Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM MATAKULIAH

DASAR-DASAR AGRONOMI

BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir.),


BAYAM (Amaranthus sp.) DAN PAKCOY (Brassica rapa)

Oleh:

ANTAMA SURWADINATA
11880213467

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke Hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar-
Dasar Agronomi.
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana berkat rahmat beliau kita dapat
merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bakhendri Solfan,
M.Sc., dan Ibu Novita Hera, S.P., M.P. sebagai dosen pengampu matakuliah
Dasar-Dasar Agronomi yang telah banyak memberikan ilmu khususnya pada
matakuliah Dasar-Dasar Agronomi. Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih
kepada Kanda Irnomo Romadon, S.P., Kanda Azhari Muklis, S.P., Kanda
Sulaiman Z. Pulungan dan Kanda Antama Surwadinata, S.P. yang telah
memberikan banyak bimbingan, petunjuk dan motivasi dalam menyusun laporan
praktikum ini. Kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak
membantu penulis di dalam penyusunan laporan praktikum ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga
mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menghadapi
kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga laporan
praktikum ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa
yang akan datang. In Syaa’ Allah.

Pekanbaru, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum............................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4


2.1. Tanaman Bayam (Amaranthus sp.).................................................... 4
2.2. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir.).................................... 6
2.3. Tanaman Pakcoy (Brassica rapa)...................................................... 7

III. MATERI DAN METODE ....................................................................... 11


3.1. Tempat dan Waktu.............................................................................. 11
3.2. Bahan dan Alat................................................................................... 11
3.3. Metode Praktikum.............................................................................. 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 18


4.1. Umur Muncul Kecambah (HST)........................................................ 18
4.2. Tinggi Tanaman (cm)......................................................................... 21
4.3. Jumlah Daun....................................................................................... 21
4.4. Diameter Batang (cm)........................................................................ 22
4.5. Bobot Segar (g)................................................................................... 24

V. PENUTUP ............................................................................................... 26
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 26
5.2. Saran …............................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................... 30

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1. Rerata Umur Berkecambah Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy 8
4.2. Rerata Tinggi Tanaman Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy ..... 16
4.3. Rerata Jumlah Daun Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy........... 19
4.4. Rerata Diameter Batang Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy..... 21
4.5. Rerata Bobot Segar Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy............. 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Tanaman Bayam................................................................................... 6
2.2. Tanaman Kangkung.............................................................................. 6

2.3. Tanaman Pakcoy................................................................................... 18


3.1. Guludan atau Bedengan........................................................................ 20
3.2. Pemberian Pupuk.................................................................................. 21
3.3. Panghalusan Tanah............................................................................... 23
3.4. Larikan atau Barisan............................................................................. 23
3.5. Penanaman Benih dalam Larikan......................................................... 23

iv
DAFTAR SINGKATAN

BPS Badan Pusat Statistik


g Gram
ha Hektar
HST Hari Setelah Tanam
m Meter
MST Minggu Setelah Tanam

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Data Tinggi Tanaman.............................................................................. 30
2. Data Jumlah Daun................................................................................... 31
3. Data Diameter Batang............................................................................. 32
4. Data Bobot Segar.................................................................................... 33
5. Dokumentasi Kegiatan............................................................................ 34

