Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Charlie Natalis Silaban


05071281520083

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN PANGAN DAN

HORTIKULTURA

Laporan Praktikum Tanaman Pangan dan Hortikultura Ini


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Lulus Praktikum

Charlie Natalis Silaban


05071281520083

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
LAPORAN PRAKTIKUM

TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Telah Diterima Sebagai Syarat Lulus


Pratikum Tanaman Pangan dan Hortikultura

Oleh

Charlie Natalis Silaban


05071281520083

Indralaya, April 2017

NAMA NIM PARAF


Sampurna Wijaya 05071181320027

Santi Yuni F. Nadapdap 05071181320032

Arif Hidayat 05071381320032

Romi RamadhaniI 05071181320041

Sastri 05071281320013

Ira Nurseptaria 05071281320018


KATA PENGANTAR
.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuiaNya sehingga buku “Laporan Praktikum Tanaman Pangan dan
Hortikultura” ini dapat terselesaikan.
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
lulus dalam praktikum mata kuliah Tanaman Pangan dan Hortikultura pada
program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya tahun
2017. Saya juga berharap laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Orang tua,
Dosen, Para Asisten dan teman-teman saya Agroekoteknologi yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam laporan ini, sehingga penulis mengharapkan saran maupun kritik yang
membangun dari pembaca.
Akhirnya penulis berharap kiranya tugas bundelan ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan rekan-rekan mahasiswa terutama di lingkungan program
studi Agroekoteknologi Universitas Sriwijaya.

Indralaya, April 2017

Foto 4 x 6

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 2
1.2. Tujuan ............................................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Jagung ..................................................................... 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung ........................................................... 5
2.1.2. Morfologi Tanaman Jagung ............................................................ 5
2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ................................................... 7
2.1.4. Teknik Budidaya Tanaman Jagung ................................................ 8
2.2. Botani Tanaman Bayam .................................................................... 12
2.2.1. Klasifikasi Tanaman Bayam ........................................................... 12
2.2.2. Morfologi Tanaman Bayam ............................................................ 12
2.2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam ................................................... 14
2.1.4. Teknik Budidaya Tanaman Bayam ................................................ 14
2.3. Botani Tanaman Kangkung Darat...................................................... 16
2.3.1. Klasifikasi Tanaman Kangkung Darat ............................................ 16
2.3.2. Morfologi Tanaman Kangkung Darat ............................................. 17
2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung Darat .................................... 17
2.3.4. Teknik Budidaya Tanaman Kangkung Darat ................................. 18
2.4. Botani Tanaman Caisim ..................................................................... 22
2.4.1. Klasifikasi Tanaman Caisim ........................................................... 22
2.4.2. Morfologi Tanaman Caisim ............................................................ 23
2.4.3. Syarat Tumbuh Tanaman Caisim ................................................... 25
2.4.4. Teknik Budidaya Tanaman Caisim ................................................ 26
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu............................................................................. 28
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................
3.3. Cara Kerja ..........................................................................................
3.4. Panen .................................................................................................
3.5. Perubahan yang Diamati ....................................................................

Universitas Sriwijaya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ...................................................................................................
4.2. Pembahasan .......................................................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................
5.2. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN FOTO............................................................................ .............
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara Agraris yang cukup besar
dengan berbagai komoditi yang ditanam baik dari tanaman pangan, tanaman
perkebunan maupun hortikultura. Kegiatan budidaya tanaman pertanian
merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal oleh peradaban manusia
dan mengubah total bentuk kebudayaan. Sejalan dengan peningkatan peradaban
manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem.
Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai
teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Tanaman pangan sendiri adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya
terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia. Tanaman pangan
juga dapat dikatakan sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia sebagai
makanan untuk memberikan asupan energi bagi tubuh. Umumnya tanaman
pangan adalah tanaman yang tumbuh dalam waktu semusim.
Tanaman pangan adalah tanaman yang mendukung kehidupan manusia
yang meliputi padi jagung dan sagu dan lain-lain. Dan tanaman hortikultura
berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu hortus (kebun) dan
culture (bercocok tanam). Hortikultura memiliki makna seluk beluk kegiatan atau
seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah – buahan atau tanaman hias. Tanaman
Hortikultura memiliki beberapa fungsi yakni: sebagai Sumber bahan makanan,
Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan. Hortikultura terbagi atas 4 bagian yaitu:
Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura
berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya
tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya.
Sedangkan hortikultura pada dasarnya berasal dari bahasa Latin yaitu
hortus yang berarti tanaman kebun dan cultura yang artinya budidaya. Jika
digabungkan dari kedua suku kata tersebut, tanaman hortikultura adalah budidaya
tanaman perkebunan. Namun pengertian tersebut belum menggambarkan
hortikultura yang sebenarnya. Oleh karena itu kemudian hortikultura dalam

