Disusun Oleh:
M. Irham Nawirul Ihsan 175040200111019
Dian Novita Sari 175040201111043
Basta Ridho Sihombing 175040207111042
Fiona Victor Iswara 175040207111111
Kelas: T
Program Studi: Agroekoteknologi
Kelompok: Kacang Tanah
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui Oleh :
Kacang tanah (Arachis hipogaea L.) adalah tanaman pangan yang berpotensi
untuk dikembangkan di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk memengaruhi
peningkatan jumlah kebutuhan kacang tanah. Namun peningkatan ini tidak didukung
oleh jumlah hasil produksi kacang tanah yang mengalami penurunan setiap tahunnya.
Salah satu faktor menurunnya hasil produksi ini adalah karena tingkat kesuburan lahan
yang mulai berkurang. Maka dari itu diperlukan teknologi produksi pertanian yang
dapat meningkatkan hasil produksi kacang tanah. Penambahan inokulan pada benih
kacang tanah dan penggunaan sistem tanam double row diharapkan mampu untuk
mendorong pertumbuhan yang optimal sehingga didapatkan peningkatan hasil.
Praktikum dilaksanakan dari tanggal 27 Agustus 2018 di kebun praktikum
Universitas Brawijaya yaitu berada di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang Jawa Timur. Perlakuan yang diterapkan adalah double row inokulan,
double row non inokulan, single row inokulan, dan single row non inokulan. Kegiatan
yang dilakukan selama praktikum meliputi pengambilan sampel tanah, pengolahan
lahan, penanaman, perawatan, pemupukan, penyulaman, pengaplikasian PGPR,
pengamatan, dan pemanenan. Parameter pengamatan yang digunakan meliputi tinggi
tanaman, presentase tumbuh, jumlah daun, waktu muncul bunga, jumlah bunga,
keragaman arthropoda, dan intensitas penyakit.
Berdasarkan data pengamatan diperoleh pada parameter tinggi tanaman
perlakuan single row inokulan memiliki hasil tertinggi. Pada parameter jumlah daun
dan jumlah bunga keduanya menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan double row
inokulan. Hal ini menunjukkan perbedaan sistem tanam double row dan single row
serta pengaplikasian inokulan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
keselamatan dan kesehatan serta rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir praktikum Teknologi Produksi Tanaman yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Inokulan dan Sistem Tanam pada Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.)”
dengan baik dan lancar.
Laporan ini disajikan sebagai media pembelajaran untuk mengetahui mengenai
cara budidaya tanaman kacang tanah dari awal pengambilan sampel tanah sampai tahap
pemanenan dengan beberapa perlakuan yang berbeda. Perlakuan tersebut adalah
penggunaan aplikasi inokulan pada sistem tanam double row dan non-aplikasi inokulan
pada sistem tanam single row.
Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Laporan ini juga dapat
menjadi bahan untuk dikembangkan agar kedepannya semakin banyak ilmu yang
didapatkan agar penulisan laporan yang selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Dengan
demikian manfaat laporan ini tidak hanya dirasakan oleh penulis namun juga dirasakan
juga oleh pembaca.
Malang, Oktober 2018
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
Tabel 1. Data Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah.......................................... 21
Tabel 2. Data Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah ............................... 22
Tabel 3. Data Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Kacang Tanah .............................. 24
Tabel 4. Keragaman Arthropoda Tanaman Kacang Tanah ....................................... 25
Tabel 5. Data Rata-rata Intensitas Penyakit ............................................................. 29
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Hal
Gambar 1. Morfologi Tanaman Kacang Tanah .......................................................... 3
Gambar 2. Pembintilan Akar ..................................................................................... 6
Gambar 3. (A) Populasi Aphis craccivora pada Daun, (B) Populasi Aphis craccivora
ooooooooopada Bunga Kacang Tanah .................................................................... 10
Gambar 4. (A) Imago Kutu Kebul Bremisia tabaci, (B) Serangan Kutu Kebul pada
oooooooooDaun Kacang Tanah .............................................................................. 10
Gambar 5. Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah ............................................ 11
Gambar 6. Penyakit Karat Daun pada Kacang Tanah .............................................. 12
Gambar 7. Penyakit Layu Bakteri pada Kacang Tanah ............................................ 13
Gambar 8. Garfik Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah ................................... 22
Gambar 9. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah ......................... 23
Gambar 10. Grafik Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Kacang Tanah ..................... 25
iv
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Hal
v
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hipogaea L.) merupakan komoditas yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Masyarakat memanfaatkan kacang tanah sebagai salah
satu sumber pangan utama. Kacang tanah mengandung lemak, protein, dan karbohidrat
yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi pendukung atau pengganti makanan pokok
selain nasi dalam program diversifikasi pangan. Hal ini menjadikan kebutuhan kacang
tanah mengalami peningakatan setiap tahunnya bersama dengan peningkatan jumlah
penduduk.
