian daun
(lamina), sehingga disebut daun berupih atau daun berpelepah. Ada lidah-lidah
atau ligula pada perbatasan upih daun dengan helaian daun. Daun alang-alang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Bangun daun (circumscriptio) : daun tidak ada yang lebar dan termasuk tipe
pita (lingulatus).
2) Bentuk ujung daun (apex folii) : tipe runcing (acutus).
3) Bentuk pangkal daun (basis folii) : tipe meruncing (acuminatus)
4) Susunan tulang daun (nervatio) : tipe sejajar (rectinervis).
5) Tepi daun (margo folii) : tipe rata (integer).
6) Daging daun (intervenium) : tipis seperti kertas (papyraceus)
7) Warna daun : hijau dengan permukaan atas lebih gelap dari permukaan
bawah
8) Permukaan daun : licin (laevis)

b. Batang (Caulis)

Alang-alang merupakan tanaman yang jelas berbatang dengan tipe batang


rumput (calmus) dengan ciri-ciri tidak keras, mempunyai ruas-ruas dan berongga.
Batang alang-alang mempunya sifat Bentuk batang bulat (teres), Sifat
permukaan batang licin (laevis), Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
Percabangan pada batang batang pokok tidak terlihat jelas (SOP, 2016)

3
c. Akar (Radix)

Sistem pengakaran berupa sistem serabut, yang muncul dari nodus atau buku-
buku batang. Panjangnya ± 5 cm, sistem pengakaran ini ditunjang oleh rimpang
yang kuat, sehingga alang-alang sulit dicabut. Rimpang yang tumbuh secara
agresif, tumbuhan tahunan (parennial) yang kuat dengan percabangan terbenam
dalam tanah (yang panjangnya dapat mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya
bersisik (Anonim, 2008)

d. Bunga (Flos)

Alang-alang mempunyai bunga yang majemuk, bentuk bulir (spica) tanpa


mahkota bunga, agak menguncup, bertangkai panjang, setiap bulir berekor
puluhan helai rambut putih sepanjang 8-14 mm, mudah diterbangkan angin,
panjang 6-28 cm, setiap cabang memiliki 2 bulir, cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga
1-3 mm, gluma 1; ujung bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam); bulat telur melebar,
silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2 (sekam); memanjang, runcing 0,5-2,5 mm.
Palea (sekam); 0,75-2 mm. Benang sari: kepala sari 2,5 - 3,5 mm, putih
kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik berbentuk bulu ayam.
Penyerbukannya dibantu oleh angin (Rismunandar, 2000)

e. Biji (Semen)

Biji jarang, panjang sekitar 11 mm, warnanya coklat tua. Biji yang sudah tua
mudah diterbangkan angin, tersebar dan yang akhirnya menjadi tumbuhan baru
(Anonim, 2010).

4
2.2. Klasifikasi Gulma Imperata cylindrica L.

I. cylindrica L. merupakan tumbuhan yang dikenal sebagai gulma, tumbuhan


yang merumput dengan tunas yang merayap di dalam tanah. Klasifikasi gulma I.
cylindrica L. yaitu sebagai berikut (Pramono, 2002) :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
SubKelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica L.

Alang-alang adalah jenis rumput menahun dengan tunas panjang menjalar di


bawah tanah. Tanaman ini memiliki ujung (pucuk) tunas runcing dan tajam
seperti ranjau duri yang muncul dari dalam tanah, alang-alang berbatang pendek,
menjulang naik keatas tanah, dan tingginya berkisar 0,2-1,5 m. Bunganya
terkadang memiliki rambut di bawah buku yang berwarna merah keunguan
(Agus, 2010).
Tanaman yang mudah tumbuh menjadi banyak ini dapat ditemukan pada
ketinggian 1-2.700 mdpl, tumbuh tegak dengan tinggi 80-180 cm, dan lebar 5-18
mm. Alang-alang tumbuh liar di hutan, tepi jalan dan di kebun kelapa sawit
(Dalimartha, 2006).
I. cylindrica L. juga merupakan rumput yang tumbuh tegak berumpun rapat,
yang mempunyai dua buah benang sari dalam satu bunga, berkembang biak
dengan biji dan akar rimpang atau rhizome. Rhizome pada umumnya
berkembang pada kedalaman 0-20 cm dalam permukaan tanah. Tumbuhan ini
mengeluarkan zat alelopati yang merupakan zat penghambat tumbuh bagi
tanaman lain dan dapat menekan pertumbuhan serta menurunkan produksi
tanaman kurang lebih 20%. Pada perkebunan kelapa sawit, gulma ini

5
digolongkan sebagai gulma pengganggu nomor satu (SOP, 2016). Gulma I
.cylindrica L. dapat dilihat pada (Gambar 1).