UniversitasSriwijaya
3

perkembangannya digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di


kebun. Jadi dapat diartikan, hortikultura merupakan salah satu cabang dari
agronomi namun sedikit berbeda dengan agronomi, karena hortikultura
memfokuskan pada budidaya tanaman buah, tanaman bunga atau tanaman hias,
tanaman sayuran, dan tanaman obat-obatan. Ciri yang lekat pada tanaman
hortikultura adalah produknya yang bersifat perisabel atau mudah rusak karena
segar.
Pada umumnya budidaya hortikultura diusahakan lebih intensif
dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari
budidaya holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut
dikatakan tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan
manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi untuk member keindahan (aestetika),
buah – buahan sebagai makanan, dan lain-lain. Holtikultura berinteraksi dengan
disiplin ilmu lainnya seperti kehutanan, agronomi, dan ilmu terapan lainnya.
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan,baik berbentuk terna,
merambat, semak, perdu,ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai
komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen
riasan/busana, atausebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat
dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah
salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura.
Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang
dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga(warna dan aroma), daun, buah,
batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan.
Sebagai contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarkan aroma
segar dapat diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dapat
menjadikannya sebagai tanaman hias. Dalam arsitektur lansekap, bentuk dan
penempatan tanaman hias menjadi pertimbangan yang penting. Isu lainnya yang
penting dalam tanaman hias adalah habitat alami yang disukai tumbuhan tersebut
serta bentuk tajuk yang dimilikinya. Dalam pengertian ini, tanaman hias dapat
mencakup pula tanaman tepi jalan serta tanaman penaung (di ruang
terbuka).Karena tanaman hias dikelompokkan berdasarkan fungsinya, tidak

UniversitasSriwijaya
4

menutup kemungkinan bahwa suatu tanaman sayuran, tanaman obat, atau tanaman
buah menjadi tanaman hias, atau sebaliknya.
Kebutuhan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang
tidak ada habisnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan
kompleks bagi manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam
merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Teknik budidaya tanaman
adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri
dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman
meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Budidaya tanaman ini untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan
persiapan lahan untuk media tanam yang baik, pemilihan benih yang baik melalui
uji fisik, penanaman dengan memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap
tanaman dengan melalukan penyiraman, penyiangan, pendangiran dan
pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang terakhir adalah pemanenan
dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan perlakuan yang juga
penting adalah harus tersedianya makanan dan nutrisi yang cukup seperti
perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organik untuk menambah hara
dalam tanah seperti Urea, Sp36 dan KCL. Pupuk organik yang biasanya
digunakan adalah pupuk kandang. Selain dipupuk dengan pupuk kandang,
pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pemilihan varietas tanaman serta kondisi lingkungan serta tanah yang baik
dan mendukung sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor yang harus
diperhatikan adalah faktor abiotik dan biotik. Lingkungan tumbuh tanaman dapat
digolongkan ke dalam lingkungan abiotik berupa tanah atau medium/substrat
lainnya dan iklim atau cuaca dan lingkungan biotik berupa makhluk hidup
lainnya. Tanah atau medium/substrat merupakan pemasok hara dan air yang
diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti
udara, angin, suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, dan hujan. Lingkungan
biotik meliputi hama, penyakit dan gulma yang merugikan dan makhluk lainnya
yang menguntungkan tanaman.

UniversitasSriwijaya
5

Pada laporan ini akan dibahas mengenai tanaman pangan dan hortikultura
yang telah dibudidayakan yaitu tanaman jagung, kangkung, bayam dan sawi.

1.2Tujuan
` Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui
teknik budidaya tanaman pangan dan hortikultura yang dibudidayakan di kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

UniversitasSriwijaya
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Jagung


2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung
Menurut Tjitrosoepomo (1983), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

2.1.2. Morfologi Tanaman Jagung


A. Biji
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama,
yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang
terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein,
70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A
dan E. (Belfield dan Brown, 2008).

B.Daun.
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara
jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat
dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul
dari tanah. Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun
muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang.
Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung
(Belfield dan Brown, 2008).

UniversitasSriwijaya
6

Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung
berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung dari
varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter batang akan
meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung menyebabkan 7-8 daun
pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan (Belfield dan Brown,
2008).

C.Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang
jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang
(Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua
fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur
hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah
dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju
seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.

D.Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30
buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang
2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal,
dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah
dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang
berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh
dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian
berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar
adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun
fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).

UniversitasSriwijaya
7

E. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah.
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga
betina terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut
yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu dibungkus kelobot yang jumlahnya
6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya
membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, 2011)..

2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


A. Iklim
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga
subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-50˚LU
hingga 0-40˚ LS. Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari yang
penuh. Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21-34˚C. Curah hujan yang ideal
untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang
kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah ( Tim Karya Tani Mandiri ,
2010).

B.Tanah
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase
yang baik, pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung
antara lain andosol, latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk tanaman
tersebut ( Rukmana, 1997). Pada tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan
ditanami jagung maka perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik. Namun,
apabila kondisi tanahnya gembur, dalam budidaya jagung tanah tidak perlu diolah
(sistem TOT). Tanaman jagung ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah
sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 mdpl.
Sedangkan daerah yang optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600
mdpl (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

UniversitasSriwijaya
8

2.1.4. Teknik Budidaya Tanaman Jagung


Syarat Benih
Bermutu tinggi baik genetik, fisik, dan fisiologi (jagung manis hibrida
varietas sweet boy). Daya tumbuh benih lebih dari 90% dan bersetifikat.
Kebutuhan benih pada lahan 20 m X 80 m ± 18 g atau sekitar 128 benih.

Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa rumput yang cukup
banyak dicangkul (dibalikan) untuk menjadi pupuk organik dikembalikan ke
dalam tanah. Tanah yang akan ditanami, dicangkul sedalam 20-30 cm, kemudian
diratakan. Dibuat bedengan atau jalur lahan seluas 80 cm X 40 cm.

Pemupukan
a. Seminggu sebelum benih di tanam ke lubang tanam, diberikan 0,31 kg pupuk
kandang per lubang tanam untuk mengembalikan unsur hara dalam tanah
b. Pada saat tanam, diberikan Urea 12,5 gram/lubang tanam; SP36 6,25
gram/lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam, cara pemberiannya adalah
dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi
c. Susulan I, pada saat umur 21 HST dengan Urea 12,5 gram/lubang tanam; SP36
6,25 gram/lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam ditugal dengan jarak
10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi
d. Susulan II, pada umur 35 HST pemberian Urea sebanyak 12,5 gram/lubang
tanam; SP36 gram/ lubang tanam; dan KCl 2,08 gram/lubang tanam ditugal
dengan jarak 15 cm dari tanaman jagung
e. Pemakaian furadan dapat diaplikasikan pada saat benih mulai ditanam dengan
cara menyebarkannya di sekitar benih sebanyak 0,5 gram per tanaman.
f. Untuk mencegah dari serangan hama lalat bibit, maka diberi insektisida granul
(WinGran 0,5 G) ke dalam lubang tanam dengan dosis 1 gram/lubang tanam.

Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanaman

UniversitasSriwijaya
9

Pola tanam yang kami gunakan dalam budidaya jagung adalah melakukan
penanaman lebih dari 1 butir benih yaitu 2 butir benih dalam tiap lubang dengan
menggunakan 16 bedengan yang berisi 4 lubang tanam, jadi populasi keseluruhan
jagung berkisar 64-128 tanaman. Tetapi apabila penanamannya terganggu maka
kami akan melakukan penjarangan, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
yang lainnya dalam satu lubang tersebut.

b. Lubang Tanam dan Cara Tanam


Lubang tanam ditugal dengan kedalaman 5-8 cm dan jarak tanam 70 cm X
40 cm. Terdiri dari 16 bedengan dan setiap bedengan ada 4 lubang tanam,
sehingga populasi tanaman yang dihasilkan adalah 64-128 tanaman. Jarak tanam
jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak
tanam semakin lebar.

Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan. Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal
manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat
meningkatkan hasil panen secara kwantitatif maupun kwalitatif. Pemberian pupuk
Nitrogen merupakan, kunci utama dalam usaha meningkatkan produksi.
Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan nitrogen
memberikari hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen,
akan nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuning-kuningan, buah terbentuk
sebelum waktunya dan tidak sempurna: Gejala kekurangan unsur, phosphat. jelas
terlihat terutama pada waktu tanaman masih muda di mana daun-daunnya
berwarna ungu dan akan berubah hijau kembali seperti biasa bilamana kemudian
tanaman-mendapatkan cukup, phosphat.
Tanaman yang kekurangan kalium memberikan gambaran seolah-olah
layu, bagian tepi dari daun mula-mula menjadi kuning (chlorosis), kemudian
berubah menjadi kecoklat-coklatan dan bagian daun yang sudah mati akan gugur.
Dosis pupuk yang diperlukan berbeda-beda: tergantung dari pada tingkat
kesuburan dan jenis tanah. Untuk sementara secara umum dapat dianjurkan,
pemakaian pupuk sebanyak 90-120 kg.N, 30 - 45 kg. P2O5 dan 0-25 kg K2O per

UniversitasSriwijaya
10

Ha. Pada tanah-tanah yang cukup mengandung akan kalium, pemupukan dengan
unsur ini dapat ditiadakan.
Pupuk diberikan secara ditugal sedalam 10 cm, pada kedua sisi tanaman
dengan jarak 7 cm, Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam
larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman: Pupuk N sebaiknya diberikan
dua kali yaitu:1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk
P dan K, kemudian 2/3 bagian pupuk N diberikan pada waktu tanaman berumur 1
bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan
tanaman. Penyiangan dan Pembumbunan: Untuk memperoleh hasil yang tinggi,
pertanaman harus bersih dari segala macam tumbuhan/rumput pengganggu. Salah
satu herbisida yang baik untuk memberantas tumbuhan pengganggu, pada jggung,
adalah Gramoxone, yang disemprotkan pada waktu tanaman berumur 3 dan 5
minggu,masing-masing sebanyak 11/2 liter yang dilarutkan dalam 400 - 500 liter
air/ ha. Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama dilakukan pada
umur 15 hari dan harus, dijaga agar, jangan sampai mengganggu/merusak akar
tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada
waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini berguna untuk memperkokoh batang
dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk memperbaiki drainase
dan mempermudah pengairan bilama diperlukan.

