Anda di halaman 1dari 67

UJI PEMANFAATAN POC SEBAGAI SUMBER HARA

UNTUK TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.)


DENGAN VARIASI MEDIA TANAM
ROCKWOOL PADA SISTEM
HIDROPONIK NFT

HARIYATI
1402406056

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
UJI PEMANFAATAN POC SEBAGAI SUMBER HARA UNTUK
TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) DENGAN
VARIASI MEDIA TANAM ROCKWOOL PADA
SISTEM HIDROPONIK NFT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo

HARIYATI
1602406056

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020

i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Hariyati. 2020. Uji Pemanfaata POC Sebagai Sumber Hara untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) dengan Variasi Media Tanam Rockwool pada
Sistem Hidroponik NFT (Dibimbing oleh Rahman Hairuddin S.P., M.Si., dan
Ulfah Zakiyah, S.Pd., M.Sc.,)

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan variasi ukuran media tanam


terbaik untuk tanaman seledri pada sistem hidroponik NFT menggunakan POC
dan AB MIX. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode RAL
dengan 12 unit percobaan secara triplikat yang masing-masing adalah P0= tanpa
perlakuan (kontrol), P1=media rockwool ketebalan 2,5 cm dan AB Mix dan POC
200 ml, P2= media tanam rockwool ketebalan 3 cm dan AB Mix dan POC 200
ml, P3=media tanam rockwool ketebalan 3,5 cm dan AB Mix dan POC 200 ml,
P4=media tanam rockwool ketebalan 4 cm dan AB Mix dan POC 200 ml,
dilaksanakan di Rumah Hidroponik, Kampus II Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo dimulai dari bulan Februari hingga April 2020. Hasil
penelitian menunjukan bahwa variabel pengamatan yang paling tinggi pada
perlakuan P3 dengan nilai rata-rata (16,4 cm) dan jumlah anakan pada P3 (7,88).
Sedangkan rata-rata jumlah daun dan panjang akar terbaik diperoleh dari P1
(26,92 helai) dan panjang akar P1 (8,83 cm). Sedangkan P1 berat basah
memberikan pengaruh terbaik 38,33 (gram). Hal ini diduga persebaran akar yang
luas akan menghasilkan penyerapan nutrisi yang lebih baik karena memperluas
daerah penyerapan nutrisi dan memberikan parameter hasil tanaman yang optimal.
Kata kunci: Hidroponik, NFT, POC, Rockwool, Seledri

v
KATA PENGANTAR

Mengawali kata pengantar ini, dengan menyebut nama Allah SWT Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Puji syukur alhamdulillahirabbil’alamin
penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Hara Untuk Tanaman
Seledri Dengan Variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hdroponik NFT”.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dan dukungan dari
kedua orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan
semangat dan motivasi serta doa yang tiada henti-hentinya. Oleh karena itu
tidaklah berlibihan bila melalui kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan
hati mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo dan sekaligus Pembimbing I
3. I Nyoman Arnama, S.P., M.Si., selaku Ketua Prodi Fakultas Pertanian.
4. Ulfah Zakiyah, S.Pd., M.Sc., selaku Dosen Pertanian sekaligus Pembimbing II.
5. Para dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo yang telah memberi bimbingan dan ilmu pengetahuan.
6. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Agroteknologi Angkatan 2016 yang telah
memberikan bantuan dan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa informasi dan pengetahuan baru, yang
disampaikan melalui skripsi ini masih terbatas. Oleh karena itu, penulis dengan
senang hati dan tangan terbuka menerima kritik dan saran membangun dari semua
pihak demi perbaikan karya penulis di masa depan. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Palopo, Agustus 2020

Hariyati

vi
RIWAYAT HIDUP

Hariyati lahir di Desa Mantadulu, Kecamatan, Angkona


Kabupaten, Luwu Timur, Provinsi. Sulawesi Selatan pada
tanggal 05 Aapril 1999, yang merupakan anak tunggal dari
pasangan Muhrim dan Saini. Pendidikan formal yang
dienyam penulis pertama kali pada tahun 2004 di SD Hingga
tahun 2010 Pendidikan menengah pertama Penulis tempuh
pada tahun yang sama MTS yang di lulusi pada tahun 2013 dan di MA yang
dilulusi pada tahun 2016 pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan
tinggi di Universitas Cokroaminoto Palopo pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas pertanian. Penulis menimba pengalaman organisasi pertama kali di
(MPM) pada tahun 2018 menjadi anggota organisasi mahasiswa pencinta musulla.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ............................................................................ 5
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 11
2.3 Kerangka Pikir ......................................................................... 12
2.4 Hipotesis .................................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................. 15
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................ 15
3.3 Metode Percobaan ................................................................... 15
3.4 Metode Pelaksanaan ................................................................ 16
3.5 Parameter Pengamatan ............................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 18
4.2 Pembahasan ................................................................................. 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 25
5.2 Saran ........................................................................................... 25

viii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 14
2. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Pemberian Pupuk organik cair
Sebagai Sumber Hara Untuk Tanaman Seledri Dengan Variasi Media
Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT .................................... 19
3. Diagram Rata-rata Jumlah Daun Pada Pemberian Pupuk organik cair
Sebagai sumber Hara Untuk Tanaman Seledri Dengan Variasi Media
Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT .................................... 20
4. Diagram Rata-rata Jumlah Anakan Pada Pemberian Pupuk organik cair
Sebagai sumber Hara Untuk Tanaman Seledri Dengan Variasi Media
Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT .................................... 21
5. Diagram Rata-rata Panjang Akar Pada Pemberian Pupuk organik cair
Sebagai sumber Hara Untuk Tanaman Seledri Dengan Variasi Media
Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT .................................... 22
6. Diagram Rata-rata Berat Basah pada Pemberian Pupuk organik cair
Sebagai sumber Hara Untuk Tanaman Seledri Dengan Variasi Media
Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT .................................... 23

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel Hasil Parameter Pengamatan........................................................... 30
2. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 47

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman seledri (Apium graveolens L.) merupakan sayuran daun dan obat
yang bisa digunakan sebagai penyedap masakan seperti sup, bakso dan lain-lain.
Selain itu seledri juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam
penyakit, Diantaranya hipertensi, rematik, dan sakit panas ginjal. Asal-usul
tanaman ini diduga telah dikenal 1000 tahun yang lalu, yaitu sejenis tumbuhan liar
asli dari daerah subtropis Eropa, dan Asia. Kemudian menyebar ke berbagai
wilayah, diantaranya di Dataran cina, Asian Tengah, India, mediterania Etiopia,
Amerika, Serikat, Meksiko Selatan dan Meksiko Tengah. Di Indonesia tumbuhan
seledri diperkenal penjelajah Belanda. Daun seledri biasanya digunakan sebagai
penyedap atau lalapan. Negara besar seperti Cina, Jepang dan Korea yang
menggunakan tangkai daun tanaman seledri sebagai bahan makanan. Di Eropa
semua bagian pada tanaman seledri dapat digunakan dan dikonsumsi antara lain
tangkai daun umbi, buah dan daun. (Jimin 2002). Seledri memiliki beberapa
kandungan senyawa fitokkimia terdiri dari karbohidrat, fenol (filafvonoid), alkoid
dan seteroid. Keberadaan senyawa-senyawa seperti limonene, slinen, prokoumarin
glikosida, falavonoid, Vitamin A B dan C, sehingga tanaman ini sering
digunakan dengan beberapa pengobatan tradisional dan berpotensi dapat
memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh kita (Daraei, 2017).
Umumnya di Indonesia budidaya tanaman seledri yang dilakukan sebagai
sampingan yang masih dalam skala kecil. Di Indonesia ada beberapa bukti terkait
dengan budidaya seledri yang belum dilaksanakan secara komersial dan
diantaranya dapat merujuk pada data dari Badan Pusat Stastistik (BPS) mengenai
hasil survei pertanian sayuran di Indonesia pada tahun 2015, secara nasional
ternyata belum didapatkan data luas panen dan produksi tanaman seledri. Di
Indonesia pula dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura dalam
pusat penelitian dengan pengembangan (puslitbang) Hortikultura sampai
2015/2016, tanaman seledri yang ternyata belum mendapatkan prioritas
penelitian, yang baik sebagai komoditas utama, potensial, maupun introduksi
(Sutrisna, et. al., 2015).
2