vi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertanian sebagai upaya produksi tanaman merupakan elemen penting
dalam perkembangan kebudayaan manusia. Para ahli berpendapat bahwa awal
mula dari budaya adalah perubahan dari kebiasaan hidup manusia sebagai
pengumpul makanan dari alam dan berburu menjadi kebiasaan bercocok tanam
atau tindakan menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diawali
dengan memilih dan mendomestikasi (menjinakkan) jenis-jenis tanaman liar yang
bermanfaat bagi kehidupan. Sifat manusia yang cenderung menuju ke tingkat
yang lebih efisien dalam memenuhi tuntutan hidup disatu sisi melahirkan
kebudayaan yang semakin maju dan disisi lain membawa kemajuan dalam
budidaya tanaman. Kini, tanaman tidak lagi hanya dipandang sebagai sumber
bahan pangan, sandang dan papan, tetapi telah begeser juga menjadi sumber
bahan untuk kesehatan, inspirasi keindahan/estetika, kelestarian lingkungan, dan
sarana rekreasi
Agronomi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas
dua kata yaitu agros berati lahan atau lapang produksi (fleld) dan nomos berarti
pengelolaan atau manajemen (manage) (Carleton, 1908). Dengan demikian
agronomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pengelolaan
tanaman pertanian atau manajemen produksi lahan/lapang produksi dan
lingkungan dengan tujuan memperoleh produksi yang maksimal. Dalam arti luas
agronomi diartikan juga segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha
penyempurnaan budidaya tanaman. Agronomi sering pula diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan untuk
memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan/sustainable).
Secara tradisional agronomi dideskripsikan sebagai cabang ilmu pertanian
yang mengkaji tentang prinsip dan praktek pengelolaan tanah, air, dan tanaman.
Sadjad (1993) mendefinisikan agronomi sebagai cabang ilmu-ilmu pertanian yang
mencakup pengelolaan lapang produksi dan menghasilkan produksi maksimum,
sedangkan Harjadi (1996) menyatakan agronomi merupakan ilmu yang
mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk
memperoleh produksi maksimum. Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan

1
dari sederhana sampai maju dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi
ternyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya. Dalam kaitannya dengan
lingkungan, agronomi merupakan suatu kegiatan pengelolaan tanaman dengan
jalan mengkonversikan CO2 dari udara, air dan unsur hara dari dalam tanah
dengan bantuan energi surya, menjadi bahan yang memberikan daya guna dan
hasil guna yang lebih baik bagi kehidupan manusia. Agronomi dapat juga
dipandang sebagai ilmu konversi karena agronomi merupakan suatu sistim
pengubahan energi sinar surya melalui tanaman menjadi energi biokimia yang
dapat dimanfaatkan secara maksimum oleh manusia didalam memelihara
kehidupannya. Chandrasekaran et al. (2010) memberikan pengertian “baru”
agronomi, yaitu aplikasi ilmu dan teknologi untuk memajukan sistem produksi
tanaman dengan tetap menjaga kualitas udara, tanah, dan air. Dalam konteks ini,
agronomi berkaitan erat dengan nilai ekonomi dengan tetap mengedepankan
kelestarian ekologi dan keberlanjutan (sustainability). Berdasarkan atas pengertian
agronomi, terdapat tiga unsur pokok dan ketiganya disebut juga dengan
unsurunsur agronomi, yaitu:
1. Lapang produksi (lingkungan tanaman)
2. Pengelolaan (manajemen)
3. Produksi maksimum (sebagai hasil dari lapang produksi dan
pengelolaam).
.
Ruang lingkup agronomi terdiri dari: bidang-bidang pemuliaan tanaman,
teknologi benih, teknik budidaya, pemberantasan hama dan penyakit tanaman
(HPT), pemanenan, pengolahan dan penyimpanan. Seluruh komponen ruang
lingkup agronomi ini mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan satu
dengan yang lainnya guna mendapatkan hasil yang maksimal.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah: Memberikan
pengetahuan bagi mahasiswa untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan,
khususnya pada bidang agronomi (budidaya tanaman).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Bayam (Amaranthus sp.)


Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong
sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga
memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki
siklus hidup yang relatif singkat, umur panen bayam 3-4 minggu. Sistem
perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam
dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996).
Ukuran biji sangat kecil, bentuknya bulat dan berwarna coklat tua mengkilap
sampai hitam kelam. Bunga bayam berukuran kecil dan berjumlah banyak, terdiri dari
daun bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3. Bunga keluar dari bagian
ketiak cabang yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga
sepanjang musim.

2.1.1. Botani Tanaman Bayam

Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk


dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai
sayuran sumber zat besi yang penting.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Carryophillales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus L.

Spesies : A. hybridus, A. tricolor, A. blitum, A. Spinosus

Batang bayam banyak mengandung air (herbaceous), tumbuh tinggi di atas


permukaan tanah. Bayam tahun kadang-kadang batangnya mengeras berkayu, dan

3
bercabang banyak. Percabangan akan melebar dan tumbuh tunas baru bila sering
dilakukan pemangkasan.

