(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah yang
digunakan untuk bumbu masak dan bahan baku pembuatan obat. Salah satu
tanaman lada yang dilakukan oleh petani belum maksimal, khususnya pada
penyediaan bahan tanam. Oleh sebab itu, dibutuhkan penggunaan ZPT IBA
untuk merangsang perakaran setek lada. Selain itu, penggunaan bahan setek
bibit setek lada. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium ilmu
(RKTS). Faktor pertama adalah tingkat ketuaan bahan setek yang terdiri atas
setek pangkal, tengah, dan ujung. Faktor kedua adalah konsentrasi IBA yang
terdiri atas konsentrasi 0, 500, dan 1000 ppm. Homogenitas ragam diuji
dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, jika asumsi
terpenuhi data dianalisis ragam dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji
beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan
bibit setek lada. Pertumbuhan bibit lada terbaik terdapat pada setek lada
hasil terbaik; (3) Tanggapan pertumbuhan bibit setek lada pada tingkat
ketuaan bahan setek dipengaruhi oleh konsentrasi IBA yang ditunjukkan oleh
peubah panjang tunas, diameter tunas, jumlah akar buku, panjang akar primer,
bobot segar tunas, bobot segar akar buku, bobot segar akar pangkal, bobot
kering tunas, bobot kering akar buku, dan bobot kering akar pangkal.
Oleh
Skripsi
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
dari pasangan Bapak Sarengat dan Ibu Satirah. Penulis merupakan anak ke tiga
Terusan Nunyai, yang diselesaikan pada tahun 2003, SD Negeri 1 Gunung Madu
kecamatan Terusan Nunyai yang diselesaikan pada tahun 2009, dan SMP Satya
Dharma Sudjana kecamatan Terusan Nunyai yang diselesaikan pada tahun 2012.
diselesaikan pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis mengikuti seleksi
masuk perguruan tinggi negeri pada tahun 2015 dan diterima di Jurusan
Umum (PU) di PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) pada bulan Juni-Juli 2018.
Organisasi internal kampus atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang penulis
ikuti yaitu, Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA). Penulis
pengembangan LS-MATA.
“Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”
(QS. Ar-Rahman: 13)
Bismillahhirohmanirrohim
Keluargaku tersayang,
Ibu Satirah dan Ayah Sarengat
kakak-kakakku: Budi haryono dan Medhi Hendra Putra
Serta seluruh keluarga besarku
Kalian yang telah mengorbankan segalanya dan
memberikan semangat dalam hidupku
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan nikmat dan
skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad
Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku ketua Jurusan Agroteknologi
Universitas Lampung.
5. Bapak Akary Edy, S.P., M.Si., selaku Penguji atas saran dan kebaikan hati.
8. Temanku Nugroho Bagus Baskoro, Ali Fitrah, Ali Rahman Hakim, Lambang
Meskipun skripsi ini masih belum sempurna, penulis berharap dapat bermanfaat
bagi pembaca. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
Penulis,
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
i
3.4.4 Persiapan Bahan Setek ....................................................... 18
.
3.4.5. Aplikasi IBA dan Penanaman Setek.................................... 19
3.4.6 Pemeliharaan Bibit.............................................................. 20
.
