Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AKHIR

PERTUMBUHAN STEK
TEBU (Saccharum officinarum L.) PADA BERBAGAI
KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
URIN SAPI

OLEH:

SUFRIANTO
14 22 040 341

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

PERTUMBUHAN STEK
TEBU (Saccharum officinarum L.) PADA BERBAGAI
KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
URIN SAPI

Oleh:

SUFRIANTO
14 22 040 341

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertania Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:

i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Laporan Tugas Akhir : Pertumbuhan Stek Tebu (Saccharum


officinarum L.) pada Berbagai Konsentrasi
Pupuk Organik Cair Urin Sapi
Nama Mahasiswa : Sufrianto
NIM : 14 22 040 341
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Hari/Tanggal Ujian Tugas Akhir : Rabu, 6 September 2017

Disahkan oleh:

Tim Penguji

1. Junyah Leli Isnaini, S.P., M.P.

2. Sitti Inderiati, S.P., M.Bio.

3. Dra. Asmawati, S.P., M.Si.

4. Nildayanti, S.P., M.Si.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir “

Pertumbuhan Stek Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Berbagai

Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi” dengan baik sesuai waktu yang

ditentukan.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik

Pertanian Negeri Pangkep. Dalam penyusunan laporan ini, Penulis mendapat

banyak bantuan kedua orang tua pasangan Makmur dan Poniyem. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep.

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan.

3. Junyah Leli Isnaini, S.P., M.P. dan Sitti Inderiati, S.P., M.Bio. selaku

Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

membimbing Penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

4. Seluruh staf Dosen, Pengawai, dan Teknisi Jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan.

5. kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan moril

kepada Penulis.

iii
6. Seluruh teman-teman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Angkatan

XXVII dan teman-teman se-almamater yang selalu memberikan bantuan

dalam penyusunan laporan ini.

Segala kerendahan hati, Penulis sangat mengharapkan semoga laporan

Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya di bidang pertanian.

Pangkep, 6 September 2017

Penulis

iv
RINGKASAN

SUFRIANTO (1422040341). Pertumbuhan Stek Tebu (Saccharum officinarum L.)


Pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi. Dibimbing oleh Junyah
Leli Isnaini dan Sitti Inderiati.
Urin sapi dapat dijadikan sebagai pupuk dalam bentuk pupuk organik cair
melalui fermentasi. Tujuan percobaan adalah menentukan Konsentrasi pupuk
organik cair urin sapi yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif terbaik
stek tanaman tebu. Hasil percobaan ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi
petani dan praktisi pertanian dalam penggunaan dosis pemupukan yang tepat untuk
digunakan di pertanaman tebu. Percobaan menggunakan empat perlakuan
konsentrasi pupuk organik cair yang berbeda yaitu P0= kontrol, P1= 80 ml/liter air,
P2= 100 ml/liter air, P3= 120 ml/liter air yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2016
sampai Januari 2017 yang bertempat di Desa Padang Lampe, kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter
pertumbuhan, diketahui bahwa perlakuan urin sapi 100 ml/liter air menghasilkan
tinggi tanaman terbaik dan jumlah daun terbanyak, namun diameter terbesar
dihasilkan pada perlakuan 120 ml/liter air.

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
RINGKASAN............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu................................................. 3
2.2 Pupuk ......................................................................................... 5

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan........................................................................... 10
3.3 Metode Percobaan..................................................................... 10
3.4 Pelaksanaan Percobaan............................................................ 11
3.5 Parameter Pengamatan ............................................................. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ........................................................................................... 13
4.2 Pembahasan .............................................................................. 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 18
5.2 Saran ......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman ................................................................... 13


2. Rata-rata Diameter Batang ................................................................... 14
3. Rata-rata Jumlah Daun ......................................................................... 15

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Percobaan di Lapangan ............................................................. 21


2. Rata-rata Tinggi Tanaman .................................................................... 22
3. Rata-rata Diameter Batang ................................................................... 22
4. Rata-rata Jumlah Daun .......................................................................... 22
5. Foto-foto Kegiatan pada saat pelaksanaan .......................................... 23

viii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu tanaman utama di

negara-negara tropis yang berperan sangat penting bagi perekonomian negara-

negara berkembang sebagai komoditi ekspor. Tebu merupakan bahan baku utama

industri pabrik gula dunia yang produknya belum bisa tergantikan dengan produk

penghasil gula lainnya seperti tanaman jagung.