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman seledri dilakukan


dengan pemupukan secara alami kita bisa menggunakan POC meskipun hasilnya
belum cukup memuaskan namun pupuk ini juga dapat dinilai secara cepat
mengatasi kekurangan unsur hara dan merupakan teknologi untuk menunjang
perkembangan pertanian ramah lingkungan menekan penggunaan pupuk kimia
dan pestisida dengan sistem alami yang dapat menigkatkan produktivitas tanah.
Menurut Ahmad Dzakiyul Fikri (2018), Pupuk organik merupkan bahan
yang digunakan untuk penanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non organik (Meneral).
Dalam pembemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan, apakah
pupuk yang diberikan mengandung bahan baku yang diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan atau tidak, supaya tumbuhan tidak mengalami
kelebihan atau kekurangan unsur hara karena jika tumbuhan kelebihan atau
kekurangan unsur har akan berdampak bagi tumbuhan.
Pupuk Organik Cair memiliki beberapa kandungan diantaranya: nitrogen
(N), fosfor (P), kalium (K) sulfur, kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe),
boron (B) mangan, (Mn) seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo). Walaupun
pupuk organik hanya sedikit unsur hara yang terkandung didalamnya, akan tetapi
pemupukan yang dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dapat membantu
untuk menyubrkan dan menambah kandungan dalam tanah, dimana pupuk
organik sekarang sudah menggunakan unsur hara, humus, dan bahan organik yang
dapat membuat dampak jangka panjang bagi kesuburan tanah, pupuk organik
dirancang agar ramah lingkungan, merangsang tanaman agar tumbuh bagus dan
memenuhi unur hara, melindungi tanaman dari hama dan penyakit. POC
merupkan larutan yang di hasilkan oleh fermentasi bahan alami yang berasal dari
sisa-sisa tanaman dan limbah agroindustri, kotoran hewan, yang mengandung
unsur hara. (Hidayati, 2013).
Sejalan dengan kondisi lahan pertanian yang semakin terbatas dan
kebutuhan pangan harus terpenuhi maka, mendorong sektor pertanian untuk
mengatasi kendala tersebut dengan meningkatkan penerapan pertanian lahan
sempit yaitu dengan teknik budidaya hidroponik. Hidroponik adalah
membudidayakan tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air dan
3

larutan nutrisi sebagai media tanam. Agar tanaman dapat berdiri tegak maka
dibutuhkan media tanam sebagai penyangga tanaman tersebut.
Hidroponik memiliki syarat media tanam diantaranya mampu menyerap
air dan nutrisi, dapat menyalurkan larutan nutrisi pada tanaman, dan tidak mudah
busuk, salah satunya adalah rockwool. Rockwool adalah media yang terbuat dari
serabut batu apung gunung, teksturnya ringan, mempunyai porositas yang baik
dan tidak perlu disterilkan (Prihmantoro, 2005 dalam G. F.Yanti dkk 2018).
Media tanam rockwool mempunyai substrat partikel yang halus, lembut dan tidak
mudah memadat apabila disiram air dalam jumlah yang banyak karena
mempunyai drainase yang baik sehingga akar lebih bebas menyerap air ke dalam
tanaman, sedangkan pada media tanam serbuk gergaji kayu mempunyai struktur
dan ukuran partikel kecil sehingga gampang memadat akibatnya akar tidak tanam
yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Pilihan jenis media
tanam juga tergantung pada ketersediaan dana, kualitas, dan jenis hidroponik yang
akan dilakukan (Lingga, 2007 dalam Iada Syamsu Rosidah, 2014). Semakin besar
suatu tanaman maka semakin banyak jumlah nutrisi yang dibutuhkan. Salah satu
unsur hara yang terkandung dalam nutrisi hidroponik yaitu unsur hara nitrogen.
Nitrogen sangat banyak dibutuhkan tanaman untuk memicu pertumbuhan batang,
daun dan pigmen warna daun, sehingga menguntungkan pada tanaman yang
menghasilkan batang dan daun karena nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam
bentuk NO3‾ dan NH4⁺ (Lingga, 2005 dalam Siregar d).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul Uji Pemanfaatan POC sebagai Sumber Hara pada
Tanaman Seledri dengan Media Tanam Rockwool pada Sistem Hidroponik NFT.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi ketebalan media tanam rockwool pada tanaman
seledri (Apium graveolens L.) pada sistem hidroponik NFT?
2. Berapa ketebalan media tanam rockwool terbaik untuk pertumbuhan tanaman
seledri (Apium graveolens L.) pada sistem hidroponik NFT?
4

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan media tanam rockwool pada
tanaman seledri (Apium graveolens L.) pada sistem hidroponik NFT.
2. Untuk mengetahui Berapa ketebalan media tanam rockwool terbaik untuk
pertumbuhan tanaman seledri (Apium graveolens L.) pada sistem hidroponik
NFT.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
Manfaat penelitian ini agar petani dapat mengetahui informasi kepada
seluruh masyarakat tentang pemanfaatan POC sebagai sumber hara untuk
tanaman seledri (Apium graveolens L). Dengan media tanam rockwool pada
sistem hidroponik NFT.

Secara akademis penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi ilmiah


atau dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya selain itu dapat
memberikan pengetahuan baru tentang pemanfaatan beberapa jumlah media
tanam dengan menggunakan rockwool pada tanaman seledri (Apium graveolens
L.) pada sistem hidroponik NFT.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
Seledri (Apium graveolens L.) termasuk dalam famili apiaceae dan
merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap
dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap
dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. Apiin (apigenin 7-
apiosiglukosida) adalah glukosida penghasil aroma daun seledri dan umbi celeriac
(Tim Prima Tani, 2011 dalam Muhammad Alham 2017). Seledri telah dikenal
sejak ribuan tahun yang lalu. Salman tua telah menuliskannya sejak awal
penanggalan modern. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi
pertama spesies Plantrum. Ia memasukan tanaman seledri ke dalam suku
Umbelliferae yang sekarang dinamakan Apicae (adas-adasan).
Tumbuhan yang memiliki nama ilmiah Apium graveloens L. ini juga
memiliki konstribusi besar bagi dunia kecantikan. Selain itu, seledri terbukti
efektif merangsang pertumbuhan dan menjaga kesehatan rambut. Secara medis,
tanaman ini memiliki kandungan vitamin dan gizi yang sangat baik untuk di
konsumsi sehari-hari sehingga seledri sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai alternative pengobatan dan terjangkau dibandingkan obat-obatan sintetik.
(Syahidah 2018). Pada zaman romawi kuno tanaman seledri dijadikan sebagai
karangan bunga. Tanaman ini telah dimanfaatkan sebagai sayur sejak tahun 1640
dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah pada tahun 1942.
Klasifikasi tanaman seledri menurut Fazal dan Singla (2012) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnolisia
Ordo : Rosidaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L
6

a. Morfologi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)


1) Akar
Akar tanaman seledri yaitu akar tunggang dan memiliki dan memiliki
serabut akar yang menyebar ke samping dengan radius sekitar 5-9 cm dari
pangkal batang dan mempunyai fungsi sebagai penopang terhadap pertumbuhan
tanaman, untuk menyerap air dan zat hara dari tanah tanaman seledri dapat
menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, serta mempunyai warna putih kotor,
selain itu akar seledri juga memiliki nama latin celeriac, celery root karena
memiliki bentuk seperti ubi (Dalimartha dan Andrian, 2013).
2.) Batang
Batang seledri merupakan jenis batang lunak dan biasa digunakan untuk
lalapan atau dicampur untuk tambahan masakan seperti bakso, sup, dan soto dan
makanan lainya. (Nurlina dkk., 2017).
3.) Daun
Daun merupakan bagian seledri yang perananya sangat penting merupakan
dapur pembentukan karbohidrat melalui proses fotosintesis. Daun tanaman seledri
daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai
yang panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau keputih-putihan, helaian
daun tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit panjang
2-7,5 cm lebar cm, petualangan daun menyirip, daun `berwarna hijau muda
sampai hijau tua (Haryoto dalam Suro, 2015).
4.) Bunga
Bunga tanaman seledri (Apium graveloens L.) Adalah bunga majemuk
berbentuk paying berjumlah 8-12 buah, berukuran kecil berwarna putih yang
tumbuh di pucuk tanaman tua. Pada setiap ketiak daun dapat tumbuh sekitar 3-8
tangkai bunga. Pada ujung tangkai bunga berbentuk bulatan. Setelah tua buah
berubah warna menjadi coklat muda (Haryoto dalam Suro, 2015).
5.) Buah
Buah tanaman seledri berbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda
dengan panjang 1-1,5 mm dan setelah tua buah berubah warna menjadi kuning
kecoklatan (Haryoto dalam Suro, 2015).
7

b. Syarat Tumbuh Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)


