OLEH :
TARJIYO
174110304
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
1
SKRIPSI
NAMA : TARJIYO
NPM : 174110304
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi maupun
pengaruh utama pupuk kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Penelitian ini telah
dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau,
Jalan Kaharuddin Nasution No.113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit
Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yang terhitung
mulai dari bulan Juni sampai September 2021. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah pemberian Kotoran Burung Puyuh terdiri dari 4 taraf yaitu: 0, 75,
150, 225 g/polybag dan faktor kedua POC Bonggol Pisang yang terdiri 4 taraf
yaitu: 0, 5%, 10%, 15%, Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan relatif
tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, jumlah umbi per rumpun,
berat basah per rumpun, berat kering per rumpun, susut bobot umbi dan grade
umbi. Data dianalisis secara statistik dan disajikan dengan Uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian dapat disimpulkan interaksi kotoran burung
puyuh dan POC bongol pisang berpengaruh terhadap: berat basah umbi per
rumpun, berat kering umbi per rumpun, susut bobot umbi, dan grade bawang
merah. Perlakuan terbaik adalah kombinasi perlakuan kotoran burung puyuh 150
g/polybag dan POC bonggol pisang 15%. Pengaruh utama kotoran burung puyuh
memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan, perlakuan
terbaik adalah dosis 150 g/polybag. Pengaruh utama POC bonggol pisang
berpengaruh terhadap semua parameter pengamatan, perlakuan terbaik adalah
15%.
Kata kunci: Kotoran Burung Puyuh, POC Bonggol Pisang, Bawang Merah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Kotoran Burung Puyuh dan Pupuk Organik Cair (POC) Bonggol Pisang”.
Bapak Dr. Elfis, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu Dr. Ir. Siti Zahrah, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian. Bapak Drs.
Maizar, MP selaku Ketua Program Studi Agroteknologi. Ibu Dr. Prima Wahyu
Titisari, M.Si dan Ibu Raisa Baharuddin, SP, M.Si selaku dosen penguji.
Bapak/Ibu dosen dan Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau atas
segala bantuan yang telah diberikan. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima
kasih kepada orang tua dan rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu baik
dari segi moril maupun materil sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca yang
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca baik dalam dunia pendidikan maupun
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
C. Rancangan Percobaan......................................................................... 14
A. KESIMPULAN .................................................................................. 45
B. SARAN .............................................................................................. 45
RINGKASAN .................................................................................................. 46
LAMPIRAN ................................................................................................... 54
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik pengaruh utama pemberian Kotoran Burung Puyuh terhadap
tinggi tanaman bawang merah .................................................................... 27
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi Perlakuan Kotoran Burung Puyuh dan POC Bonggol
Pisang Pada Tanaman Bawang Merah ........................................................ 15
10. Rata-rata grade umbi tanaman bawang merah umur 35 hst dengan
perlakuan Kotoran Burung Puyuh dan POC Bonggol Pisang (cm) ............. 43
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian Juni-September 2021 ....................................... 54
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pokok, namun kebutuhan bawang merah tidak dapat dihindari oleh konsumen
aroma khas dan rasa yang sedap. Sayuran ini merupakan bagian penting dari
bumbu masakan dalam sekala kecil dan dalam sekala industri makanan, bahkan
bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal seperti mengobati demam pada anak,
produktivitas bawang merah di Provinsi Riau Tahun 2018 adalah 4,55 ton/ha
dengan produksi 187 ton dan luas panen 41 ha, mengalami peningkatan pada
Tahun 2019 produktivitas bawang merah mencapai 5,51 ton/ha dengan produksi
507 ton dan luas panen 92 ha dan mengalami penurunan pada Tahun 2020
produktivitas bawang merah mencapai 3,92 ton/ha dengan produksi 263 ton dan
diantaranya yaitu tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun yang dapat
dampak negatif terhadap tanah, seperti turunnya kandungan bahan organik dan
mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, pupuk organik juga berfungsi
memperbaiki struktur tanah serta berperan penting dalam merawat atau menjaga
2
produktivitas lahan.
Pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang paling tepat untuk
bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk organik padat salah satunya yang dapat digunakan yaitu kotoran burung
puyuh. Kotoran burung puyuh merupakan salah satu contoh permasalahan yang
burung puyuh dapat diolah menjadi pupuk organik untuk menjadi pupuk tanaman
melon, bawang merah maupun komoditas lain. Kotoran burung puyuh memiliki
kandungan N-total sebanyak 2,86% dan nutrien lain yaitu protein sebesar 21%,
nitrogen 0,061%, P2O5 0,209%, dan kandungan K2O sebesar 3,133% (Huri dan
kedalam tanah dan penggunaan varietas yang berdaya hasil tinggi. Bentuk pupuk
organik cair yang berupa cairan dapat mempermudah tanaman dalam menyerap
unsur-unsur hara yang terkandung didalamnya. Salah satu jenis pupuk organik
cair yaitu pupuk organik cair bonggol pisang. Pupuk Organik Cair (POC) bonggol
yang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan,
kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca
3
sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada proses
sebagai bahan organik dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman
L.) Terhadap Pupuk Kotoran Burung Puyuh dan Pupuk Organik Cair (Poc)
Bonggol Pisang”.
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
selanjutnya tentang pengaruh kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang
segala sesuatu yang hidup di atas bumi dan air ini tidak ada yang tidak berguna
dalam ciptaan-Nya, karena banyak tersimpan unsur hara yang sangat penting bagi
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayur,
metimunnya, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah”. Imam Al-Baqir as
wabah penyakitnya”. Dan Ali bin Abi Thalib, beliau berkata, “Makanlah bawang
terkandung obat (peyembuh) dari tujuh puluh macam penyakit.” (HR. Ad-
Dailami).
Tanaman bawang merah berasal dari Asia Tengah yaitu sekitar India,
Pakistan sampai Palestina. Pada abad ke VIII bawang merah mulai menyebar ke
Eropa Barat, Eropa Timur, Spanyol hingga Asia Tenggara. Bawang merah masuk
tanaman semusim, memiliki akar serabut, umbi berlapis dan daun berbentuk
silinder berongga. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati, umbi
terbentuk dari pangkal daun yang bersatu kemudian membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, selanjutnya membesar dan membentuk umbi berlapis
(Dewi, 2012).
tumbuhnya akar. Sistem perakaran dari bawang merah ini berbentuk serabut,
dangkal, bercabang, dan terpencar. Akar bawang merah mampu menembus tanah
hingga kedalaman 15-30 cm. Bawang merah juga memiliki bentuk umbi yang
beragam yaitu mulai dari yang bulat, bundar, seperti gasing terbalik dan pipih.
Selain itu bawang merah memiliki berbagai ukuran yaitu ukuran besar, sedang,
dan kecil. Warna dari kulit umbi berupa putih, kuning, merah muda, dan merah
Bawang merah termasuk dalam tanaman berumbi lapis yang dapat tumbuh
tinggi sekitar antara 40-70 cm. Daun bawang merah berbentuk silinder berlubang.
Bawang merah memiliki daun berwarna hijau, jumlah daunnya berkisar 14-50
helai. Tanaman bawang merah tidak mudah untuk berbunga. Tetapi tanaman
bawang merah dapat berbunga pada umur 50 hari. Bentuk dari bunga bawang
merah seperti payung. Warna bunga bawang merah yaitu berwarna putih. Banyak
buah per tangkai 60-100. Jumlah tangkai bunga bawang merah per rumpunnya
adalah 2-4.Bawang merah memiliki biji yang berbentuk bulat, gepeng, dan
berkeriput, serta berwarna hitam. Banyak anakan dari bawang merah adalah 7-12
umbi per rumpunnya. Umur panen bawang merah adalah 60-70 hari setelah tanam
mulai dari ketinggian 0-1000 m dpl. Ketinggian tempat yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m dpl (Sutarya dan
pematangan dan penuaan tanaman, kualitas dan hasil tanaman (Anshar, 2012).
