Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

Oleh:

Nama : Fitriani (C1M021006)


Kelompok : 33
Kelas : Agroekoteknologi A

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

Tahun 2023`
2

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya jualah, laporan Dasar-Dasar Agronomi dapat diselesaikan tepat waktu.
Selama perencanaan, pelaksanaan penelitian hingga penulisan laporan ini penulis
banyak mendapat bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa tulus penulis
sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ir. Sudirman, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian Univerfsitas
Mataram
3. Ir. Nihla Farida, M.AgCP., selaku Ketua Laboratorium Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Universitas Mataram, serta semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca, demi penyempurnaan penulisan laporan dimasa
mendatang. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca yang berminat
mendalami Dasar-Dasar Agronomi.
Mataram, 23 Juni 2023

Peneliti

DAFTAR ISI
3

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix
Acara-acara Praktimum ........................................................................................... 1
I. PERTUMBUHAN BENIH ....................................................................... 1
II. PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN 18
TANAMAN BAWANGMERAH ...........................................................
III. PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KANGKUNG.......... ........................................................... 27
4

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1.1. Data jumlah biji yang berkecambah selama pengamatan................ 5

Tabel 1.2. Gaya kecambah (GK) (%) dan kecepatan berkecambah (KK) 6
(%hari) dari benih jagung, padi, dan kacang merah........................
Tabel 1.3. Data bobot segar tanaman setelah berumur 8 hari selama
pengamatan sampai umur 20 hari setelah tanam ............................ 6
Tabel 1.4. Data jumlah daun tanaman setelah berumur 8 hari selama 7
pengamatan sampai umur 20 hari setelah tanam.............................
Tabel 1.5. Data tinggi/Panjang tanaman setelah berumur 8 hari selama 7
pengamatan sampai umur 20 hari setelah tanam ............................
Tabel 2.1. Data tinggi tanaman dan jumlah anakan bawang merah pada 20
perlakuan aplikasi NPK dan organic saat berumur 15 HST............
Tabel 2.2. Rerata dan hasil uji T-tes parameter pertumbuhan tanaman 20
bawang merah pada perlakuan aplikasi NPK dan organic saat
berumur 15 HST..............................................................................
Tabel 2.3. Data tinggi tanaman dan jumlah anakan bawang merah pada 21
perlakuan aplikasi NPK dan organic saat berumur 30 HST............
Tabel 2.4. Rerata dan hasil uji T-tes parameter pertumbuhan tanaman 21
bawang merah pada perlakuan aplikasi NPK dan organic saat
berumur 30 HST..............................................................................
Tabel 3.1. Data tinggi tanaman (cm), jumlah cabang dan bobot biomas 30
tanaman kangkung pada saat tanaman berumur 35 HST pada
setiap perlakuan...............................................................................
Tabel 3.2. Rerata dan hasil uji T-tes parameter pertumbuhan tanaman 31
kangkung pada perlakuan aplikasi NPK dan organic saat berumur
35 HST.............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
5

Lampiran Halaman
Lampiran 1. Acara 1 .............................................................................................. 13

Lampiran 2. Acara 2 ............................................................................................... 24


Lampiran 3. Acara 3 ............................................................................................... 34
1

I. PERTUMBUHAN BENIH
Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksana kegiatan praktikum ini adalah, mahasiswa
diharapkan memahami tentang proses pertumbuhan beberapa benih tanaman tanaman, dengan
melihat langsung dalam kegiatan praktikum. Selain itu mahassiswa yang telah mengikuti
kegiatan praktikum ini diharapkan :
1. Dapat mengetahui dan memahami proses perkecambahan beberapa jenis benih tanaman
melalui pengamatan secara langsung gaya kecambah dan kecepatan berkecambah benih
2. Memehami dan mengetahui proses pertumbuhan benih sampai batas umur tertentu (20
hari).
Landasan Teori
2.1. Perkecambahan
Perkecambahan benih adalah peristiwa mekar dan berkembangnya struktur-
struktur penting dalam embrio benih yang menentukan kemampuannya untuk menghasilkan
tanaman normal pada keadaan yang menguntungkan. Perkecambahan benih melalui tahapan
perkecambahan sebagai berikut :
Imbibisi -- Didefenisikan sebagai suatu proses penyerapan air oleh benih, sehingga isi
benih berupa embrio, endosperm dan periderm akan mengembang dan kulit benih akan pecah.
Laju dan jumlah penyerapan air sangat bervariasi, dari sangat lambat (atau sama sekali tidak)
seperti halnya yang terjadi pada beberapa benih legum yang berukuran kecil, sampai yang
sangat cepat pada kedelai. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju penyerapan air adalah
permiabilitas kulit benih terhadap air, temperatur luas permukaan benih yang berhubungan
dengan air, jenis benih, kemasan benih, umur benih dan susunan kimia benih.
Perombakan, hampir seluruh simpanan bahan makananyang terdapat dalam benih yang kering
ada dalam bentuk yang tidak larut dan tidak mobil. Agar simpanan bahan ini dapat dialihkan
ke titik tumbuh dari proses embrio, maka harus diuraikan menjadi bentuk yang larut dalam
mobil. Proses ini disebut perombakan.
Enzim
Zat Tepung Glukosa
(Kompleks CHO) (gula sederhana)
Enzim
Lipida Asam lemak + Gliserol
2