A B C

Gambar 1. A) Pokok I. cylindrica L. , B) Bunga I. cylindrica L. , C) Akar I.


cylindrica L.

2.3. Herbisida

Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan,


mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tampa mengganggu tanaman
pokok (Sukma, 2002). Sedangkan menurut Riadi (2011) herbisida merupakan
suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan tumbuhan.
Ada dua jenis herbisida yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik, pada
pengendalian gulma I. cylindrica L. digunakan herbisida sistemik. Herbisida
sistemik adalah herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya kontak pertaman
dengan herbisida kebagian lainnya, biasanya akan menuju pada titik tumbuh
karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuh palin aktif berlangsung.
Herbisida jenis ini dapat diapalikasikan melalui tajuk maupun tanah, karena
herbisida masuk melalui daun maupun akar, dan ditranslokasikan keseluruh
jaringan tanaman dan mengganggu physiologis tanaman sehingga menyebabkan
kematian ( Sembodo, 2010).

6
Herbisida sistemik yang digunakan di PT Sarana Prima Multi Niaga adalah
herbisida yang mengandung bahan aktif glyphosat, biasanya berwarna cerah atau
kuning. Pengendalian secara kimia atau herbisida merupakan pengendalian yang
paling efektif dibanding dengan pengendalian yang lainnya, selain itu
pengendalian dengan herbisida menghemat tenaga kerja dan waktu. Herbisida
prima UP bersifat sistemik, mengendalikan gulma dengan cara menghambat
proses metabolisme protein (S0P, 2016).

2.4.Cara Pengendalian I. cylindrica L.

Pengendalian gulma di Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun


hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian
gulma harus dilakukan sehingga membuat pengendalian gulma terhambat. Selain
itu, permasalah gulma semakin besar karena umumnya petani mempersiapkan
lahan dengan cara mengolah tanah secara intensif. pengendalian secara manual
tersebut akan tidak menjadi efektif bila lahan pertanaman cukup luas, maka
penggunaan herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja, tepat waktu,
dan efektif untuk mematikan gulma (Listyobudi, 2011)
Menurut Emanuel (2004), mengatakan bahwa pengendalian untuk gulma
seharusnya dilakukan pada pagi hari atau cuaca dalam keadaan cerah, dan jangan
melakukan penyemprotan disaat hujan, karena herbisida tidak dapat bekerja
secara efektif. Waktu aplikasi herbisida juga mempengaruhi efektifitas
pengendalian gulma. Penyemprotan yang segera diikuti oleh hujan akan
mengakibatkan herbisida tercuci, sehingga efek berkurang sebab partikel herbisida
belum sempat berpenetrasi kedalam kutikula daun. Waktu melakukan
penyemprotan sebaiknya didukung oleh faktor cuaca yang menguntungkan,
sehingga tidak terjadi pencucian herbisida. Untuk keberhasilan penyemprotan,
selang waktu turunnya hujan setelah aplikasi menjadi faktor yang penting
diperhatikan. Pada petunjuk teknis pemakaian herbisida, sebagian mencantumkan
tenggang waktu minimal turunya hujan setelah aplikasi, tetapi petunjuk tersebut
masih perlu diuji kebenaranya (Amalia, 2012).

7
III. METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017,
bertempat di perkebunan kelapa sawit PT Sarana Prima Multi Niaga, Desa Karang
Sari, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi
Kalimantan Tengah.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu knapsack sprayer, ember, sarung tangan plastik,
kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah herbisida Prima UP
480 AS, dan Air.

3.3.Metode Pelaksanaan

a. Observasi lapangan, dilakukan dengan mengamati secara langsung areal yang


akan disemprot, dan penyemprotan dilakukan setelah memperole izin dari
perusahaan.
b. Pelaksanaan penyemprotan
Penentuan dosis, dosis herbisida Prima UP yang digunakan yaitu 100
mL.15 L-1 dan 120 mL.15 L-1, pencampuran herbisida dilakukan dengan
menggunakan air sebanyak 15 liter untuk masing-masing dosis herbisida,
herbisida yang telah dicampur untuk selanjutnya disemprotkan kegulma sesuai
dengan dosis yang telah ditentukan dan penyemprotan dilakukan sebanyak satu
kali, parameter pengamatan meliputi, kondisi gulma sebelum dan setelah
penyemprotan, dengan cara mengamati warna daun, batang daun, dan waktu
kematian gulma.

Anda mungkin juga menyukai