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu benih biji dan
benih umbi/bibit. Perbanyakan dengan benih biji memiliki kelebihan yaitu relatif
murah, kebutuhan benih 2-3 kg/ha, ukuran umbi relatif seragam serta dapat
disimpan lebih dari 1 tahun dalam kondisi baik tetapi waktu panen lama
pertumbuhan tunas dan anakan lebih cepat karena dapat mendorong tunas
samping akibat pemotongan umbi, waktu panen lebih cepat karena tidak disemai,
tetapi biaya umbi lebih mahal sebesar 40% dari hasil dengan kebutuhan bibit 1
digunakan adalah varietas Bima Brebes karena termasuk bawang merah yang
memiliki ukuran umbi, aroma, warna umbi, dan jumlah anakan di atas rata-rata.
Bawang merah varietas Brebes merupakan vaerietas yang paling baik kualitasnya
Sutriana & Herman (2014), menyatakan bahwa bawang merah varietas Bima
Brebes pada media tanah gambut mampu menghasilkan berat umbi per rumpun
panen dan bahan-bahan hayati lainnya yang dapat di degradasi oleh mikroba atau
Sampah organik memiliki C/N rasio yang relatif mendekati C/N rasion tanah
sehingga pada proses pengomposan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan
tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang telah diurai
oleh mikroba, dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
penting yaitu sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
Kotoran burung puyuh merupakan salah satu jenis pupuk kandang. Pupuk
kandang kotoran burung puyuh ini termasuk pupuk panas, cepat terurai sehingga
langsung diserap oleh tanaman. Kotoran burung puyuh selain mudah diperoleh
juga merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang cukup baik untuk dijadikan
dan CI) dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn, dan Mo) yang diperlukan oleh
K yang cukup tinggi dan bisa digunakan sebagai penyuplai bahan organik. Pupuk
kandang kotoran burung puyuh berpengaruh nyata pada tinggi tanaman sawi
putih. Pupuk kandang kotoran burung puyuh mengandung bahan organik yang
dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan
sumber unsur hara dan sumber energi bagi sebagian besar jasad hidup tanah. Sifat
tanah yang dipengaruhi oleh pemberian bahan organik meliputi sifat fisik tanah,
organik kotoran puyuh berpangaruh nyata pada berat 100 biji tanaman kacang
hijau. Pupuk alami, atau pupuk organik yang berasal dari kotoran burung puyuh
pupuk dari kotoran burung puyuh ini dapat bekerja sebagai granulator yang dapat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Selain itu, pupuk organik dari kotoran
burung puyuh juga memiliki kadar C organik yang tinggi. Kandungan inilah yang
berfungsi sebagai salah satu zat yang dapat menyehatkan tanah. Pupuk organik
dalam tanah.
memberikan respon yang sama terhadap pemberian pupuk kotoran puyuh pada
variabel pertambahan tinggi tanaman, berat rimpang segar dan berat kering
rimpang dan memberikan respon yang berbeda pada variabel jumlah anakan dan
berat kering bagian atas tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis
pupuk kotoran puyuh 1864 g memberikan rerata tertinggi untuk pertumbuhan dan
pupuk kandang burung puyuh pada tanaman terung ungu dengan media tanam
PMK berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
diameter buah, panjang buah, berat buah per tanaman, dan berat buah per plot,
terbaik.
keseimbangan hara pada tanah. POC juga baik bagi lingkungan karena tidak
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
Kelebihan dari pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara
secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu
pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah
digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat
POC mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman.
Selain unsur hara, pupuk organik cair mengandung mikroorganisme yang tidak
sp, Pseudomonas sp, mikrob pelarut phospat, dan mikrob selulotik (Purwati
2018).
baik pada kandungan karbohidrat, protein, fosfor dan kandungan lainnya yang
penting dan dibutuhkan oleh manusia. Komposisi antara satu jenis pisang dengan
lainnya hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda. Adapun
kandungan dalam bonggol pisang adalah : Karbohidrat 76,57 (%), Air 18,97 %,
Besi 0,13 mg/100g. Berdasarkan komposisi kimia, maka bonggol pisang dapat
digunakan sebagai alternatif bahan pangan yang cukup baik karena memiliki
bahan organik. Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian
luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada bonggol
pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia
inilah yang biasa menguraikan bahan organik. Mikrobia pada bonggol pisang
11
(Suhastyo, 2011).
Pupuk organik cair yang memiliki kandungan paling optimum adalah pada
dimana pada uji analisa didapatkan upuk organik cair memiliki kandungan makro
N sebanyak 101.41 ppm, P2O5 sebanyak 233.84, dan K2O sebanyak 2007.74
Produk olahan dari bonggol pisang yang banyak beredar di pasaran saat ini
adalah kripik bonggol pisang. Mengingat tingginya kandungan yang terdapat pada
yang berbahan dasar bonggol pisang, seperti pembuatan empal dari bonggol
pisang yang mengandung serat tinggi sebagai pengganti empal daging yang
harganya tinggi di pasaran. Bonggol pisang juga dapat dijadikan sebagai sumber
kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung
nyata terhadap tinggi tanaman, produksi per plot, berat 100 biji, dan berpengaruh
nyata teradap jumlah polong per tanaman, dan produksi per tanaman dengan
perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) Bonggol Pisang terbaik pada dosis 20 ml/ 1
liter air.
organik cair daun kelor dan bonggol pisang dengan kosentrasi 60% dapat
meningkatkan tinggi batang dan jumlah daun tanaman bayam. Pemberian pupuk
organic cair daun kelor dan bonggol pisang dengan kosentrasi 60% dapat
memiliki kandungan unsur hara yang optimal untuk memacu pertumbuhan tinggi
batang
bahwa konsentrasi POC bonggol pisang yang diberikan pada tanaman cabai rawit
jumlah buah, berat buah dan produksi per ha. Berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman 20, 30 dan 40 HST, diameter pangkal batang 40 HST. Dengan dosis
Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km. 11, No: 113, Kelurahan
Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian ini akan
1).
merah Varietas bima brebes (Lampiran 2), kotoran burung puyuh, POC bonggol
jangka sorong, pisau stainless, gembor, kamera, meteran, gelas ukur, ember, hand
sprayer, timbangan analitik, alat penyaring, plat seng dan alat tulis.
C. Rancangan Penelitian
Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis Kotoran
Burung Puyuh (Faktor K) dan faktor kedua adalah kosenterasi POC Bonggol
Pisang (Faktor P) terdiri dari taraf, setiap perlakuan terdiri dari 4 taraf, setiap
Faktor dosis kotoran burung puyuh (K) terdiri dari 4 taraf yaitu :
Faktor kosentrasi POC bonggol pisang (P) terdiri dari 4 taraf yaitu :
Dari kedua faktor diatas maka didapat kombinasi perlakuan seperti tabel 1.
Dibawah ini
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Kotoran Burung Puyuh dan POC Bonggol Pisang
Pada Tanaman Bawang Merah.
Perlakuan Perlakuan POC bonggol pisang (P)
Kotoran burung
puyuh (K) P0 P1 P2 P3
K0 K0P0 K0P1 K0P2 K0P3
K1 K1P0 K1P1 K1P2 K1P3
K2 K2P0 K2P1 K2P2 K2P3
K3 K3P0 K3P1 K3P2 K3P3
secara statistik, apabila F hitung lebih Besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan
D. Pelaksanan Penelitian
tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan, kayu ataupun sisa
a. Bawang Merah
Bibit bawang merah varietas Bima Brebes diperoleh dari Balai Benih
bibit yaitu umbi bibit berukuran sedang dan seragam dengan diameter 1,5 cm,
sehat, bebas dari penyakit, tidak cacat atau luka dan sudah dikeringkan
Bukit Kemuning Kec. Tapung hulu kab. Kampar, Riau. Kotoran burung
c. Bonggol Pisang
Kab. Kampar, Riau. Dengan cara menebang tanaman pisang yang telah di
Media tanam berupa tanah PMK tanah ini diambil dari Kec kulim kota
Polybag disusun rapi ditempat penelitian dengan jarak polybag dalam satuan
5. Pemasangan label
ditempelkan kayu penyangga dan dicat. Lalu label dipasang menurut layout
penelitian. (Lampiran 4)
6. Penanaman
ujung umbi 3 jam sebelum penanaman. Setelah itu dimasukkan kedalam lubang
tanam yang telah dibuat. Bagian bekas potongan umbi ditempatkan tepat rata
dengan permukaan tanah kemudian ditutup dengan tanah tipis. Setiap lubang
tanam terdiri dari satu bibit. Penanaman bibit bawang merah dilakukan pada sore
hari
17
7. Pemberian perlakuan
dengan taraf perlakuan yaitu K0: Kontrol Tanpa Pupuk, K1: 75 g/polybag,
K2: 150 g/polybag K3: 225 g/polybag. Kotoran burung puyuh ini
diaplikasikan sekali aplikasi yang dilakukan pada pagi hari. Dengan cara
menaburkan kotoran burung puyuh diatas polybag dan diaduk menjadi satu.