Enzim
Protein Asam amino
1. Mobilisasi dan perombakan zat makanan, Setelah cadangan makanan di rombak, seger
diangkut dari sel-sel pentimpanan ke titik tumbuh dari proses embrio.
2. Asimilasi, Zat makanan yang telahs ampai di titik tumbuh, ditranspormasikan menjadi
senyawa hidup (protoplasma) sebelum zat itu digunakan dalam proses pertumbuhan.
Transpormasi ini disebut sebagai asimilasi.
3. Respirasi, semua aksi dan atau reaksi fisik serta kimia memerlukan energi, demikian pula
proses perkecambahan. Didalam sel-sel benih yang hidupenergi dihasilkan oleh suatu
proses yang disebut respirasi.
Dalam proses respirasi sel mengambil oksigen dari udara dan air dan mempergunakan
dalam oksidasi sehingga dihasilkan energi dalam bentuk panas. Dalam benih yang sedang
berkecambah, karbohidrat atau substrat lain dioksidasikan untuk produksi energi tersebut.
Persamaan reaksi reaspirasi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Dapat ditunjukkan bahwa respirasi kurang kebih merupakan kebalikan dari
fotosintesis. Disamping tahapan-tahapan tersebut, perkecambahan benih amat ditentukan oleh
viabilitas (daya hidup) benih yang dapat diukur dengan menentukan gaya kecambah (G) dan
berkecambah (K) benih. Gaya kecambah (G) adalah jumlah biji yang berkecambah dari
jumlah biji selama waktu perkecambahan dan dihitung dalam persen. Secara sederhana
dirumuskan sebagai berikut :
G = Jumlah biji berkecambah x 100%
Jumlah biji diuji

Kecepatan berkecambah adalah jumlah biji berkecambah per hari, dihitung dengan
koefesien kecepatan berkecambah sebagai berikut :
N
K = x 100%
∑ AT

Keterangan :
K = koefesien kerapatan
N = jumlah biji berkecambah selama pengujian
A = jumlah biji berkecambah tiap hari
T = hari ke – pengamatan
3

Gaya kecambah dan kecepatan berkecambah merupakan salah satu indikator dalam
penentuan kualitas benih. Benih yang baik mempunyai sifat : mempunyai gaya kecambah
90%, mempunyai berat dan warna tertentu, seragam, tidak tercampur dengan biji-biji herba,
bebas dari hama Penyakit dan tidak rusak.
Selain menentukan kuialitas benih, gaya kecambah dan kecepatan berkecambah juga
dapat digunakan sebagi indikator dalam menentukan kebutuhan benih persatuan luas tanah
disamping luas tanah, jarak tanam, jumlah benih perlobang dan berat benih.
2.2. Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat dan volume yang bersifat irreversibel
(tidak balik). Pertumbuhan pada benih yang sedang berkecambah diawali perpanjangan sel
dan atau pembelahan sel (mitosis), yang menyebabkan bertambahnya protoplasma, akhirnya
ukuran dan berat kering tumbuhan juga bertambah. Dengan demikian pertumbuhan sel
merupakan dasar dari suatu pertumbuhan.
Pertambahan protoplasma berlangsung melalui rentetan peristiwa sebagai berikut :
a Fotosintesis (pembentukan karbohidrat), Pada proses ini CO2 dan H2O dibawah
pengaruh cahaya diubah menjadi persenyawaan organik yang berisi karbon kaya
energi. Fotosintesis berlangsung dengan kehadiran dua figmen, yaitu : Klorofil A
dan Klorofil B, dan hanya berlangsung didalam kloroplas dalam sel.
Fotosintesa adalah suatu rentetan proses yang terintegrasi dan komplek yang dapat dapat
dinyatakan dalam bentuk reaksi kimia berikut :
cahaya matahari
6H2O + 6CO2 C6H12O6 + 6O2
klorofil
b Respirasi, Respirasi merupakan proses untuk memperoleh energi dari bahan-bahan
organik, dapat ebrlangsung secara efesien dalam sel dari bermacam-macam bahan
yang dihasilkan tanaman (karbohidrat, protein, lemak, minyak esensial, alkoloid,
pigmen) dalam proses respirasi senyawa-sennyawa hasil fotosintesis (sintesis)
dirombak sehingga menghasilkan energi.
c Absorpsi dan translokasi zat hara, dalam proses absorpsi, sela dapat dipandang
sebagai suatu masa protoplasma yang dikelilingi oleh membran yang berada
permiabelitasnya, yang memungkinkan lewatnya air dan garam-garam organik
serta mengahambat molekul yang besar yang kompleks seperti sukrose.
4

Zat-zat anorganik yang telah diabsorpsi diangkut dari suatu bagian kebagian lainnya dari
tanaman. Pengangkutan zat-zat terlarut dibawa ke atas melalui xylem sedangkan asimilat
(hasil asimilasi) diangkut melalui Pholoem dari daun keseluruh bagian tanaman.
Bahan dan Alat Praktikum
1. Bahan Praktikum
a. Benih kacang tanah (Arachis hypogea L.)
b. Benih kacang panjang (Vigna sinensis L.)
c. Benih jagung (Zea mays L.)
d. Pasir kali
2. Alat Praktikum
a. Bak kecambah
b. Plastik
c. Alat tulis menulis
d. Hand counter
Prosedur Kerja
1. Disiapkan bak kecambah dan isi dengan pasir kali sedalam 2/3 bagian.
2. Disiapkan benih yang akan diuji, hitung 100 biji untuk satu ulangan dan dibuat
dalam tiga ulangan, kemudian timbang berat 100 butir biji tersebut.
3. Rendam benih selama + 6 jam dalam gelas piala, selanjutnya timbang masing-
masing 100 biji.
4. Letakkan Biji-biji tersebut diatas permukaan pasir yang telah diratakan, kemudian
biji ditekan dengan jari agar agak terbenam.
5. Letakkan bak kecambah yang telah ditaburi benih pada tempat yang aman dan
lakukan penyiraman setiap hari.
Pengamatan
1. Pengamatan jumlah biji berkecambah dilakukan setiap hari mulai hari kedua sejak
penaburan benih sampai hari ke-8 (selama 7 hari).Biji dikatakan berkecambah bila
panjang tunas + 1 cm.
2. Diambil (dicabut ) 10 tanaman pada saat umur 8 hari , bersihkan tanah-tanah yang
melekat pada akar dan timbang berat 10 tanaman tersebut , kemudian hasil
penimbangan bagi 10.
3. Lakukan pengamatan pada butir 2 sebanyak 5 kali , dengan interval waktu 2 hari.
5