Daun bayam umumnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak


meruncing, dan urat-urat daunnya jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau
muda, hijau tua, hijau keputih-putihan sampai merah. Struktur daun bayam liar
umumnya kasap, dan kadang-kadang berduri.

Bunga tersusun dalam malai yang tumbuh tegak, keluar dari ujung
tanaman ataupun dari ketiak-ketiak daun. Bentuk malai bunga memanjang mirip
ekor kucing, dan pembungaannya dapat berlangsung sepanjang musim atau tahun.

Alat reproduksi (perbanyakan tanaman) umumnya secara generatif (biji).


Dari setiap tandan (malai) bunga dapat dihasilkan hingga ribuan biji. Ukuran biji
sangat kecil, bentuknya bulat dan berwarna coklat tua mengkilap sampai hitam
kelam, namun pada varietas Maksi bijinya berwarna putih sampai krem.

2.1.2. Syarat Tumbuh

Bayam cocok ditanam pada hampir setiap jenis tanah dan dapat tumbuh
sepanjang tahun pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl. Waktu tanam bayam
yang terbaik adalah pada awal musim hujan antara bulan OktoberNovember atau
pada awal musim kemarau antara bulan Maret-April. Bayam sebaiknya ditanam
pada tanah yang gembur dan cukup subur dengan kisaran pH 6-7 (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura, 2009). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(2010) dalam laporannya menambahkan pertumbuhan paling baik pada tanah
subur dan banyak sinar matahari. Suhu yang baik 25-350C. Hal ini sesuai dengan
laporan dari Departemen Agronomi dan hortikultura (2006) menyebutkan bahwa
bayam termasuk sayuran dataran tinggi, tetapi dapat hidup di dataran rendah.
Bayam menghendaki tanaman yang subur dang gembur. Derajat kemasaman (pH)
yang diinginkan berkisar 6-7. Tanah yang pHnya lebih tinggi atau lebih rendah
tanaman bayam tidak dapat tumbuh dengan baik.

Untuk mendapatkan yang optimal, pemilihan lokasi kebun bayam harus


memperhatikan persyaratan tumbuhnya, yaitu:

1. Keadaan lahan harus terbuka dan mendapat sinar matahari penuh.

4
2. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-
7, dan tidak menggenang (becek).

Tempat yang terlindung (ternaungi), pertumbuhan bayam akan kurus dan


meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari memadai. Demikian pula halnya
pada tanah yang menggenang (becek), meskipun bayam termasuk tahan air hujan,
tetapi tidak tahan becek sehingga mudah sekali mengakibatkan pembusukan akar.

2.1.3. Teknik Budidaya

Balai Pengkajian teknologi Pertananian (2011) melaporkan bahwa teknik


budidaya dari bayam yaitu:

1. Pemilihan Varietas

Varietas yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau, Bangkok
dan Cimangkok. Namun yang tersedia di tempat penjualan be nih adalah
varietas Bisi dan Maestro. Daya tumbuhnya lebih dari 90 %, vigor murni,
bersih dan sehat.

2. Pengolahan tanah.

Tanah dicangkul sedalam 20 – 30 cm supaya gembur. Setelah itu, dibuat


dengan ketinggian sekitar 20-30 cm, lebar sekitar 1 m, dan panjang tergantung
ukuran/bentuk lahan. Jarak antar bedengan sekitar 40 cm atau disesuaikan
dengan keadaan tanah. Setelah tanah diratakan, permukaan bedengan diberi
pupuk kandang yang sudah matang, dengan dosis 100 kg/100 m². Semprot
larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada permukaan bedengan,
kemudian permukaan bedengan ditutup dengan tanah. Biarkan selama 3 hari
dan bedengan siap untuk ditanami.

3. Penanaman

a) Sebelum dilakukan penanaman, bedeng disiram lebih dahulu untuk


memudahkan penanaman. Penanaman dapat dilakukan dengan cara menyebar
langsung pada bedengan. Cara ini digunakan untuk menanam bayam cabut.

b) Biji bayam disebar pada larikan/barisan dengan jarak antar barisan 10–15
cm. Kemudian larikan ditutup dengan lapisan tanah tipis.