Peningkatan kebutuhan kacang tanah tidak didukung dengan peningkatan
produksi kacang tanah. Terjadi penurunan produksi yang salah satu penyebab
utamanya adalah kondisi lahan yang sudah kurang subur sehingga kacang tanah tidak
mampu menghasilkan hasil yang maksimal. BPS (2018) mencatat bahwa terus terjadi
penurunan jumlah produksi kacang tanah dari tahun 2012 yang semula sebanyak
715.857 ton menjadi 605.449 ton pada tahun 2015. Diperlukan teknologi produksi
kacang tanah yang mampu meningkatkan hasil produksi sehingga dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi kacang tanah.
Salah satu upaya untuk meningakatkan hasil produksi kacang tanah yaitu dengan
penambahan inokulan pada benih kacang tanah. Inokulan mengandung bakteri
Rhizobium sp. yang dapat mengikat unsur N dengan cara bersimbiosis dengan tanaman
legum seperti kacang tanah dan membentuk bintil akar. Kemampuan Rhizobium sp.
mengikat nitrogen bebas menyebabkan kebutuhan nitrogen kacang tanah dapat
tepenuhi dengan maksimal.
Upaya lain yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil produksi kacang
tanah adalah dengan menggunakan sistem tanam double row. Sistem tanam ini dapat
mengurangi tingginya persaingan tanaman merebutkan unsur hara karena jumlah
populasi tanaman tidak sebanyak sistem tanam single row. Hal ini menyebabkan dapat
maksimalnya efisiensi penyerapan unsur hara dan sinar matahari sehingga tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Dengan demikian penambahan
2
inokulan pada benih kacang tanah dan penerapan sistem tanam double row diharapkan
mampu meningkatkan kualitas dan hasil produksi tanaman kacang tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum Teknologi Produksi Tanaman adalah untuk
mengetahui perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada pemberian
inokulan dan non-inokulan serta penerapan sistem tanam single row dan double row.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang kini banyak
dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi tanaman kacang tanah adalah Kingdom:
Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Classis: Dicotyledoneae,
Ordo: Rosales, Familia: Leguminoceae, Genus: Arachis, Species: Arachis hipogaea L.
Tubuh tanaman kacang tanah tersusun atas organ akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji. perakaran kacang tanah terdiri atas akar lembaga, akar tunggang, dan akar cabang.
Tanaman kacang tanah memiliki batang berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe
pertumbuhan tegak atau mendatar. Daun berbentuk lonjong, majemuk, dan bersirip
genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Bunga berbentuk kupu-
kupu, berwarna kuning, dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun.
Memiliki buah yang berbentuk polong yang terbentuk di dalam tanah. Polong berkulit
keras dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Tiap polong berisi satu sampai tiga biji
atau lebih. Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit
biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu (Fachruddin, 2000) (Gambar 1).
Kacang tanah dapat tumbuh dengan optimal apabila syarat dan tanaman kacang
tanah berkisar 25 - 35ºC, sedikit lembab dengan curah hujan 800 mm-1300 mm per
tahun. Tanaman kacang tanah membutuhkan tempat terbuka atau mendapat sinar
matahari penuh, dan ditanam pada musim kemarau. Tanaman kacang tanah masih
toleran jika ditanam di dataran menengah sampai dataran tinggi. Namun, semakin
4
tinggi daerah penanamannya, maka produksi tanaman kacang tanah akan cenderung
turun. Tanaman ini juga membutuhkan keadaan tanah yang berstuktur ringan agar
dapat tumbuh optimal. Tanaman ini masim mampu tumbuh baik pada kondisi tanah
asam (5,0), tetapi tidak peka dengan tanah basa. Keasaman (pH) tanah yang ideal untuk
tanaman ini yaitu berkisar antara 6,0-7,0 (Pitojo, 2005).
menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya (Sari dan
Prayudyaningsih, 2015) (Gambar 2). Pada umumnya jumlah bakteri Rhizobium dalam
tanah kurang memadai, oleh karena itu strategi utama yang dilakukan yaitu dengan
inokulasi Rhizobium. Inokulasi diperlukan bila Rhizobium yang ada dalam tanah tidak
kompatibel atau tidak sesuai dengan jenis kacang-kacangan yang akan ditanam, tidak
efektif atau jumlahnya tidak memadai (Catroux ddk, 2001).
c) Metode inokulasi, terdapat dua metode inokulasi yaitu inokulasi pada benih
dan inokulasi pada tanah. Inokulasi benih merupakan cara yang paling umum
karena mudah pelaksanaanya dan biasanya efektif pada kondisi normal.
Inokulasi pada tanah dilakukan apabila tanah dalam kedaan kering dan panas,
tanah dengan kemasaman tinggi, tanah mengandung populasi Rhizobium di
alam yang tinggi namun tidak efektif, dan benih diperlakukan dengan bahan
kimia yang beracun bagi Rhizobium.
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi. Kondisi yang tidak
optimal menyebabkan inokulasi kurang efektif.