4. Sebelum dilakukan penimbangan yang ke-5, amati tinggi tanaman , jumlah daun
untuk 10 tanaman dan data yang diperoleh dirata-ratakan (bagi 10).
5. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel dan digambarkan grafik pertumbuhan dan
gaya kecambah masing-masing benih.
Hasil dan Pembahasan
1.6. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1. Data jumlah biji yang berkecambah selama pengamatan
Tanaman ulanga Hari pengamatan ke Total
n
2 3 4 5 6 7 8

Jagung I 10 35 55 69 85 88 91 91

II 71 87 89 89 90 90 93 93

III - 47 82 85 88 90 93 93

Rata-rata 27 56, 75,3 81 87,6 89,3 92,3 92,3


3

Padi I 8 39 58 69 85 90 93 93

II 16 55 75 75 76 76 79 79

III - 9 15 35 44 58 63 63

Rata-rata 8 34, 49,3 59,6 68,33 74,6 78,3 78,3


3

Kacang I 15 40 48 53 60 65 70 70

merah II 90 90 91 91 92 94 98 98

III 38 39 43 45 47 54 60 60

Rata-rata 47,6 56, 60,6 63 66,3 71 76 76


3

Tabel 1.2. Gaya kecambah (GK) (%) dan kecepatan berkecambah (KK)(%/hari)
dari benih padi, jagung, dan kacang panjang
6

Total dari Padi Jagung Kacang Panjang


ketiga ualangan
GK KK GK KK GK KK

Total 235 11,13 277 9,885 228 10,206

Rata-rata 78,3 3,71 92,33 3,295 76 3,402

Tabel 1.3. Data bobot segar tanaman setelah berumur 8 hari selama pengamatan
sampai umur 20 hari setelah tanam

Tanaman Ulanga Hari pengamatan ke Total


n
8 10 12 14 16 18 20

Padi I 0,06 0,09 0,11 0,12 0,13 0,15 0,16 0,82

II 0,10 0,103 0,07 0,11 0,09 0,12 0,10 0,69

III - 0,05 0,05 0,87 0,11 0,09 0,1 1,27

Rata-rata 0,08 0,39 0,08 0,36 0,11 0,12 0,12 0,92

Jagung I 0,48 0,92 0,93 0,85 1,12 1,16 1.107 6,56

II 1,14 0,95 0,98 0,94 0,8 0,90 0,92 6,63

III 0,93 0,97 1,17 1,12 1,22 0,81 1,35 7,57

Rata-rata 0,85 0,94 1,02 0,97 1,04 0,95 1,12 6,92

Kacang I 0,87 0,83 0,93 1,17 0,76 0,80 0,82 6,18


panjang
II 1,10 0,92 0,85 0,726 0,77 0,80 0,79 5,95

III 0,06 0,55 0,78 0,36 0,5 0,93 0,92 4,1

Rata-rata 0,67 0,76 0,85 0,752 0,67 0,84 0,84 5,41

Tabel 1.4. Data jumlah daun tanaman setelah berumur 8 hari selama pengamatan
7

sampai umur 20 hari setelah tanam

Tanaman ulangan Hari pengamatan ke Total

8 10 12 14 16 18 20

Padi I 1 2 3 3 3 3 3 3

II 1 2 2 2 2 2 2 2

III - 1 1 2 2 2 2 2

Rata-rata 1 1,6 2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3

Jagung I 1 2 2 3 3 3 3 3

II 2 3 3 3 3 3 3 3

III 2 2 2 3 3 4 4 4

Rata-rata 1,6 2,3 2,3 3 3 3,3 3,3 3,3

Kacang I 2 2 2 3 3 4 4 4

panjang II 2 2 2 2 2 2 2 2

III 2 2 2 3 3 4 4 4

Rata-rata 2 2 2 2,6 2,6 3,3 3,3 3,3

Tabel 1.5. Data tinggi/panjang tanaman setelah berumur 8 hari selama pengamatan
sampai umur 20 hari setelah tanam

Tanaman ulangan Hari pengamatan ke Total


8 10 12 14 16 18 20
Padi I 3,3 9,5 16.9 18 20,3 25 27 120
II 9,35 12,0 15,06 18,31 18,3 19,81 20,37 94,96
7
III - 5,01 9,87 12,5 16,9 17,91 19,28 81,54
7
Rata-rata 6,32 8,83 13,94 17,78 18,5 20,90 22,21 98,83
5 6 4
Jagung I 7,2 16,7 20,2 25 27,2 28 30,1 154,4
II 29,8 29,0 32,2 31,72 29,7 32,55 33,55 218,6
8
III 13,5 22,9 31,12 33,46 34,7 32,25 34,67 202,68
4 8
8

Rata-rata 16,8 22,8 27,84 30,06 30,5 30,93 32,77 191,8


8 8
Kacang I 18 20 27 30,3 33,2 34 35,5 198

panjang II 30,9 28,9 29,5 29,2 30,1 30,4 30,9 209,9


III 20,6 25,8 26,63 17,95 21,5 27,63 30,95 71,25
3 8 8
Rata-rata 23,1 24,9 27,71 25,81 28,2 30,67 32,45 159,7
7 2 9

Gambar 1.1. Grafik Gaya Kecambah dan Kecepatan Berkecambah benih padi, jagung, dan
kacang panjang

Gambar 1.2. Grafik pertumbuhan benih berdasarkan bobot segar dari benih padi, jagung dan
kacang panjang
9