5
c) Melalui persemaian. Cara ini digunakan untuk menanam bayam petik.
Pertama benih disemai, kurang dari 10 hari benih sudah tumbuh. Kemudian
dilakukan pembumbunan dan dipelihara selama 3 minggu sampai bibit siap
dipindahkan ke lapangan. Jarak tanam pada system ini adalah 50 x 30 cm.
4. Pemeliharaan

Tanaman perlu diperhatikan dan dirawat secara rutin. Penyiraman dilakukan


pagi dan sore hari. Pupuk susulan pertama setelah tanaman berumur 4 hst
dengan cara semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada
tanaman. Pupuk susulan kedua dan ketiga setelah tanaman berumur 11 hst dan
17 hst. Cara memupuk dan dosis pupuk sama seperti pemupukan susulan
pertama. Pupuk organic cair Landeto (pupuk daun) atau Hantu juga dapat
diberikan pada tanaman sebagai pupuk tambahan dengan dosis 2 tutup botol/10
liter air.

Larutan pupuk ini disemprot pada tanaman dengan waktu pemberian setelah
tanaman berumur 7 hst dan 14 hst. Penyiangan dapat dilakukan jika tumbuh
gulma terutama untuk pertanaman bayam cabut. Jika ada serangan hama dan
penyakit, segera ditanggulangi secara mekanis (dicabut dan dibakar) atau
disemprot dengan fungisida dan insektisida nabati.

5. Panen

Bayam cabut dapat dipanen bila umur tanaman antara 3 – 4 minggu setelah
tanaman tumbuh dengan tinggi sekitar 20 cm. Cara panen ialah dicabut dengan
akarnya atau dengan cara memotong pada bagian pangkal sekitar 2 cm di atas
permukaan tanah. Bayam petik mulai dipanen bila umur tanaman antara 1 – 1,5
bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali. Produksi tanaman bayam
yang dipelihara dengan baik dapat mencapai 50 – 100 kg/100 m².

2.2. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir.)


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Praktikum ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai Maret
sampai Juli 2022.

6
2.2.1. Botani Tanaman Kangkung
Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

2.2.2. Syarat Tumbuh


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

2.2.3. Teknik Budidaya


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

2.3. Tanaman Pakcoy (Brassica rapa)


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Praktikum ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai Maret
sampai Juli 2022.

2.3.1. Botani Tanaman Pakcoy


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

2.3.2. Syarat Tumbuh


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

7
2.3.3. Teknik Budidaya
Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

8
III. MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Agronomi dilaksanakan di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian
dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Praktikum ini
dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2022.

3.2. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan antara lain benih tanaman bayam (Maestro),
kangkung (Rania) dan Pakcoy (Nauli F1), pupuk Urea dan pupuk kandang (sudah
matang). Sedangkan alat yang digunakan antara lain cangkul, parang, sabit,
gembor, ajir, alat pelindung diri, meteran, penggaris, alat tulis dan alat
dokumentasi.

3.3. Pelaksanaan Praktikum


3.3.1. Pengolahan Lahan
Pilih lahan yang datar (dekat dengan tempat tinggal (halaman atau
pekarangan), diutamakan dekat dengan sumber air). Bersihkan lahan dari gulma
gulma (rumput-rumputan) yang terdapat dilahan tersebut dengan menggunakan
parang/sabit/arit atau alat lainnya. Lakukan pengolahan tanah sedalam 15-30 cm
(membalik, membelah, memecah dan rata) dengan sempurna (tanah menjadi
gembur dan halus) menggunakan cangkul. Selanjutnya buat
guludan/bedenganberukuran, panjang 2,0 m, lebar 1,0 m dan tinggi 0,3 m
(Gambar 3.1.)

Gambar 3.1. Guludan atau Bedengan (Dokumentasi Praktikum, 2022)

9
Tindakan selanjutnya pemberian Pupuk Kandang,dosis yang diberkan 25
ton/ha (5 kg/bedengan) ditabur secara merata diatas guludan/bedengandan diaduk
rata (pupuk yang digunakan harus sudah masak dengan ciri-ciri berwarna cokelat
kehitaman, tidak berbau busuk namun berbau tanah) (Gambar 3.2.)

Gambar 3.2. Pemberian pupuk


Lakukan pengemburan atau penghalusan tanah supaya tekstur tanah
gembur dan lebih halus serta ratakan (bisa menggunakan alat garu atau dengan
tangan) (Gambar 3.3.)

