SKRIPSI
45 14 031 013
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2019
i
Respon Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Terhadap
SKRIPSI
45 14 031 013
Universitas Bosowa
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
45 14 031 013
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Agroteknologi
ii
RINGKASAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan cinta kasihnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
Sp.”.
besarnya kepada kedua Orang tua serta keluarga besar yang sudah mendukung sampai
saat ini, kepada Bapak Dr. Syarifuddin, S.Pt. MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Bosowa Makassar, Bapak Dr. H. Abri, MP. selaku Ketua Jurusan
urusan akademik. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Muhibuddin,MP. Selaku pembimbing
I dan Bapak Ir. Rahmadi Jasmin, MP. selaku pembimbing II yang telah membimbing
dukungan materi maupun moril sehingga segala urusan berkaitan dengan penyusunan
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis selalu terbuka untuk menerima
kritik dan saran demi penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga hasilnya bermanfaat bagi
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................. v
PENDAHULUAN
Hipotesis ............................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Cabai....................................................................................... 5
Morfologi ........................................................................................... 6
Pemupukan......................................................................................... 8
Trichoderma Sp.................................................................................. 9
v
BAHAN DAN METODE
Hasil ................................................................................................... 15
Pembahasan........................................................................................ 24
Kesimpulan ........................................................................................ 27
Saran .................................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................. 26
LAMPIRAN GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
24. Hasil pengamatan jumlah daun 45 Hst ................................................... 38
ix
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang
peranan yang cukup penting di dalam perekonomian Nasional. Hal ini dapat di pahami
hidup dan bekerja pada sektor pertanian. Disamping itu di dukung oleh penelitian di
beberapa Daerah, hampir 80% dari angkatan kerja berada di Daerah Pedesaan
Memasuki era pasar bebas saat ini, peran sektor Pertanian dalam pembangunan
Nasional semakin penting dan strategis sebagai andalan bagi pemulihan dan
pertumbuhan ekonomi Nasional. Pada masa mendatang peranan sektor Pertanian akan
semakin berat dan dituntut mampu menjadi salah satu mesin penggerak perekonomian
penyediaan lapangan kerja serta produksi bahan dasar olahan. Di era krisis ekonomi
moneter, ketangguhan sektor Pertanian telah teruji yang di buktikan dari angka
ekonomi penting di Indonesia. Karena buahnya, selain dijadikan sayuran atau bumbu
masak juga mempunyai kapasitas menaikan pendapatan petani, sebagai bahan baku
industry, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber
Magellan (1480-1521 M). Ia melakukan pelayaran pada tahun 1519 melalui jalur laut
dan membawa tanaman lain, seperti jagung pada saat pelayaran tersebut. Penyebaran
1
cabai di tanah air juga turut dilakukan oleh para pedagang India, mereka membawa
ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia jenis cabai yang
banyak dibudidayakan antara lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai
berasal dari Amerika Tropik, menyukai daerah kering, dan di temukan pada ketinggian
0,5 - 1,025 km dpl. Perdu tahun, percabangan yang banyak, tinggi 50 cm - 100 cm.
berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 5 cm - 9,5 cm dan lebar 1,5 cm - 5,5 cm, berwarna hijau.
Bunganya keluar dari ketiak daun, mahkota berbentuk bintang, bunga tunggal atau 2 - 3
buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Saat ini cabai
menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak di butuhkan masyarakat, baik
masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin
Budidaya ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya
untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor (Santika,
2008).
Oleh karena itu perlu adanya revolusi di bidang Pertanian dalam hal pola
perlakuan dari pertanian konvensional kepada pertanian alami yang ramah lingkungan.