6.1.Pembahasan
Biji tanaman yang pertumbuhannya paling baik adalah jagung, karena memiliki nilai rata-
rata gaya kecambah sebesar 92,33% dan memiliki nilai rata-rata kecepatan berkecambah
sebesar 3,295%. Sedangkan biji tanaman yang pertumbuhannya kurang baik adalah kacang
panjang, karena memiliki nilai rata-rata gaya kecambah sebesar 76% dan nilai rata-rata
kecepatan berkecambah sebesar 3,402%. Pada biji tanaman padi memiliki pertumbuhan yang
standar, yaitu memiliki nilai rata-rata gaya kecambah sebesar 78,3% dan nilai rata-rata
kecepatan berkecambah sebesar 3,71%. Dari data tersebut dapat menunjukkan bahwa kualitas
benih tanaman jagung memiliki kondisi yang baik, serta tidak tercampur dengan benih yang
lainnya dan terbebas dari hama. Dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan perkecambahan
ialah faktor kedalaman tanam dan air. Semakin dalam kedalaman tanam maka benih yang
ditanam akan semakin sulit tumbuh. Sebaliknya apabila benih ditanam pada kedalaman tanam
yang dangkal, benih akan mudah tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang
terdapat di dalam tanah. Kadar oksigen akan semakin menurun dengan semakin dalam lapisan
tanah.
Pengujian gaya berkecambah merupakan salah satu cara untuk menentukan nilai viabilitas
benih. Pegujian gaya kecambah bermanfaat untuk menguji kesehatan benih dan juga untuk
menentukan jumlah benih yang akan digunakan pada suatu lahan, serta untuk mengetahui
kemampuan benih berkecambah maksimum pada kondisi optimum. kecepatan tumbuh benih
sangat terkait dengan persentase daya berkecambah benih. Kecepatan tumbuh benih
merupakan proses reaktivasi benih cepat apabila kondisi sekeliling untuk tumbuh optimum
dan proses metabolisme tidak terhambat. Kecepatan berkecambah dapat dihitung dengan
benih yang berkecambah dari hari pengamatan pertama sampai dengan hari terakhir. Dengan
perhitungan kecambah normal pada setiap pengamatan dibagi dengan etmal (1 etmal = 24
jam). Uji perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan benih berkecambah
maksimal pada kondisi optimum. Kecepatan tumbuh benih sangat terkait dengan persentase
daya berkecambah benih.
Diantara ketiga benih yang telah diuji, yang memiliki sifat paling baik adalah benih jagung
karena benih tersebut memiliki sifat-sifat seperti memiliki kadar air yang cukup : benih yang
baik harus mengandung kadar air yang pasti jumlah kelembaban tergantung pada jenis
varietas. Ukuran benihnya sama dengan berat bobot : berat benih dengan berat bobot tidak
berbeda jauh dan memiliki ukuran yang sama, dan benih yang dimiliki tidak ekstra besar atau
ekstra kecil yaitu harus dalam ukuran dan bentuk yang optimal. Serta bebas dari penyakit dan
10

serangga : benih yang memiliki kualitas baik terhindar dari serangan serangga dan hama
penyakit tanaman.
Pertumbuhan merupakan proses peningkatan volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat
balik) serta terjadi karena adanya pertumbuhan sel dan penambahan sel. Pada proses
pertumbuhan biasa disertai dengan perubahan bentuk. Pertumbuhan didefinisikan sebagai
suatu proses bertambahnya ukuran volume akibat bertambahnya sel-sel tubuh makhluk hidup,
proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat diukur dengan satuan pengukuran
tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu satuan karena bersifat kuantitatif. Misalnya, tinggi
tanaman jagung dapat diukur tingginya menggunakan penggaris dan sebagainya, dan berat
biji jagung dapat diukur dengan timbangan. Tinggi dan berat tanaman tersebut dapat
bertambah tinggi dan berkemabang.
Kurva sigmoid merupakan kurva yang mencirikan pola pertumbuhan tanaman. Grafik
sigmoid menunjukkan adanya pertumbuhan setiap perlakuan. Kurva sigmoid membentuk
pertumbuhan yang ideal berbentuk S (sigmoid). Kurva sigmoid membentuk 3 fase yaitu fase
logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat
kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai titik maksimum akhirnya laju tumbuh
menurun. Pola pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat
penambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen.
Bentuk semua tanaman kurang lebih tetap tetapi penyimpangan dapat terjadi akibat variasi di
lingkungan. Kurva sigmoid terbentuk oleh variabel berupa massa tanaman (bobot kering),
volume, luas daun, tinggi, atau penimbunan bahan kimia yang digambarkan terhadap waktu
menjadi suatu garis yang dapat ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid yang
menyerupai huruf S.
Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari
benih yang sudah matang. Benih dapat berkecambah apabila tersedia faktor-faktor pendukung
selama terjadinya proses perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses metabolisme
biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan
Radikula). Perkecambahan secara umum ditandai dengan munculnya radikula dari permukaan
kulit biji, sedangkan proses perkecambahan sudah dimulai sejak benih melakukan imbibisi air
melalui kulit sampai terjadi pembentukan dan perkembangan sel-sel dari embrio. Kecepatan
dan karakteristik perkecambahan setiap benih biasanya berkaitan dengan adanya faktor
dorminasi, faktor lingkungan, dan faktor genetis.

Kesimpulan dan Saran


11

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
perkecambahan merupakan proses metabolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan
dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula). Perkecambahan secara umum ditandai
dengan munculnya radikula dari permukaan kulit biji, sedangkan proses perkecambahan
sudah dimulai sejak benih melakukan imbibisi air melalui kulit sampai terjadi pembentukan
dan perkembangan sel-sel dari embrio. Kecepatan dan karakteristik perkecambahan setiap
benih biasanya berkaitan dengan adanya faktor dorminasi, faktor lingkungan, dan faktor
genetis.