Adapun faktor yang mempengaruhi pembintilan dan penambatan N 2 menurut
Suryantini (2015) yaitu :
a) Kekeringan, menyebabkan kegagalan infeksi sehingga tidak terjadi
pembintilan. Kekeringan sangat menekan penambatan nitrogen disebabkan
oleh hilangnya kelembaban dari bintil dan terhambatnya fotosintesis.
kekurangan air pada kacang tanah menurunkan luas daun dan produksi bahan
kering, sehingga penyediaan karbon untuk pertumbuhan dan perkembangan
bintil menjadi terbatas
b) Suhu tanah yang tinggi sangat mempengaruhi infeksi bakteri dan penambatan
nitrogen pada beberapa spesies kacang-kacangan, termasuk kacang tanah.
Suhu kritis bagi penambatan nitrogen untuk kacang tanah berkisar antara 35–
40 °C.
c) Intensitas cahaya mempengaruhi pembintilan dan penambatan nitrogen.
Naungan mengurangi penambatan nitrogen, dan sebaliknya penambahan
cahaya meningkatkannya. Tanaman kacang-kacangan yang tumbuh di bawah
naungan akan menurun aktivitasnya dalam penambatan nitrogen.
d) PH tanah, pada pH tanah 5,0 beberapa strain Rhizobium masih dapat hidup,
sedangkan pada pH 4,4 kebanyakan strain Rhizobium tidak berkembang
dalam tanah dan proses infeksi juga terhambat.
8
A B
Gambar 3. (A) Populasi Aphis craccivora pada Daun, (B) Populasi Aphis craccivora
oooooopada Bunga Kacang Tanah (Sumber : Ranga dan Rameshwar, 2013)
Aphis craccivora dapat menularkan virus mosaik sehingga dapat memengaruhi
kualitas dan hasil tanaman, serta dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman.
Hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan sel tanaman sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dari kacang tanah. Gejala yang dapat dilihat apabila
tanaman terserang Aphis yaitu daun mengering dan menggulung (Gambar 3B).
2. Kutu Kebul (Bermisia tabaci Gennadius)
Serangga dewasa dari kutu kebul memiliki sayap berwarna jernih yang ditutupi
lapisan lilin bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar 1-1,5 mm (Gambar 4). Serangga
dewasa akan meletakkan telur pada bagianbawah daun muda. Telur dari kutu kebul
memiliki warna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung
selama 6 hari.
A B
Gambar 4. (A) Imago Kutu Kebul Bremisia tabaci, (B) Serangan Kutu Kebul pada
Daun Kacang Tanah (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013)
Gejala serangan dari kutu kebul pada kacang tanah menyerupai gejala serangan
pada kedelai. Dapat dilihat perubahan pada daun kacang tanah apabila terserang kutu
kebul akan berubah menjadi keriting ketika tingkat serangan parah yang disertai oleh
11
inveksi virus, daun keriting dan berwarna merah. Serangga muda dan dewasa mengisap
cairan daun sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil, daun keriput dan
polong tidak berisi.
Kacang tanah sebagai tanaman budidaya dapat terkena serangan patogen yang
menyebabkan tanaman kacang tanah terkena penyakit. Penyakit tersebut diantaranya
yaitu penyakit bercak daun. Gejala serangan dari penyakit bercak daun menurut
pendapat Sumartini (2008) diantaranya yaitu terdapat bercak pada daun-daun bagian
bawah. Mula-mula terdapat bercak kecil berwarna cokelat, kemudian bercak tersebut
berkembang membentuk bercak yang lebih besar (Gambar 5). Penyakit bercak daun
disebabkan oleh cendawan Cercospora arachidicola dan Phaeoisariopsis personata.
Bercak yang disebabkan oleh C.arachidicola bewarna cokelat muda hingga cokelat tua
dan terdapat warna kuning di sekitar bercak. Bercak yang disebabkan oleh P.personata
bewarna cokelat kehitaman.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah terkenanya tanaman oleh
penyakit bercak daun menurut Sumartini (2008) yaitu menggunakan varietas tahan
seperti bison, jerapah, badak, panter, pelanduk, dan domba. Melakukan rotasi tanaman
dengan menanam tanaman selain kacang tanah, rotasi yang dimaksudkan agar tidak
memberi kesempatan patogen-patogen penyebab penyakit berkembang atau dapat
menekan perkembangan patogen penyebab penyakit. Melakukan pengendalian dengan
fungisida nabati, minyak cengkeh dapat disemprotkan ke daun-daun kacang tanah yang
terinfeksi P.personata sehingga dapat menurunkan intensitas serangan penyakit bercak
daun. Melakukan pengendalian kimiawi, beberapa fungisida yang efektif terhadap
penyakit bercak daun yaitu mancozeb dan carbendazim, benomil, dan bitertanol.
Gambar 5. Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah (Sumber: Sumartini, 2008)
12
Gambar 6. Penyakit Karat Daun pada Kacang Tanah (Sumber: Sumartini, 2013)
Penyakit lain yang dapat menyerang tanaman kacang tanah yaitu layu bakteri.