Pertanian organik ramah lingkungan adalah cara bercocok tanam yang berasal dari alam
2
yang tidak mencemari atau meracuni tanah, tanaman, binatang dan manusia. Pertanian
Indonesia sebagian besar masih memakai system pertanian konvensional, yaitu cara
untuk meningkatkan produksi. Selain harga bahan-bahan ini mahal yang membuat
petani semakin mengalami kerugian yang begitu besar, apabila pemakaiannya terlalu
berlebihan akan bersifat racun yang pelan-pelan tetapi pasti, akan meracuni lingkungan
(Pracaya, 2008).
Pupuk organic merupakan salah satu jenis pupuk yang dapat di gunakan untuk
meningkatkan produksi dan mutu tanaman karena mengandung unsur hara makro dan
mikro tinggi sebagai hasil senyawa organic bahan alami tumbuhan yang mengandung
sel-sel hidup aktif dan aman terhadap lingkungan dan pemakai (Desa tiga, 2009)
Pupuk organic atau pupuk alami merupakan hasil dari perubahan atau peruraian
bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman atau binatang, misalnya kompos, pupuk kandang,
pupuk hijau, bungkil, baik yang berbentuk padat maupun cair, yang mampu
menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian ( Mul Mulyani S., 2010)
dilakukan untuk mempertahankan hasil yang optimal, untuk itu penggunaan pupuk
harus memperhatikan jenis , dosis, waktu dan pemberian. Mengingat hasil pemupukan
pada jenis tanaman tidak selalu memberikan hasil yang baik maka ada hal yang perlu
diperhatikan yaitu sifat pupuk yang diberikan, untuk tanaman semusim yang jarak
tanam yang agak rapat baik pula dilakukan pemupukan lewat daun umumnya dilakukan
dengan cara melarutkan pupuk tersebut ke dalam air lalu disemprotkan ke daun dan
3
pupuk cair dan pupuk daun mempunyai kelebihan penyerapan haranya lebih cepat
dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat akar (Montgomerry, D.C., 1991).
konsumsi dalam negeri. Selain itu, adanya peningkatan konsumsi cabai oleh
Hipotesis
Terdapat salah satu kombinasi pupuk organik kascing dan Trichoderma Sp.
yang dapat memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Cabai
rawit.
Tujuan
Trichoderma Sp. yang memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil
Manfaat Penelitian
bidang keilmuan dan tentunya diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang berguna
bagi petani dan menjadi acuan tentang penggunaan beberapa pupuk organik dalam
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Cabai Rawit rasanya sangat pedas, sangat bagus digunakan saus, sambal atau
dikeringkan untuk dijadikan tepung. Tepung cabai banyak diperlukan baik oleh
perusahaan pembuat makanan atau pencampur obat tradisional. Harganya mahal, para
petani membudidayakan tanaman ini sebagian hasilnya diolah menjadi tepung untuk
Klasifikasi tanaman cabai rawit menurut Wiranata (2006) adalah sebagai berikut;
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
sehari-hari. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, permintaan cabai untuk
industri juga terus meningkat seiring dengan semakin maraknya industri pengolahan
bahan makanan yang menggunakan cabai sebagai bahan baku utamanya, seperti
industry sambal, saus, mie instan hingga industry farmasi, seperti koyo dan balsem
Buah cabai memiliki kandungan vitamin A dan vitamin C serta capsakin yang
5
tetap sejuk, walaupun udara yang panas zat mukokinetik yang ada pada cabai dapat
mengatur, mengurangi dan mengeluarkan lender yang ada dalam paru-paru. Oleh
karena itu, cabai sangat efektif membantu penyembuhan bronchitis, influenza, sinusitis,
Morfologi
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,
berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh
tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian
sekitar 30 cm – 45 cm. Cabang tanaman beruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas
(cabang).
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata
(tidak bergerigi). Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai
besar. Daun yang dimiliki merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar,
memiliki tulang daun menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk batang.
Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga berwarna putih.
Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat juga terjadi secara
Buah Cabai rawit akan terbuka setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa buah cabai rawit berbentuk
bulat pendek dengan ujung runcing atau benrtuk kerucut, ukuran buah berfaombolsi,
menurut jenisnya, cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2 cm –
2,5 cm dan lebar 5 mm. Sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran
6
Syarat Tumbuh
iklim, suhu dan keadaan tanah. Namun kebiasaan petani menanamnya di awal musim
hujan , kecuali untuk tanah sawah. Kandungan unsur hara yang berlebih membuat
tanaman tumbuh subur, hanya produksi buahnya minim. Sedangkan di tanah yang
unsur haranya lebih rendah, daun tanaman tidak begitu subur namun produksi buahnya
semua varietas umumnya tidak tahan pada curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang
baik bertanam cabai adalah 1.000 m/tahun. Jika curah hujan rendah, akan menyebabkan
kekeringan pada tanaman begitupun sebaliknya curah hujan tinggi akan menyebabkan
kerusakan pada tanaman, lahan becek, kelembapan tinggi dan hama penyakit mudah
menyebar (Hari Marwoto, 2011). Tanaman cabai dapat tumbuh baik di daerah yang
Keadaan Iklim
Tanaman cabai rawit lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab
dan senang curah hujan yang lebih lebat, tetapi pada saat stadia tertentu perlu banyak
air. Di daerah yang iklimnya sangat basah, tanaman mudah terserang penyakit daun
seperti bercak hitam (antrakonosa), penyakit yang terdapat dalam kelopak Bunga yaitu
thrips, hama ini berukuran sangat kecil dan lembut, thrips muda berwarna kuning
sedangkan yang dewasa kecoklatan dengan kepala hitam. Oleh karena itu tanaman
cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau. Pada musim hujan tanaman juga
7
mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit, dan banyak yang tidak
mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan mudah gugur, karena
tekanan air hujan yang lebat (Sunaryono, 2003). Curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit berkisar antara 600 -1200
mm/tahun, dengan jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian, apabila pada
waktu berbunga tanaman cabai kekurangan air, maka akan banyak yang akan gugur dan
tidak mampu menjadi buah. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah
menyebabkan tanaman cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu,
dan keguguran pada daun dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai
berkisar antara 5 ½ - 6 ½ . Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah
masam yang pH nya kurang dari 5, hanya saja buahnya kurang lebat dan
Pemupukan
unsur hara dari dalam tanah terutama pada waktu dilakukan panen. Dengan demikian
pemupukan mutlak dilakukan guna menghindari kekurangan unsur hara pada lahan.
Kondisi atau sifat fisik tanah terutama aspek tekstur tanah memiliki peranan yang
unsur hara ke dalam tanah dengan maksud memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Bahan yang diberikan ini dapat bermacam-macam, misalnya berupa
pupuk kandang, pupuk organik yang bisa didapat dalam bentuk padat maupun dalam
bentuk cair.