1. Iklim
Seledri (Apium graveolens L.) termasuk salah satu jenis sayuran daerah
subtropis yang beriklim dingin. Pertumbuhan benih seledri menghendaki keadaan
yang temperatur minimum 90°C dan maksimum 200°C. Sementara untuk
pertumbuhan dan menghasilkan produksi yang tinggi menghendaki temperatur
sekitar 100°C -180°C serta maksimum 240°C. Tanaman ini cocok dikembangkan
di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 0-1200 mdpl (meter di atas
permukaan laut), udara yang sejuk dengan kelembapan antara 80%-90% serta
cukup mendapat sinar matahari yang cukup. Seledri kurang tahan terhadap air
hujan yang tinggi.
Penanaman seledri sebaiknya pada akhir musim hujan atau periode bulan-
bulan tertentu yang keadaan curah hujannya berkisar antara 60-100 mm per bulan.
Akan tetapi budidaya seledri 4 secara hidroponik dapat dilakukan sepanjang
waktu, yang baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada tanah yang
biasanya cocok untuk tanah andosol, sedangkan untuk hidroponik, seledri dapat
ditanam di media pasir yang dicampur kompos, arang sekam, atau juga bisa
ditanam pada gambut (peat moss) (Jannah, 2016).
2. Sinar matahari
Sinar matahari yang diperlukan oleh tanaman seledri untuk pembentukan
zat warna hijau klorofil (chlorophil). Bila tanaman tanaman kekurangan unsur
matahari yang kurang, pertumbuhanya akan lemah, memanjang dan pucat. Tetapi
tanaman ini tidak memerlukan peyiraman yang berlebihan, sedangkan yang
diperlukan adalah penyiraman yang pendek setiap harinya 12 jam
3. Curah hujan
Tanaman ini tidak memerlukan curah hujan yang terlalu tinggi, tetapi tetap
membutuhkan penyiraman secara rutin. Hujan yang terlalu banyak dapat merusak
tanaman seledri, batang-batang daun seledri lunak dan tak mampu menahan curah
air hujan. Tanaman seledri membutuhkan suhu yang rendah, suhu yang
memungkinkan tejadinya banyak penguapan, sehingga tanaman dapat mengalami
kekurangan air, sedangkan tanman seledri sangat membutuhkan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
8

4. Kelembaban
Tanah dan udara yang lembab berpengaruh terhadap pertumbuhan. Pada
kondisi tanah dan udara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelembaban,
banyak air yang dibutuhkan oleh tumbuhan selain itu sedikit penguapan yang
terjadi sehingga menyebabkan pertumbuhan jadi cepat. Oleh karena itu
perpanjangan sel yang cepat, tumbuhanmenjadi berkembang. Sebagai tanaman
yang berasal dari tanah yang basah, seledri dapat tumbuh di tanah yang relatif
lembab yang biasanya tidak dapat tumbuhi tanaman lainya. Tanaman seledri ini
sangat cocok dikembangkan di daerah yang memiliki kelembaban 80-90%, pH air
yang dianjurkan adalah berkisaran 5,5-6,5 yang baik untuk tanaman seledri.
4. Teknik Budidaya Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
1.) Persemaian
Benih seledri terlebih dahulu disemai sebelum dilakukan penanaman
selain itu perkecambahan seledri juga membutuhkan waktu kurang lebih tujuh
sampai dua belas hari, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan kedalaman 0,5 cm
dengan tujuan mempercepat tumbuhnya kecambah. Keuntungan dilakukan
persemaian yaitu membuat seledri tumbuh dengan sempurna, jarak tanam yang
seragam, juga diperhatikan serta mengurangi masukan produksi seperti
pemupukan dan pengendalian tanaman penganggu atau gulma. (Tim Prima Tani,
2011 dalam Indriani 2019).
2.) Pengaplikasian
Pengaplikasian dilakukan setelah bibit seledri dipindahkan kenetpot agar
tanaman seledri mendapatkan nutrisi unsur hara pupuk yang diberikan yaitu POC
rebung bambu yang dilakukan seminggu sekali dengan dosis yng telah ditentukan.
3.) Perawatan
perawatan tanaman seledri dilakuan agar tanaman mampu tumbuh dengan
baik antara lain dilakukan penambahan nutisi setiap air yang ada dalam ember
habis agar tidak kekeringan diisi di sore hari hingga usia tanaman kira-kira satu
minggu. Selanjutnya dilakukan penambahan nutrisi dua sampai tiga kali dalam
seminggu agar tanamanbisa mencukupi air nutrisi yang ada sampai dengan masa
panen. Apabila kondisi tanaman kekeringan segera dilakukan penambahan air
nutrisi agar mencukupi air nutrisi dengan baik (Yunus, 2018).
9

4.) Panen
Tanaman Seledri dapat dipanen pada saat berumur 40-150 hari, cara
memanen seledri dengan memotong dengan memotong bagian pangkal batang
secara bertahap sampai tumbuhan anakan berkurang (Tim Prima Tani, 2011
dalam Indiriyani 2019).
5. Kandngan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
Tanaman seledri dapat dimanfaatkankarena banyak mengandung banyak
mengandung vitamin yaitu vitamin B dan pro vitamin A, juga mengandung asam
lemak serta senyawa seperti glutamine dan choline (Hidayat dan Napitupulu,
2015).
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
OPT yang menyerang pada tanaman seledri antara lain lalat penggorok
daun,bercak daun yaitu lalat penggorok daun liriomyza huidobrensis bakteri,
busuk lunak bakteri, penyakit fusarium, penyakit hawar serkospora, rebah
kecambah, busuk akar, nematoda yang menyerang akar tanaman seledri sehingga
mengakibatkan muncul bintil-bitil besar maupun kecil pada akar, kutu daun, hama
wereng atau nama latinya liriomyza terbilang sangat berbahaya dan berbagai
macam virus. Pengendalian OPT yang dilakukan menggunakan Inssektisida atau
tergantung pada OPT yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida, gunakan
pestisida yang aman sesui kebutuhan dengan dengan dosis yang sesuai petunjuk
(Agus, 2014).
2.1.2 Sistem Hidroponik NFT
Sistem Nutrient Film Technique (NFT) merupakan teknik hidroponik
dengan mengalirkan nutrisi dengan tinggi + 30 mm pada perakaran tanaman.
Sistem ini dapat dirakit menggunakan talang air atau pipa PVC dan pompa listrik
untuk membantu sirkulasi nutrisi. Faktor penting pada sistem ini terletak pada
kemiringan pipa PVC dan kecepatan nutrisi mengalir. Penggunaan sistem NFT
akan mempermudah pengendalian perakaran tanaman dan kebutuhan tanaman
terpenuhi dengan cukup (Hendra dan Andoko, 2014).
Kelebihan Hidroponik Sistem NFT adalah sebagai beriut:
1. Dapat mempermudah pengendalian wilayah tumbuh dan berkembangnya akar
tanaman.
10