Gambar 3.3. Penghalusan Tanah

3.3.2. Penanaman
1) Bayam
Penanaman bayam dilakukan dengan cara menyebar langsung pada
larikan/barisan . Sebelum biji bayam disebar, terlebih dahulu bijibayam dicampur
dengan pasir kering atau abu bekas sisa pembakaran (untuk meratakan penyebaran
biji bayam saat disebar dan untuk menghindari biji bayam tertinggal ditangan saat
penyebaran). Biji bayam yang sudah bercampur pasir atau abu tersebut dapat
disebar langsung secara merata di atas guludan (bedengan) dan ditutup tipis
menggunakan tanah halus setebal 1-2cm.

10
Apabila penanaman menggunakan larikan/barisan, maka terlebih dahulu
buatlah larikan/barisan dengan cara menggores tanah diatas permukaan guludan
(bedengan). Larikan/bedengan dibuat bisa menggunakan jari tangan atau kayu
ranting. (Gambar 3.4.) Selanjutnya biji bayam ditanam langsung dalam
larikan/barisan. Jarak antar larikan atau barisan adalah 5-10cm. Kemudian
benihditutup menggunakan tanah halus setebal 1-2cm. (Gambar 3.5.)

Gambar 3.4. Larikan/barisan


Sirami guludan/bedengan menggunakan air bersih, sampai
guludan/bedengan basah (lembab). Penyiraman selanjutnya dapat dilakukan dua
kali sehari (pagi dan sore dengan menggunakan gembor, gayung atau selang),
penyiraman tidak dilakukan bila hujan menyebabkan bedengan basah (lembab).

Gambar 3.5. Penanaman benih dalam larikan/barisan


Lakukan pemeliharaan berupa penyiangan (pembersihan) gulma yang
tumbuh pada dan sekitar guludan/bedengan. Pengamatan dilakukan dari awal
penanaman hingga akhir masa praktikum dengan interval pengamatan 1 minggu
sekali. Bayam dipanen apabila tingginya telah mencapai kira-kira 20-30 cm,
yaitu pada umur 3-4 minggu setelah penyebaran benih. Pemanenan dapat

11
dilakukan dengan cara mencabut bersama akarnya atau dengan cara memotong
pangkal batang 1-2 cm dari permukaan tanah.

2) Kangkung
Sebelum benih kangkung ditanam, terlebih dahulu dilakukan pembuatan
larikan/barisan pada guludan (bedengan) atau kotak dengan cara menggores
tanah diatas permukaan guludan (bedengan) atau kotak menggunakan jari tangan
atau kayu ranting (Gambar 3.4.)
Selanjutnya benih Biji kangkung ditanamlangsungdalamlarikan/barisan.
Jarakantar larikanataubarisanadalah10-50cm.Selanjutnya benih ditutup
menggunakantanahhalus setebal1-2cm (Gambar 3.5.) Sirami guludan/bedengan
menggunakan air bersih, sampai guludan/bedengan basah (lembab). Penyiraman
selanjutnya dapat dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore dengan menggunakan
gembor, gayung atau selang), penyiraman tidak dilakukan bila hujan
menyebabkan bedengan/kotak basah (lembab).
Lakukan pemeliharaan berupa penyiangan (pembersihan) gulma yang
tumbuh pada dan sekitar guludan/bedengan atau kotak. Pengamatan dilakukan
dari awal penanaman hingga akhir masa praktikum dengan interval pengamatan 1
minggu sekali.
Kangkung dipanen sama dengan bayam, yaitu apabila tingginya telah
mencapai kira-kira 20-30 cm, yaitu pada umur 3-4 minggu setelah penyebaran
benih. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara mencabut bersama akarnya atau
dengan cara memotong pangkal batang 1-2 cm dari permukaan tanah.