8
Kascing
Kascing adalah merupakan bahan organic hasil dari kotoran cacing yang
bercampur dengan tanah atau bahan organic lainnya. Pupuk kascing merupakan bahan
organik yang cukup baik karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah khususnya pada tanah ultisol, juga tidak mempunyai efek negative terhadap
lingkungan yang tedapat pada daerah sub tropis basah dimana proses pelapukan sudah
lanjut. Kandungan hara dan sifat kimia kascing lebih beragam dibanding kompos dan
Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S, F dan unsur
pengatur tumbuh giberelin, sitokinin, dan hormone auksinjuga tidak mempunyai efek
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis
organisme pengurai, dapat pula sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan
9
tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma diberikan ke areal tanaman dan berlaku
ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida
penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxiporum, Rizoctonia
pertumbuhan tanaman, hasil produksi tanaman. Sifat ini menandakan bahwa juga
adalah jamur tanah, diantaranya Trichoderma Sp. Pengomposan adalah proses yang
mengubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui kegiatan biologi kondisi
10
BAHAN DAN METODE
berlangsung selama tiga bulan dimulai dari bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Juni
2019.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari; benih cabai rawit,
Alat-alat yang digunakan adalah ember, parang, cangkul, alat tulis menulis,
Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat (5) perlakuan dan tiga (3)
kali ulangan sehingga terdapat 25 plot percobaan dan 75 populasi tanaman keseluruhan,
dengan percobaan jenis media tanam yang sama dan pengaplikasian dosis pupuk yang
11
Pelaksanaan Penelitian
Persemaian
Media persemaian merupakan campuran dari pupuk Kascing dan tanah dengan
perbandingan 1 : 1. Benih yang telah disediakan direndam terlebih dahulu dalam air
hangat dengan suhu 500C selama 24 jam guna untuk melihat biji yang bernas serta
memecah dormansi benih, setelah itu lakukan seleksi benih. Benih yang terapung tidak
digunakan dan benih yang tenggelam ditiriskan untuk disemai kedalam media
persemaian yang terbuat dari Polybag kecil berukuran 8 x 9 cm, penyemaian dilakukan
Pemeliharaan Bibit
dilakukan pemeliharaan dengan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari secara
rutin. Pemindahan bibit ke Polybag besar dengan ukuran berat 5 kg yang telah
disiapkan dan dilakukan setelah bibit tanaman cabai berumur 21 hari setelah semai dan
ditandai dengan jumlah daun dewasa sebanyak 3-4 lembar. Persiapan media tanam
dilakukan setelah penyemaian benih. Tanah untuk media dibersihkan dari sisa–sisa
tanaman atau rumput dan sampah lainnya yang tidak dianggap perlu. Kemudian
dicampur dengan pupuk organik kascing yang telah dicampur dengan Trichoderma Sp.
berat 5 kg yang telah disiapkan. Sebelum penanaman, terlebih dahulu media disiram
dengan air hingga jenuh, lakukan pengacakan dan pemberian label. Jarak tanam antar
plot 60 cm (ke samping kanan atau kiri) dan 50 cm (kedepan atau belakang).
Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak mengalami stres akibat
suhu yang tinggi. Setiap polybag ditanami satu bibit cabai. Penanaman dilakukan
12
dengan melepaskan medium dalam polybag pembibitan, bibit beserta tanah dimasukan
Pemupukan
dicampurkan dengan tanah yang akan diisi kedalam polybag sebagai pemupukan dasar.
Perlakuan pupuk kascing yang dicampur dengan Trichoderma Sp. dilakukan dua
Pemasangan Ajir
ditancapkan bambu berukuran kecil dengan panjang 1 meter, dan bambu tersebut untuk
Penyiangan
hama atau penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh gulma. Oleh karena itu
keberadaan gulma pada tanaman sangatlah perlu di berantas keberadaannya. Selain itu
juga mencegah terjadinya persaingan dalam memperoleh unsur hara dalam tanah
dengan tanaman.
Panen
Umur panen cabai biasanya 70‐90 hari tergantung varietasnya, yang ditandai
dengan 60% cabai sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabai dipanen
bila buah sudah menjadi merah semua. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat
dilakukan pada umur 70‐75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai
pada umur 4‐5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3‐4 hari sekali dilanjutkan dengan
13
panen rutin. Biasanya pada panen pertama jumlahnya sedikit di bandingkan dengan
jumlah panen berikutnya. Namun setelah panen ketiga hasilnya menurun terus, sedikit
demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi. Tanaman cabai dapat dipanen terus‐
Cabai yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada
juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau).