3.5. Pengamatan..................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 23
LAMPIRAN.................................................................................................. 49
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
10. Tanggapan bobot segar akar buku bibit setek lada terhadap t
ingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang
berbeda pada 12 MST….............................................................................................33
iii
11. Tanggapan bobot segar akar pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 12 MST..................................................................................................................34
13. Tanggapan bobot krting akar buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang
berbeda pada 12 MST…..............................................................................................36
14. Tanggapan bobot krting akar pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 12 MST….............................................................................................................37
16. Uji Homogenitas Waktu Tumbuh Tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang
berbeda.............................................................................................................................50
17. Hasil anara waktu tumbuh tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda...................51
20. Hasil anara panjang tunas bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 4 MST….....................................................................................................53
23. Hasil anara panjang tunas bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 8MST.....................................................................................................................55
iv
24. Pengaruh tingkat ketuaan bahan setek dan konsentrasi IBA
terhadap panjang tunas pada 12MST......................................................................56
26. Hasil anara panjang tunas bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 12MST...................................................................................................................57
29. Hasil Anara Jumlah Daun bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 4MST.....................................................................................................................59
32. Hasil Anara Jumlah Daun bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 8MST.....................................................................................................................61
35. Hasil Anara Jumlah Daun bibit setek lada terhadap tingkat
ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 12 MST..................................................................................................................63
v
37. Uji Homogenitas Diameter Tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda
pada 4MST.....................................................................................................................64
46. Uji Homogenitas Jumlah Akar Buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................70
47. Hasil anara jumlah akar buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................71
49. Uji Homogenitas Jumlah Akar Pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................72
50. Hasil Anara Jumlah Akar Pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................73
vi
51. Pengaruh tingkat ketuaan bahan setek dan konsentrasi IBA
terhadap Panjang Akar................................................................................................74
55. Uji Homogenitas Bobot Segar Tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................76
56. Hasil Anara Bobot Segar Tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................77
58. Homogenitas Bobot Segar Akar Buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................78
59. Hasil Anara Bobot Segar Akar Buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................79
61. Uji Homogenitas Bobot Segar Akar Pangkal bibit setek lada
Terhadap tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA
yang berbeda..................................................................................................................80
62. Hasil Anara Bobot Segar Akar Pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................81
65. Hasil Anara Bobot Kering Tunas bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................83
vii
67. Homogenitas Bobot Kering Akar Buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................84
68. Hasil Anara Bobot Kering Akar Buku bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................85
70. Uji Homogenitas Bobot Kering Akar Pangkal bibit setek lada
Terhadap tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA
yang berbeda..................................................................................................................86
71. Hasil anara bobot kering akar pangkal bibit setek lada terhadap
tingkat ketuaan bahan setek pada konsentrasi IBA yang berbeda.................87
viii
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah yang digunakan
untuk bumbu masak dan bahan baku pembuatan obat. Tanaman lada termasuk
Volume ekspor lada Indonesia pada periode Januari hingga Agustus 2017
mencapai 27,46 ribu ton, menjadikan tanaman lada sebagai salah satu sumber
yang sangat tinggi, maka produksi lada perlu ditingkatkan melalui tata laksana
Budidaya lada di Indonesia dilakukan dalam sekala kecil hingga besar. Beberapa
daerah sentra produksi lada adalah Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan,
satu sentra produksi lada di Indonesia, dengan produksi yang setiap tahunnya
Tabel 1.
2
Tabel 1. Produksi lada tahun 2013-2017 pada lima provinsi penghasil lada.
Salah satu faktor penyebab penurunan produksi lada di Indonesia adalah teknik
budidaya tanaman lada yang dilakukan oleh petani belum maksimal, khususnya
pada penyediaan bahan tanam. Sumber bahan setek yang berbeda seperti klon
yang digunakan dan umur bahan setek akan berpengaruh pada perkembangan dan
dengan setek batang. Perbanyakan tanaman lada secara vegetatif yang sudah
umum dilakukan petani adalah dengan menggunakan bahan setek tujuh ruas
setek panjang yaitu membutuhkan bahan bibit yang banyak dan resiko kematian
tinggi karena dengan menggunakan setek yang panjang maka daun yang terdapat
pada setek juga akan banyak sehingga transpirasi akan tinggi pada proses
pemindahan sebagai bibit. Selain itu, dalam perbanyakan lada perlu untuk
yang berbeda pula (Rismawati dan Syakhril, 2012). Keberhasilan setek dalam
membentuk akar dipengaruhi oleh umur bahan setek yang digunakan (Syakir et
al., 1992).