Layu bakteri disebabkan oleh bakteri R. solancearum. Gejala yang terlihat dari
penyakit layu bakteri menurut pendapat Rahayu (2015) yaitu layu secara tiba-tiba pada
cabang dengan daun bewarna hijau. Gejala awal biasanya muncul pada tanaman umur
2 sampai 3 minggu setelah tanam. Kelayuan tersebut berkembang ke seluruh tanaman,
daun yang layu berubah menjadi kusam seperti bekasn tersiram air panas, dan tanaman
bewarna kecokelatan serta mengering (Gambar 7). Pada polong yang terinfeksi
menyebabkan perubahan warna menjadi cokelat dan busuk polong. Pengendalian yang
dapat dilakukan menurut pendapat Rahayu (2015) adalah menanam varietas tahan,
varietas Gajah, Kidang, Banteng, Macan, Anoa, Rusa, Pelanduk, Tupai, dan Tapir
memiliki sifat tahan terhadap penyakit layu. Melakukan pergiliran tanaman dengan
tanaman selain kacang-kacangan untuk memutus dan menekan perkembangan dari R.
solancearum. Melakukan pengendalian kimiawi dengan menggunakan bakterisida.
Melakukan pengendalian dengan agen hayati, agen hayati yang dapat dimanfaatkan
13
Gambar 7. Penyakit Layu Bakteri pada Kacang Tanah (Sumber: Rahayu, 2015)
14
PGPR digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman, dan pupuk SP36 digunakan
sebagai penambah kandungan unsur pada tanah secara slow release.
menggunakan pupuk SP36. Pada kacang tanah double row digunakan benih yang
sebelumnya sudah direndam dengan inokulan selama 30 menit. Sedangkan pada
kacang tanah single row tidak dilakukan perendaman dengan inokulan.
3.3.4 Perawatan
Perawatan yang dilakukan meliputi penyiraman dan penyiangan gulma.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan ember dengan air secukupnya. Penyiangan dilakukan setiap
seminggu sekali dengan cara mencabut langsung gulma-gulma oeh tangan maupun
menggunakan cetok satu per satu gulma yang mengganggu tanaman budidaya. Gulma
dicabut hingga bagian akarnya sehingga tidak berpotensi tumbuh kembali.
3.3.5 Pemupukan
Sebelum pupuk diberikan ke tanaman, perlu melakukan perhitungan kebutuhan
pupuk bagi tanaman kacang tanah. Pemupukan pertama yaitu dilakukan pada saat
pengolahan lahan dengan menaburkan pupuk kandang ke tanah. Kemudian pada saat
menanam benih kacang tanah diberikan pupuk SP36 dengan rekomendasi pupuk 150
kg/ha. Kemudian pupuk urea dan KCl diberikan saat 14 HST dan 28 HST dengan
rekomendasi masing-masing pupuk 75 kg/ha. Pupuk SP36 yang dibutuhkan yaitu 180
g/petak. Pupuk urea 90 g/petak. Sedangkan untuk KCl yaitu 90 g/petak. Sedangkan
dosis pupuk untuk tiap tanaman yaitu, SP36 0,84 g/tanaman, urea 0,42 g/tanaman, dan
KCL 0,42 g/tanaman.
3.3.6 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat dua minggu setelah tanam, yakni dilakukan
apabila terdapat benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan cara
menanam benih baru pada lubang tanam kemudian menutupnya dengan tanah.
3.3.7 Pengaplikasian PGPR
Pengaplikasian PGPR dilakukan satu kali dengan cara menyiramkan larutan yang
sudah dicampur dengan satu liter air ke tanaman secara langsung menggunakan
gembor.
3.3.8 Pengamatan
17
Pengamatan ini dilakukan apabila sebanyak 50% tanaman kacang tanah telah
muncul bunga. Pengamatan jumlah bunga dilakukan dengan cara menghitung bunga
yang telah mekar.
3.4.4 Presentase Tumbuh Tanaman
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tanaman kacang tanah
pada suatu lahan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:
Jumlah tanaman yang tumbuh
x 100%
Jumlah lubang tanam
Keterangan:
IP = Intensitas Penyakit
n = jumlah tanaman terserang
v = total populasi tanaman
b) Metode Skoring
∑(n x v)
IP = 𝑥 100%
𝑍𝑥𝑁
Keterangan:
IP = Intensitas Penyakit
n = jumlah daun dari tiap katagori serangan
v = nilai skala tiap katagori serangan
Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
3.4.6 Keragaman Arthropoda
19
40
35
Tinggi Tanaman (cm)
30 Double Row
Inokulan
25
Double Row Non
20 Inokulan
15 Single Row
Inokulan
10 Single Row Non
5 Inokulan
0
4 5 6 7 8
Umur Tanaman (MST)
22
90
80 Double Row
70 Inokulan
60 Double Row Non
50 Inokulan
40 Single Row
30 Inokulan
Single Row Non
20
Inokulan
10
4 5 6 7 8
Umur Tanaman (MST)
serap akar terhadap P sehingga dapat meningkatkan jumlah daun tanaman kacang
tanah.