Variabel pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm), diukur pada saat umur tanaman 15, 30 dan 45 hari
2. Panjang daun (cm), di ukur pada saat umur tanaman 15, 30 dan 45 hari setelah
tanam (HST)
3. Lebar daun (cm), diukur pada saat umur tanaman 15, 30 dan 45 hari setelah
tanam (HST)
4. Jumlah daun, diukur pada saat umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam (HST)
5. Jumlah bunga, dihitung pada saat tanaman mulai berbunga umur 30, 45 dan 60
7. Berat buah pertanaman (g), ditimbang saat panen terakhir. Menimbang semua
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan tinggi tanaman (cm) 15, 30, 45 Hst dan sidik ragamnya di
sajikan pada Tabel Lampiran 1b, 2b dan 3b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa
tanaman pada umur 15, 30, 45 Hst. Namun pada P0 tidak berpengaruh nyata terhadap
Rata Rata
Perlakuan Nilai Sig
15 Hst 30 Hst 45 Hst
P0 13.5c 20.6c 28.6c
P1 14.8b 21.4b 31.8b
P2 15.6ab 22.1ab 32.6ab > 005
ab a ab
P3 15.9 23.2 34.3
a a
P4 16.3 23.5 35.6a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf < 0,05
34,3 35,6
31,8 32,6
30 28,6
21,4 22,1 23,2 23,5
20 20,6 15 Hst
14,8 15,6 15,9 16,3
13,5 30 Hst
10
45 Hst
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
15
Panjang Daun (cm) Umur 15, 30 dan 45 Hst
Hasil pengamatan panjang daun (cm) 15, 30, 45 Hst dan sidik ragamnya di
sajikan pada Tabel Lampiran 4b, 5b dan 6b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa
kascing + 50 gr Trichoderma Sp. (P4) berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada
umur 15, 30 dan 45 Hst. Namun pada P0 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
daun.
Rata Rata
Perlakuan Nilai Sig
15 Hst 30 Hst 45 Hst
P0 7.4b 7.8b 9.3b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf < 0,05
7,47,8 7,5
8
15 Hst
6
30 Hst
4
45 Hst
2
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
16
Lebar Daun (cm) Umur 15, 30 dan 45 Hst
Hasil pengamatan lebar daun (cm) 15, 30, 45 Hst dan sidik ragamnya di sajikan
pada Tabel Lampiran 7b, 8b, 9b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian pupuk
Trichoderma Sp. (P4) berpengaruh nyata terhadap lebar daun pada umur 15, 30 dan 45
Rata Rata
Perlakuan Nilai Sig
15 Hst 30 Hst 45 Hst
12 5
4,1 4,4
10 4 4
Lebar daun (cm)
8
4 45 Hst
3,5 3,6 3,3 3,5
6
30 Hst
4 15 Hst
3 3 3 3,1 3,4
2
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
17
Jumlah Daun Umur 15, 30 dan 45 HST
Hasil pengamatan jumlah daun (cm) 15, 30, 45 Hst dan sidik ragamnya di
sajikan pada Tabel Lampiran 10b, 11b, 12b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa
kascing + 50 gr Trichoderma Sp. (P4) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada
umur 15, 30 dan 45 Hst. Namun pada P0 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun.
Rata Rata
Perlakuan Nilai Sig
15 Hst 30 Hst 45 Hst
150 101
Jumlah Daun
85,7
74,1 45 Hst
100
64
52,1 30 Hst
50 50,4
43,5 46,5 15 Hst
37,7
30,3
0 17,4 20,9
10,1 13,3 15,8
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
18
Jumlah Bunga Umur 30, 45 dan 60 HST
Hasil pengamatan jumlah bunga 30, 45, 60 Hst dan sidik ragamnya disajikan
pada Tabel Lampiran 13b, 14b dan 15b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian
pupuk kascing + Trichoderma Sp. (P3 dan P4) berpengaruh nyata terhadap jumlah
bunga pada umur 30, 45 dan 60 Hst. Namun pada P0 tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun.