Indonesia memiliki potensi menjadi produsen gula dunia karena dukungan

agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja yang memadai. Selain itu, prospek

pasar gula di Indonesia cukup menjanjikan dengan konsumsi sebesar 4,2-4,7 juta

ton/tahun. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan

industri yang saat ini masih terus menjadi masalah karena masih terjadi kekurangan

produksi dalam negeri, sementara kebutuhan gula masyarakat Indonesia terus

meningkat (Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, 2009).

Perbanyakan tebu umumnya dilakukan secara vegetatif melalui stek batang.

Batang (stek) yang sehat atau berkualitas baik akan menghasilkan tanaman baru

dengan pertumbuhan optimal dan produksi yang tinggi. Untuk itu, perbaikan kualitas

stek tebu perlu dilakukan, salah satu di antaranya melalui pemberian pupuk pada

pembibitan stek. Pemberian pupuk pada stek tebu sangat diperlukan untuk memacu

pertumbuhan stek, namun pupuk yang digunakan perlu diperhatikan sesuai dengan

kebutuhan tanaman pada masa pertumbuhan vegetatif tersebut. Untuk

pertumbuhan tunas baru pada stek, dibutuhkan unsur hara terutama unsur Nitrogen

(N), Phosphor (P), Kalium (K), dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat

dilakukan melalui pemupukan.

1
Salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara makro tersebut adalah

pupuk organik cair berupa urin sapi. Urin sapi mengandung unsur hara N, P, K dan

bahan organik yang berperan memperbaiki struktur tanah. Urin sapi dapat

digunakan langsung sebagai pupuk baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk

susulan (Murniati, 2012). Penambahan urin sapi hingga beberapa batas tertentu

dapat mengaktifkan proses pemanjangan dan pembelahan sel (Primantoro, 2002).

Pembuatan pupuk cair dari urin sapi cukup mudah dan tidak membutuhkan

waktu yang lama, bahannya mudah diperoleh, biayanya relatif murah, dan baik

untuk tanaman. Selain itu, bahan baku urin sapi yang digunakan merupakan limbah

dari peternakan yang selama ini sebagai bahan buangan. Akibat baunya yang khas,

urin sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin

sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendali hama tanaman. Setelah mengalami

fermentasi, urin sapi dapat digunakan dengan cara menyemprot pada tanaman

(Naswir, 2003).

Berdasarkan manfaat pupuk organik cair tersebut, dilakukan percobaan

untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan stek

batang tebu.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi pupuk organik

cair urin sapi yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif terbaik stek

tanaman tebu, sedangkan kegunaan percobaan ini adalah sebagai bahan acuan

atau informasi tentang pengggunaan pupuk organik cair terutama untuk

pertumbuhan vegetatif tanaman tebu.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

A. Iklim

Sesuai dengan agroklimat asalnya sebagai tanaman tropis, tanaman tebu

tumbuh baik di daerah tropis, tetapi dapat pula ditumbuhkan di daerah sub tropis

sampai garis isoterm 200C, yaitu pada kawasan yang berada di antara 39 0 LU dan

350 LS. Suhu rata-rata tahunan sebaiknya berada di atas 2000C dan tidak kurang

dari 170C. Pertumbuhan yang optimum dicapai pada suhu 24 0–300C. Tumbuhan ini

dapat hidup pada berbagai ketinggian, mulai dari pantai sampai dataran tinggi (1400

m di atas permukaan laut/dpl). Namun, mulai ketinggian 1200 m dpl, pertumbuhan

menjadi lambat. Tanaman tebu menghendaki curah hujan tahunan 1000–1250 mm,

menyebar merata. Hujan harus turun teratur selama pertumbuhan vegetatif dan

menjelang saat pematangan tanaman tebu membutuhkan beberapa bulan kering.