Biji tanaman yang pertumbuhannya paling baik adalah jagung, karena memiliki nilai rata-
rata gaya kecambah sebesar 92,33% dan memiliki nilai rata-rata kecepatan berkecambah
sebesar 3,295%. Sedangkan biji tanaman yang pertumbuhannya kurang baik adalah kacang
panjang, karena memiliki nilai rata-rata gaya kecambah sebesar 76% dan nilai rata-rata
kecepatan berkecambah sebesar 3,402%. Pada biji tanaman padi memiliki pertumbuhan yang
standar, yaitu memiliki nilai rata-rata gaya kecambah sebesar 78,3% dan nilai rata-rata
kecepatan berkecambah sebesar 3,71%.
Diantara ketiga benih yang telah diuji, yang memiliki sifat paling baik adalah benih jagung
karena benih tersebut memiliki sifat-sifat seperti memiliki kadar air yang cukup : benih yang
baik harus mengandung kadar air yang pasti jumlah kelembaban tergantung pada jenis
varietas. Ukuran benihnya sama dengan berat bobot : berat benih dengan berat bobot tidak
berbeda jauh dan memiliki ukuran yang sama, dan benih yang dimiliki tidak ekstra besar atau
ekstra kecil yaitu harus dalam ukuran dan bentuk yang optimal. Serta bebas dari penyakit dan
serangga : benih yang memiliki kualitas baik terhindar dari serangan serangga dan hama
penyakit tanaman.

7.2. Saran
Petani atau orang-orang yang bekerja di sektor pertanian sebaiknya untuk lebih memahami
kualitas benih yang akan digunakan dan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi proses perkecambahan. Dengan memahami hal-hal tersebut maka akan
mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
12

Abidin, Zainal, 1983. dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa
Bandung.
------------------, 1987. dasar-dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman, Angkasa Bandung.
Abbot, I., C.A. Parker and I.D. Sills, 1989. Changes in the abudance of large soil animals and
physical properties of siol following cultivation. Aust. J. Soil Res., 17 : 243-353.
Anderson, J.P.E., 1982. Reparation In Method of Soil Analysis Part 2, Second Edition, SSSA
Madison, Wisconsin.
Anonim, 1983. Pedoman bercocok Tanam Padi, Palawija dan sayur sayuran. Badan
pengendali Bimas, Jakarta.
---------, 1984. Kedelai Departemen Pertanian, Balai informasi pertanian, Nusa Tenggara
Barat.
Bappeda Tk.I NTB, 2000. Data Pokok Pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kerjasama Bappeda Tk. I NTB dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Propinsi NTB.
Badan Pusat Statistik. Berbagai Edisi. Statistik Indonesia. Jakarta : BPS.
Blanchard, Olliver. (2011). Macroeconomics. International Edition, Fifth
Edition, Pearson, New York.
Buckman, H.O. and Brady,N.C., 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan
Company, New York.
Cornish. P.S., 1984, Soil physical requirement for germination, root development, plant
production and survival. Proceding Revirina Outlook Conference. July, pp. 7 – 23.
Dwi Sartika Adetama, 2011. Analisis Permintaan Kedelai Di Indonesia Periode
1978-2008. Tesis. Fakultas Ekonomi, UI.
Emid Hamidin, 1983. Pedoman Tehnologi Benih. PT. Pembimbing Mas, Bandung.
Gaur, A.C., 1981. Phospo-Microorganism dan Various Transformation. In compast
Tecnology Project Field Document No.13, FAO.
Ifoam, 2000. The international Federation of Organic Agricultural Movements Basel,
Switzerland.
Indayati Lanya dan Neteri Subadiyasa, 2003. Manajemen Sumberdaya Lahan Berkelanjutan
pada Landform Struktural dan Volkanik. Agroteksos, Journal Fakultas Pertanian Universitas
Mataram, 13 (1): 29 - 35.
Isbandi, djoko, 1983. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman, Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta.
Jumin, Hasan Basri, 1998. Dasar-Dasar Agronomi, Rajawali, Press, Jakarta.
Kusmo, Surachmad, 1984. Zat Panggul Pengatur Tumbuh Tanaman.Yasaguna, Jakarta.
McFarlane, I. and O'Connor, E.A. (2014). World Soybean Trade: Growth and
Sustainability. Modern Economy, 5, 580-588. http://dx.doi.org/10.
4236/me.2014.55054
Meyers, William H. (1991). The World Soybean Trade Model : Spesification,
Estimation, and Validation. Center for Agricultural and Rural
Development Iowa State University.
Saifuddin, Sariaf, 1985.Tanah dan Kesuburan Tanah. Pustaka Buna, Bandung.
Stiadierja, Soeprma, 1978. Hortikultura-Perakaran dan Buah-Buahan. Yasaguna, Jakarta.
Soedijato, Sianipar dan Philippus, 1978. Bercocok Tanam. Yasaguna, Jakarta.
Suwarsono, 1979. Kerapatan dan Produksinya.Jakarta.

Perhitungan Gaya Kecambah (GK) dan


Kecepatan Berkecambah (KK)
13

Gaya kecambah (GK) adalah jumlah biji yang berkecambah dari jumlah biji yang diuji
selama waktu perkecambahan dan dihitung dalam persen.
Secara sederhana dirumuskan :
GK = Jumlah biji berkecambah x 100%
Jumlah biji diuji

Kecepatan berkecambah adalah jumlah biji berkecambah per hari, dihitung dengan
koefesien kecepatan berkecambah sebagai berikut :

Keterangan :
K = koefesien kecepatan berkecambah
N = jumlah biji berkecambah selama pengujian
A = jumlah biji berkecambah tiap hari pengamatan
T = hari ke pengamatan
Jagung

Jadi GK Ulangan I = 91/100 x 100 % = 91 %


Jadi GK Ulangan II = 93/100 x 100 % = 93 %
Jadi GK Ulangan III = 93/100 x 100 % = 93 %
Jadi GK benih jagung rata-rata = (91%+93%+93%) : 3 = 92,3%

Kecepatan berkecambah adalah jumlah biji berkecambah per hari, dihitung dengan koefesien
kecepatan berkecambah sebagai berikut :

91
Jadi KK Ulangan I = __________________________________ x 100% = 3,57 %/hari
(10 x 2) + (35 x 3) +(55 x 4) +(69 x 5) +(85 x 6) +(88 x 7) +(91 x 8)