2. Kebutuhan asupan air dapat terpenuhi secara baik dan gampang.


3. Tingkat konsentrasi dan keseragaman nutrisi dalam cairan/larutan yang
dibutuhkan oleh tanaman bisa disesuaikan umur dan jenis tanaman dengan
mudah.
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang relatif
singkat.
5. Mempermudah pelaksanaan penelitian atau eksperimen menggunakan
variabel yang dapat terkontrol.
6. Memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman menggunakan
high planting density.
Kekurangan Hidroponik Sistem NFT adalah sebagai berikut:
1. Investasi awal dan biaya perawatan alat mahal.
2. Sangat bergantung terhadap energi listrik
3. Penyakit yang menyerang sebuah tanaman akan dengan cepat menular ke
tanaman lain.
2.1.3 Media Tanam Rockwool
Rockwool merupakan bahan aorganik yang terbuat dari campuran batuan
basalt dan pasir yang berbentuk serat. Rockwool sebagai media tanam memiliki
kelebihan, yakni bersih dan terlihat rapi, memeliki daya serap air yang tinggi
sehingga penggunaan air lebih efisien, tidak mengandung bakteri yang berbahaya
bagi tanaman, penggunaan pupuk/nutrisi lebih sedikit, sebagai isolator termal dan
bising, serta kadar airnya dapat terkontrol dengan mudah.
Rockwool merupakan perlakuan yang dapat direkomendasikan untuk
hidroponik. Hal ini disebabkan karena kedua media tanam tersebut memberikan
pengaruh yang tidak jauh berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil seledri. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Marlina et al. (2015) yang menunjukkan bahwa
media sekam bakar juga dapat memberikan pertumbuhan dan hasil sayuran
terbaik yang ditanam secara hidroponik. Selain itu, terdapat kelebihan dari media
sekam bakar dibandingkan media rockwool, yaitu dari segi harganya yang relatif
lebih murah dan mudah diperoleh. Kun, Hadie dan Nisa (2016) menyatakan
bahwa media tanam rockwool merupakan perlakuan pemberian media tanam yang
terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.
11

2.1.4 POC Rebung Bambu


Rebung Bambu
Larutan POC rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan
giberelin yang dapat merangsang perutumbuhan tanaman pada pase vegetativ
selain itu POC ini juga mengandung Organisme penting yang dapat membantu
pertumbuhan tanman antara lain Azotobacter dan Azospirillum. Erwin et al.,
(2012).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Menurut Kun, Hadie dan Nisa (2016) dalam penelitiannya “Pengaruh Media
Tanam pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Seledri dengan Sistem Tanam Hidroponik NFT”. Memperoleh hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan intraksi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman seledri, perlakuan namun tunggal media tanam
rockwool dan konsentrasi nutrisi 1300 ppm mampu meningkatkan pertumbuhan
dan hasil perkembangan tanaman seledri dengan baik.
2. Menurut Sanmas. (2019) yang berjudul “Pemanfaatan Pupuk Organik Cair
Rebung Bambu Untuk Pertumbuhan Tanaman Kangkung Secara Hidroponik“.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan P4 yaitu dengan dosis pemberian
POC 200 ml merupakan dengan konsentrasi POC yang memberikan hasil terbaik
dengan rata-rata tinggi tanaman 27,67 cm, jumlah daun 36,33 helai dan warna
daun dengan skala 5, dimana dengan pemberian POC rebung bambu 200 ml
berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan warna daun
tanaman kangkung.
3. Menururut Machy. (2017), dalam penelitianya “ Pengaruh Sistem Kultur
Soilless yang Berbeda terhadap Produktivitas Tanaman Seledri Menggunakan
Atap di Kota Perkotaa” menyatakan bahwa sistem hidroponik NFT dalam bentuk-
A dan sistem hidroponik dalam bentuk datar Memiliki perbedaan bahwa sistem
hidropnik dalam bentuk-A Menunjukan Tinggi tanaman, jumlah daun, bacaan
klorofil, bobot/tanaman segar dan kering, menghasilkan tanaman seledri dengan
sistem NFT yang dimodifikasi lebih disukai karena memiliki jumlah tertinggi
12

tanaman per meter persegi dan laba bersih tinggi dibandingkan dengan sistem
substrat hasil per m2, serta NPK dalam tunas tanaman seledri memberikan nilai
signifikan tertinggi.
2.3 Kerangka Pikir
Tanaman seledri merupakan (Apium graveolens L.) merupakan sayuran
daun dan obat yang bisa digunakan sebagai penyedap masakan, mengobati
berbagai macam penyakit diantaranya hipertensi, rematik, dan sakit panas. Sistem
hidroponik merupakan salah satu cara menghasilkan produk tanaman terutama
komoditas sayuran yang berkualitas tinggi dengan menerapkan metode
penanaman tanpa tanah. Salah satu metode penanaman hidroponik adalah NFT,
(Nutrient Film Technique) budidaya tanaman dengan metode ini tidak
memerlukan lahan yang luas. Selain itu, keuntungan dari penggunaan sistem ini
dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang lebih tinggi dan bersih,
penggunaan lahan lebih efisien, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, serta
periode tanam yang lebih singkat. Salah satu media tanam hidroponik yang inert
adalah rockwool. Rockwool merupakan media yang terbuat dari serabut batu
apung gunung, teksturnya ringan mempunyai porositas yang baik dan tidak perlu
disterilkan. Media tanam rockwool sangat berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan tanaman seledri dan mampu meningkatkan produksi tanaman seledri
dengan baik.
POC merupakan pupuk organik cair yang sumber unsur haranya diperoleh
dari hasil penguraian bahan organik oleh mikroorganisme lokal. POC dipilih
karena sifatnya yang ramah lingkungan. Pemakaian rockwool dan POC pada
sistem hidroponik diharapkan dapat meningkatkan sumber hara untuk tanaman
seledri.
Saiful Sanmas, menyatakan bahwa pupuk organik cair rebung bambu dengan
dosis 200 ml meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanman kangkung.
13

Adapun skema kerangka pikir penelitian ini dijabarkan pada Gambar 1.

Seledri

Tanaman obat
obatan

Lahan yang sempit

Aman dan Hidroponik NFT Mudah


ramah Pertumbuhan lebih cepat dibuat
lingkungan

Media Rockwool
dengan
POC

P0 = P1 = Media P2 = Media P3 =Media P4 = Media


Kontrol Rockwool Rockwool Rockwool Rockwool
ketebalan 2,3 ketebalan 3 ketebalan ketebalan 4
cm cm dan AB 3,5 cm dan cm dan AB
dan AB Mix Mix dan AB Mix Mix dan
dan POC 200 POC 200 ml dan POC POC 200
ml 200 ml ml

Keberhasilan Pertumbuhan Seledri


14

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga pemberian variasi ketebalan media tanam rockwool pada tanaman
seledri (Apium graveolens L.) memberi pengaruh pada sistem hidroponik
NFT.
2. Diduga terdapat Berapa ketebalan media tanam rockwool terbaik untuk
pertumbuhan tanaman seledri (Apium graveolens L.) pada sistem hidroponik
NFT.
15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Hidroponik Kampus 2 Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, Jl. Lamaranginang, Kelurahan
Batupasi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Adapun waktu penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai april 2020.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang di gunakan dalam penelitian tersebut adalah bibit tanaman
seledri varietas Amigo, air bersih, media tanam rockwool, AB mix, pupuk organik
cair (POC) rebung bambu.

Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah gelas ukur, buku,
spidol, ember, dinamo kecil, netpot, pisau cutter, tsd meter, papan penelitian,
talam untuk penyemaian, gunting, pipa, terminal, kain flannel, lap, label
perlakuan, pulpen, mistar, timbangan analitik dan kamera untuk dokumentasi,

3.3 Metode Percobaan


Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali
Sehingga terdapat 12 unit percobaan. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu
sebagai berikut:
P0 = Kontrol
P1 = Media Rockwool ketebalan 2,5 cm dan AB Mix dan POC 200 ml
P2 = Media Rockwool ketebalan 3 cm dan AB Mix dan POC 200 ml
P3 = Media Rockwool ketebalan 3,5 cm dan AB Mix dan POC 200 ml
P4 = Media Rockwool ketebalan 4 cm dan AB Mix dan POC 200 ml
16

Data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam (Analisis


Sidik Ragam), apabila berpengaruh nyata, selanjutnya data diuji dengan Beda
Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

3.4 Metode Pelaksanaan


1. Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam dilakukan sebelum tanaman di persemaian
dipindahkan ke lahan. Media yang digunakan adalah, rockwool dipotong sesuai
dengan perlakuan yang akan dilakukan.
2. Persemaian.
Sebelum disemaikan, biji seledri direndam dalam air dingin selama 12-24
jam, perendaman ini berfungsi untuk merangsang perkecambahan. Setelah
berkecambah, benih-benih kemudian ditaburkan pada bak perkecambahan dengan
media rockwool. Kemudian ditutup setipis mungkin dan siram bagian
permukaannya agar tetap lembab, sehingga seledri tumbuh menjadi bibit muda.
Pemeliharaan bibit sebelum penanaman harus tetap dilakukan yaitu dengan
melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari. Setelah bibit seledri berumur 2-3
minggu, tanaman telah memiliki 4-5 helai daun kemudian dipindah ke netpot lalu
di pindahkan ke tempat tanam usahakan rockwool menyentuh nutrisi. Penyiraman
tetap dilakukan selama bibit berada dalam bak media rockwool, sampai bibit
memiliki 4-5 helai daun yaitu pada umur 2-3 minggu.
3. Penanaman
Setelah tanaman seledri berumur 2-3 minggu dengan memiliki 4-5 helai
daun yang sudah disemai pada media rockwool. Bibit tanaman seledri dapat
dipindahkan ke netpot dengan cara mengambil tanaman secara perlahan tujuannya
agar akar tidak terputus dari media rockwool kemudian masukkan ujung akar ke
tanaman pada lubang netpot kemudian dipindahkan ke media tanam hidroponiik
NFT dengan ujung akar yang menyentuh air nutrsi agar bisa mencukupi asupan
nutrisi yang cukup.
4. Pengaplikasian
17