3) Pakcoy
Benihpakcoyditanamdenganjaraktanam 10 cm x 10 cm.Terlebih dahulu
sebelum penanaman buatlahlubangtanamsedalam 2-3 cm. Benihpakcoyditanam 2-
3 benihperlubangtanam. Selanjutnya benihditutup menggunakantanah. Terdapat
19 Tanamankesamping dan 9 tanamankebawah

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Umur Muncul Kecambah


Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Praktikum ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai Maret
sampai Juli 2022.
Tabel 4.1. Rerata Umur Muncul Kecambah Tanaman Bayam, Kangkung dan
Pakcoy (HST)
Komoditas Umur Muncul Kecambah (HST)
Bayam
Kangkung
Pakcoy
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pemberian asap cair kulit batang sagu
sangat berpengaruh dalam menekan laju pertumbuhan koloni patogen G.
orbiforme pada cawan Petri. Hal ini didasari selama penelitian yang telah
dilakukan, pada perlakuan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah menunjukkan
penghambatan

4.2. Tinggi Tanaman


Bahan yang digunakan antara lain air kelapa 6 L, sabut kelapa 500 g, 400
mL jus toge, pupuk urea, 150 g, air cucian beras 6 L, pupuk boron 3 g, 1.200 mL
sari bonggol pisang, telur 3 butir, tanah top soil (± pada kedalaman 10 cm dari
permukaan tanah) 200 g, pukan kotoran ayam 200 g, ampas tahu 1 kg, gula merah
150 g dan monosodium glutamat 20 g. Sedangkan alat yang digunakan antara lain
ember plastik ukuran 20 L, timbangan, pisau, batang pengaduk dan gelas ukur.
Tabel 4.2. Rerata Tinggi Tanaman Bayam, kangkung dan Pakcoy
Tinggi Tanaman (cm)
Komoditas
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Bayam
Kangkung
Pakcoy
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa pemberian asap cair kulit batang sagu
sangat berpengaruh dalam menekan laju pertumbuhan koloni patogen G.
orbiforme pada cawan Petri. Hal ini didasari selama penelitian yang telah

13
dilakukan, pada perlakuan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah menunjukkan
penghambatan

4.3. Jumlah Daun


Sampel tanah pada praktikum ini diambil berdasarkan jenis tanah yang
berbeda (mineral dan bergambut) serta kedalaman yang berbeda yakni 0-6,5 cm
dan 6,5-13 cm. Kadar air (water content) sampel tanah mineral dan bergambut
yang diambil dari lahan praktikum UARDS dapat dilihat pada Tabel 4.2. .
Tabel 4.3. Rerata Jumlah Daun Tanaman Bayam, Kangkung dan Pakcoy
Jumlah Daun
Komoditas
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Bayam
Kangkung
Pakcoy
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa pemberian asap cair kulit batang sagu
sangat berpengaruh dalam menekan laju pertumbuhan koloni patogen G.
orbiforme pada cawan Petri. Hal ini didasari selama penelitian yang telah
dilakukan, pada perlakuan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah menunjukkan
penghambatan

4.4. Diameter Batang (cm)


Sampel tanah pada praktikum ini diambil berdasarkan jenis tanah yang
berbeda (mineral dan bergambut) serta kedalaman yang berbeda yakni 0-6,5 cm
dan 6,5-13 cm. Kadar air (water content) sampel tanah mineral dan bergambut
yang diambil dari lahan praktikum UARDS dapat dilihat pada Tabel 4.2. .
Tabel 4.4. Rerata Diameter Tanaman Bayam dan Kangkung
Diameter batang (cm)
Komoditas
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Bayam
Kangkung
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa pemberian asap cair kulit batang sagu
sangat berpengaruh dalam menekan laju pertumbuhan koloni patogen G.
orbiforme pada cawan Petri. Hal ini didasari selama penelitian yang telah
dilakukan, pada perlakuan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah menunjukkan
penghambatan

14
4.5. Bobot Segar (g/tanaman)
Sampel tanah pada praktikum ini diambil berdasarkan jenis tanah yang
berbeda (mineral dan bergambut) serta kedalaman yang berbeda yakni 0-6,5 cm
dan 6,5-13 cm. Kadar air (water content) sampel tanah mineral dan bergambut
yang diambil dari lahan praktikum UARDS dapat dilihat pada Tabel 4.2. .
Tabel 4.5. Rerata Bobot Segar Tanaman Bayam, Kangkung dan Sawi
Komoditas Bobot segar (g/tanaman)
Bayam