a. Penjarangan dan Penyulaman


Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati,
dilakukan 30 HST. Tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan
pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda dapat dengan tangan atau garu, dll. Penyiangan jangan sampai

UniversitasSriwijaya
11

mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup
kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

c. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.

d. Pengairan dan penyiraman


Pengairan dan penyiraman diberi secukupnya selama masa pertumbuhan,
terutama pada saat musim kemarau. Pengairan berikutnya diberikan 2 minggu
sekali atau pada saat dibutuhkan sampai tongkol terisi penuh. Setelah benih
ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab,
tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman
berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-
parit di antara bumbunan tanaman jagung. Pengairan atau penyiraman dikakukan
secara irigasi dengan menggunakan selang, karena lahan jauh dari sumber air.
Sumber air terdapat pada gedung sekolah yang terletak berdekatan dengan lahan
budidaya.

Ciri dan Umur Panen


Umur panen 68 hari setelah tanam, dimana buah sudah dikatakan masak
secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mongering (menguning).
Bila kelobot dibuka biji sudah tampak. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby
corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung
rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan
ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

UniversitasSriwijaya
12

Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

2.2. Botani Tanaman Bayam


2.2.1. Klasifikasi Tanaman Bayam
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong
sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga
memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki
siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem
perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam
dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996). Selanjutnya,
tanaman bayam secara sistematika di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
SubClass : Dicotyledoneae
Ordo : Amaranthales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus sp.

2.2.2. Morfologi Tanaman Bayam


Pada umumnya organ-organ yang penting pada tanaman bayam adalah
sebagai berikut :
A.Akar
Bentuk tanaman bayam adalah terma (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5
sampai 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal
pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang.

B. Batang
Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air,
tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang

UniversitasSriwijaya
13

keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan


bercabang banyak.

C.Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat
daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau
keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap
(kasar) dan kadang berduri.

D. Bunga
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga
4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-
ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.
Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat uniseksual,
yaitu dapatmenyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan
berlangsung dengan bantuan angin dan serangga.

E. Biji
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna
coklat tua sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa jenis
bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi
yang bijinya merah. Secara umum bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Tanaman bayam tidak
menuntut persyaratan tumbuh yang sulit, asalkan kondisi tanah subur, penyiraman
teratur, dan saluran drainase lancar. Bayam juga sangat toleran terhadap keadaan
yang tidak menguntungkan sekalipun serta tidak memiliki jenis tanah tertentu.
Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah yang subur dan
bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman
tanah (pH) yang baik untuk tumbuhnya adalah antara 6-7. Apabila tanaman
berada di bawah pH 6, bayam akan merana. Sedangkan di atas pH 7, tanaman
akan menjadi klorosis (warnanya putih kekuning-kuningan, terutama pada daun-
daun yang masih muda).

UniversitasSriwijaya
14

2.2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam


Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman
sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan
tanaman yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun
ataupun ladang (Palada dan Chang, 2003).
Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh,
sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Hasil panen
yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi penanaman
harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu: keadaan lahan harus
terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7 dan tidak
tergenang air (Rukmana, 1995).
Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim. Faktor-
faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain:
ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat tumbuh di
dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian tempat yang optimum untuk
pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1500
mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta
kelembaban udara 50-60% (Lestari, 2009).

2.2.4. Teknik Budidaya Tanaman Bayam


Persiapan Tanam
Perbanyakan tanaman bayam dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
melalui biji atau benih. umumnya petani bayam memperoleh benih dari membeli
langsung di kios-kios pertanian yang telah tersertifikasi dari produsen benih.
Terdapat beberapa varietas yang direkomendasi untuk dibudidayakan seperti; Giti
Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau, Bangkok dan Cimangkok. Biji bayam yang
dijadikan benih harus berumur cukup tua (3 bulan). Benih bayam tidak memiliki
masa dormansi dan kebutuhan benih bayam adalah sebanyak 5 – 10 kg tiap hektar
atau 0,5 – 1 g tiap m2.

UniversitasSriwijaya
15

Pengolahan Lahan
Dapat dimulai dengan membersihkan serta menyingkirkan semak belukar
dengan mengunakan cangkul atau dibajak ringan,sesuaikan dengan luasan
lahan,kondisi kemiringan dan budget. Setelah dianggap kondisi lahan bersih dan
rata,dilanjutkan dengan membuat sejumlah bedengan dengan lebar 1meter
sedangkan panjang bedengan menyesuaikan dengan ukuran atau bentuk lahan.
Bedengan diberikan pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha atau 1 kg/ 10 m2 .
pemberian pupuk buatan diberikan dengan dosis N 120 kg, P2O5 90 kg dan K2O
50 kg per hektar atau setara dengan Urea 30 g, TSP 20 g dan KCl 10 g tiap m2
luas bedengan. Pupuk tersebut disebar rata dan diaduk pada bedengan kemudian
permukaannya diratakan.