3
Selain dengan memperhatikan tingkat ketuaan bahan setek, hal lain yang harus
perakaran pada setek tanaman lada, dapat ditempuh dengan pemberian jenis zat
setek diperlukan perlakuan khusus, yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh.
Zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin salah satunya adalah IBA. IBA
batang. Dengan pemberian ZPT jenis ini diharapkan mampu untuk merangsang
tumbuhnya akar secara cepat, maka akan didapat percepatan pertumbuhan setek
bibit lada (Hartmann et al., 1997). Oleh sebab itu diperlukan penelitian mengenai
pengaruh tingkat ketuaan bahan setek dan konsentrasi IBA pada pertumbuhan
bibit lada.
berikut:
Secara umum salah satu kedala dalam perbanyakan melalui setek batang adalah
setek, yaitu meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
Kualitas bibit setek yang dihasilkan dipengaruhi oleh pemilihan bahan setek
mempengaruhi pertumbuhan akar. Hal ini terkait dengan berbagai nutrisi yang
5
dikandung oleh bahan setek seperti protein, enzim, hormon, lipid, karbohidrat
Dalam pemilihan setek batang perlu diperhatikan beberapa faktor, salah satunya
adalah umur batang. Apabila batang yang digunakan terlalu tua, maka batang akan
sulit membentuk akar (waktu yang dibutuhkan akan lama), sedangkan bila
digunakan batang yang terlalu muda, proses penguapannya akan cepat sehingga
setek akan lemah dan mati. Batang yang baik untuk setek umumnya berumur
sebagai salah satu zat pengatur tumbuh bagi tanaman mempunyai pengaruh
dari formulasi beberapa hormon tumbuh akar (Rismunandar, 1992 dalam Yunita,
2011).
Menurut Rugayah et al. (2012) yang menggunakan IBA konsentrasi 400 ppm
pada nanas mampu meningkatkan jumlah akar primer, lebar daun, dan bobot
6
basah tanaman. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Sari (2012), perlakuan
konsentrasi IBA 600 ppm berpengaruh pada pertumbuhan bibit nanas yang
antara 500 – 750 ppm pada setek Stevia rebaudiana bertoni akan menghasilkan
panjang akar, jumlah akar, dan bobot akar yang lebih tinggi dibandingkan
Hasil penelitian Trisna et al. (2013) dengan perlakuan jenis zat pengatur tumbuh
yang terdiri dari tanpa ZPT (A), air kelapa (B), dan Rootone F (C) dan Antonik
(D) di laporkan memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah daun pada
tunas. Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon
seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin. Kandungan bahan aktif
nitrophenol) 3.0 g/l, Natrium orto-nitrofenol (ortho nitrophenol) 2.0 g/l, Natrium
(dinitrophenol) 0.5 g/l. Pemberian jenis zat pengatur tumbuh Rootone F dengan
3-Indol butyric Acid (IBA) 0,057% dan Thyram (Tetramithiuram disulfat) 4,00
%, tinggi tunas 19 cm dan jumlah daun tunas stump 7,6 helai, sedangkan tanpa
ZPT tinggi tunas yaitu 14,9 cm dan jumlah daun 3,6 helai. Penelitian Trisna et
al.
7
1.5 Hipotesis
sebagai berikut:
1. Tingkat ketuaan bahan setek berpengaruh pada pertumbuhan bibit lada, bahan
setek bagian tengah berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit yang paling baik.
3. Tanggapan pertumbuhan bibit lada pada beberapa tingkat ketuaan bahan setek
terjadi pada bahan setek bagian tengah dan konsentrasi IBA 500 ppm.
8
menghasilkan 2 jenis lada, yaitu lada putih dan lada hitam. Perbedaan lada putih
dan lada hitam hanya terletak pada penanganan pascapanen saja. Lada putih
diperoleh dari buah lada yang kulitnya dihilangkan, sedangkan lada hitam
diperoleh dari buah lada yang kulitnya tidak dihilangkan (Tjitrosoepomo, 1994).