Pengaplikasian dilakukan setelah 2-3 minggu setelah tanam. Pupuk yang


diberikan adalah pupuk organik cair rebung bambu, yang dilakukan setiap
minggu sekali dengan dosis yang telah ditentukan.
Seledri dapat dipanen saat berumur 40 sampai 150 hari, seledri yang sudah
panen dipotong pada pangkal batang secara bertahap sampai pertumbuhan anakan
berkurang (Tim Prima Tani, 2011).

5. Pembuatan POC
Alat yang dibutuhkan adalah blender, gelas ukur, gunting, ember,
timbangan analituk, selang 1m, panci kompor, batang pengaduk lakban dan
kamera. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebung bambu
1 kg, EM4 1 botol, gula merah 500 gr air cucian beras 3 liter, terasi air sumur 5
liter dan benih seledri.
Cara Pembutan POC kombinasi adalah sebagai berikut:
Pembuatan pupuk Organik cair rebung bambun yang dilakukan dengan
cara mencacah 1 kg, rebung bambu lalu ditambahkan 2 liter air kemudiaan
direbus sampai matang. Hasil rebusan rebung di belender dengan menambahkan
air rebusan rebung bambu yang telah dibelender di masukan kedalam ember,
ditambahkan gula merah sebanyak 200 gr air cucian beras sebanyak 3 liter, EM4
1 botol serta terasi yang dihaluskan dan air bersih 5 liter pada tahap selanjutnya
semua bahan dalam pembuatan POC diaduk merata dan ditutup rapat. Fermentasi
ini dilakukan selama 2 minggu setelah itu POC rebung bambu siap digunakan

3.5 Parameter Pengamatan


Parameter Pengamatan dalam penelitian ini antara lain :
1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Jumlah Anakan
3. Jumlah Daun (helai)
4. Bobot Segar Tanaman (gr)
5. Panjang Akar (cm)
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil pengamatan dan analisis Rata-rata jumlah daun tanaman seledri
pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 dapat dilihat pada gambar 2
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Gambar 2.

18
16.04
16 15.25

14

11.71 11.81
Tinggi Tanaman

12

10

0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 2. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Uji Pemanfaatan POC Sebagai


Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
19

dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik


NFT.

Hasil rata-rata tinggi tanaman seledri tidak berpengaruh nyata pada


pemberian pupuk organik organik cair dengan variasi media tanam rockwool
terhadap pertumbuhan tanaman seledri. Gambar 2 menunjukkan rata-rata tinggi
tanaman seledri terbaik ditujukan pada perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 16,04
cm, terbaik kedua ditunjukkan pada P1 dengan rata-rata 15,25 cm, terbaik ketiga
P2 dengan rata-rata 11,81 cm, sedangkan untuk nilai rata-rata terendah terdapat
pada P0 ( kontrol) yaitu 11,71 cm
2. Jumlah Daun (Helai)
Dari hasil pengamatan dan analisis Rata-rata jumlah daun tanaman seledri
pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 dapat dilihat pada gambar 3
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Gambar 3.

30
26.92

25
22.63 22.94

19.59
20
Jumlah Daun

15

10

0
P0 P1 P2 P3
perlakuan
20

Gambar 3. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Uji Pemanfaatan POC Sebagai


Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.

Berdasarkan rata-rata jumlah daun tanaman seledri tidak berpengaruh


nyata pada pemberian pupuk organik cair dengan variasi media tanam rockwool
terhadap pertumbuhan tanaman seledri. Gambar 3 menunjukkan P1 rata-rata
jumlah daun 26,92 helai untuk hasil terbaik, terbaik kedua ditunjukkan pada P3
dengan rata-rata 22,94 helai, terbaik ketiga P0 (kontrol) dengan rata-rata jumlah
daun 22,63 helai, dan hasil terendah dengan pemberian pupuk organik cair dengan
variasi media tanam rockwool ditunjukkan pada P2 dengan nilai rata-rata 19,59
hela
3. Jumlah Aanakan
Dari hasil pengamatan dan analisis Rata-rata jumlah daun tanaman seledri
pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 dapat dilihat pada gambar 4
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Gambar 4.

9
7.88
8
7.17
7

6 5.63
Jumlah Anakan

5.19
5

0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
21

Gambar 4. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Uji Pemanfaatan POC Sebagai


Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.

Dari data yang tertera diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah
anakan tidak berpengaruh nyata pada pemberian pupuk organik cair dengan
variasi media tanam rockwool terhadap pertumbuhan tanaman seledri. Gambar 4
menunjukkan bahwa P3 merupakan hasil terbaik dengan nilai rata-rata 7,88
terbaik kedua P1 dengan nilai rata-rata 7,17 terbaik ketiga P0 (kontrol) dengan
nilai rata-rata 5,63 selanjutnya diikuti rata-rata jumlah anakan terendah dengan
pemberian pupuk organik cair dengan variasi media tanam rockwool terdapat
pada P2 dengan nilai rata-rata 5,19.
4. Panjang Akar (cm)
Dari hasil pengamatan dan analisis Rata-rata jumlah daun tanaman seledri
pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 dapat dilihat pada gambar 5
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Gambar 5.

10
8.83
9 8.5
8.33
8

7
6.33
Panjang Akar

0
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
22

Gambar 5. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Uji Pemanfaatan POC Sebagai


Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.

Pada diagram di atas menunjukan rata-rata panjang akar tanaman seledri


tidak berpengaruh nyata pada pemberian pupuk organik cair dengan variasi media
tanam rockwool terhadap pertumbuhan tanaman seledri. Gambar 5 menunjukkan
P1 rata-rata panjang akar tanman seledri 8,83 cm untuk hasil terbaik, terbaik
kedua ditunjukkan pada P0 (kontrol) dengan rata-rata 8,33 cm, terbaik ketiga P2
dengan rata-rata panjang akar 8,5 cm, dan hasil terendah dengan pemberian pupuk
organik cair dengan variasi media tanam rockwool ditunjukkan pada P3 dengan
nilai rata-rata 6,33 cm.

6. Berat Basah (gr)


Dari hasil pengamatan dan analisis Rata-rata jumlah daun tanaman seledri
pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 dapat dilihat pada gambar 6
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Gambar 6.

45.00

40.00 38.33

35.00

30.00
26.67
Berat Basah

25.00
20.00
20.00
15.67
15.00

10.00

5.00

0.00
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
23

Gambar 6. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Uji Pemanfaatan POC Sebagai


Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.