93
Jadi KK Ulangan II = _______________________________ x 100% = 2,98 %/hari
(71 x 2) + (87 x 3) +(89 x 4) +(89 x 5) +(90 x 6) +(90 x 7) +(93 x 8)

93
Jadi KK Ulangan III = _______________________________ x 100% = 3,32 %/hari
(0 x 2) + (47 x 3) +(82 x 4) +(85 x 5) +(88 x 6) +(90 x 7) +(93 x 8)

Jadi KK benih jagung rata-rata = (3,57+2,98+3,32) : 3 = 3,29%/hari = 3,3%/hari


Jadi benih jagung untuk dapat tumbuh serempak butuh waktu 100 % : 3,3 %/hari = 30,30 hari
atau 30 hari.
Padi

Jadi GK Ulangan I = 93/100 x 100 % = 93 %


Jadi GK Ulangan II = 79/100 x 100 % = 79 %
Jadi GK Ulangan III = 63/100 x 100 % = 63 %
Jadi GK benih padi rata-rata = (93%+79%+63%) : 3 = 78,33%

Kecepatan berkecambah adalah jumlah biji berkecambah per hari, dihitung dengan koefesien
kecepatan berkecambah sebagai berikut :
14

93
Jadi KK Ulangan I = __________________________________ x 100% = 3,50 %/hari
(8 x 2) + (39 x 3) +(58 x 4) +(69 x 5) +(85 x 6) +(90 x 7) +(93 x 8)

79
Jadi KK Ulangan II = _______________________________ x 100% = 3,17 %/hari
(16 x 2) + (55 x 3) +(75 x 4) +(75 x 5) +(76 x 6) +(76 x 7) +(79 x 8)

63
Jadi KK Ulangan III = _______________________________ x 100% = 4,38 %/hari
(0 x 2) + (9 x 3) +(15 x 4) +(35 x 5) +(44 x 6) +(58 x 7) +(63 x 8)

Jadi KK benih padi rata-rata = (3,50+3,17+4,38) : 3 = 3,68%/hari = 3,7%/hari


Jadi benih padi untuk dapat tumbuh serempak butuh waktu 100 % : 3,7 %/hari = 27,02 hari
atau 27 hari.

Kacang Panjang

Jadi GK Ulangan I = 70/100 x 100 % = 70 %


Jadi GK Ulangan II = 96/100 x 100 % = 96 %
Jadi GK Ulangan III = 60/100 x 100 % = 60 %
Jadi GK benih padi rata-rata = (70%+96%+60%) : 3 = 76%

Kecepatan berkecambah adalah jumlah biji berkecambah per hari, dihitung dengan koefesien
kecepatan berkecambah sebagai berikut :

70
Jadi KK Ulangan I = __________________________________ x 100% = 3,53 %/hari
(15 x 2) + (40 x 3) +(48 x 4) +(53 x 5) +(60 x 6) +(65 x 7) +(70 x 8)

96
Jadi KK Ulangan II = _______________________________ x 100% = 3,0 %/hari
(90 x 2) + (90 x 3) +(91 x 4) +(91 x 5) +(92 x 6) +(94 x 7) +(98 x 8)
Jadi KK Ulangan III = _______________________________ x 100% = 3,47 %/hari
(38 x 2) + (39 x 3) +(43 x 4) +(45 x 5) +(47 x 6) +(54 x 7) +(60 x 8)

Jadi KK benih padi rata-rata = (3,53+3,0+3,47) : 3 = 3,31%/hari = 3,3%/hari


Jadi benih padi untuk dapat tumbuh serempak butuh waktu 100 % : 3,3 %/hari = 30,30 hari
atau 30 hari

Gambar pertumbuhan benih padi, jagung, dan kacang panjang tanaman sejak berumur
20 HST
15

II. PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

Landasan Teori

Untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor


tanah, iklim dan tanamannya sendiri, yang semuanya saling berkaitan erat satu dengan yang
lainnya. Beberapa faktor ada yang dapat dikontrol oleh manusia, adapula yang sedikit, dan
adapula yang tidak dapat dikontrol sama sekali. Contohnya: cahaya dan temperatur. Faktor
unsur hara dapat ditingkatkan ketersediannya didalam tanah dengan jalan memperbaiki
kondisi tanah sedemikian rupa atau dengan jalan pemupukan.
Tanaman akan mengabsorvasi berbagai unsur hara yang diperlukan dalam bentuk ion
yang terdapat disekitar daerah perkaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia
dan dalam konsentrasi optimum bagi pertumbuhan tanaman.
16

Selanjutnya unsur-unsur tersebut harus ada dalam suatu keseimbangan. Tindakan


pemupukan secara berimbang ini adalah usaha pemberian pupuk yang tidak hanya
memperhatikan satu atau dua unsur tertentu saja. Tindakan ini sangat dianjurkan guna
meningkatkan produksi suatu tanaman.
Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengaruh pemupukan terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Selain itu juga untuk melatih mahasiswa melakukan
percobaan dan menganalisis hasil pengamatan parameternya.
Bahan dan Alat
Umbi bibit bawang merah Pupuk NPK dan Pupuk organik
Sekop kecil Pestisida
Cangkul Sprayer
Kertas etiket Pot plastik
Pelaksanaan Percobaan
1. Pengolahan tanah dan pembuatan media tanam
a. Tanah yang telah digemburkan dan dibersihkan, dimasukkan ke dalam pot yang telah
tersedia.
b. Dibuat pot-pot sesuai dengan banyaknya perlakuan percobaan
c. Antar pot diletakkan dengan jarak 20 cm.
d. Pot-pot percobaan disiram setiap hari secukupnya
2. Penanaman
Bibit ditanam dengan cara dibenamkan di dalam pot sebanyak 3 umbi bibit
per pot, dengan jarak ntanam 5 - 10 cm.
3. Pemeliharaan
· Penyiraman dilakukan sesuai dengan keadaan tanah. Tanah diusahakan selalu dalam
keadaan lembab, kurang lebih pada kondisi tanah kapasitas lapang. Pengontrolan ini
dilakukan pada umur tanaman 7 hari setelah tanam, setiap hari (pagi dan sore)
· Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam
· Penyiangan dilakukan pada saat tanaman akan aktif membentuk umbi ( + 34 – 45 hari
setelah tanam)
· Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan insektisida dan fungisida sesuai
keadaan tanaman.
4. Perlakuan
17