Lada berguna untuk bumbu masak, sebagai penyedap dan pelezat, pengawet
Tanaman Lada berfamili dengan Piperaceae yang berasal dari India dan
menyebar luas keberbagai benua terutama benua Asia. Klasifikasi tanaman Lada
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Genus Piper memiliki banyak spesies. Sekitar 600 – 2.000 spesies di antaranya
tersebar di daerah tropis. Dari jumlah tersebut, terdapat beberapa spesies yang
telah dibudidayakan, antara lain Piper nigrum (lada), Piper betle (sirih), dan
ketinggian 4 m dan melekat pada tiang panjat (tajar) agar memudahkan dalam
diameter 1,5 m. Tanaman lada terdiri atas batang,akar, daun, cabang, dahan,
Menurut Nurhakim (2014), batang lada tumbuh merambat pada tiang panjat dan
tumbuh satu batang. Apabila batang dipotong saat berumur satu tahun, akan
tumbuh tunas-tunas dengan jumlah 2-5 batang baru. Kemunculan tunas-tunas ini
bisa berasal dari ruas-ruas yang tertanam di dalam tanah maupun di atas tanah.
Tanaman lada mirip tebu yang beruas-ruas. Panjang tiap ruas tidak selalu sama
10
yaitu sekitar 4-7 cm, panjang ruas pada bagian pangkal lebih pendek
dibandingkan dengan panjang ruas pada bagian atas. Diameter batang antara 6-25
mm.
untuk tanaman lada yang banyak dipraktekkan adalah dengan cara penyetekan.
Bahan setek dapat diambil dari sulur gantung, dan sulur panjat. Bahan setek yang
baik yaitu bahan setek yang diambil dari tanaman yang sehat, tumbuh akar,
berwarna hijau tua dan tidak terlihat gejala-gejala abnormal (Wudianto, 2002).
generatif dengan biji tidak baik sebab sulur lada yang tumbuh memakan waktu
panjang untuk berbuah dan tidak menjamin hasil yang baik. Perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan cara penyetekan bisa diambil dari sulur panjat,
sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah. Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh
memanjat tanaman penegak. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung
atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak. Sulur tanah adalah sulur
yang tumbuh merayap dipermukaan tanah. Sulur buah adalah cabang yang berasal
dari buah. Untuk menghasilkan tanaman lada yang tumbuh baik pada tanaman
penegak sebaiknya menggunakan sulur panjat. Setek lada dari sulur panjat yang
baik dari tanaman yang sudah berproduksi pada umur fisiologis bahan setek 6-9
berbunga atau berbuah. Setek tidak boleh terlalu tua atau muda dan diambil dari
sulur yang belum menjadi kayu. Bibit lada terlalu tua pertumbuhannya tidak baik
dengan melalui cara setek. Keuntungannya adalah karena tanaman lada memiliki
sifat-sifat genetik yang sama dengan induk lada tersebut. Penggunaan setek pada
lada dapat dilakukan dengan menggunakan 2 jenis setek yaitu setek panjang dan
setek pendek. Setek pendek yaitu setek yang berasal dari satu ruas berdaun
tunggal yang memiliki beberapa keuntungan antara lain menyediakan bibit dalam
jumlah banyak dalam waktu relatif cepat, menghemat penggunaan bahan tanaman
Pentingnya penggunaan bahan setek bermutu merupakan salah satu unsur panca
bahan setek unggul dalam proses budidaya tanaman dapat meningkatkan kuantitas
ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik.
12
seperti setek, sambungan dan cangkok muda dipelajari dan tidak begitu
membutuhkan teknologi yang canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah
karena menghasilkan populasi tanaman yang homogen dan memiliki sifat yang
Setek lada digolongkan menjadi 2 jenis yaitu setek panjang dan setek pendek. Setek
panjang menggunakan bahan setek 6-8 buku sedangkan setek pendek menggunakan
dua buku.Setek pendek lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan setek
panjang. Penggunaan setek panjang memiliki tingkat risiko kegagalan lebih besar.