. POC bonggol pisang diberikan 5 kali dengan interval 7 hari dalam sekali
setelah tanam, kemudian diberikan pada umur 14,21,28 dan 35 hari setelah
tanam. Dosis pemberian sesuai dengan perlakuan yaitu: (P1) 5%, (P2) 10 %
kedua dengan volume 100 ml/polybag, pemberian ketiga dengan volume 150
8. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari
hanya sekali yaitu pada umur 30 hst dengan mengambil jarak 10 cm dari
Hama yang terdapat pada tanaman bawang merah dalam penelitian ini
adalah Ulat Daun (Spodoptera exigua) Hama ini menyerang tanaman bawang
merah pada daun muda maupun daun tua. Hama ini mulai menyerang pada
saat tanaman berumur 21 HST pada perlakuan K3P0, K0P1, K1P1 dengan
yang ada di tanaman, lalu membunuh dan membuang jauh dari areal
menggunakan handsprayer.
19
ini adalah bagian ujung daun mengering dan warnanya berubah menjadi
pada saat umur 9 HST perlakuan K1P0, K3P2, K3P1 dengan persentase
fungisida hayati yaitu trichoderma dengan dosis 2 g/L air (10 g/5L air).
9. Panen
mulai menguning dan daun mulai rebah, pangkal daun menipis dan tidak kaku
lagi, umbi bawang merah sudah terbentuk sempurna, umbi sebagian besar sudah
dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet.
E. Parameter Pengamatan
kemudian dibersihkan dan dikering oven pada suhu 700C selama 48 jam dan
dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. Laju Pertumbuhan
Ln W2 − Ln W1
LPR =
T2 − T1
Keterangan:
Ln = 1/log
dimulai pada umur 14, 21, 28, dan 35 hst dengan menggunakan penggaris.
Pengukuran dimulai dari batas ajir yang telah dipasang setinggi 10 cm dari dasar
pangkal Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam
daun pada setiap tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan
Pengamatan umur panen dilakukan pada saat tanaman bawang merah telah
menguning dan batang leher umbi terkulai > 50% dari jumlah tanaman yang ada
yaitu 2 tanaman dalam unit percobaan, atau 50-60 hari setelah tanam (HST). Data
dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
21
jumlah umbi bawang merah yang terbentuk pada setiap tanaman sampel, yang
dilakukan di akhir penelitian. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan
dilakukan setelah tanaman dipanen, dengan carater lebih dahulu memotong daun
serta akar dan membersihkan tanah yang melekat pada umbi. Data akhir yang
Pengamatan terhadap berat kering umbi per rumpun dilakukan dengan cara
menimbang umbi bawang merah yang telah dikering anginkan selama satu
minggu. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk
tabel.
cara menghitung selisih berat basah dan berat kering umbi bawang merah. Susut
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
22
pemanenan yaitu dengan cara mengukur diameter sampel umbi bawang merah
umbi bawang merah. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel.
Grade A = 3-4 (cm), Grade B =2-3 (cm) dan Grade C = <2 (cm).
23
puyuh dan POC bonggol pisang tidak memberi pengaruh nyata pada pengamatan
14-21 hst, 21-28 hst, tetapi pengaruh utama berpengaruh nyata terhadap laju
pertumbuhan relatif. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat
pertumbuhan relatif pada tanaman bawang merah tertinggi pada dosis 150
g/polybag (K2) yaitu: 0,1035 g/hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3,
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pengaruh utama POC
24
merah dengan dosis 15 % (P3) yaitu: 0,0995 g/hari, perlakuan tersebut tidak
berbeda nyata dengan ,P2 dan P1, namun berbeda nyata dengan perlakuan P0.
pertumbuhan relatif pada tanaman bawang merah dengan dosis 150 g/tanaman
(K2) yaitu: 0,1259 g/hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedang pengaruh utama POC bonggol
pisang memberikan laju pertumbuhan relatif pada tanaman bawang merah dengan
dosis 15 % (P3) yaitu: 0,1284 g/hari. Perlakuan tersebut tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan K3, hal ini diduga pengaplikasian kotoran burung
haranya masih rendah. Pupuk yang belum matang bila digunakan dalam budidaya
tanaman, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terganggu, hal ini
bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, pupuk yang belum matang
(belum stabil) yang diberikan pada tanah akan terdekomposisi secara anaerobik
nitrogen, besi dan mangan. Dekomposisi di dalam tanah juga menyebabkan panas
tanam, yang berfungsi untuk modal dalam menghasilkan bahan baru tanaman.
Dalam aspek biosintesis tanaman banyak menghasilkan protein per unit biomassa
25
energi tersebut diperoleh dari proses perombakan respirasi aerobik atau fermentasi
diperoleh dari fotosintesis dan pengendapan unsur hara serta air yang diproses
(K0N0) ini diduga karena ketersediaan unsur hara yang rendah menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak optimal yang dicerminkan dari berat kering tajuk
tanaman yang rendah. Menurut Kurniawan (2019), kekurangan salah satu unsur
Laju pertumbuhan relatif dipengaruhi oleh serapan unsur hara yang dilakukan
oleh tanaman dan ketersedian unsur hara di dalam tanah seperti unsur hara N, P, K
dan Mg. Kompos Ampas kelapa sebagai pupuk organik mengandung unsur hara
(Farizaldi, 2016).
sehingga tanah menjadi gembur dan akar akan lebih mudah melakukan penetrasi,
sehingga pertumbuhan akar akan menjadi lebih baik dan memudahkan unsur hara
26
tanaman.
pengaruh terbaik terhadap parameter laju pertumbuhan relatif bawang merah hal
ini diduga karena kandungan yang terdapat dalam POC bonggol pisang dapat
menyuplai hara pada tanah sehingga dapat di serap dan dimanfaatkan tanaman
mengandung kadar hara yang cukup tinggi yaitu N sebanyak 101.41 ppm, P2O5
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tanaman, sehingga
nitrogen dalam tanah tidak dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, maka
dibutuhkan input yang dapat menyuplai ketersediaan. Nitrogen karena jika tidak
ini sejalan dengan pendapat Lakitan (2008) dalam Erawan dkk (2013) bahwa
dalam jaringan tanaman, nitrogen merupakan unsur hara esensial dan unsur
mempercepat fase vegetatif karena fungsi utama unsur N sebagai sintesis klorofil.