Perlakuan pemupukan yang diuji adalah 3 perlakuan pemupukan, yaitu:


P1 : Pemupukan dengan Pupuk NPK 600 kg/Ha (setara dengan 1,0 gram
per pot, yang berisi tanah 4 kg dengan asumsi BV tanah 1,25 lapisan
olah tanah 20 cm sehingga bobot tanah seluas 1 hektar 2.500.000 kg)
dan pupuk diaplikasikan semuanya saat tanam.
P2 : Pemupukan dengan pupuk organik sebanyak 50 ton/ha (setara dengan
80 gram per pot, yang berisi tanah sebanyak 4 kg.
P3 : Tanpa perlakuan pemupukan
Masing-masing perlakuan dibuat ulangan sebanyak 3 kali, sehingga secara
keseluruhan ada 9 pot percobaan.
5. Pengamatan parameter
Paramater yang diamati dan waktu pengamatannya adalah :
1. Tinggi tanaman, umur 15 dan 30 hari (saat panen).
2. Jumlah anakan umur 15 dan 30 hari (saat panen).
3. Bobot biomass segar tanaman per pot yang diamati saat tanaman berumur 30 hari
(setelah panen)
6. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan statistik uji beda T-tes pada taraf nyata 5
% berdasarkan asumsi rata-rata sampel tidak berpasangan dan variannya tidak homogen.
Hipotesis Ho yang diajukan adalah : Ketiga perlakuan pemupukan pemupukan yang diuji
efeknya sama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Sedangkan
Hipotesis Hi : Ketiga perlakuan pemupukan yang diuji efeknya signifikan terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ho : Xa = Xb X xc
Hi : Xa < Xb < Xc
Hipotesis Ho Diterima bila T-hitung sama atau lebih kecil dari T-tabel, sebaliknya Hi
diterima bila T-hitung lebih besar dari T-tabel pada taraf nyata 5 %.

Hasil dan Pembahasan


6.1. Data Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Data tinggi tanaman dan jumlah anakan bawang merah pada perlakuan
aplikasi pupuk NPK dan pupuk organik saat berumur 15 HST

No. Perlakuan
Sampel P1 (pupuk NPK) P2 (pupuk organik) P3 (kotrol)
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
tanaman anakan tanaman anakan tanaman anakan
(cm) (cm) (cm)
1 12,6 4 10,7 3 10,9 4
2 11,4 3 11,2 4 8,7 2
18

3 10,8 3 10,3 3 9,2 3


4 9,6 2 8,6 2 9,8 3
5 10,4 3 9,3 3 10,2 3
6 11,2 3 10,2 3 8,8 2
7 10,8 3 9,6 3 9,4 3
8 11,7 3 8,7 2 10,2 4
9 12,0 4 10,4 3 9,7 3
Total 100,5 28 89 26 86,9 27
Rata-rata 11,16667 3,111111 9,888889 2,888889 9,655556 3

Tabel 2.2. Rerata dan Hasil Uji T-tes, parameter pertumbuhan tanaman bawang
merah akibat pengaruh aplikasi pupuk NPK dan organik umur 15 HST

Parameter Nilai rata-rata parameter Hasil Uji T-tes


pengamatan P1 P2 P3 P1 vs P2 P1 vs P3 P2 vs P3
Tinggi Tanaman 11,67 9,89 9,66 3,029 3,960 0,611
Jumlah anakan 3,11 2,89 3 1,025 0,982 -0.359

T tabel (0,05) = df n-k = df sampel-variabel = df 9-3 = 6 ; 0,025 2,44691 2,44691 2,44691

*/ = Berbeda nyata pada taraf nyata 5 %.


NS = Tidak Berbeda nyata pada taraf nyata 5 %.

Tabel 2.3. Data tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot biomas segar bawang merah
pada perlakuan aplikasi pupuk NPK dan organik saat berumur 30 HST

No. Perlakuan
Sampel P1 (pupuk NPK) P2 (pupuk organik) P3 (kotrol)
Tinggi Jumlah Bobot Tinggi Jumlah Bobot Tinggi Jumlah Bobot
tanaman anakan biomas tanaman anakan biomas tanama anakan biomas
(cm) (g) (cm) (g) n (cm) (g)
1 23,8 6 7,82 21,2 5 6,48 20,0 4 5,48
2 21,7 5 6,54 22,7 6 7,28 19,2 3 5,28
3 21,3 4 6,48 18,8 3 4,94 20,6 5 5,67
4 20,2 4 5,62 19,2 4 5,32 21,2 3 6,52
5 22,4 5 7,04 20,5 4 5,74 16,8 3 4,53
6 19,7 3 5,43 20,8 5 5,86 17,2 3 4,68
7 21,4 4 6,58 18,7 3 4,90 18,6 3 4,83
8 22,0 5 6,72 20,0 4 5,53 20,0 4 5,49
9 23,4 6 7,69 21,8 5 6,59 21,6 3 6,47
Total 195,9 42 59,92 183,7 39 52,64 175,2 31 48,95
Rata-rata 21,76667 4,6666 6,6577 20,41111 4,3333 5,8488 19,466 3,4444 5,4388
67 78 33 89 67 44 89

Tabel 2.4. Rata-rata dan Hasil Uji T-tes, parameter pertumbuhan tanaman bawang merah
akibat pengaruh aplikasi pupuk NPK dan pupuk organic umur 30 HST
19

Parameter Nilai rata-rata parameter Hasil Uji T-tes


pengamatan P1 P2 P3 P1 X P2 P1 X P3 P2 X P32
Tinggi tanaman 21,77 20,41 19,47 2,119 3,216 1,307
Jumlah anakan 4,67 4,33 3,44 0,707 2,966 2,157
Bobot biomas 6,66 5,85 5,44 2,136 3,933 1,147
segar tanaman

T tabel (0,05) = df n-k = df sampel-variabel = df 9-3 = 6 ; 0,025 2,44691 2,44691 2,44691

*/ = Berbeda nyata pada taraf nyata 5 %.