Di daerah bercurah hujan tinggi, dimana tidak ada bulan kering yang nyata, tebu

akan tumbuh terus hingga kandungan sukrosa pada batang rendah (Wijayanti,

2008).

Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses

asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi

penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari

akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses

fotosintesa sehingga pertumbuhan terhambat (Indrawanto et al., 2010).

3
B. Tanah

Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis

tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara

0–1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah

kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian > 1200 m

diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relatif lambat. Kemiringan lahan

sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada kemiringan sampai 10% dapat juga

digunakan untuk areal yang dilokalisir. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah

berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% apabila tanahnya ringan dan

sampai 5% apabila tanahnya lebih berat (Indrawanto et al., 2010).

Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur

sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna, oleh karena itu upaya

pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel kecil akan

memudahkan akar menerobos. Sedangkan tekstur tanah, yaitu perbandingan

partikel- partikel tanah berupa lempung, debu dan liat, yang ideal bagi pertumbuhan

tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan

menahan air cukup dan porositas 30%. Tanaman tebu menghendaki solum tanah

minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm.

Sehingga pada lahan kering, apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan

tanah harus dalam. Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini

harus dipecah agar sistem aerasi, air tanah dan perakaran tanaman berkembang

dengan baik (Rosdianingsih, 2013).

4
2.2 Pupuk

Pupuk adalah salah satu material yang dapat menambah unsur hara

tanaman sehingga merangsang pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi

serta meningkatkan produksi panen. Adapun manfaat pupuk yaitu menjadikan daun

tanaman lebih segar dan hijau yang akan mempermudah proses fotosintesis,

meningkatkan perkembangan akar, sehingga perakaran menjadi lebih sehat, kuat,

lebat, lebih cepat tinggi serta menambah jumlah anakan lebih banyak batang

menjadi lebih kuat dan kokoh yang akan berdampak dengan ketahanan tanaman

dari serangan hama dan penyakit, serta minimalisir resiko rebah (roboh).

Mengakselerasi pembentukan bunga dan pemasakan biji, meningkatkan kandungan

protein sehingga masa panen menjadi lebih cepat (Susanto, 2014).

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat

dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk

juga berfungsi untuk menambah kandungan unsur hara yang kurang tersedia di

dalam tanah, serta dapat memperbaiki daya tahan tanaman. Selama proses

pemupukan terjadi pelepasan satu atau lebih dari jenis kation dalam tanah, ion –ion

bebas yang terlepas dapat diserap dengan mudah oleh tanaman untuk memenuhi

kebutuhan tanaman (Hananto, 2012).

Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang diperlukan

bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada tanaman guna

menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik

ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan takaran yang diperlukan

oleh tumbuhan, jangan sampai pupuk yang digunakan kurang atau melebihi takaran

5
yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Sejak dulu

sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan sebagai pupuk dalam

sistem usaha tani oleh para petani (Sutedjo, 2010).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan

organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan

organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,

tongkol jagung, dan sabut kelapa) dan limbah ternak (Nurfitriana, 2013).

Pupuk organik bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian, baik kualitas

maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas

lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang

dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

Namun permasalahan umum yang dihadapi pupuk organik adalah rendahnya kadar

unsur hara, kelarutan rendah, waktu relatif lebih lama menghasilkan nutrisi tersedia

yang siap diserap tanaman, dan respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik

tidak sebaik pemberian pupuk anorganik. Sehingga pupuk organik tidak banyak

digunakan, karena dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman

(Mardiansyah, 2010).

Pupuk organik adalah pupuk yang diproses dari limbah organik seperti

kotoran hewan, sampah, sisa tanaman, serbuk gergajian kayu, lumpur aktif yang

kualitasnya tergantung dari proses atau tindakan yang diberikan. Pupuk organik

mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi, dan

keberadaan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau

6
memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk organik terbagi atas 2 macam yaitu pupuk

organik cair dan pupuk organik padat.

A. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat mudah

sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan

tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan di antaranya, pupuk

tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam

pupuk organik padat dalam bentuk kering (Syefani dan Lilia dalam Mufida, 2013).

Pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan

bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia

yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik

cair adalah sercara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam

pencucian hara, dan mampu menyediakan hara yang cepat. Dibandingkan dengan

pupuk anorganik cair, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan

tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik cair juga

memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan kepermukaan tanah

bisa langsung digunakan oleh tanaman (Hadisuwito, 2007).

Pupuk organik yang cair merupakan pupuk yang dapat memberikan hara

yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair,

maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya

tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan.

Pupuk organik yang berbentuk cair (ekstrak) dalam pemupukan jelas lebih merata,

tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, sebab itu tadi

pupuk ini 100 persen larut dan merata juga pupuk organik cair ini mempunyai

kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan

7
hara secara cepat. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun

juga punya kemampuan menyerap hara, sehingga ada manfaatnya apabila pupuk

cair berupa ekstrak tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga dapat

diberikan dengan cara disemprotkan kepermukaan daun (Susetya, 2012).

Penggunaan pupuk organik cair memiliki keunggulan yakni walaupun sering

digunakan tidak merusak tanah dan tanaman, pemanfaatan limbah organik sebagai

pupuk dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah, karena memiliki

kandungan unsur hara (NPK) dan bahan organik lainnya (Hadisuwito, 2007).

Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair dapat

berasal dari limbah cair dari bahan organik, limbah agroindustri, kotoran kandang

ternak dan limbah rumah tangga (Hastuti, 2008). Pemanfaatan limbah agroindustri

sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair harus memenuhi persyaratan atau

kriteria unsur hara yang telah ditetapkan oleh Peratutan Menteri Pertanian. Hal ini

tertuang dalam persyaratan teknis minimal pupuk organik menurut Peraturan

Menteri No.70/Pert./SR.140/10/2011, di antara lain kriterianya adalah kadar total di

dalam pupuk organik cair memiliki kandungan unsur hara N3-6%, P2O53-6%, K2O-

6% dan nilai pH yang berkisar 4-9 (Departemen Pertanian, 2012).

B. Urin Sapi

Urin sapi merupakan limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk cair. Urin memiliki kandungan N dan K yang tinggi dan terdapat cukup

kandungan P untuk perkembangan tanaman. Selain dapat bekerja dengan cepat,

urin ternyata mengandung hormon tertentu yang dapat merangsang perkembangan

tanaman. Urin pada ternak sapi terdiri dari air 92%, nitrogen 1,00%, fosfor 0,2%, dan

kalium 0,35% (Sutedjo, 2010). Urin sapi yang difermentasi memiliki kadar nitrogen,

8
fosfor, dan kalium lebih tinggi dibanding dengan sebelum difermentasi, sedangkan

kadar C-organik pada urin sapi yang telah difermentasi menurun. Rinekso, dkk,

(2014), juga menyatakan bahwa urin sapi yang difermentasi selama 15 hari memiliki

kandungan N, P dan K yang lebih tinggi dibanding urine sapi yang difermentasi

selama 3, 6, 9 dan 12 hari maupun urin sapi yang tidak difermentasi. Menurut

Hanafiah (2005), fosfor berfungsi dalam mempercepat perkembangan tanaman,

sedangkan Kalium berfungsi meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekutan

batang sehingga tanaman tidak mudah rebah dan terserang penyakit. Pupuk organik

cair urin sapi sebenarnya sudah banyak dan sering digunakan dalam bidang

pertanian dengan tujuan meningkatkan produksi tanaman.

Urin sapi telah digunakan sebagai pupuk organik contohnya pada tanaman

jagung manis. Penelitian Sukadana et al., (2013), menunjukan bahwa tanaman

jagung yang diberikan urine sapi dan pupuk organik, dapat menghasikan biji kering

oven hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan urine

dan pupuk organik. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tanaman

jagung yang diberi perlakuan urin sapi memiliki hasil jagung manis yang lebih baik

dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk urin sapi.