yang diserap tanaman maka jaringan marismatik pada titik tumbuh batang
semakin aktif menyebabkan banyak ruas batang yang terbentuk sehingga tanaman
semakin tinggi, selanjutnya dengan semakin tinggi tanaman akan diikuti dengan
jumlah daun. Menurut yudianto, dkk. (2015) jumlah daun pada suatu tanaman
27
tanaman yang memiliki daun yang lebih banyak akan semakin banyak tersedia
jumlah daun baru maka akan meningkatkan jumlah daun tanaman serta
luas daun, sehingga asimilasi CO2 juga meningkat dan berperan dalam
meningkatkan translokasi hasil fotosintesis ke bagian akar. Hal ini sejalan dengan
Yusuf dkk (2017), Kalium merupakan unsur makro seperti nitrogen dan fosfor,
serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman supaya daun bunga dan
besar dari respirasi maka akan terjadi penumpukan bahan organik dalam jaringan
dengan (Salisbury dan Ros, 2012), yang menjelaskan bahwa laju pertumbuhan
B. Tinggi Tanaman
burung puyuh dan POC bonggol pisang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
puyuh dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah umur 35 hst dengan perlakuan
kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang (cm)
Kotoran POC Bonggol Pisang (ml/polybag)
Burung Puyuh Rata-rata
P0(0) P1(5%) P2(10%) P3(15%)
(g/polybag)
0 (K0) 28,08 30,09 29,76 30,30 29,56 b
75 (K1) 29,76 30,58 30,94 31,84 30,78 a
150 (K2) 30,39 30,92 31,77 33,60 31,67 a
225 (K3) 30,53 30,81 30,76 33,47 31,39 a
Rata-rata 29,69 b 30,60 ab 30,81 ab 32,30 a
KK = 4,59% BNJ K&P = 1,57
Angka-angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
burung puyuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman bawang
merah. Perlakuan terbaik terdapat pada (K2) pemberian kotoran burung puyuh
150 g/polybag dengan tinggi 31,67 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan
(K3) pemberian kotoran burung puyuh 225 g/polybag dengan tinggi 31,39 cm dan
perlakuan (K1) kotoran burung puyuh 75 g/plolybag dengan tinggi 30,93 cm,
namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (K0) dengan tinggi 29,56 cm.
terdapat pada perlakuan K2. Hal ini disebabkan karena kotoran burung puyuh
demikian, perakaran tanaman akan berkembang dengan baik dan akar dapat
menyerap unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang akan
meningkat dan dapat meningkatkan jumlah dan luas daun. Hal tersebut berkaitan
dengan kemampuan bahan organik dalam memperbaiki sifat (tekstur dan struktur)
tanah dan biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi
terhadap tinggi tanaman bawang merah. Dimana perlakuan terbaik terdapat pada
perlakuan 15% (P3) POC bonggol pisang dengan tinggi 40,16 cm, tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 10% (P2) POC bonggol pisang dengan tinggi 39,32 cm
dan perlakuan 5% (P1) POC bonggol pisang dengan tinggi 38,03 cm, namun
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P0) dengan tinggi 36,71 cm.
unsur hara bagi tanaman, yaitu pemberian POC bonggol pisang yang dapat
menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga mampu diserap
dengan baik oleh tanaman tersebut, dimana POC bonggol pisang mengandung
nitrogen 101,41 ppm, fosfor 233,84 ppm, kalium 2.007,74 ppm. Didalam pupuk
organik cair bonggol pisang terdapat mikroba Bacillus sp yang merupakan PGPR
dan produksi tanaman. Bacillus mampu memfiksasi N2, melarutkan fosfat serta
sebagai PGPR dapat meningkatkan ketersediaan hara nitrogen dan fosfat yang
seperti klorofil, asam nukleat dan enzim, karena itu Nitrogen dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif besar, khusus nya pada fase vegetatif tanaman (Hidayat, dkk
2014)
dengan bertambahnya umur tanaman. Hal ini disebabkan kotoran burung puyuh
baik, karena dengan adanya penambahan bahan organik dalam tanah dapat
memperbaiki kualitas tanah tersebut baik secara fisik, kimia dan biologi.
35
Tinggi Tanaman (cm)
30
25 K0
K1
20 K2
15 K3
10
5
0
0 14 21 28 35
Umur Tanaman (hst)
Gambar 1. Grafik pengaruh utama pemberian kotoran burung puyuh terhadap
tinggi tanaman bawang merah
31
burung puyuh juga mengandung unsur hara N sebesar 0,061%, P2O5 : 0,209%,
tanaman bawang merah. Dengan adanya unsur N maka proses dari pembelahan
sel akan berjalan baik, serta unsur N juga memiliki peran dalam merangsang
35
Tinggi Tanaman (cm)
30
25
P0
20 P1
15 P2
P3
10
5
0
0 14 21 28 35
Umur Tanaman (hst)
baik dan lengkap, sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal.
Dengan semakin banyak dan tercukupi unsur hara yang diserap oleh tanaman,
bonggol pisang mengandung unsur N sebesar 1.05 % yang paling berperan dalam
tinggi tanaman 31,67 cm dan 32,30 cm telah sesuai dengan rata-rata tinggi
tanaman bawang merah terlihat dari deskripsi (lampiran 2) yaitu tinggi pada
deskripsi bawang merah berkisar antara 25-44 cm. Hal ini diduga terjadi karena
unsur hara makro pada POC bonggol pisang telah mencukupi kebutuhan tanaman
bawang merah, sesuai dengan pendapat Lingga (2013) bahwa unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman perlu tersedia dalam keadaan cukup dan seimbang agar
kotoran kambing dan POC sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman bawang merah. Dimana perlakuan terbaik yaitu bokashi kotoran kambing
450 g perplot dan POC sabut kelapa 250 ml/l air menghasilkan tinggi tanaman
Berdasarkan deskripsi tinggi tanaman bawang merah yaitu 34, cm. Dapat
dilihat pada Tabel 3 bahwa kombinasi perlakuan kotoran burung puyuh dan POC
bonggol pisang dengan perlakuan terbaik yaitu kotoran burung puyuh 150 g
cm untuk perlakuan kotoran burung puyuh dan 32,30 cm untuk perlakuan POC
baonggol pisang. Lebih rendahnya tinggi tanaman dengan deskripsi dan penelitian
Khaliriu (2015) dikarenakan media tanam yang di gunakan pada saat penelitian
yaitu tanah PMK beda halnya jika penelitian yang di lakukan pada tanah top soil
C. Jumlah Daun
kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun tanaman bawang merah. Namun pengaruh utama kotoran burung
puyuh dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
daun per rumpun tanaman bawang merah. Rata-rata hasil pengamatan jumlah
daun tanaman setelah dilakukan uji BNJ pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun bawang merah dengan perlakuan kotoran burung
puyuh dan POC bonggol pisang (helai).
Kotoran POC Bonggol Pisang (ml/polybag)
Burung Puyuh Rata-rata
P0(0) P1(5%) P2(10%) P3(15%)
(g/polybag)
0 (K0) 27,00 29,11 28,22 32,22 29,14 c
75 (K1) 29,33 30,67 31,56 33,33 31,22 b
150 (K2) 31,78 33,22 33,44 34,33 33,19 a
225 (K3) 31,33 32,56 33,33 34,22 32,86 ab
Rata-rata 29,86 b 31,39 b 31,64 ab 33,53 a
KK = 5,54% BNJ K&P = 1,94
Angka-angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
burung puyuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman
bawang merah. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (K2) kotoran burung
puyuh 150 g/polybag dengan jumlah 33,19, tidak berbeda nyata dengan perlakuan
(K3) kotoran burung puyuh 225 g/polybag dengan jumlah 32,86 dan berbeda
nyata dengan perlakuan (K1) kotoran burung puyuh 75 g/polybag dengan jumlah
kotoran burung puyuh dengan dosis yang tepat mampu memperbaiki keremahan
tanah sehingga akar tanaman menyerap unsur hara yang terkandung didalam tanah
34
jumlah daun yang lebih banayak dibandingkan perlakuan lainnya. Peranan utama
keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnyua ialah membentuk protein, lemak dan berbagai
dengan kerdil serta daun yang terbentuk kecil tipis dan jumlahnya sedikit.
nyata terhadap jumlah daun bawang merah. Dimana perlakuan terbaik terdapat
pada perlakuan (P3) POC bonggol pisang 15 % dengan jumlah 33,53 helai, tidak
berbeda nyata dengan perlakuan (P2) POC bonggol pisang 10 % dengan jumlah
31,64 helai dan berbeda nyata dengan perlakuan (P1) POC bonggol pisang 5 %
dengan jumlah 31,39 helai dan perlakuan kontrol (P0) dengan jumlah 29,86 helai
Berdasarkan tabel dan grafik diatas pengaruh utama POC bonggol pisang
daun tanaman bawang merah, hal ini diduga karena kandungan air yang banyak
serta mengandung unsur hara yang tinggi sehingga kondisi tanah berada dalam
keadaan yang cukup air dan mengandung hara yang cukup dengan begitu
daun tanaman tidak terganggu. Hal ini selaras dengan pendapat Fajrin, (2020)
yang menyatakan bahwa pupuk dengan kandungan hara yang baik akan
terbentuknya jumlah daun pada tanaman bawang merah ini. Wahyu (2013) juga
berpendapat bahwa hara yang tercukupi pada bawang merah selama masa
mencapai 35,33 helai menggunakan ampas teh dan pupuk KCL, lebih tinggi
mencapai jumlah daun sebanyak 33,19 helai. dan POC bonggol pisang dengan
35
30
25
Jumlah Daun
20 K0
15 K1
10 K2
5 K3
0
0 14 21 28 35
Umur Tanaman (hst)
puyuh memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun dari tanaman bawang
merah dimana terjadi peningkatan jumlah daun hingga minggu kelima (35 hst).