Tabel 13. Rata-rata jumlah Bunga (cm) Umur 30, 45 dan 60 Hst
Rata Rata
Perlakuan Nilai Sig
30 Hst 45 Hst 60 Hst
10 10,5
8,8
8 7,8 30 Hst
6,3 6,8
6 45 Hst
5,2
4 4,1 3,9 60 Hst
3,5
2,9
2 2
1,5
0 0,5
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
19
Umur Berbunga Tanaman
Hasil pengamatan umur berbunga tanaman (hari) dan sidik ragamnya di sajikan
pada Tabel 16b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa pemberian pupuk kascing
P0 51.67a
P1 45.33ab
P2 34.33b > 0.05
b
P3 32.33
P4 29.33c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf < 0,05
Berat Buah Pertanaman (g)
Hasil pengamatan berat buah (g) pertanaman di hitung hingga panen terakihir
dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel 17b. Sidik ragamnya menunjukan bahwa
terhadap berat buah pertanaman. Namun pada P0 tidak berpengaruh nyata terhadap
umur berbunga.
P0 186.73c
P1 196.07b
P2 220.36ab > 0,05
P4 251.85a
P3 259.36a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf < 0,05
20
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi suatu tanaman selain ditentukan oleh factor genetik
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan tersebut adalah
suplai unsur-unsur hara, tanaman akan tumbuh dengan baik bila semua unsur hara yang
dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup seimbang. Dalam keadaan yang sama
bila memperoleh unsur hara yang berbeda, menghasilkan tingkat kesuburan tanaman
pengaplikasian pupuk organik Kascing + Trichoderma Sp. Dengan dosis yang berbeda-
beda, tentunya memberi pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan dan
Makassar, Desa Bonto Ramba Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa tanaman Cabai
Rawit secara keseluruhan memperoleh hasil yang variasi setiap perlakuan yang
diberikan.
50 g Trichoderma Sp. berpengaruh baik di bandingkan dengan P0, P1 dan P2. Diduga
karena dengan perbandingan yang lebih tinggi akan memberi pengaruh yang lebih baik
pertumbuhan pada P2, P3, dan P4 yang berpengaruh baik di bandingkan dengan P0 dan
P1 yang hanya memperoleh rata-rata 13,5 cm dan 14,8 cm, sehingga dapat pastikan
21
perbedaan tersebut oleh karena perolehan unsur hara yang sedikit di bandingkan dengan
baik pada hamper semua perlakuan selain P0 yang sebagai control pada percobaan.
Meskipun terdapat pertbedaan antara perlakuan P1, P2, P3, dan P4, namun tidak begitu
signifikan seperti yang di lampirkan pada Tabel 10, Tabel 11 dan Tabel 12. Ini
Hasil pengamatan jumlah bunga yang di lampirkan pada Tabel 13, Tabel 14 dan
Tabel 15 menunjukan P4 memperoleh hasil yang sangat baik dibandingkan P3, P2, P1
dan P0. Pembungaan pada tanaman Cabai rawit dengan kombinasi pupuk organik
pupuk. Terlihat hasil P0 cendrung paling rendah setiap pengamatan yang dilakukan.
Pengaruh pemberian kascing pada sifat fisik tanah memperbaiki struktur tanah,
Pupuk organik kascing merupakan salah satu jenis pupuk organik yaitu pupuk
organik yang dibuat dengan stimulator cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kotoran
cacing (kascing) yang menjadi kompos merupakan pupuk organik yang sangat baik
bagi tumbuhan, karena mudah diserap dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman (Ashari, 1995). Penggunaan kascing merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki sifat fisik tanah meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman.
22
Dalam kaitan dengan percobaan yang dilakukan ini, kascing sebagai pupuk
yang baik bagi pertumbuhan tanaman di kombinasi dengan Trichoderma Sp. dengan
perbandingan atau dosis yang berbeda-beda. Fungsi Trichoderma Sp. sebagai pupuk
dan decomposer tentunya menambah dampak yang baik dan mempercepat proses
penyerapan akar tanaman terhadap unsur hara, sehingga memicu produksi tanaman
tanaman cabai rawit berpengaruh nyata, seperti yang ditunjukan pada tabel 17b.