Setek panjang memerlukan penyulaman sebesar 73,8% (Balai Penelitian Rempah dan
Obat, 1996). Hal ini karena Jumlah Akar yang dimiliki setek terlalu sedikit sehingga
tidak cukup untuk menyerap unsur hara. Keuntungan perbanyakan setek lada dua
buku antara lain dapat menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak dalam jangka
Penggunaan setek dua buku hanya memerlukan sedikit penyulaman, memiliki rata-
sehingga dapat berbunga lebih cepat (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, 1996).
Menurut Setyati (2009), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organic
yang bukan merupakan zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong,
tumbuh pada tanaman (plant growth regulator) adalah senyawa organik yang
Wudianto (2005), zat pengatur tumbuh terdiri dari lima jenis yaitu auksin,
(Anggalia, 2012). Hal ini sesuai dengan pernyataan Abidin (1993), dalam
penelitian kultur jaringan apabila konsentrasi auksin lebih tinggi dari konsentrasi
14
konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin maka akan terjadi pemacuan
merupakan asam dengan inti tidak jenuh atau derivatnya. Auksin terlibat dalam
Menurut Gardner (1991) dalam Armawi (2009), peranan auksin sangat tergantung
bawang, akar penguat yang menyatu dan batang rumput yang rapuh. Beberapa
fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut: (a) perkecambahan biji, auksin akan
pertumbuhan akar lebih baik (c) pembungaan dan pembuahan, auksin akan
Menurut Wudianto (2005), IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dari
pada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang aktifitas
perakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama.
serta petumbuhan tunas dan NAA dalam penggunaannya harus benar-benar tahu
konsentrasi yang tepat yang di perlukan oleh suatu jenis tanaman, bila tidak tepat
Abidin (1993), menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh IBA dengan konsentrasi
IBA memberikan pengaruh yang terbaik pada konsentrasi optimal 2000 ppm ,
sedangkan konsentrasi di bawah (500 dan 1000 ppm) atau di atas (4000 ppm)
memberikan hasil sebaliknya pada pertumbuhan akar setek batang tanaman buah
Penelitian dilakukan pada bulan November 2018 sampai dengan Januari 2019, di
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sulur panjat tanaman lada
klon Natar-1 yang telah dipotong menjadi tiga bagian (angkal, tengah, dan ujung)
yang setiap bagian terdiri atas dua buku, pasir yang telah dicuci, arang sekam,
kantung kertas, label, polybag, paranet, bubuk IBA, KOH, dan aquades. Alat-alat
yang digunakan adalah gelas ukur, gelas piala, pipet, jangka sorong, cutter,
sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah tingkat ketuaan bahan setek (B) yang
17
terdiri dari setek bagian pangkal sulur (B1), setek bagian tengah sulur (B2), dan
setek bagian ujung sulur (B3). Faktor kedua adalah konsentrasi IBA (I) yang
terdiri atas 0 ppm (I0), 500 ppm (I1), dan 1000 ppm (I2). Penelitian terdiri atas 9
sehingga didapatkan 27 satuan percobaan, dan setiap satuan percobaan terdiri atas
5 setek. Setelah data diperoleh, homogenitas ragam data diuji dengan uji Bartlett
dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis
ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji beda nyata
terkecil (BNT) pada taraf α 5%. Serta data pertumbuhan ditampilkan dalam
Ulangan
1
B 1 I2 B 2 I2 B 3 I0 B 1 I1 B 3 I1 B 3 I2 B 2 I1 B 1 I0 B 2 I0
2
B 3 I1 B 2 I2 B 3 I2 B 3 I0 B 2 I1 B 2 I0 B 1 I2 B 1 I1 B 1 I0
3
B 1 I0 B 3 I2 B 1 I1 B 3 I1 B 3 I0 B 1 I2 B 2 I1 B 2 I2 B 2 I0
Keterangan:
B1 = setek pangkal B2 = setek tengah B3 = setek ujung
I0 = IBA 0 ppm I1 = IBA 500 ppm I2 = IBA 1000 ppm
Media tanam yang digunakan dalam penelitian adalah campuran pasir dan arang
sekam. Pasir yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu hingga bersih, untuk
menghilangkan kotoran yang terdapat pada pasir. Pasir yang telah bersih
18
dicampur dengan arang sekam dengan perbandingan volume 1:1 dan campuran
¾ dari tinggi Polybag. Setelah itu polybag yang berisi media tanam disusun di
Paranet digunakan sebagai naungan yang berfungsi mengatur tingkat cahaya yang
Bubuk IBA ditimbang dengan bobot masing-masing 0,5g dan 1g, masukkan ke
dalam gelas piala 25 ml, kemudian ditetesi KOH sebanyak 5 tetes agar terdispersi.