36
40
35
Jumlah Daun 30
25 P0
20 P1
15 P2
10 P3
5
0
0 14 21 28 35
Umur Tanaman (hst)
Gambar 4. Grafik pengaruh utama pemberian POC bonggol pisang terhadap
jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah.
D. Umur panen
burung puyuh dan POC bonggol pisang tidak berpengaruh nyata terhadap umur
panen bawang merah. Namun pengaruh utama pemberian kotoran burung puyuh
dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap umur panen
bawang merah. Rata-rata hasil pengamatan umur panen setelah dilakukan uji BNJ
burung puyuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur panen bawang
merah. Dimana perlakuan terbaik terdapat pada (K2) pemberian kotoran burung
puyuh 150 g/polybag dengan jumlah 54,33 hari, tidak berbeda nyata dengan
perlakuan (K3) pemberian kotoran burung puyuh 225 g/polybag dengan jumlah
55,17 hari dan perlakuan (K1) kotoran burung puyuh 75 g/plolybag dengan
jumlah 55,33 hari, namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (K0) dengan
Tabel 5. Rata-rata umur panen bawang merah dengan perlakuan kotoran burung
puyuh dan POC bonggol pisang (hari)
Kotoran POC Bonggol Pisang (ml/polybag)
Burung Puyuh Rata-rata
P0(0) P1(5%) P2(10%) P3(15%)
(g/polybag)
0 (K0) 56,67 55,33 55,33 54,67 55,50 b
75 (K1) 56,67 55,33 54,67 54,67 55,33 ab
150 (K2) 55,33 54,67 54,00 53,33 54,33 a
225 (K3) 56,00 55,67 54,67 54,33 55,17 ab
Rata-rata 56,17 b 55,25 b 54,67 ab 54,25 a
KK = 1,85% BNJ K&P = 1,13
Angka-angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji BNJ pada taraf 5%.
Hal ini disebabkan dari pemberian kotoran burung puyuh yang dapat lebih
lebih baik dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, sehingga unsur hara N,
P dan K dapat tersedia pada tanah dalam keadaan yang seimbang sesuai dengan
selain memberikan tambahan unsur hara juga dapat memperbaiki tekstur tanah,
ditentukan oleh ketersediaan hara pada tanaman, terutama unsur hara K dalam
jumlah cukup dan berimbang akan mempengaruhi umur panen tanaman. Umur
panen bawang merah ditentukan oleh pembentukan dan pembesaran umbi bawang
merah, hal ini juga berkaitan dengan unsur K dalam tanah. Wahyudi (2011)
umur panen.
nyata terhadap umur panen tanaman bawang merah. Dimana perlakuan terbaik
terdapat pada perlakuan (P3) POC bonggol pisang 15 % dengan jumlah 54,25
hari, tidak berbeda nyata dengan perlakuan (P2) POC bonggol pisang 10 %
dengan jumlah 54,67 hari dan berbeda nyata dengan perlakuan (P1) POC bonggol
pisang 5 % dengan jumlah 55,25 hari dan perlakuan kontrol (P0) dengan jumlah
56,17 hari.
umur panen tercepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. POC bongol pisang
biologis, fisik dan kimiawi tanah sehingga menyuburkan tanah. Keadaan tanah
nutrisi yang dibutuhkan tanaman terpenuhi. Sesuai dengan Fatirahma (2020) yang
menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu penyerapan dan
mempengaruhi umur panen, melalui penyinaran sinar matahari yang penuh dapat
perkenbangan umbi akan semakin membesar dan memacu umur panen semakin
cepat.
39
Kandungan fosfor pada POC bonggol pisang dalam tanah akan membantu
pendapat Sarief (1985) dalam Robby dkk (2018) menyatakan bahawa unsur P
pupuk kandang ayam dan pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap umur panen
menghasilkan rerata umur panen tercepat yaitu 56,62 hari setelah tanam dan
burung puyuh dan POC bonggol pisang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
burung puyuh dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap
jumlah umbi pertanaman bawang merah. Rata-rata hasil pengamatan jumlah umbi
pertanaman setelah dilakukan uji BNJ pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 6.
kotoran burung puyuh 150 g/polybag dengan jumlah 7,56, tidak berbeda nyata
dengan perlakuan (K3) pemberian kotoran burung puyuh 225 g/polybag dengan
40
jumlah 7,28 dan perlakuan (K1) kotoran burung puyuh 75 g/plolybag dengan
jumlah 6,75, namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (K0) dengan jumlah
6,06.
Jumlah umbi pada bawang merah dipengaruhi oleh media tumbuh yang
ditandai dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Selain itu, tekstur tanah
juga merupakan faktor yang mempengaruhi perakaran dan jumlah anakan bawang
puyuh terhadap bawang merah memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan
memberikan hasil yang baik pada jumlah umbi bawang merah dikarenakan
protein serta protein tersebut digunakan dalam pembentukan sel sehingga N yang
terdapat pada perlakuan 15 % (P3) POC bonggol pisang dengan jumlah 7,74 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 10 % (P2) POC bonggol pisang dengan jumlah
7,31 dan perlakuan 5 % (P1) POC bonggol pisang dengan jumlah 6,78, namun
Jumlah umbi per rumpun tertinggi pada perlakuan utama POC bonggol
pisang terdapat pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena kandungan ZPT
yang terdapat pada POC bonggol pisang dapat meningkatkan jumlah tunas yang
tumbuh pada bawang merah. Sitokinin adalah senyawa turunan adenine dan
metabolisme sel, dan merangsang sel dorman serta aktivitas utamanya adalah
pupuk kandang ayam dan pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi
jumlah umbi terbanyak yaitu 7,85 dan pemberian pupuk KCL 30 g perplot
Hasil pengamatan berat umbi basah per rumpun bawang merah setelah
maupun pengaruh utama pemberian kotoran burung puyuh dan POC bonggol
pisang berpengaruh nyata terhadap parameter berat umbi basah per rumpun. Rata-
rata hasil pengamatan parameter berat umbi basah per rumpun setelah dilakukan
Tabel 7. Rata-rata berat umbi basah bawang merah dengan perlakuan kotoran
burung puyuh dan POC bonggol pisang
Kotoran POC Bonggol Pisang (ml/polybag)
Burung Puyuh Rata-rata
(g/polybag) P0(0) P1(5%) P2(10%) P3(15%)
K0 (0) 17,06k 17,86jk 17,96ijk 18,97ijk 17,96d
K1 (75) 20,20h-k 20,62g-j 21,20f-i 24,12def 21,54c
K2 (150) 25,93cde 26,96bcd 28,34 bc 32,79a 28,51a
K3 (225) 22,83e-h 23,79d-g 25,33cde 29,64 ab 25,40b
Rata-rata 21,71c 22,11bc 23,21b 26,38a
KK= 4,65% BNJ KP= 3,29 BNJ K&P= 1,20
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.
burung puyuh dan POC bonggol pisang memberi pengaruh nyata terhadap berat
umbi basah per rumpun bawang merah, dimana berat umbi basah per rumpun
tertinggi pada kotoran burung puyuh 150 g/polybag dan POC bonggol pisang 15
% (K2P3) yaitu 32,79 g tidak berbeda nyata dengan K3P3 namun berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Berat umbi basah per rumpun terendah dihasilkan oleh
komninasi perlakuan tanpa pemberian kotoran burug puyuh dan POC bonggol
pisang (K0P0) dengan berat basah umbi per rumpun 17,06 gram
Tingginya berat umbi basah perumpun pada kombinasi perlakuan K2P3 ini
menandakan pemberian kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang, hal ini
diduga karena terpenuhinya asupan unsur hara yang dibutuhkan tanaman bawang
merah dengan dosis yang tepat pemupukan kotoran burung puyuh dan POC
umbi. Unsur hara memacu perkembangan organ pada tanaman seperti akar,
sehingga tanaman dapat menyerap hara dan air lebih banyak, selanjutya aktifitas
Penambahan pupuk kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang mrmbantu
43
terhadap fase pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Dimana unsur K
bawang merah.