Penanaman
Penanaman benih bayam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu menyebar
biji langsung pada bedengan, menyebar langsung pada larikan (barisan), dan
melalui persemaian lebih dahulu.
 Cara disebar langsung biasanya digunakan untuk penanaman bayam cabut.
Biji disebar langsung secara merata di atas permukaan bedengan kemudian
ditutup tipis dengan tanah (tebalnya kurang lebih 1 – 2 cm).
 Benih bayam dapat juga disebarkan pada larikan atau barisan dengan jarak
antar barisan 10 – 15 cm, kemudian ditutup kembali dengan lapisan tipis
tanah.
 Persemaian umumnya digunakan untuk penanaman bayam petik. Benih
disemai, kemudian setelah tumbuh (kurang dari 10 hari), bibit dibumbun
dan dipelihara selama kurang lebih 3 minggu sampai siap dipindah ke
lapangan. Jarak tanam pada sistem ini adalah 50 cm x 30

Pemeliharaan
Untuk mendapat hasil yang memuaskan tentunya tahapan pemeliharaan
bisa dijadikan salah kunci keberhasilan dan meningkatkan mutu bayam. Lakukan
kegiatan penyiraman hal ini karena, tanaman bayam muda (sampai minggu
pertama setelah tanam) memerlukan air sebesar kurang lebih 4 mm/tanaman atau

UniversitasSriwijaya
16

4 liter/m2 dalam sehari. Selanjutnya saat tanaman menjelang dewasa tanaman ini
memerlukan air sekitar 8 mm atau 8 l/m2 setiap harinya. Kegiatan penyiangan
rumput dilokasi penanaman bayam cukup dengan cara cabut,kegiatan penyiangan
dilakukan apabila kondisi rumput atau gulma dilokasi budidaya untuk mengambil
tindakan penyiangan.

Panen
Dilakukan di umur 3-4 minggu setelah tanaman tumbuh dengan tinggi
sudah mencapai kira–kira 20 cm khusus untuk jenis bayam cabut. Teknis panen
bayam dapat dicabut dengan akarnya atau dengan cara memotong pada bagian
pangkal sekitar 2 cm di atas permukaan tanah. Sedangkan untuk bayam petik
dipanen pada umur 30-40 hari dengan interval pemetikan seminggu sekali.
Produksi tanaman bayam yang dipelihara dengan baik dapat mencapai 5 sampai
10 ton/ha.

2.3. Botani Tanaman Kangkung Darat


2.3.1. Klasifikasi Tanaman Kangkung Darat
Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantea ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas : Magnoliapsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae ( suku kankung – kangkungan )
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea reptans Poir

2.3.2. Morfologi Tanaman Kangkung Darat

UniversitasSriwijaya
17

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya
akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60
hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.
Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan
menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung (Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam
jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Maria, 2009).

2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung Darat


1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
(Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim
dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

UniversitasSriwijaya
18

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi


rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang
yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).

2. Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur
banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar
akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar
bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).

3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk (Anggara, 2009).

2.3.4 . Teknis Budidaya Kangkung Darat


 Pembibitan
1. Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat).
Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya

UniversitasSriwijaya
19

kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk. Bibit
kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm.
Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua,
daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian
ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua
dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.

2. Penyiapan Benih
a) Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm,
dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm.
b) Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua.
c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300 gram, jika
tiap lubang diisi 2-3 butir biji.

3. Teknik Penyemaian Benih


Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15
cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang berbiji
dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.

4. Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan
kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.

 Pengolahan Media Tanam


1. Persiapan
Kangkung air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air.
Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian
dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang
bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan di
atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.

2. Pembukaan Lahan

UniversitasSriwijaya
20

Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah


diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau
pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5 cm,
dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar

3. Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan
ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng
50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung
keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan
pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan
kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali
lebar: 2x1 m dengan kedalaman drainase 30x30 cm.

4. Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk
kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan
bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam,
kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air
kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram. Pada waktu
melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari.
Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20
ton/ha rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu
pertama, dengan cara disiramkan.

 Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan
ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka bila jarak
tanamnya ditentukan 20x20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50
lubang atau 50 rumpun kangkung.

UniversitasSriwijaya
21

2. Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang
berjarak 20x20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah
lubangnya (tergantung ukuran bedengan).

3. Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00
sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung
mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.

 Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun
maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera
dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu).
Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.

3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman
kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.

4. Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang, perempalan
tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan pengambilan tunas-
tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.

5. Pemupukan

UniversitasSriwijaya
22

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea


diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada
tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk jangan
sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan
menyebabkan daun menjadi layu.

6. Pengairan dan Penyiraman


Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya
untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan
dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan
dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam
pertumbuhannya.

2.4. Botani Tanaman Caisim


2.4.1. Klasifikasi Tanaman Caisim
Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae (Kubis-kubisan).
Caisim atau sawi cina merupakan sayuran yang banyak diminati konsumen saat
ini. Sawi berasal dari cina, karena indonesia mempunyai kecocokan terhadap
iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di indonesia ini. Tanaman
sawi dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas dan berhawa dingin,
sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Caisim
mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri (Soenaryono,
1989).
Sulitnya penyerbukan sendiri disebabkan caisim mempunyai sifat self
incompatible. Menurut Opena dan Tay (1994), tanaman caisim bertangkai daun
panjang dan daunnya berbentuk lonjong. Caisim dapat ditanam sepanjang tahun di
daerah subtropika dan tropika pada kisaran suhu optimum 25oC–36oC. Pemberian
cahaya dan drainase yang baik serta jenis tanah lempung berpasir atau lempung
berliat yang subur baik untuk pertumbuhan tanaman caisim. Caisim merupakan
tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim
berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan
berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah

UniversitasSriwijaya
23

rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang
muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk
krop bulat panjang yangberwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis
(Sunarjono, 2004).
Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki nilai
komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun
caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional
dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim dipercaya dapat
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisim pun
berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih
darah (Haryanto et al., 2001).
Adapun klasifikasi tanaman casim adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super-divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L.Czern.