Kangkung

Pakcoy

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa pemberian asap cair kulit batang sagu
sangat berpengaruh dalam menekan laju pertumbuhan koloni patogen G.
orbiforme pada cawan Petri. Hal ini didasari selama penelitian yang telah
dilakukan, pada perlakuan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah menunjukkan
penghambatan

15
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Praktikum ini dilaksanakan

5.2. Saran
Praktikum Teknologi Biofertilizer dan Biopestisida dilaksanakan di
Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah dan Lahan
Praktikum Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Praktikum ini dilaksanakan

16
DAFTAR PUSTAKA

Aditria, R., B. Cahyono dan F. Swatawati. 2013. Identifikasi Komponen Asap


Cair dari Ampas Sagu dan Kulit Batang Sagu (Metroxylon sagoo Rottb.)
serta Penentuan Senyawa Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan.
Jurnal Chemical Info, 1(1): 240-246.

Agustina. L., Udiantoro dan A. Halim. 2016. Karakteristik Serat Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) dengan Perlakuan Perebusan dan Pengukusan.
Jurnal Ziraa’ah, 41: 97-102.

Agustina, N.A. 2020. Efektivitas Daya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa
(Coccus nucifera) terhadap Pertumbuhan Jamur Ganoderma orbiforme,
Agroprimatech, 3(2): 79-88.

Angraini, E. 2017. Uji Antagonisme Lentinus cladopus LC4 terhadap Ganoderma


orbiforme Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit.
Jurnal Biosfera, 34: 144-149.

Apituley, D.N.A. dan P. Darmadji. 2013. Daya hambat Asap Cair Kulit Batang
Sagu terhadap Kerusakan Oksidatif Lemak Ikan Tuna (Thunnus sp.)
Asap. Agritech, 33(2): 162-167.

Arneti, E. Sulyanti dan Murniati . 2017. Pengujian Ekstrak Sederhana Tumbuhan


Cassia alata Linnaeus yerhadap Colletotrichum gloeosproides secara In
Vitro. Jurnal Proteksi Tanaman, 1(2): 42-51

Asmawit dan Hidayati. 2016. Karakteristik Destilat Asap Cair dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit Proses Redestilasi. Jurnal Majalah Biam, 12: 8-14.

Bivi, M.R., S.N. Farhana, A. Khairulmazmi and A. Idris. 2010. Control of


Ganoderma orbiforme: A Causal Agent of basal Stem Rot Disease in Oil
Palm with Endophyte Bacteria. International Journal of Agriculture and
Biology, 12(6): 833-839.

Chong, K.P., J. Dayou, and A. Alexander. 2017. Detection and Control of


Ganoderma boninese in Oil Palm Corp. Journal Springer Briefs in
Agriculture, 8: 5-12.

Deacon, J. W.. 2006. Fungal Biology. Blackwell Publishing Ltd. United


Kingdom. 380 p.

17
Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman (cm)


Bayam
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Tinggi Tanaman (cm)
Kangkung
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Tinggi Tanaman (cm)
Pakcoy
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9

18
10
11
12
13
14
Rata-rata

19
Lampiran 2. Data Jumlah Daun

Jumlah Daun
Bayam
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Jumlah Daun
Kangkung
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Jumlah Daun
Pakcoy
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9

20
10
11
12
13
14
Rata-rata

21
Lampiran 3. Data Diameter Batang

Diameter Batang (cm)


Bayam
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Diameter Batang (cm)
Kangkung
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Diameter Batang (cm)
Pakcoy
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1
2
3
4
5
6
7
8
9

22
10
11
12
13
14
Rata-rata

23
Lampiran 4. Data Bobot Segar

Bayam Bobot Segar (g)


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Kangkung Bobot Segar (g)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata
Pakcoy Bobot Segar (g)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

24
13
14
Rata-rata

25
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

1. Instrumen Spektrofotometer UV- 2. Kuvet sebagai Wadah Sampel


Vis

3. Asam Galat sebagai Larutan 4. Pencampuran Pereaksi Fenol


Standar Fenol Folin-Ciocalteu dan Na2CO3

5. Sampel Asap Cair KBS yang 6. Hasil Pengukuran Absorbansi


dianalisis pada panjang gelombang 765 nm

26

Anda mungkin juga menyukai