Kondisi tanah yang kekurangan K dapat memicu hasil berat basah bawang
merah, hal ini sesuai dengan penelitian Sumarni, dkk (2012) yang mengatakan
bahwa hasil umbi yang rendah terdapat pada tanah yang kekurangan K. K yang
lainnya memicu peningkatan ukuran, jumlah serta hasil umbi yang merupakan
peran K.
Aplikasi POC bonggol pisang pada penelitian ini juga memiliki peran yang
menyediakan hara yang cukup bagi tanaman bawang merah. Sesuai penelitian
Novita (2016) dalam Nur’aeni (2020) yang menyatakan bahwa produksi yang
baik ditentukan oleh asupan hara yang cukup bagi tanaman dalam mempercepat
makanan sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap berat kering
tanaman Bawang merah. Sedangkan laju pertambahan berat umbi lebih ditentukan
organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa organik, terutama air dan
Penelitian dengan perlakuan kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang
pada tanaman bawang merah dalam penelitian ini mempu menghasilkan berat
basah tanaman yaitu mencapai 32,79 g lebih rendah jika di bandingkan dengan
penelitian Sutriana dan Herman (2014) pada penelitian bawang merah varietas
bima brebes pada media gambu mampu menghasilkan berat umbi sebesar 40,60
g.
kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang berpengaruh nyata terhadap
parameter berat umbi kering per rumpun setalah dilakukan uji BNJ pada taraf 5%
burung puyuh dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap
berat kering umbi per rumpun bawang merah. Berat kering umbi per rumpun
tertinggi terdapat pada perlakuan kotoran burung puyuh 150 g/polybag dan POC
bonggol pisang 15 % (K2P3) yaitu: 29,17 g tidak berbeda nyata dengan K3P3
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Berat kering umbi per rumpun
45
terendah dihasilkan oleh kombinasi tanpa pemberian kotoran burung puyuh dan
POC bonggol pisang putih (K0P0) dengan berat kering umbi per rumpun 10,89
gram.
Tabel 8. Rata-rata berat umbi kering bawang merah dengan perlakuan kotoran
burung puyuh dan POC bonggol pisang
Kotoran POC Boggol Pisang (ml/polybag)
Burung Puyuh Rata-rata
(g/polybag) P0(0) P1(5%) P2 (10%) P3(15%)
K0 (0) 10,89ij 11,28j 12,41hij 14,16fgh 12,18d
K1 (70) 13,47ghi 14,32fgh 15,01efg 17,38de 15,04c
K2 (150) 18,83cd 20,50c 24,71b 29,17a 23,30a
K3 (225) 16,51def 18,62cd 19,87c 24,26b 19,81b
Rata-rata 15,02d 16,08c 18,00b 21,24a
KK= 4,64% BNJ KP= 2,47 BNJ K&P= 0,90
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.
Hal ini diduga pemberian kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang
pada dosis perlakuan K2P3 merupakan dosis yang tepat sehingga mampu
menyediakan kebutuhan hara yang cukup bagi tanaman bawang merah sehingga
proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin tinggi hasil fotosintesis maka
yang berupa karbohidrat akan diakumulasi pada bagian generatif generatif bawang
Berat kering bawang merah yang tinggi pada aplikasi kotoran burung
puyuh 150 g/pplybag diduga selama proses pembentukan vegetatif hara tercukupi
sehingga menghasilkan jumlah dan berat yang maksimal. Menurut Siregar (2019)
nutrisi yang diperoleh akar dari dalam tanah menentukan perkembangan bawang
yang mengikat air dalam tubuh tanaman akan mempercepat proses fotosintesis.
dkk (2015) K yang tercukupi bagi tanaman bawang merah akan menghasilkan
Menurut Sudrajat, dkk (2010) dalam Sutriana (2018), bahwa berat kering
Peran POC bonggol pisang dalam pengisian asupan nutrisi ke umbi juga
peningkatan bobot umbi kering, hal ini diduga hara yang cukup bagi tanaman
jumlah asimilat yang dihasilkan dan yang tersimpan didalam tanaman mampu
diperoleh pada tanah dengan status K-tanah rendah dapat disebabkan oleh
penyimpanan asimiliat, seta peningkatan ukuran jumlah umbi dan hasil umbi
memerlukan serapan kalium yang tinggi dalam proses pembentukan umbi sampai
Jika dikonversikan per hektar, hasil berat umbi dengan perlakuan K2P3
adalah 7,2 Ton/ha, sedangkan hasil produksi bawang merah varietasbrebes adalah
9,9 ton/ha (lampiran 2). Hal ini karena pemberian pupuk kotoran burung puyuh
dan POC bonggol pisang dilapangan dengan dosis yang diberikan belum mampu
ataupun pengaruh utama kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang tidak
pengamatan susut bobot umbi tanaman bawang merah setelah dilakukan uji BNJ
Tabel 9. Rata-rata susut bobot umbi bawang merah dengan perlakuan kotoran
burung puyuh dan POC bonggol pisang
Kotoran POC Bonggol Pisang (ml/polybag)
Burung Pu
Rata-rata
yuh P0(0) P1(5%) P2 (10%) P3(15%)
(g/polybag)
K0 (0) 36,84j 35,02j 31,48hi 25,66def 32,25d
K1 (75) 33,31i 30,59ghi 28,98fgh 27,86efg 30,18c
K2 (150) 27,34def 23,92de 12,77a 10,93a 18,74a
K3 (225) 27,49def 21,51cd 20,87bcd 17,93abc 21,95b
Rata-rata 31,25d 27,76c 23,53b 20,60a
KK= 5,52% BNJ KP= 4,32 BNJ K&P= 1,58
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.
burung puyuh dan POC bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap
susut bobot umbi bawang merah, dimana susut bobot umbi terendah terdapat pada
48
perlakuan kotoran burung puyuh 150 g/polybag dan POC bonggol pisang 15 %
(K2P3) yaitu: 10,93% tidak berbeda nyata dengan K2P2 dan K3P3 namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dimana susut bobot umbi tertinggi
dihasilkan oleh kombinasi perlakuan tanpa pemberian kotoran burung puyuh dan
POC bonggol pisang (K0P0) dengan berat kering umbi per rumpun 36,84%.
Rendah nya persentase susut umbi pada perlakuan K2P3 disebabkan oleh
kandungan unsur hara yang terkandung pada kotoran burung puyuh dan POC
secara langsung dibawah terik matahari kurang efektif disebabkan iklim yang
tidak menentu dan penejemuran dengan metode ini juga dapat merusak kualitas
umbi bawang merah, hal ini selaras dengan Mirzarohman (2013) bahwa
penjemuran bawang merah yang langsung terpapar sinar matahari dapat merusak
beberapa vitamin dalam bawang merah dan warna sehingga kualitas bawang
merah menurun.
Susut umbi pada penelitian ini mehasilkan susut umbi terbaik pada
perlakuan K2P3 dengan susut 10,93%. Nilai ini susut umbi ini sudah baik karena
nilai susut umbi yang semakin rendah menunjukkan kualitas umbi semakin baik,
semakin rendah susut bobot umbi maka daya simpan umbi akan lebih lama.