Dimana P4 dengan rata-rata tertinggi yakni 251,85 g, dan P0 dengan rata-rata 186,73 g,
seperti yang ditunjukan pada tabel 17a. Produksi tanaman Cabai rawit ini cendrung
baik.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
kombinasi pupuk organik Kascing + Trichoderma Sp. pada tanaman cabai rawit, yang
Trichoderma Sp.) memberi pengaruh terbaik namun tidak berbeda nyata dengan P4.
Saran
frustences L.) yang baik di sarankan agar menggunakan perbandingan P3 (400 g pupuk
Sp.), namun tetap memperhatikan faktor-faktor yang lain selain memperbaiki media
tanam.
24
DAFTAR PUSTAKA
Februari 2019
Desa tiga, 2009. Panen Raya Cabe Besar Setinggi 2 meter Di Bandit. Nusa Tenggara
Barat.
Swadaya.
Samekto, R., 2006. Pupuk kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Wiryanta, W., 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
25
LAMPIRAN
UI U II U III
P4 P0 P3
U
P2 P4 P2
P1 P3 P4
P3 P1 P0
S
P0 P2 P1
26
Tabel 1a : Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 15 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 14.957
KK = 6,3 %
27
Tabel 2a : Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 30 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 17.944
KK = 3,1 %
28
Tabel 3a : Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 45 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 86.673
KK = 6,3 %
29
Tabel 4a : Hasil Pengamatan Panjang Daun (cm) 15 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 2.897
KK = 12,6 %
30
Tabel 5a : Hasil Pengamatan Panjang Daun (cm) 30 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 3.024
KK = 13 %
31
Tabel 6a : Hasil Pengamatan Panjang Daun (cm) 45 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 11.877
KK = 10,95 %
32
Tabel 7a : Hasil Pengamatan Lebar Daun (cm) 15 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 .440
KK = 1,7 %
33
Tabel 8a : Hasil Pengamatan Lebar Daun (cm) 30 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 .993
KK = 5,5 %
34
Tabel 9a : Hasil Pengamatan Lebar Daun (cm) 45 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 2.169
KK = 2,6 %
35
Tabel 10a : Hasil Pengamatan Jumlah Daun 15 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 203.429
KK = 8,9 %
36
Tabel 11a : Hasil Pengamatan Jumlah Daun 30 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 741.829
KK = 6,3 %
37
Tabel 12a : Hasil Pengamatan Jumlah Daun 45 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 4315.957
KK = 4,5 %
38
Tabel 13a : Hasil Pengamatan Jumlah Bunga 30 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 23.184
KK = 13,4 %
39
Tabel 14a : Hasil Pengamatan Jumlah Bunga 45 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
SK DB JK KT F.hit F.tabel
0,05 0,01
Total 14 47.696
KK = 8,3 %
40
Tabel 15a : Hasil Pengamatan Jumlah Bunga 60 HST
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 111.637
KK = 7,7 %
41
Tabel 16a: Hasil Pengamatan Umur Berbunga (hari)
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
P0 49 52 54 155 51.67
P1 45 44 47 136 45.33
P2 34 37 32 103 34.33
P3 32 31 34 97 32.33
P4 26 29 33 88 29.33
F.tabel
SK DB JK KT F.hit
0,05 0,01
Total 14 1137.60
KK = 5,8 %
42
Tabel 17a : Hasil Pengamatan Berat Buah (gr)
ULANGAN
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
I II III
F.tabel
SK DB JK KT F.hitung
0,05 0,01
Total 14 198266.32
KK : 8.43%
43
GAMBAR
44
Gambar 3. Media tanam cabai Rawit
45
Gambar 5. Pemindahan bibit Cabai Rawit ke Polybag Besar
46
Gambar 7. Pengukuran Tinggi Tanaman 14 Hst
47
Gambar 9. Pengukuran Panjang Daun
48
Gambar 11. Buah yang terkena penyakit busuk buah
49