2.4.2. Morfologi Tanaman Caisim


Seperti tanaman yang lainnya, tanaman sawi mempunyai morfologi
tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun morfologi
tanaman sawi yaitu :
A.Akar
Sistem perakaran sawi menurut Rukmana (1994), memiliki akar tunggang
(Radix Primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris)
menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini

UniversitasSriwijaya
24

berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman (Haryanto, 2003).
Sedangkan menurut Cahyono (2003), sawi berakar serabut yang tumbuh
dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah,
perakaranya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm.

B. Batang
Batang sawi menurut Rukmana (1994), pendek sekali dan beruas-ruas,
sehingga hamper tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun. Cahyono (2003), menambahkan bahwa sawi memiliki batang
sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.
Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih-putihan.

C.Daun
Daun sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan
ada yang sempit,ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau
muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun
panjang atau pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat,
dan halus. Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-
pelepah daun yang lebih muda, tetapi membuka. Di samping itu, daun juga
memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang. Secara umum
sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.

D.Bunga
Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (In florescentia) yang
tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri
atas empat helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna
kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua
(Rukmana, 1994).

E. Buah dan Biji

UniversitasSriwijaya
25

Buah sawi menurut Rukmana (1994), termasuk tipe buah polong, yaitu
bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2–8 butir biji. Biji
sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. biji sawi
berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan
berwarna coklat kehitaman.

2.4.3. Syarat Tumbuh Tanaman Caisim


1. Iklim
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga
dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan.

2. Tanah
Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan
cukup menahan air. Syarat-syarat penting untuk bertanaman sawi ialah tanahnya
gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya
(drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan
Rismunandar, 1984).

2.4.4. Teknik Budidaya Tanaman Caisim

UniversitasSriwijaya
26

Persiapan Tanam
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan
bedengan. Tahap-tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk
memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk
memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang
akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari
bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah
ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm.
Pemberian pupuk organik sangat baik untuk dan bedengan siap tanam. Penyiapan
tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha.
Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur
dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu
rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuanuntuk
menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum
penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4minggu sebelumnya. Sehingga waktu
yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum
lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3)
atau dolomit (Haryanto, 1995).
Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya sawi hijau adalah faktor
pembenihan, karena benih yang baik dapat menghasilkan tanaman yang memiliki
pertumbuhan bagus. Untuk setiap hektar lahan tanam, dibutuhkan benih sawi
sebanyak 750 gram. Pada umumnya benih sawi yang baik memiliki bentuk bulat,
kecil, warna kulit coklat kehitaman, agak keras, dan permukaannya licin
mengkilap. Benih sawi yang akan digunakan untuk bercocok tanam harus
memiliki kualitas yang baik. Jika benih tersebut didapat dari membeli, maka saat
membeli harus diperhatikan lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu dan
tempat untuk menyimpan. Perhatikan dan pastikan bahwa kemasan benih tersebut
dalam kondisi utuh dan kemasan berbahan alumunium foil. Jika benih yang
digunakan didapat dari hasil penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
yang terkait dengan kualitas benih tersebut, misalnya tanaman yang bijinya akan
diambil untuk dijadikan benih harus berumur sekurang-kurangnya 70 hari.

UniversitasSriwijaya
27

Tanaman sawi yang akan dibuat benih harus terpisah dari tanaman sawi lainnya.
Perhatikan pula proses yang lain yang akan dilakukan, seperti proses
penganginan, tempat untuk menyimpan dan pastikan benih yang akan ditanam
tersebut tidak lebih dari 3 tahun di tempat penyimpanan (Suprijadi, 2009).

Penanaman
Jarak tanam untuk jenis sawi lainnya dapat disesuaikan dengan jarak ini.
Untuk sawi yang tajuknya tak terlalu lebar dapat menggunakan jarak tanam antara
20 cm x 20 cm hingga 30 cm x 30 cm. jenis sawi yang tajuknya lebar dapat
menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm hingga 40 cm x 40 cm. Pilihlah bibit
yang pertumbuhannya baik. Cirinya, batang tumbuh tegak, daun hijau segar
mengilap, dan tidak terlihat serangan hama atau penyakit. Pindahkan bibit dengan
hati-hati dari persmaian ke kebun. Petani yang berpengalaman, cara ini dilakukan
tangan disertai tanah. Namun, jika belum terbiasa dapat menggunakan cetok atau
sendok tanaman. Pada tanah berpasir sulit diperoleh hasil pemindahan bibit yang
bagus karena tanah yang membalut akar selalu pecah. Langkah selanjutnya adalah
penggalian lubang tanam di bedeng penanaman. Penggalian dilakukan dengan
tangan atau cetok apda titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tak
perlu terlalu besar, cukup 4-8 cm x 6-10 cm. bibit dimasukkan ke lubang tanam
dengan hati-hati lalu lubang diurug dan tanahnya sedikit ditekan ke arah akarnya.

Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air
yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air
demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas
penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya
yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya
dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang
dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman

UniversitasSriwijaya
28

ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan
biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman (Kloppenburg, 2008).
Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.
Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan
penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu
dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan (Kloppenburg,
2008).

Panen
Umur panen sawi kurang lebih 40 hari, cara panen sawi ada dua macam
yaitu pertama mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan kedua dengan
memotong bagian pangkal batang yang berada diatas tanah dengan pisau tajam.
Paska panen pada sawi yang perlu diperhatiakan adalah pencucian dan
pembuangan kotoran seperti tanah yang menempel pada sawi dengan air mengalir,
sortasi yaitu dengan memilih tanaman sawi yang baik secara fisik dengan
memisahkan tanaman sawi yang rusak, pengemasan pada tanaman sawi
pengemasan yang dilakukan yaitu dengan mengikat batang sawi dengan
menggunakan tali, dan pengolahan tanaman sawi yang telah dikemas siap untuk
dipasarkan dan dapat di masak untuk dikonsumsi.

UniversitasSriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Adapun tempat pelaksanaan praktikun ini adalah di Lahan Percobaan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Waktu pelaksanaan praktikum tanaman pangan dan hortikultura ini adalah
mulai
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain sebagai
berikut: 1) Cangkul; 2) Ember; 3) Parang; 4) Penggaris
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah1) Air; 2) Benih; 3)
Pupuk

3.3. Cara Kerja Pemanenan Jagung


Adapun cara kerja untuk penanaman jagung adalah sebagai berikut :
Adapun cara kerja penanaman jagung manis dan penghitungan jumlh biji
pertongkol adalah sebagai berikut :
1Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan secara manual, yaitu
menggunakan cangkul. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat
tanah tidak basah atau terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras.
2. Pelaksanaanpenanaman jagung manis dilakukan dengan jarak 80 cmx 20 cm
3. Penanaman, Lubang tanam sedalam 5 cm dan benih dimasukkan kedalam
lubang tanam.
4. Pemeliharaan Tanaman, Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman,
pemupukan, pengairan, penyiangan,dan pembubunan.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuhPemupukan
Pemupukan I : pupuk dasar diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100-150
kh/ha. Pupuk yang digunakan adalah NPK (Ponska).
Pemupukan II : pupuk susulan diberikan saat tanaman berumur 4 minggu. dengan
dosis 150 kg/ha.

UniversitasSriwijaya
21

b. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila
tanah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Setelah tanaman
berbunga, kita memerlukan lebih banyak air.
c. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah
tanaman dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat.
d. Pembumbunan
Kegiatan pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas tanah karena adanya aerasi.

3,4 . Panen
Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda,
baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm),
jagung dipanen ketika malang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak,
benih, tepung dll dipanen jika sudah malang fisiologis. Jagung siap dipanen jika
klobot sudah mengering dan berwarna coklar muda, biji mengkilap, dan bila
ditekan dengan kuku tidak membekas.
6. Cara perhitungan Jumlah biji dalam 1 tongkol
Ditentukan dengan cara mengambil tongkol secara acak, kupas kelobot
dan hitung jumlah biji per baris (a) serta jumlah baris per tongkol (b). Jumlah biji
per tongkol adalah C = a x b

3.5. Perubahan yang perlu diamati


1. tinggi tanaman jagung
2. tinggi letak tongkol
3. panjang tongkol
4. Jumlah biji dalam satu tongkol
5. diameter tongkol
BAB 4

UniversitasSriwijaya
22

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

No. Parameter yang diamati Keterangan Tanggal pengamatan

1. Tinggi Tanaman 106 cm 10 Maret 2017

148 cm 17 Maret 2017

2. Tinggi Letak Tongkol 150 cm 26 April 2017

3. Jumlah Biji Per Tongkol 592 biji 08 April 2017

4. Panjang Tongkol 16 cm 08 April 2017

5. Diameter Tongkol 4 cm 08 April 2017

UniversitasSriwijaya
23

4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah penanaman tangan pangan
dan hortikultura berupa tanaman jagung, bayam, kangkung, dan caisim. Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan
Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara)
juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi
produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang
sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para
peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih
meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih
meningkat. Hasil pelaksanaan praktikum penanaman jagung sampai pada panen
dapat dilihat pada data di atas yaitu dengan parameter yang digunakan adalah
tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, jumlah biji pertongkol, panjang tongkol dan
diameter tongkol. Tinggi tanaman pada pengamatan pertama adalah 106 cm dan
pada pengamatan yang kedua adalah 148 cm. Tongkol yang dihasilkan pada
penamanan ini umumnya adalah 2 tongkol. Tingki letak tongkol adalah, jumlah
biji pertongkol yang dilakukan setelah pemanenan adalah 592 biji, panjang
tongkolnya yaitu 16 cm sedangkan diameternya yaitu 4 cm.
Tanaman bayam cabut merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan
masyarakat mengingat fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan gizi masyarakat
karena mengandung zat gizi antara lain: protein, karbohidrat, lemak, zat besi
vitamin A, B, C serta serat, sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi untuk
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.
Bayam termasuk sayuran yang sangat kaya nutrisi, dengan kandungan
rendah kalori, namun sangat tinggi vitamin, mineral dan fitonutrien lainnya.
Bayam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan, yang dapat
melindungi tubuh dari radikal bebas. Produksi bayam di Indonesia dari tahun ke