60 Double Row
50 Inokulan
40 Double Row Non
30 Inokulan
20 Single Row
10 Inokulan
0 Single Row Non
5 6 7 8 9 Inokulan
Umur Tanaman (MST)
25
Nama Serangga
Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
26
Valanga
Belalang Hama
nigricornis
Coccinella
Kumbang koksi Musuh alami
transversalis
Wereng kacang
Empoasca sp. Hama
tanah
Pada ngengat ulat buah telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun,
pucuk atau bunga pada malam hari. Ulat muda akan memakan jaringan daun,
sedangkan ulat instar yang lebih tua memakan bunga, polong muda dan biji, untuk
kerusakan pada daun sebesar 12,5% (Marwoto, 2015). Sedangkan pada belalang gejala
yang ditimbulkan yaitu terdapat bekas gigitan yang dimulai dari tepi dan tengah daun
sehingga menyebabkan daun robek dan berlubang (Suharti et al., 2015). Kemudian
ditemukannya ulat penggulung daun, ulat ini membentuk gulungan daun dengan
merekatkan daun yang satu dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat
yang dihasilkannya. Dalam gulungan tersebut ulat memakan daun sehingga akhirnya
tinggal tulang daunnya yang tersisa (Marwoto, 2015). Wereng kacang tanah yang
menjadi hama yaitu pada fase telah menjadi nimfa dan serangga dewasa, dimana
wereng akan mengisap cairan daun muda dari permukaan bawah daun. Kerusakan pada
daun muda yaitu urat daun menjadi putih. Serangan pada tanaman muda menjadikan
tanaman layu. Pada tanaman yang lebih tua ujung daun muda yang terserang berwarna
kuning membentuk huruf V (Marwoto, 2015). Adanya hama yang ditemukan akan
membuat peningkatan produksi kacang tanah sulit terwujud.
Selain serangga hama, terdapat juga musuh alami yang ditemukan pada
komoditas kacang tanah untuk mengendalikan populasi hama yaitu kumbang koksi dan
kumbang kubah spot m yang termasuk ke dalam Famili Coccinellidae dan ordo
Coleoptera, dimana dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan dari pendapat Dixon
(2000) yaitu pemakan kutu daun, pemakan kutu perisai, memakan berbagai macam
bahan seperti tepung sari, dan pemakan jaringan tanaman. Berdasarkan pendapat diatas
diketahui kumbang koksi berperan sebagai musuh alami yang dapat memakan serangga
hama diantaranya yaitu kutu daun yang ditemukan pada komoditas kacang tanah,
sehingga dapat membantu menekan populasi hama.
Tanaman kacang tanah yang terserang virus belang mengalami gejala seperti
bercak kuning tidak rata pada daun dan tanaman tumbuh kerdil. Saleh dan Baliadi
(2015) juga menyatakan bahwa tanaman yang terserang virus belang akan mengalami
nekrosis pertumbuhannya kerdil dan warna bercak kuning pada daun serta permukaan
daun yang tidak rata. Tingkat kerusakan yang terdapat pada perlakuan double row
inokulan belum termasuk serangan yang parah jika ditinjau dari hasil pengamatan
intensitas penyakit. Hal ini sesuai dengan Nurhayati (2012), bahwa tingkat serangan
virus belang yang parah dapat menurunkan hasil sebanyak 10 – 60% tergantung pada
umur yang terinfeksi. Semakin muda tanaman terserang maka juga akan menyebabkan
kehilangan hasil yang banyak.
30
(Rahmiana et al., 2015). Sehingga dengan penerimaan cahaya matahari yang optimal
maka pertumbuhan tanaman akan maksimal dan jumlah bunga yang dihasilkan banyak
serta akan menghasilkan polong yang banyak pula.
Berdasarkan dari hasil data keragaman arthropoda pada komoditas kacang tanah
ditemukan serangga yang berperan sebagai hama dan musuh alami. Hama yang
ditemukan pada komoditas kacang tanah antara lain yaitu ulat grayak, ulat penggulung
daun, kutu daun, ngengat dari ulat buah, wereng kacang tanah dan belalang. Hal ini
sesuai berdasarkan pendapat dari Marwoto (2015) bahwa serangga hama penting dari
tanaman kacang tanah diantaranya yaitu pengisap daun (kutu daun Aphis craccivora,
kutu kebul Bemisia tabaci, tungau merah Tetranychus cinnabarius, Thrips spp. dan
wereng Empoasca spp.), pemakan daun (ulat grayak Spodoptera litura, ulat jengkal
Chrysodeixis chalsites, ulat penggulung daun Lamprosema indicata, ulat buah
Helicoverpa spp., dan pengorok daun Aproerema modicela), hama polong (rayap
Odontotermes spp, lundi Holotrichia spp., Dermaptera Anisolobis annulipes), dan
hama pemakan biji (kumbang bubuk Tribolium casteneum, dan ulat biji Corcyra
cephalonica). Dengan adanya hama dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman
kacang tanah bahkan dapat membuat tanaman menjadi mati, sehingga produksi dari
tanaman kacang tanah akan mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Maka dari itu diperlukan musuh alami sebagia bentuk pengendalian secara alami untuk
menekan populasi dari hama, musuh alami yang ditemukan yaitu kumbang kubah spot
m dan kumbang koksi dimana kedua serangga ini merupakan ordo Coleoptera dan
kumbang koksi merupakan famili Coccinellidae, yang dibagi ke dalam empat
kelompok berdasarkan dari pendapat Dixon (2000) yaitu pemakan kutu daun, pemakan
kutu perisai, memakan berbagai macam bahan seperti tepung sari, dan pemakan
jaringan tanaman. Pada lahan komoditas kacang tanah double row dengan perlakuan
inokulan ditemukan sedikit musuh alami. Salah satu yang menjadi pengaruhnya yaitu
karena tidak adanya tanaman refugia, dimana tanaman refugia dapat menyediakan
tempat hidup maupun berlindung bagi musuh alami seperti predator bagi hama
(Amanda, 2017).