NS = Tidak Berbeda nyata pada taraf nyata 5 %.

6.2. Pembahasan
Pemupukan merupakan pemberian bahan pada tanah dengan maksud memperbaiki atau
meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan menurut pengertian khusus adalah pemberian
bahan yang dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah dengan tujuan untuk
memperbaiki suasana tanah, baik fisika, kimia, ataupun biologi. Menurut Notohadiprawiro et
al (2006), pemupukan mencakup mulsa (pengawetan lengas tanah), pembenah tanah (soil
conditioner; memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (menaikkan pH yang terlalu rendah
atau melawan racun Al atau Mn), tepung belerang (menurunkan pH yang terlalu tinggi), dan
gips (menurunkan kegaraman tanah yang terlalu tinggi). Hara N, P, dan K yang ditambahkan
ke dalam tanah harus dalam jumlah yang tepat. Jenis tanah, tingkat ketersediaan hara dalam
tanah, kondisi iklim, varietas yang ditanam, dan cara pemberian pupuk sangat menentukan
ketetapan jenis dan dosis pupuk.
Berdasarkan tabel 2.1 data tinggi tanaman bawang merah pada perlakuan aplikasi pupuk
NPK dan organik saat berumur 15 HST diperoleh nilai data P1 total tinggi tanaman sebesar
100,5 cm dengan rata-rata 11,16 cm, P2 dengan total tingggi 89 cm dan rata-rata 9,8 cm, dan
P3 dengan total tinggi 86,9 cm dan rata-rata 9,6 cm. Selanjutnya diperoleh data jumlah
anakan total tanaman bawang merah dengan nilai data P1 sebesar 28 dengan rata-rata 3,1, P2
sebesar 26 cm dengan rata-rata 2,8 serta P3 sebesar 27 dengan rata-rata 3. Berdasarkan data
tersebut nilai yang memiliki paling tinggi adalah P1 dengan perlakuan pupuk NPK.
Selanjutnya pada tabel 2.3 data tinggi tanaman bawang merah pada perlakuan aplikasi
pupuk organik saat berumur 30 HST diperoleh nilai data P1 total tinggi tanaman sebesar
195,9 cm dengan rata-rata 21,7 cm, P2 dengan total tingggi 183,7 cm dan rata-rata 20,41 cm,
dan P3 dengan tinggi 175,2 cm dan rata-rata 19,4 cm. Selanjutnya diperoleh data jumlah
20

anakan tanaman bawang merah dengan nilai data P1 sebanyak 42 dengan rata-rata 4,66, P2
sebanyak 39 dengan rata- rata 4,33, serta P3 sebanyak 31 dengan rata-rata 3,4. Serta diperoleh
total nilai bobot biomass pada P1 sebesar 58,92g dengan rata-rata 6,65g, dan total nilai bobot
biomass pada P2 sebesar 52,64g dengan rata-rata 5,84g, serta total nilai bobot biomass P3
sebesar 48,95g dengan rata-rata 5,43g. Berdasarkan data tersebut nilai yang memiliki nilai
yang paling tinggi adalah P1 dengan perlakuan pupuk NPK.
Berdasarkan data tersebut data yang memiliki nilai yg paling tinggi adalah P1 dengan
perlakuan pupuk NPK. Peggunaan pupuk NPK sangat baik bagi pertumbuhan tanaman karena
menyediakan unsurhara bagi tanah. Peroses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, iklim, dan tanaman itu sendiri. Dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya ada pun faktor pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang dapat dikontrol oleh manusia, seperti ketersediaan hara dalam tanah dapat
ditinggkatkan melalui pemupukan. Pupuk NPK dapat memberikan pengaruh yang nyata.
Pemberian pupuk N memberi pengaruh yang besar terhadap kenaikan tinggi tanaman. Hal ini
disebabkan tanaman bawang merah dalam pertumbuhan vegetatif membutuhkan pupuk N
yang tinggi.

Kesimpulan dan Saran


7.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
pupuk NPK dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah. Pemberian pupuk N memberi pengaruh yang besar terhadap kenaikan tinggi tanaman.
Hal ini disebabkan tanaman bawang merah dalam pertumbuhan vegetatif membutuhkan
pupuk N yang tinggi. Serta pupuk organik sangat baik bagi pertumbuhan tanaman bawang
merah karena menyediakan unsur hara bagi tanah. Peroses pertumbuhan dan perkembangan
pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, iklim, dan tanaman itu
sendiri. Dari berbagai faktor yang mempengaruhinya ada pun faktor pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang dapat dikontrol oleh manusia, seperti ketersediaan hara dalam
tanah dapat ditinggkatkan melalui pemupukan.

7.2. Saran
21

Pemupukan pada tanaman bawang merah sebaiknya dilakukan dengan menggunakan


pupuk organic yang lebih baik dari pada menggunakan pupuk NPK dan tanpa perlakuaan.
Pupuk organic tidak mengandung bahan kimia sehingga tanaman dapat aman jika
dikomsumsi dan memberikan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Jika
tanaman diberikan NPK, maka tanaman akan mengalami kerusakan karena telah tercemar
oleh zat kimia dari pupuk tersebut. Jika tanaman tidak diberikan pupuk maka tanaman
tersebut tidak akan baik pertumbuhannya.
22

Anda mungkin juga menyukai