Selain itu, susut umbi juga dapat dipengaruhi oleh kadar unsur hara K dalam
tanah, menurut Basuki (2012) unsur kalium berperan dalam menentukan kualitas
kualitas umbi bawang merah. Semakin tinggi persentase susut umbi, maka
semakin mudah pula umbi tersebut busuk. Sejalan dengan pendapat Prabowo
terendah bearti memiliki kandungan air yang ideal, daya simpan yang baik serta
metabolisme. Proses yang masih aktif dilakukan adalah respirasi, saat proses ini
berlangsung terjadi reaksi kimia enzimatis yang merombak pati, gula, protein,
lemak, asam-asam organik dan senyawa kompleks lainnya menjadi energi yang
lebih sederhana air (H2O) dan karbondioksida (C2O). Air dan karbondioksida ini
kemudian dilepaskan keudara dalam bentuk uap dan gas, dengan terjadinya
pelepasan ini maka terjadi penurunan susut bobot umbi bawang merah yang
burung puyuh dan POC bonggol pisang dapat dilihat pada Tabel 9. Pengamatan
mencapai grade A dengan diameter 3-4 cm yaitu perlakuan K1P1, K1P3, K2P1,
K2P2, K2P3, K3P1, K3P2 dan K3P3 parameter dengan jumlah unbi grade A
terbanyak terdapat pada parameter K2P3 yaitu 4 umbi grade A. Grade umbi B
50
terbanyak terdapat pada perlakuan K2P2, grade umbi C terbanyak terdapat pada
perlakuan K2P3 dan K3P2 dan grade umbi D terbanyak terdapat pada perlakuan
K3P2.
Tabel 10. Persentase grade umbi bawang merah dengan perlakuan kotoran burung
puyuh dan POC bonggol pisang
Grade umbi ditentukan dari beras kecilnya diameter umbi bawang merah,
perrumpun dan juga hasil metabolisme tanaman bawang merah, semakiin tinggi
umbi maka semakin besar umbi bawang merah yang terbentuk sehingga semakin
unsur K pada tanah, semakin tinggi unsur K pada tanah yang akan diserap oleh
dan daun pada saat proses transpirasi. Dengan tersedianya unsur K pembentukan
karbohidrat dan translokasi pati ke umbi akan semakin lancar, sehingga umbi akan
jumlah yang tepat, dikarenakan kalium memiliki peran dalam mengangkut hasil-
hasil fotosintesis (asimilat) dari daun melalui floem menuju jaringan organ
reproduktif (buah, biji dan umbi) sehingga akan memperbaiki dari warna, rasa,
Hormon ini bekerja secara saling membantu dengan hormon lain (sinergis). Dapat
bonggol pisang juga memiliki kandungan hormon “Sitokinin” Fungsi hormon ini
asam amino dan zat makanan keseluruh tubuh ke bagian tanaman dengan
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Interaksi kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang berpengaruh nyata
terhadap berat basah umbi per rumpun, berat kering per rumpun, susut bobot
umbi dan grade umbi. Perlakuan terbaik adalah kombinasi perlakuan kotoran
B. Saran
produksi bawang merah yang baik disarankan untuk menggunakan pupuk kotoran
penambahan dosis POC bonggol pisang. Dikarenakan dilihat dari hasil penelitian
ini masih ada kemungkinan adanya peningkatan pertumbuhan dan produksi dari
tanaman bawang merah. Untuk perawatan harus lebih intensif dalam musim
penghujan, karena tanaman akan lebih rentan terserang hama dan penyakit.
53
RINGKASAN
tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme tanah.
mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, pupuk organik juga berfungsi
memperbaiki struktur tanah serta berperan penting dalam merawat atau menjaga
produktivitas lahan.
Pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang paling tepat untuk
bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk organik padat salah satunya yang dapat digunakan yaitu kotoran burung
puyuh. Kotoran burung puyuh merupakan salah satu contoh permasalahan yang
puyuh tanpa dimanfaatkan terlebih dahulu. Kotoran burung puyuh dapat diolah
menjadi pupuk organik untuk menjadi pupuk tanaman melon, bawang merah
54
sebanyak 2,86% dan nutrien lain yaitu protein sebesar 21%, nitrogen 0,061%,
kedalam tanah dan penggunaan varietas yang berdaya hasil tinggi. Bentuk pupuk
organik cair yang berupa cairan dapat mempermudah tanaman dalam menyerap
unsur-unsur hara yang terkandung didalamnya. Salah satu jenis pupuk organik
cair yaitu pupuk organik cair bonggol pisang. Pupuk Organik Cair (POC) bonggol
yang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan,
kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca
sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada proses
utama kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang terhadap pertumbuhan
Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km. 11, No: 113, Kelurahan
Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian ini akan
dua faktor yaitu faktor pemberian Kotoran Burung Puyuh (K) terdiri dari 4 taraf,
K0: tanpa pemberian kotoran burung puyuh, K1: 75 g/polybag, K2: 150
g/polybag, K3:225 g/polybag, dan faktor kedua yaitu POC bonggol pisang (P)
55
yang terdiri dari 4 taraf P0: tanpa pemberian POC bonggol pisang, P1: 5%, P2:
10%, P3: 15%, maka diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan,
pertumbuhan relatif, tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, jumlah umbi per
rumpun, berat basah umbi per rumpun, berat kering umbi per rumpun, susut bobot
umbi dan grade bawang merah. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pemberian kombinasi perlakuan kotoran burung puyuh dan POC bonggol pisang
secara interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah umbi per
rumpun, berat kering umbi per rumpun, susut bobot umbi, grade bawang merah.
Kombinasi perlakuan terbaik adalah dengan pemberian kotoran burung puyuh 150
parameter, dengan dosis terbaik 150 g/polybag (K2), sedangkan pengaruh utama
POC bonggol pisang berpengaruh nyata terhadap semua parameter dengan dosis
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2019. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi, 2015-
2019.https://www.pertanian.go.id/Data5tahun/HortiATAP2018(.pdf)/Prod
uksi%20Bawang%20Merah.pdf. Diakses 11 Agustus 2020.
Cahaya. 2015. Pemberian kulit pisang dan pupuk NPK mutiara 16:16:16 pada
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Cahyono, N. R, 2016, Pemanfaatan daun kelor dan bonggol pisang sebagai pupuk
organik cair untuk pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus
sp),http://eprints.ums.ac.id/42686/1/NASKAHPUBLIKA,Skripsi, program
strata 1 Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah, Surakarta
Cahyono, B. 2014.Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Selada. CV. Aneka
Ilmu. Semarang.
Candra A. dan Azizul P.Q, pembuatan pupuk organik cair (poc) dari bonggol
pisang melalui proses fermentasi. Jurnal Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya 2017
Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Hakiki, A.N. 2015. Kajian aplikasi sitokinin terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada beberapa komposisi media
tanam berbahan organik.(Skripsi). Universitas Jember. Jember.42 hlm.
Hakim,T., dan Anandari, S. 2019. Responsif bokashi kotoran sapi dan poc
bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
(Allium ascalonicum L.). Jurnal. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Pembangunan Panca Budi, Medan, Sumatera Utara. 22(2) 2442-7306
Hasibuan, RM. 2019. Efektivitas pemberian poc urin kelinci dan pupuk kandang
burung puyuh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung ungu
(Solanum melongena L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan
Indrawan, D. Efendi, E. Sri , S.N. 2020. Respon dosis pupuk burung puyuh dan
npk grower terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang daun
(Allium fistulosum L) di polybag. Jurnal Bernas Agricultural. 16 (1): 0216-
7689
Kusuma, M.E. 2012. Pengaruh takaran pupuk kandang kotoran burung puyuh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih (Brassica juncea L.).
Jurnal ilmu hewani tropika. 1(1) ISSN 2301-7783
Ningsih, E. 2019. Pengaruh pemberian ampas the dan pupuk KCL terhadap
pertumbuhan serta produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum
L). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Purwadi, E. 2011. Batas Kritis Suatu Unsur Hara Dan Pengukuran Kandungan
Klorofil. URL :http://www.masbied.com/2011/05/19/batas-kritis-suatu-
unsur-hara-dan-pengukuran-kandungan-klorofil/. Diakses 08 Agustus
2020.