UniversitasSriwijaya
24

tahun mengalami peningkatan. Bayam memiliki sifat meruah, sukulen (berair),


dan mudah rusak sehingga harus dikonsumsi atau diproses secepat mungkin agar
kualitasnya tidak turun. Kerusakan hasil pasca panen sebagian besar disebabkan
oleh berkurangnya kadar air, serangan hama dan penyakit, kerusakan fisik yang
mengakibatkan produk tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang
gurih. Tanaman ini termasuk kelompok tanaman semusim dan berumur pendek
dan tidak memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya sehingga
memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada umumnya lahannya terbatas.
Tanaman ini berasal dari India namun kemudian menyebar ke berbagai negara di
Asia dan Afrika (Plucknett dan Beemer, 1981). Selain rasanya yang gurih, gizi
yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C
serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan
dan kesehatan
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran dengan iklim
sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisim pada
umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula didataran tinggi.
Caisim tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). Saat ini,
kebutuhan akan caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan
peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan.
Caisim mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga
dan brokoli. Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung
berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah
protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi caisim memiliki banyak manfaat. Manfaat
caisim atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan. Masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan
daya tarik untuk mengusahakan caisim. Daya tarik lainnya adalah harga yang
relatif stabil dan mudah diusahakan.

UniversitasSriwijaya
25

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Tanaman pangan adalah tanaman yang mendukung kehidupan manusia
yang meliputi padi jagung dan sagu dan lain-lain.
2. Tanaman hortikultura yaitu tanaman agronomi namun sedikit berbeda
dengan agronomi, karena hortikultura memfokuskan pada budidaya
tanaman buah, tanaman bunga atau tanaman hias, tanaman sayuran, dan
tanaman obat-obatan.
3. Pada praktikum kali ini tanaman pangan dan hortikultura adalahberupa
jagung, bayam, caisim dan kangkung darat.
4. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi.
5. Bayam termasuk sayuran yang sangat kaya nutrisi, dengan kandungan
rendah kalori, namun sangat tinggi vitamin, mineral dan fitonutrien
lainnya.
6. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena
rasanya yang gurih.
7. Caisim mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga
dan brokoli

5.2. SARAN

UniversitasSriwijaya
26

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, 2009. Lahan Gambut Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan.
BPT. Bogor.
Anggara, R., 2009. Pengaruh Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.)
terhadap Efek Sedasi pada Mencit BALB/C. Agronomi 2(4):21-29.Soenaryono,
1989
Belfield dan Brown. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra
Cahyono, B. 2003.Teknik Dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yogyakarta: Gava
Media
Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium
Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.
Djuariah,.2007. Variabilitas Genetik, Heritabilitas dan Penampilan Fenotipik 50
Genotipe Kangkung Darat Di Dataran Medium. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang.

UniversitasSriwijaya
27

Hadisoeganda, 1996. Bayam: Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Balai


Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Haryanto, E. Suhartini, T. Rahayu, E. 2001. Sawi Dan Selada. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Haryoto, 2009. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Kanisius.
Yogyakarta
Lestari, 2009. Budidaya Tanaman Sawi. UI-Press, Jakarta
Maria, G.M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans
Poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu
Tanah 7(1) : 18-22.
Opena, R.T and D. C. S Tay. 1994. Brassica rapa L. Group Caisin. Hal 153-157
in J.S, Simonsma dan K. Piluek (eds). Plant Recource of South Easth Asia,
Vegetables. RROSEA Foundation.
Palada dan Chang, 2003. Palada, M. C. and L. C. Chang. 2003. Suggestes cultural
practices for kangkong. www.avrdc.org/pdf/seeds/kangkong.pdf. Diakses pada 22
April 2017
Rukmana, 1995. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta
Rukmana, 1997. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta
Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya.Jakarta
Sunaryono, Handro dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayuran-
Sayuran Penting Di Indonesia. Sinar Baru. Bandung
Suprijadi, 2009 Studi Penggunaan Biomassa Tithonia diversifolia dan Tephrosia
candida untuk Perbaikan P dan Hasil Jagung (Zea mays) di Andisol. Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan. 2011. Penuntun Praktikum
Fisiologi Tumbuhan Universitas Andalas. Padang
Tjitrosoepomo. 1983. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

UniversitasSriwijaya
28

LAMPIRAN

UniversitasSriwijaya

Anda mungkin juga menyukai