Data yang tertera pada diagram diatas menunjukan bahwa berat basah
tanaman seledri sangat berpengaruh nyata pada pemberian pupuk organik cair
dengan variasi media tanam rockwool untuk tanaman seledri. Gambar 5
menunjukkan bahwa P1 merupakan hasil terbaik dengan nilai rata-rata 38,33
gram dengan pemberian pupuk organik cair dengan media tanam rockwool.
Terbaik kedua P3 dengan nilai rata-rata 26,67 gram, terbaik ketiga P0 (kontrol)
dengan nilai rata-rata 20,00 gram, selanjutnya diikuti rata-rata berat basah
terendah dengan pemberian pupuk organik cair dengan variasi media tanam
rockwool terdapat pada P2 dengan nilai rata-rata 15,67 gram.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada tanaman seledri dengan
pemberian POC dengan variasi media tanam rockwool pada tanaman seledri
menunjukkan bahwa pemberian POC dengan variasi media tanam rockwool tidak
berpengaruh nyata terhadap empat parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah anakan dan panjang akar. Sedangkan untuk parameter
pengamatan berat basah berpengaruh nyata. Luasnya akar persebaran pada akar
tanaman seledri sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini di
duga karena pipa yang digunakan pada rangkaean hidroponik NFT kemungkinan
terlalu besar sehingga ada beberapa netpot yang tidak mendapatkan aliran nutrisi
yang cukup, dan mempengaruhi beberapa permukaan rockwool yang kering
sehingga dapat berpengaruh pada tanaman. (Hendra dan Andoko, 2014.).
Parameter pengamatan, tinggi tanaman, dan jumlah anakan, hasil terbaik
terdapat di perlakuan P3 pada pemberian POC 200 ml dengan perlakuan
menggunakan variasi media rockwool dengan ketebalan 3,5 (cm) dan semua
perlakuan di berikan POC 200 ml dengan nilai rata-rata tinggi tanaman 16,04
(cm) dan jumlah anakan nilai rata-rata 7,88. Menurut (Susila dan Koerniawati
2004 dalam Candara dkk 2020), menyatakan bahwa jenis media tanam rockwool
secara umum memiliki sifat ideal sebagai media tanam pada sistem budidaya
24

hidroponik karena memiliki sifat fisik yang mudah dilewati akar tanaman dengan
baik dan memiliki kemampuan mengikat air sebesar 80% untuk digunakan dalam
proses metabolisme sehingga memungkinkan pertumbuhan tanaman yang
menghasilkan parameter terbaik.
Parameter pengamatan jumlah daun dan panjang akar, hasil terbaik
terdapat di perlakuan P1 pada pemberian POC 200 ml dengan perlakuan
menggunakan variasi media rockwool dengan ketebalan 2,5 (cm) dan semua
perlakuan di berikan POC 200 ml dengan nilai rata-rata jumlah daun 26,92 helai
dan panjang akar, nilai rata-rata 8,83. Media sangat erat kaitanya dengan akar
sebab media tanam merupakan tempat tumbuhnya akar dan membantu penyerapan
nutrisi. Hal ini diduga karena keunggulan dari media tanam hidroponik ini
memiliki sifat yang mudah menyerap air, memiliki aerasi yang baik serta
bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman (Sari, 2013).
Parameter pengamatan berat basah menunjukan hasil yang berpengaruh
nyata pada tanaman seledri terdapat di perlakuan P1 pada pemberian POC 200 ml
dengan perlakuan menggunakan variasi media rockwool dengan ketebalan 2,5 (
cm) dan semua perlakuan diberikan POC 200 ml dengan nilai rata-rata berat basah
38,33. Hal ini diduga persebaran akar yang luas akan menghasilkan penyerapan
nutrisi yang lebih baik karena memperluas daerah penyerapan nutrisi dan
memberikan parameter hasil tanaman yang optimal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mas’ud (2015) ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang dapat
diserap oleh tanaman dengan baik menyebabkan tanaman akan akan
memepercepat pertumbuhan secara optimal, sehingga diperoleh hasil produksi
berupa berat basah tanaman yang lebih tinggi.
25

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ketebalan media tanam
rockwool tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman seledri khusus
pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan panjang akar
sedangkan untuk parameter pengamatan berat basah berpengaruh nyata. Hal ini di
diduga karena pipa yang digunakan pada rangkaean hidroponik NFT
kemungkinan terlalu besar sehingga ada beberapa netpot yang tidak mendapatkan
aliran nutrisi yang cukup, dan mempengaruhi beberapa permukaan rockwool yang
kering sehingga dapat berpengaruh pada tanaman. Hasil terbaik ditunjukan pada
perlakuan P3 dengan nilai rata-rata tinggi tanaman 16,04 (cm) dan jumlah anakan
nilai rata-rata 7,88. Selain itu, hasil terbaik ditunjukan pada perlakuan P1 dengan
nilai rata-rata jumlah daun 26,92 (Helai) dan panjang akar, nilai rata-rata 8,83.
Sedangkan untuk parameter pengamatan berat basah menunjukan hasil yang
berpengaruh nyata. Hal ini diduga karna persebaran akar yang luas akan
menghasilkan penyerapan nutrisi yang lebih baik karena memperluas daerah
penyerapan nutrisi dan memberikan parameter hasil tanaman yang optimal. Hasil
terbaik ditunjukan pada perlakuan P1 dengan nilai rata-rata berat basah 38,33.

5.2 Saran
26

Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pengalaman selama


melakukan penelitian ini yaitu diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap dosis
POC rebung bambu untuk tanaman seledri dengan metode hidroponik.
Diharapkan juga lebih memperhatikan alat dan bahan yang digunakan seperti pipa
dan selang agar terlebih dahulu dicek sebelum digunakan serta teknik yang tepat
untuk melakukan penelitian khususnya di hidroponik agar tanaman bisa tumbuh
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus N. 2014. Pengendalian Hayati Hama dan Konservasi Musuh Alami .


Iinstitut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Candra, C.L., Wiwin Sumiya Dwi, Yamika dan Roedy Soeslistyono,2020.


Pengagaruh Debit Aliran Nutrisi dan Jenis Media Tanam Terhadap
Pertumbuhamn Dan Hasil Tanaman Kale (Brasica oleracea varacephala)
pada Sistem Hidroponik NFT. Fakultas Pertanian. Unvesitas Brawijaya.
Jawa timur.Vol 8 No. 1. 8-15

Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Daraei, W. K. 2017. Telaah Tanaman Seledri (Apium granviolens L.) Sebagai


Sumber Bahan Alam Berpotensi Tinggi Dalam Upaya Promotif
Kesehatan. 3, (1): 2502-8421.

Dalimartha dan Andrian, 2013. Fakta Ilmiah Buah dan sayur. Penebar PLUS +
Jakarta.

Fazal, dan Single, 2012. Klasifikasi Tanaman. Departemen pertanian Bandung

Fillah. Syahidah, F.M. Rr. Sulistyaningsih. 2018. Potensi Seledri (Apium


graviolens) untuk Pengomabatan. Jurnal Farmaka.Vol. 16 No 1.

G. F. Yanti dan Ngadiani. 2018. Uji Banding Berbagai Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Selada Merah (Lactuca sativa var.crispa L.) Dengan Media
Tanam Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) Fakultas MIPA
Universitas PGRI Adi Banua Surabaya. 11 (1):23-32
27

Haryanto, S. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Palmal. Yogyakarta

Hendra, H, A., dan Andoko, A. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani
Hydrofarm. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hidayat, S. dan Napitupulu, M.R. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Hidayati, E. 2013. Kandungan fosfor, C/N, dan ph pupuk cair hasil fermentasi
kotoran sebagai ternak dengan Stater Stardec. Skripsi Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IKIP PGRI Semarang

Ida Syamsu Rosidah. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem


Hidroponik. Jurnl Pertania Tulungagung Bonoworo Vol. 1, No, 2.

Indriyani 2019. Pengaruh Lantunan Ayat AL-QUR’AN Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Seledri (Apium granviolens L.) Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.

Jannah, H. 2016. Pengaruh Paranet pada Suhu dan Kelembapan Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium Graveolens L.). JUPE. 1 (1):
2548-5555.

Nurlina., Noviyanti, A. dan Azwir. 2017. Identifikasi Tanaman Sayuran di


Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Sebagai Media
Pembelajaran Holtikultura. Jurnal Majalah Ilmiah Universitas Almuslim.
9 (3) : 37-44.

Marlina et al., 2015. Pengaruh Media Tanam Granul Dari Tanah Liat Terhdap
Perumbuhan Sayuran Hidroponik Sistem Sumbu Jurnal Pertanian
Lampung. 2 (4):143-150.
Martini. 2002. Pemanfaatan Kulit Buah Coklat Sebagai Pakan Alternatif dalam
Ransum Broiler. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Universitas Andalas.

Mas’ud H. 2015. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada Media Litbang Sulteng. 2 (2):
131-136.

Menurut Ahmad, Dzakiyul Fikri, Iskandar (2018), Artikel Ilmiah Pengolahan


Pupuk Cair Dari Sampah Organik. Surabaya Jurnal Pengabdian Dosen
dan Mahasiswa. 1, (1): 2655-9706).
Moh. Rifaldi Ismail, Elsje, Gene H. M. Kapantow. 2019. Analasisis Pendapatan
Usahatani Hidroponik Matuari di Kelurahan Paniki Bawah Kota Mnado.
Vol. 1, No. 2, Hal, 153-161.