Bubuk IBA yang telah terdispersi dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml,
tambahkan aquades sampai volume 1000 ml. Sehingga diperoleh larutan IBA
Setek berasal dari kebun percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
berasal dari sulur panjat, yaitu sulur yang arah pertumbuhannya vertikal, tanaman
lada klon Natar-1. Bahan setek dipotong menjadi tiga bagian yaitu pangkal,
tengah, dan ujung. 6 buku bagian ujung digunakan sebagai bahan setek ujung, 6
buku dari bagian pangkal digunakan sebagai bahan setek pangkal, dan 5 buku
19
pada bagian tengah digunakan sebagai bahan setek tengah. Setelah dikategorikan ke dalam tiga
bagian, setek lalu dipotong menjadi Masing-masing bagian potongan setek terdiri atas dua buku
dan daun pada buku bagian pangkal dipotong sehingga didapatkan setek lada dua buku satu
o
dipotong meruncing dengan sudut 45 .
A B C
Aplikasi IBA dilakukan dengan cara merendam pangkal setek ke dalam larutan
IBA 0, 500, dan 1000 ppm selama 15 detik. Setek yang telah diaplikasi IBA
ditanam pada media tanam yang telah disiapkan, dengan cara pangkal setek
dimasukkan ke lubang tanam pada media tanam dengan buku bagian pangkal
setek berada di dalam media tanam yang sebelumnya media tanam disiram air
atau dilembabkan, media tanam dipadatkan kemudian polybag diberi kertas label.
Penanaman setek lada untuk kontrol (tanpa IBA) setek langsung ditanam dalam
pada media. Melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari untuk
3.5 Pengamatan
Waktu tumbuh tunas adalah waktu yang dibutuhkan setek untuk mulai
b. Panjang Tunas
c. Jumlah Daun
Daun yang muncul pada tunas dan telah terbuka sempurna pada setiap setek
d. Diameter Tunas
Diameter tunas diukur pada bagian ruas pertama tunas dengan menggunakan
e. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung dengan melihat akar yang muncul pada bagian pangkal
bibit dan bagian buku pertama pada setek lada. Perhitungan jumlah akar
f. Panjang Akar
centimeter (cm). Akar yang diukur adalah akar terpanjang pada bagian
Akar segar dan akar kering ditimbang menggunakan timbangan digital dengan
satuan gram (g) dua angka di belakang koma. Bobot akar terbagi menjadi
bobot segar akar dan bobot kering akar. Bobot segar akar diperoleh pada saat
bibit berumur 12 MST, bobot kering akar diperoleh setelah akar dioven pada
o
suhu 70 C selama 72 jam. Kriteria pengamatan dibagi menjadi bobot akar
Bobot tunas terbagi menjadi bobot segar tunas dan bobot kering tunas. Bobot
segar tunas diperoleh saat setek berumur 12 MST, bobot kering tunas
22
o
diperoleh setelah tunas dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70 C
selama 72 jam.