Purwati, E. 2018. Pengaruh media tanam dan pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putra, R, C., Imam, W dan Uswah, H. 2013. Serapan N (Nitrogen) dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas lembah palu akibat
pemberian bokashi titonia (Titonia diversifolia) pada entisol guntarano. e-
J. Agrotekbis. 3 (4):448-454.
Riyawati. 2012. Pengaruh residu pupuk kandang ayam dan sapi pada
pertumbuhan sawi (Brassica juncea I.) dimedia gambut. Skripsi. Fakultas
Pertanian Dan Peternakan. UIN. Riau
.
Rukmana, R dan H. Yudirachman. 2018. Sukses Budi Daya Bawang Merah di
Pekarangan dan Perkebunan. Liliy Publisher. Yogyakarta.
Selvia Sutriana. 2018. Uji berbagai dosis dan frekuensi pemupukan npk pada
tanah bergambut untuk meningkatkan produksi bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Jurnal dinamika pertanian. Universitas Islam Riau. 2(8):
101-106
Setyaningsih, E., Astuti, D, S., dan Astuti, R. 2017. Kompos daun solusi kreatif
pengendalian limbah. Jurnal Penelitian Biologi. 3(2):45-51.
Sitindaon, A. 2015. Studi morfologi dan produksi lima varietas bawang merah
(Allium cepa var. ascalonicum) di desa pardomuan, kabupaten samosir.
Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Medan. Medan.
Sumarni, Rosliani, Basuki, dan Hilman, 2012. pengaruh varietas, status K-tanah,
dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan, hasil umbi, dan serapan
hara K tanaman bawang merah. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Lembang, Bandung. 22(3):233-241
Sutriana, S. & Herman. 2014. Uji tiga varietas dan media tumbuh terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.), dalam
Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Sutriana, S. dan M. Nur. 2018. Aplikasi pupuk kompos dan frekuensi pemupukan
NPK dalam meningkatkan produksi bawang merah (Allium ascalonicum
L.) terhadap kombinasi dosis NPK dan pupuk kandang. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 1(01):217-226.
Suwahyono, U. 2014. Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Waluyo.N dan Sinaga. R. 2015. Bawang merah yang dirilis oleh Balai Penelitian
Sayuran. Iptek Tanaman Sayuran No. 004, Januari 2015.Diakses pada
tanggal 08 Agustus 2020.
Wea M.K (2018), pembuatan pupuk organic cair (POC) bonggol pisang kapok.
Skripsi. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Universitas sanata
dharma. Yogyakarta
Yenny, S. dan Fikrinda. 2011. Pengaruh ukuran fisik dan jumlah umbi perlubang
terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Fakultas Pertanian Unsiyah. Banda Aceh. Jurnal Floratek. 2(2):43-54.
61
Alat yang digunakan dalam pembuatan POC bonggol pisang antara lain:
1) Parang
2) Gelas ukur
3) Timbangan
4) Ember
5) Alat penyaring
Bahan yang digunakan dalam pembuatan POC bonggol pisang antara lain:
1) EM4
2) Gula pasir
3) Air
Langkah kerja :
e. Bonggol pisang dimasukan kedalam ember yang telah berisi larutan EM4 dan
gula
f. Pengadukan bonggol pisang yang telah dicampur dengan arutan gula dan EM4
Sumber : Wea M.K (2018), pembuatan pupuk organic cair (POC) bonggol pisang
kapok. Skripsi. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Universitas sanata
dharma. Yogyakarta
64
50 cm
50 cm
K3P0 K0P2 K2P3 K0P3
a a c b
Keterangan :
K3P2 K0P3 K2P0 K1P3
b a c c K : Kotoran Burung Puyuh
5,5 m
65
1. 14-21 HST
SK DB JK KT F.HITUNG F. TABEL 5%
K 3 0,0254 0,0085 36,4600 s 2,9000
P 3 0,0062 0,0021 8,9400 s 2,9000
KP 9 0,0007 0,0001 0,3200 ns 2,1900
EROR 32 0,0074 0,0002
JUMLAH 47 0,0397
2. 21-28
SK DB JK KT F. HIT F TABEL 5%
K 3 0,0021 0,0007 6,5200 s 2,9000
P 3 0,0015 0,0005 4,7800 s 2,9000
KP 9 0,0007 0,0001 0,7300 ns 2,1900
EROR 32 0,0034 0,0001
JUMLAH 47 0,0077
14 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 71,87 23,96 16,57 s 2,90
P 3 22,97 7,66 5,3 s 2,90
KP 9 18,82 2,09 1,45 ns 2,19
SISA 32 46,27 1,45
TOTAL 47 159,93
21 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 13,98 4,66 3,09 s 2,90
P 3 18,87 6,29 4,17 s 2,90
KP 9 5,38 0,60 0,4 ns 2,19
SISA 32 48,21 1,51
TOTAL 47 86,43
66
28 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 27,09 9,03 3,41 s 2,90
P 3 42,77 14,26 5,39 s 2,90
KP 9 6,98 0,78 0,29 ns 2,19
SISA 32 84,65 2,65
TOTAL 47 161,50
35 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 31,75 10,58 5,7 s 2,90
P 3 42,26 14,09 7,59 s 2,90
KP 9 8,82 0,98 0,53 ns 2,19
SISA 32 59,43 1,86
TOTAL 47 142,25
14 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 13,21 4,40 4,41 s 2,90
P 3 14,19 4,73 4,74 s 2,90
KP 9 2,33 0,26 0,26 ns 2,19
Sisa 32 31,93 1,00
Total 47 61,65
21 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 26,70 8,90 14,24 s 2,90
P 3 27,95 9,32 14,91 s 2,90
KP 9 2,78 0,31 0,49 ns 2,19
SISA 32 20,00 0,62
TOTAL 47 77,42
67
28 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 25,79 8,60 18,08 s 2,90
P 3 20,54 6,85 14,4 s 2,90
KP 9 5,34 0,59 1,25 ns 2,19
SISA 32 15,21 0,48
TOTAL 47 66,88
35 Hst
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 124,61 41,54 13,62 s 2,90
P 3 82,10 27,37 8,98 s 2,90
KP 9 11,64 1,29 0,42 ns 2,19
SISA 32 97,57 3,05
TOTAL 47 315,92
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 9,67 3,22 3,09 s 2,90
P 3 24,84 8,28 7,95 s 2,90
KP 9 1,83 0,20 0,2 ns 2,19
Sisa 32 33,33 1,04
Total 47 69,67
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 15,67 5,22 8,76 s 2,90
P 3 13,18 4,39 7,36 s 2,90
KP 9 3,07 0,34 0,57 ns 2,19
Sisa 32 19,08 0,60
Total 47 51,01
68
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 757,89 252,63 214,56 s 2,90
P 3 161,91 53,97 45,84 s 2,90
KP 9 35,64 3,96 3,36 s 2,19
Sisa 32 37,68 1,18
Total 47 993,11
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 879,51 293,17 440,5 s 2,90
P 3 268,17 89,39 134,31 s 2,90
KP 9 65,32 7,26 10,9 s 2,19
Sisa 32 21,30 0,67
Total 47 1.234,29
F tabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05
K 3 1.505,48 501,83 247,37 s 2,90
P 3 789,55 263,18 129,73 s 2,90
KP 9 216,57 24,06 11,86 s 2,19
Sisa 32 64,92 2,03
Total 47 2.576,52
Keterangan :
s: signifikan
ns: nonsignifikan
69
1 2
5 4 3
K3P3
KOP0 K1P1
K2P2 K3P3
Gambar 7. Perbandingan berat basah umbi bawang merah per rumpun perlakuan
kotoran burung puyuh dan Bonggol Pisang pada perlakuan KOPO,
K1P1, K2P2 dan K3P3
71
D C B A
Gambar 8. Parameter grade umbi bawang merah Grade A (3-4 cm), Grade B (2-3
cm), grade C (1,5-2 cm) dan grade D (<1,5 cm)