Urin sapi merupakan kotoran ternak yang berbentuk cair. Selama ini urin sapi

dibuang karena kotor juga berbau busuk dan ternyata urin sapi memiliki manfaat

menjadi pupuk cair bagi tanaman. Urin sapi mengandung unsur nitrogen yang tinggi

yang berguna untuk menyuburkan tanah.

9
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan penggunaan pupuk cair urin sapi dalam pembibitan tebu

dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017 yang bertempat di

Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi

Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penanaman stek tebu yaitu; parang, gergaji,

cangkul, jangka sorong, meteran, gelas ukur, alat dokumentasi dan alat tulis

menulis, sedangkan bahan yang digunakan yaitu; stek tebu varietas PS862, pupuk

organik cair urin sapi, tanah, label dan polybag ukuran 20 x 25 cm.

3.3 Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan perbandingan

antara berbagai macam konsentrasi urin sapi. Adapun konsentrasi yang diberikan

yaitu: P0: tanpa urin sapi, P1: 80 ml/liter air, P2: 100 ml/liter air dan P3: 120 ml/liter

air.

Setiap perlakuan terdiri dari enam unit dan diulang sebanyak tiga kali, dan

tiap ulangan terdiri atas dua unit percobaan sehingga diperoleh dua puluh empat unit

percobaan. Data pengamatan yang diperoleh diolah dengan menggunakan statistik

sederhana yaitu menghitung rata-rata pertumbuhan tanaman tebu (sesuai parameter

yang diamati).

10
3.4 Pelaksanaan Percobaan

1. Persiapan stek tanaman tebu

Pemotongan stek tebu dengan menggunakan alat parang, gergaji, dan

digunakan potongan satu ruas stek tebu;

2. Persiapan media tanam

Polybag berukuran 20 x 25 cm diisi dengan tanah sebagai media tanam;

3. Penanaman

Stek ditanam dalam polybag yang telah berisi media tanam dengan cara stek

dibenam ke dalam lapisan media tanam;

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukaan dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar

tanaman dan melakukan penyiraman jika media tanam stek kelihatan kering.

5. Pembuatan Pupuk Organik Cair Urin Sapi

a. 10 liter urin sapi dituang ke dalam jerigen dan dicampur dengan 10 ml

EM4 serta 1 ons gula merah cair, 100 gram terasi yang telah ditumbuk

halus, ditambahkan ke dalam jerigen.

b. Semua bahan dalam jerigen diaduk hingga tercampur rata kemudian

jerigen ditutup rapat dan disimpan di tempat teduh dan tidak terpapar

sinar matahari selama 7-8 hari.

c. Setiap pagi tutup jerigen dibuka sebentar untuk mengeluarkan gas dari

dalam jerigen.

d. Fermentasi berhasil jika pada hari ke-7 atau ke-8 ketika tutup dibuka

tidak berbau urin lagi.

11
6. Aplikasi pupuk organik cair urin sapi

Pupuk organik cair urin sapi dicampur dengan air berdasarkan konsentrasi

sebagai perlakuan. Pemberiaan pupuk dengan cara disiram pada media

tanam hingga lembab. Pemberian perlakuan setelah stek berumur satu

minggu setelah tanam dan selanjutnya diaplikasikan setiap minggu.

3.5 Parameter Pengamatan

Parameter pertumbuhan diukur pada percobaan ini adalah:

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur menggunakan mistar mulai pangkal batang sampai

ujung titik tumbuh (pucuk).

2. Diameter batang

Diameter batang diukur dari patok batang di permukaan tanah pada bagian

batang yang paling besar dan diukur menggunakan jangka sorong.

3. Jumlah daun (helai),

Jumlah daun diamati dengan menghitung jumlah daun yang terbuka pada

akhir percobaan.

12

Anda mungkin juga menyukai