32
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari semua hasil pengamatan pada praktikum lapang mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman komoditas kacang tanah dengan berbagai perlakuan dan
sistem tanam, untuk parameter tinggi tanaman kacang tanah single row perlakuan
inokulan, pengamatan parameter jumlah bunga tertinggi yaitu pada kacang tanah
double row perlakuan inokulan, hama yang ditemukan pada komoditas kacang tanah
antara lain yaitu ulat grayak, ulat penggulung daun, kutu daun, ngengat dari ulat buah,
wereng kacang tanah dan belalang, tingkat intensitas penyakit yang paling tinggi
adalah pada perlakuan double row inokulan. Dapat disimpulkan bahwa sistem tanam
double row dengan perlakuan inokulan menunjukkan hasil terbaik di antara perlakuan
lainnya.
5.2 Saran
Dengan hasil pengamatan yang dilakukan petani dapat menanam kacang tanah
dengan perlakuan double row inokulan untuk mendapatkan hasil produksi yang
maksimal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, D.U. 2017. Pemanfaatan Tanaman Refugia untuk Mengendalikan Hama dan
Penyakit Padi. Serang. Buletin IKATAN 7(2): 29 – 45.
Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Kacang Tanah Provinsi (Ton), 1993 – 2015.
[Online]. Tersedia di https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/874.
Diakses pada 18 Oktober 2018.
Balitkabi. 2012. Info Teknologi: “Talam 1” Varietas Kacang Tanah Unggul Adaptif
Lahan Masam dan Toleransi Aspergilllus flavus. [Online]. Tersedia di
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/talam-1-varietas-kacang-tanah-
unggul-adaptif-lahan-masam-dan-toleran-aspergillus-flavus/. Diakses pada
Jumat, 26 Oktober 2018.
Balitkabi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Kacang Tanah 1950 – 2016. Malang. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Dixon AFG. 2000. Insect Predator-Prey Dinamics: Ladybrird Beetles & Biological
Control. Spain: Cambridge Univ Pr. 257 p.
Hendrita, T., Faqih, A., Wahyuni, S. 2013. Pengaruh Jenis Inokulasi dan Pupuk Fosfor
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea L.)
Kultivar Kelinci. Cirebon. J. Agrijati Vol. 24.
Ikhsani, D., Hindersah, R., Herdiyanto, D. 2018. Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogea L. Merril) Setelah Aplikasi Azotobacter chroococcum dan
Pupuk NPK. Jatinangor. J. Agrologia Vol. 7: 1-8.
35
Marwoto. 2015. Hama Utama Kacang Tanah Dan Strategi Pengendaliannya. Malang.
Monograf Balitkabi No. 13: 251 – 270.
Nuha, M.U., Fajriani, S., Arffin. 2015. Pengaruh Aplikasi Legin dan Pupuk Kompos
Tehadap Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Jerapah.
J. Produksi Tanaman 3(1): 75 – 80.
Rahayu, M., Sumartini. 2017. Status Penyakit Utama Pada Tanaman Kacang Tanah
dan Kacang Hijau di Lahan Sub Optimal Jawa Timur. Malang. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017. Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 462 – 471.
Rahmianna, A.A., Pratiwi, H., Harnowo, D. 2015. Budidaya Kacang Tanah. Malang.
Monograf Balitkabi No. 13: 133 – 169.
Rivana, E., Indriani, N.P., Khairani, L. 2016. Pengaruh Pemupukan Fosfor dan
Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sorghum (Sorghum bicolor L.). J. Ilmu Ternak 16(1): 46 –
53.
Saleh, N., Baliadi, Y. 2015. Penyakit Virus pada Kacang Tanah dan Upaya
Pengendaliannya. Malang. Monograf Balitkabi No. 13: 306 – 328.
36
Sektiwi, A. T. 2013. Kajian Model Tanam dan Waktu Tanam dalam Sistem
Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Jagung. Malang:
Universitas Brawijaya.
Suharti, T., Kurniaty, R., Siregar, N., Darwiati, W. 2015. Identifikasi dan Teknik
Pengendalian Hama dan Penyakit Bibit Kranji (Pongamia pinnata). Bogor. J.
Perbenihan Tanaman Hutan 3(2): 91 – 100.