Muhammad Alham dan Elfarisan. 2017 Respon Pertumbuhan dan Produksi


Tanaman Seledri (Apium granvioles L.) Terhadap Efisiensi Pupuk
28

Organik Padat Fakultas pertanian Universitas Muhamadiyah Jakarta. Hal:


88-89.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihmantoro, H. 2005. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoceae. Schlegel,


H.G.1994.mik Penebar Swadaya. Jakarta.

Rachman, H.P.S. 2005. Metode Analisis Harga Pangan, Departemen Pertanian,


Bogar. 24 (2): 157-177.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Seledri. Kanisius. Yoyakarta.

Sari, Y. P., D. Susanto, dan E . A. Hutauruk. 2013. Pengaruh Kombinasi Media


Tanam dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Biji Tumbuhan Sarang
Semut (Myrmecodia tuberosa Jack). Jurnal Biologi 6 (1): 26-36.

Semangun, H. 2007. Penyakit-penyakit Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Soeryoko, Hery. 2011. Kiat Pintar Memproduksi Cair dengan Pengurai Buatan
Sendiri. Lily Publisher. Yogyakarta.

Suriadikarta, D.A. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bandung: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sutrisna, N., Sastra Atmadja, S., & Ishaq, 1. 2015. Kajian Sistem Penanaman
Tumpang Sari Kentang dan Seledri di Lahan Dataran Tinggi Rancabali,
Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. 8(1): 78-87.

Siregar, J. Sugeng Trioyono dan Diding Suhandy 2015. Pengajian Beberapa


Nutrisi Hidroponik Pada Selada (Lactuca sativa L.) Dengan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung (THST) Termodifikasi. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Vol. 1: 65-72.

Yunus, S. 2018. Budidaya Seledri Organik dalam Polybag. (Online).


https://alamtani.com/budidaya-seledri/. Diakses pada tanggal 4 Oktober
2018 pukul 19.11 WITA.

Fillah. Syahidah, F.M. Rr. Sulistyaningsih. 2018. Potensi Seledri (Apium


graviolens) untuk Pengomabatan. Jurnal Farmaka.Vol. 16 No 1.
29

Lampiran 1. Tabel Hasil Parameter Pengamatan

Table 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 7 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 6,5 4 6 16,5 5,50
P1 5,2 5,5 9 19,7 6,57
P2 5 8 5 18 6,00
P3 15,6 9,3 3 27,9 9,30
Total 32,3 26,8 23 82,1 6,84
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 1b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 7 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 25,88 8,63 0,71 4,07 7,59
Galat 8 97,81 12,23
Total 11 123,69
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 50,10 %
tn = tidak berbeda nyata
30

Table 2a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 14 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 6,7 5,5 7 19,2 6,40
P1 5,9 6 9,2 21,1 7,03
P2 5,9 10 7 22,9 7,63
P3 16 9,3 3,3 28,6 9,53
Total 34,5 30,8 26,5 91,8 7,63
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 2b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 14 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlaku 3 16,47 5,49 04,5 4,07 7,59
Galat 8 98,04 12,26
Total 11 114,51
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 45,76 %
tn = tidak berbeda nyata

Table 3a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 21 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 9 7 9,3 25,3 8,43
P1 11 6,5 9,5 27 9,00
P2 8 12 9 29 9,67
P3 16,5 13 6 35,5 11,83
Total 44,5 38,5 33,8 116,8 9,73
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
31

Tabel 3b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 21 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 19,93 6,64 0,67 4,07 7,59

Galat 8 79,46 9,93

Total 11 99,39
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 64,100 %
tn = tidak berbeda nyata
Table 4a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 28 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 13 8,5 17 38,5 12,83
P1 14,1 12 17 43,1 14,37
P2 10,5 13,5 10,3 34,3 11,43
P3 18 17 11 46 15,33
Total 55,6 51 55,3 161,9 13,49
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 4b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 28 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
F
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 26,48 8,83 0,84 4,07 7,59

Galat 8 83,87 10,48

Total 11 110,3
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 23,99 %
32

tn = tidak berbeda nyata

Table 5a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 35 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 7 6 6 19 6,33
P1 6 6 13 25 8,33
P2 5 5 5 15 5,00
P3 7 10 7 24 8,00

Total 25 27 31 83 6,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 5b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 35 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 21,58 7,19 1,46 4,07 7,59

Galat 8 39,33 4,92

Total 11 60,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 32,05%
tn = tidak berbeda nyata

Table 6a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 42 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3

P0 15 10 19 44 14,67
P1 22 17 22 61 20,33
P2 15,2 15,5 13 43,7 14,57
P3 22 17 22 61 20,33

Total 74,2 59,5 76 209,7 17,48


33

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 6b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 42 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 98,06 32,69 3,36 4,07 7,59
Galat 8 77,73 9,72
Total 11 175,78
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 17,83%
tn = tidak berbeda nyata
Table 7a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 49 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 17 14 9,5 40,5 13,50
P1 24 18 25 67 22,33
P2 16 16 14 46 15,33
P3 24 22 15 61 20,33

Total 81 70 63,5 214,5 17,88


Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 7b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 49 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 154,56 51,52 3,94 4,07 7,59
Galat 8 1045 13,06
Total 11 259,06
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
34

Keterangan: KK = 20,21%
tn = tidak berbeda nyata

Table 8a. Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 56 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 19 17 20 56 18,67
P1 26 19 27 72 24,00
P2 17 19 15 51 17,00
P3 26 24 22 72 24,00
Total 88 79 84 251 20,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 8b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Tinggi Tanaman Seledri (cm) 56 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 118,25 39,42 5,375** 4,07 7,59


Galat 8 58,67 7,33
Total 11 176,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 12,94%
** = Sangat Berpengaruh Nnyata

Table 9a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri (cm) 7 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 2 2 2 6 2,00
P1 3 2 3 8 2,67
P2 2 2 2 6 2,00
P3 2 2 2 6 2,00
Total 9 8 9 26 2,17
35

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 9b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Aanakn Seledri 7 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NF.

F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 1 4 4 4,07 7,59

Galat 8 0,67

Total 11 1,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 13,32%
tn = tidak berbeda nyata
Table 10a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 14 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 3 4 3 10 3,33
P1 4 4 4 12 4,00
P2 2 3 3 8 2,67
P3 3 3 3 9 3,00
Total 12 14 13 39 3,25
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 10b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Seledri 14
HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur
Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 2,92 0,97 5,83** 4,07 7,59
Galat 8 1,33 0,167
Total 11 4,25
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 12,56%
36

** = Sangat Berpengaruh Nnyata

Table 11a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman 21 HST Pada Penelitian
Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 4 5 5 14 4,67
P1 4 5 7 16 5,33
P2 4 4 4 12 4,00
P3 5 5 7 17 5,67
Total 17 19 23 59 4,97
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 11b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Seledri 21
HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur
Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 4,92 1,64 1,64 4,07 7,59

Galat 8 8 1

Total 11 12,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 20,33%
tn = tidak berbeda nyata

Table 12a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 28 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 6 6 6 18 6,00
P1 5 6 10 21 7,00
P2 5 5 5 15 5,00
P3 6 8 6 20 6,67
37

Total 22 25 27 74 6,17
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 12b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Tanaman Seledri 28 HST
Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 7 2,33 1,12 4,07 7,59

Galat 8 16,67 2,08

Total 11 23,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 23,40%
tn = tidak berbeda nyata
Table 13a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 35 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 7 6 6 19 6,33
P1 6 6 13 25 8,33
P2 5 5 5 15 5,00
P3 7 10 7 24 8,00
Total 25 27 31 83 6,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 13b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Seledri
(cm) 35 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 21,58 7,19 1,46 4,07 7,59
Galat 8 39,33 4,92
Total 11 60,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
38

Keterangan: KK = 32,05%
tn = tidak berbeda nyata

Table 14a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 42 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
UntTanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media
Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3

P0 8 7 7 22 7,33
P1 7 7 14 28 9,33
P2 6 6 6 18 6,00
P3 8 11 7 26 8,67

Total 29 31 34 94 7,83
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 14b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Anakan (cm) 42 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
F
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 19,67 6,56 1,25 4,07 7,59

Galat 8 42 5,25

Total 11 61,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 29,25%
tn = tidak berbeda nyata