44
5.1. Simpulan
lada. Pertumbuhan bibit lada terbaik terdapat pada setek lada bagian ujung.
akar buku, jumlah akar pangkal, panjang akar primer, bobot segar akar
buku, bobot segar akar pangkal, bobot kering akar buku dan bobot kering
akar pangkal
3. Tanggapan pertumbuhan bibit setek lada pada tingkat ketuaan bahan setek
tunas, diameter tunas, jumlah akar buku, panjang akar primer, bobot segar
tunas, bobot segar akar buku, bobot segar akar pangkal, bobot kering
tunas, bobot kering akar buku, dan bobot kering akar pangkal.
45
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah perlu dilakukan penelitian
yang sama namun dengan menggunakan rentang dosis yang lebih banyak untuk
nigrum L.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anggalia, I. 2012. Pengaruh konsentrasi dan cara aplikasi IBA (Indole Butyric Acid)
terhadap pertumbuhan bibit nanas (Ananas comosus [L]. Merr) asal tunas
mahkota. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm.
Armawi. 2009. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Kelapa dan Konsentrasi Air
Kelapa pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. 115 hlm.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1996. Monograf Tanman Lada.
Balitro. Bogor. 234 hlm.
Hambrick, C.E.I., Davies Jr., F.T., & Perberton, H.B. (1991). Seasonal changes in
Carbohydrate nitrogen levels during field rooting of Rosa multiflora
Scientia Horticultural. 46: 137-146.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, dan R.L. Geneve. 1997. Plant
th
Propagation: Principles and Practice. 6 Edition. Prentice Hall Inc.
New Jersey. pp. 277-385.
Januwati, M., dan Rosita, SM. 1992. Faktor-Faktor Ekologi Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman Sirih (Piper betle L.). Jurnal Warta Tumbuhan
Obat Indonesia. 1(1): 15-21.
Oboho, E.G., & Iyadi, J.N. (2013). Rooting potential of mature stem cuttings of
some forest tree species for vegetative propagation. Journal of Applied
and Natural Science. 5(2): 442-446.
Rismawati dan Syakhril. 2012. Respon Asal Bahan Setek Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz and Pav.) tehadap Konsentrasi Rootone-F. j.Agrifor.
11(2): 148-156.
Rismunandar. 2007. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya. Jakarta
140 hlm.
Rosyidah, M., Bambang, G., dan Nurul, A. 2017. Pengaruh Dosis Zat Pengatur
Tumbuh dan Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz and Pav). Jurnal Produksi Tanaman. 5(11): 1791-
1799.
Rukmana, D. 2010. Teknik Perbanyakan Setek Lada Melalui Kebun Induk Mini.
Buletin Teknik Pertanian. 15(2): 63-65.
Sari, F.O. 2012. Pengaruh Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) dan Jenis
Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Nanas (Ananas comosus L.)
Asal Tunas Mahkota. Skripsi. Universitas Lampung. 74 hlm.
Suwandiyati, N.S. 2009. Pengaruh Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk Kandang
sapi terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam (Pogostemon cablin B.).
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 70 hlm
Syakir, M., M.H. Bintoro, dan Y.D. Amrin. 1992. Pengaruh Berbagai Zat
Pengatur Tumbuh dan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan Setek Cabang
Buah Lada. J. Littri Puslitbang Perkebunan. 19(3-4): 59-65.
Trisna, N., H. Umar, dan Irmasari. 2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur
Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona gradis L.F). Warta
Rimba. 1(1): 1-9.
Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air Kelapa, dan Rootone F
terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Markisa (Passiflora Edulis Var.
Flavicarpa). Skripsi. Universitas Solok. Sumatera Barat. 86 hlm.