Sumartini. 2008. Bioekologi dan Pengendalian Penyakit Bercak Daun Pada Kacang
Tanah. Buletin Palawija 16: 18 – 26.
Sumartini. 2013. Penyakit Karat Pada Kacang Tanah dan Cara Pengendaliannya.
Malang. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Taufiq, A., Kristiono, A. 2015. Keharaan Tanaman Kacang Tanah. Monograf Balitkabi
No. 13: 170 – 195.
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. Tabloid
Sinar Tani, 25 Februari 2009.
Zuchri. 2007. Optimalisasi Hasil Tanaman Kacang Tanah dan Jagung dalam
Tumpangsari Melalui Pengaturan Baris Tanam dan Perompesan Daun Jagung. J.
Embryo. 4(2): 67 – 78.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Pupuk
a. Rekomendasi Pupuk
1. Pupuk Urea = 75 kg.ha-1
2. Pupuk SP36 = 150 kg.ha-1
3. Pupuk KCl = 75 kg.ha-1
b. Jarak Tanam 25 x 50 x 15 cm
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛
1. Populasi = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚
300 𝑥 400 𝑐𝑚
= 25+50
( )15 𝑐𝑚
2
120.000𝑐𝑚2
= 562,5 𝑐𝑚2
= 213,33 = 213 tanaman
JUMLAH DAUN
TS Pengamatan ke-... MST
4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST
1 23 30 60 72 87
2 24 38 56 68 74
3 30 45 69 77 101
4 26 50 74 80 108
5 33 63 89 96 105
6 24 39 53 68 96
7 34 61 85 94 113
8 33 58 87 95 107
9 38 49 68 73 107
10 26 38 59 70 84
Rata2 29.1 47.1 70 79.3 98.2
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
JUMLAH BUNGA
TS Pengamatan ke-... MST
4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST
1 18 25 47 52 63 6
42
2 34 40 52 69 73 6
3 22 26 38 54 70 9
4 18 28 36 62 76 10
5 19 27 40 68 72 7
6 13 30 46 57 65 6
7 10 29 44 63 85 9
8 20 24 39 53 74 6
9 21 31 47 60 79 5
10 11 25 37 56 61 5
Rata2 18.6 28.5 42.6 59.4 71.8 6.9
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
Intensitas Penyakit
Hari Pengamatan ke- (MST)
TS Skor
4 5 6 7 8 9
0 23 30 59 70 73
1 0 0 1 1 2
1 2 0 0 0 1 2
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 1.67 4.16 3.44
0 24 38 56 67 70
1 0 0 0 1 2
2 2 0 0 0 0 1
3 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 0 1.47 3.15
0 29 44 67 74 96
1 1 1 2 3 3
3 2 0 0 0 0 2
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 3.3 2.22 2.89 3.89 3.45
0 26 48 73 78 104
1 0 2 1 2 3
4 2 0 0 0 0 1
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 1 1.35 2.5 2.31
0 32 61 86 92 100
5 1 1 2 3 2 3
2 0 0 0 2 2
43
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 3.03 3.17 3.37 3.12 3.33
0 24 39 52 65 90
1 0 0 1 3 4
6 2 0 0 0 0 2
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 1.88 4.41 4.16
0 34 61 84 92 109
1 0 0 1 2 2
7 2 0 0 0 0 2
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 01.17 2.12 2.65
0 33 58 86 93 103
1 0 0 1 1 2
8 2 0 0 0 1 1
3 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 1.14 1.57 2.18
0 37 47 65 69 100
1 1 2 3 2 4
9 2 0 0 0 2 2
3 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0
IP (%) 2.63 4.08 4.41 4.10 3.42
0 26 37 57 68 79
1 0 1 2 2 3