Table 15a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 49 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 8 7 71 24 8,00
P1 9 8 15 30 10,00
P2 6 6 6 23 7,67
39

P3 9 13 8 49 16,33
Total 32 34 36 126 10,50
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 15b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Seledri 49
HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur
Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 43,67 14,56 2,69 4,07 7,59


Galat 8 43,33 5,42

Total 11 87
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK =27,38 %
tn = tidak berbeda nyata
Table 16a. Rata-rata Tinggi Jumlah Aanakan Tanaman Seledri 56 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 10 7 7 24 8,00
P1 10 10 10 30 10,00
P2 7 8 8 23 7,67
P3 11 19 19 491 16,33

Total 38 44 44 126 10,50


Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 16b. Analisis Sidik Ragam Rata-rata Jumlah Aanakan 56 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 145,67 48,56 7,87** 4,07 7,59


Galat 8 49,33 6,17
Total 11 195
40

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)


Keterangan: KK =23,65 %
** = Sangat Berpengaruh Nnyata

Table 17a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun Tanaman Seledri (Helai) 7 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 6 20 6 32 10,67
P1 8 6 13 27 19,00
P2 7 15 15 37 12,33
P3 8 8 8 24 8,00
Total 29 49 42 120 10,00
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 17b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 7 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber
Unsur HaramUntuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 32,67 10,89 0,44 4,07 7,59


Galat 8 199,33 24,92

Total 11 232
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 49,91%
tn = tidak berbeda nyata

Table 18a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman Seledri 14 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 6 22 6 22 9
P1 8 6 13 27 9,00
41

P2 10 20 15 45 15,00
P3 13 13 11 37 12,33
Total 37 61 45 131 10,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 18b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun( Helai) Pada Tanaman
Seledri 14 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 105,58 35,19 0,595 4,07 7,59


Galat 8 473,33 59,17
Total 11 578,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 70,46%
tn = tidak berbeda nyata

Table 19a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman Seledri 21 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 18 20 15 53 17,67
P1 13 15 23 51 17,00
P2 8 22 17 47 15,67
P3 19 23 12 54 18,00
Total 58 80 67 205 17,08
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 19b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 21 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC SebagaiSumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 9,58 3,19 0,11 4,07 7,59
42

Galat 8 231,33 28,92


Total 11 240,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 31,47%
tn = tidak berbeda nyata

Table 20a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman Seledri 28 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3

P0 23 23 18 64 21,33
P1 22 20 26 68 22,67
P2 14 24 18 56 18,67
P3 22 28 18 68 22,67
Total 81 95 80 256 21,33
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 20b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 28 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 32 10,67 0,26 4,07 7,59


Galat 8 136,67 17,08

Total 11 168,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 19,37%
tn = tidak berbeda nyata
Table 21a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman 35 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
43

P0 31 23 23 77 25,67
P1 28 27 30 85 28,33
P2 17 25 19 61 20,33
P3 20 30 22 72 24,00

Total 96 105 94 295 24,58


Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 21b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 35 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01

Perlakuan 3 100,92 33,64 1,95 4,07 7,59


Galat 8 138 17,25
Total 11 238,92
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 16,89%
tn = tidak berbeda nyata
Table 22a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman 42 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 35 25 25 85 28,33
P1 30 30 35 95 31,67
P2 20 28 22 70 23,33
P3
30 35 25 90 30,00
Total 115 118 107 340 28,33
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 22b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 42 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
44

F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 116,67 38,89 1,85 4,07 7,59
Galat 8 168 21

Total 11 284,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 16,17%
tn = tidak berbeda nyata

Table 23a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman 49 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3

P0
35 25 25 85 28,33
P1
35 35 42 112 37,33
P2
20 28 22 70 23,33
P3
30 35 22 90 30,00

Total 120 123 114 357 29,75


Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 23b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 49 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 302,25 100,75 4,38 4,07 7,59
Galat 8 184 23
Total 11 486,25
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 16,12%
tn = tidak berbeda nyata

Table 24a. Rata-rata Tinggi Jumlah Daun (Helai) Tanaman 56 HST Pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk
45

Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam


Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3

P0 63 25 25 113 37,67
P1 62 44 75 181 60,33
P2 26 35 23 84 28,00
P3 41 72 35 148 49,83

Total 194 176 158 526 43,83


Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 24b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun ( Helai) Pada Tanaman
Seledri 56 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai
Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.)
Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.
F F Tabel
SK DB JK KT
Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 1773,67 591,22 2,044 4,07 7,59
Galat 8 2341 28,25

Total 11 4087,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 38,08%
tn = tidak berbeda nyata

Table 25a. Rata-rata Berat Basah (gr) Tanaman 56 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 30 18 12 60 20,00
P1 50 29 36 115 30,33
P2 17 20 10 47 15,67
P3 29 29 22 80 26,67
Total 126 96 80 302 25,17
46

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 25b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Berat Basah Pada Tanaman Seledri
56 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur
Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 877,67 292,56 4,86 4,07 7,59
Galat 8 482 60,25

Total 11 1359,67
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 30,84%
tn = tidak berbeda nyata

Table 26a. Rata-ratam Panjang Akar Tanaman 56 HST Pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 10,5 8 6,5 25 8,33
P1 10 10 6,5 26,5 8,83
P2 9 8 8,5 25,5 8,50
P3 7 6 6 19 6,33
Total 36,5 32 27,5 96 8,00
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Tabel 26b. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Panjang Akar Pada Tanaman Seledri
56 HST Pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur
Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
F Tabel
SK DB JK KT F Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 11,5 3,83 1,75 4,07 7,59
Galat 8 17,5 2,19
Total 11 29
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Keterangan: KK = 18,48%
47

tn = tidak berbeda nyat


48

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pemubuat POC (Rebung Bambu) pada Penelitian Uji Pemanfaatan


POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem
Hidroponik NFT.

Gambar 2. Proses permentasi POC (Rebung Bambu) pada Penelitian Uji


Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
49

Gambar 3. Proses Pemisahan Ampas POC (Rebung Bambu) pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Gambar 4. Pembuatan Larutan AB mix Stok B pada Penelitian Uji Pemanfaatan


POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem
Hidroponik NFT.
50

Gambar 5. Pembuatan Larutan AB mix Stok A pada Penelitian Uji Pemanfaatan


POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem
Hidroponik NFT.

Gambar 6. Pemasangan Label Proses pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC


Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem
Hidroponik NFT.
51

Gambar 7. Proses Penanaman Seledri (Apium graviolens L.) pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Gambar 8. Pengaplikasian POC (Rebung Bambu) pada Penelitian Uji


Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
52

Gambar 9. Pengukuran Tinggi Tanaman dan jumlah daun pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Gambar 10. Tanaman Seledri Umur 58 Hari Sebelum Panen pada Penelitian Uji
Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman
Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam
Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.
53

Gambar 11. Proses Pemanenan Pada Umur 58 Hari Setelah panen pada
Penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber Unsur Hara
Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan variasi
Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Gambar 12. Pengukuran Panjang Akar) pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC
Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada
Sistem Hidroponik NFT.
54

Gambar 13. Penimbangan Berat Basah) pada Penelitian Uji Pemanfaatan POC
Sebagai Sumber Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium
graviolens L.) Dengan variasi Media Tanam Rockwool Pada
Sistem Hidroponik NFT.

Perlakuan P0U1 Perlakuan P0U2 Perlakuan P0U3


Gambar 15. Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) pada Perlakuan P0
Pengamatan pada penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT

Perlakauan P1U1 Perlakuan P1U2 Perlakuan P0U3


55

Gambar 16. Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) pada Perlakuan P1


Pengamatan pada penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Perlakuan P2U1 Perlakuan P2U2 Perlakuan P2U3


Gambar 17. Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) pada Perlakuan P2
Pengamatan pada penelitian Uji Pemanfaatan POC Sebagai Sumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri (Apium graviolens L.) Dengan
variasi Media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik NFT.

Perlakuan P3U1 Perlakuan P3U2 Perlakuan P3U3


Gambar 18. Tanaman Seledri (Apium granviolensL.) pada Perlakuan P3
Pengamatan pada Penelitian Uji Pengamatan POC Sebagai Sumber
Unsur Hara Untuk Tanaman Seledri ( Apium granviolens L.)
Dngan variasi media Tanam Rockwool Pada Sistem Hidroponik
NFT.

Anda mungkin juga menyukai