10 2 0 0 0 0 2
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
IP (%) 0 2.63 3.38 2.81 4.16
Rata2 0.89 1.21 2.12 3.01 3.22
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
4 MST
(0𝑥23)
Sampel 1 = x 100% = 0%
23𝑥0
44
(0𝑥24)
Sampel 2 = x 100% = 0%
24𝑥0
(0𝑥29) + (1𝑥1)
Sampel 3 = x 100% = 3.3%
30𝑥1
(0𝑥26)
Sampel 4 = x 100% = 0%
26𝑥0
(0𝑥32)+ (1𝑥1)
Sampel 5 = x 100% = 3.03%
33𝑥1
(0𝑥24)
Sampel 6 = x 100% = 0 %
24𝑥0
(0𝑥34)
Sampel 7 = x 100% = 0%
34𝑥0
(0𝑥33)
Sampel 8 = x 100% = 0%
33𝑥0
(0𝑥37)+ (1𝑥1)
Sampel 9 = x 100% = 2.63%
38𝑥1
(0𝑥26)
Sampel 10 = x 100% = 0%
26𝑥0
5 MST
(0𝑥30)
Sampel 1 = x 100% = 0%
30𝑥0
(0𝑥38)
Sampel 2 = x 100% = 0%
38𝑥0
(0𝑥44)+ (1𝑥1)
Sampel 3 = x 100% = 2.22%
45𝑥1
(0𝑥50)
Sampel 4 = x 100% = 0%
50𝑥0
(0𝑥61)+(1𝑥2)
Sampel 5 = x 100% = 3.17%
63𝑥1
(0𝑥39)
Sampel 6 = 39𝑥0
x 100% = 0%
(0𝑥61)
Sampel 7 = x 100% = 0%
61𝑥0
(0𝑥58)
Sampel 8 = x 100% = 0%
58𝑥0
(0𝑥47)+ (1𝑥2)
Sampel 9 = x 100% = 4.08%
49𝑥1
(0𝑥37)+ (1𝑥1)
Sampel 10 = x 100% = 2.63%
38𝑥1
6 MST
45
(0𝑥59)+ (1𝑥1)
Sampel 1 = x 100% = 1,67%
60𝑥1
(0𝑥56)
Sampel 2 = x 100% = 0%
56𝑥0
(0𝑥67)+ (1𝑥2)
Sampel 3 = x 100% = 2.89%
69𝑥1
(0𝑥73)+ (1𝑥1)
Sampel 4 = x 100% = 1.35%
74𝑥1
(0𝑥86)+(1𝑥3)
Sampel 5 = x 100% = 3.37%
89𝑥1
(0𝑥52)+ (1𝑥1)
Sampel 6 = x 100% = 1,88%
53𝑥1
(0𝑥84)+ (1𝑥1)
Sampel 7 = 85𝑥1
x 100% = 1.17%
(0𝑥86)+ (1𝑥1)
Sampel 8 = x 100% = 1.14%
87𝑥1
(0𝑥65)+ (1𝑥3)
Sampel 9 = x 100% =4.41%
68𝑥1
(0𝑥57)+ (1𝑥2)
Sampel 10 = x 100% = 3.38%
59𝑥1
7 MST
(0𝑥70)+ (1𝑥1)+ (2𝑥1)
Sampel 1 = x 100% = 4.16%
72𝑥2
(0𝑥67)+ (1𝑥1)
Sampel 2 = x 100% = 1.47%
68𝑥1
(0𝑥74)+ (1𝑥3)
Sampel 3 = x 100% = 3.89%
77𝑥1
(0𝑥78)+ (1𝑥2)
Sampel 4 = 80𝑥1
x 100% = 2.5%
(0𝑥92)+ (1𝑥2) 𝑥 (2𝑥2)
Sampel 5 = x 100% = 3.12%
96𝑥2
(0𝑥65)+ (1𝑥3)
Sampel 6 = x 100% = 4.41%
68𝑥1
(0𝑥92)+ (1𝑥2)
Sampel 7 = x 100% = 2,12%
94𝑥1
(0𝑥93)+ (1𝑥1)+ (2𝑥1)
Sampel 8 = x 100% = 1.57%
95𝑥2
(0𝑥69)+ (1𝑥2)+ (2𝑥2)
Sampel 9 = x 100% = 4.10%
73𝑥2
(0𝑥68)+ (1𝑥2)
Sampel 10 = x 100% = 2.85%
70𝑥1
46
8 MST
(0𝑥73)+ (1𝑥2)+ (2𝑥2)
Sampel 1 = x 100% = 3.44%
87𝑥2
(0𝑥70)+(1𝑥2)+ (2𝑥1)+ (3𝑥1)
Sampel 2 = x 100% = 3.15%
74𝑥3
(0𝑥96)+ (1𝑥3)+ (2𝑥2)
Sampel 3 = x 100% = 3.46%
101𝑥2
(0𝑥104)+ (1𝑥3)+ (2𝑥1)
Sampel 4 = x 100% = 2,31%
108𝑥2
(0𝑥100)+ (1𝑥3)+ (2𝑥2)
Sampel 5 = x 100% = 3.33%
105𝑥2
(0𝑥90)+(1𝑥4)+ (2𝑥2)
Sampel 6 = x 100% = 4.16%
96𝑥2
(0𝑥109)+ (1𝑥2)+ (2𝑥2)
Sampel 7 = x 100% = 2.65%
113𝑥2
(0𝑥103)+ (1𝑥2)+ (2𝑥1)+ (3𝑥1)
Sampel 8 = x 100% = 2.18%
107𝑥3
(0𝑥100)+ (1𝑥4)+ (2𝑥2)+ (3𝑥1)
Sampel 9 = x 100% = 3.42%
107𝑥3
(0𝑥79)+ (1𝑥3)+ (2𝑥2)
Sampel 10 = x 100% = 4.16%
84𝑥2
JUMLAH DAUN
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 33 40 51 60 80
47
2 28 35 40 50 70
3 27 32 39 45 59
4 29 39 43 49 62
5 23 31 34 53 75
6 30 33 40 44 60
7 22 30 39 46 63
8 26 42 46 51 69
9 24 39 43 50 71
10 32 40 44 49 61
Rata2 27.4 36.1 41.9 49.7 67
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
JUMLAH BUNGA
TS Pengamatan ke-...MST
4 5 6 7 8 9
1 5 18 26 44 33
2 5 10 16 47 37
3 0 6 10 33 26
4 3 7 14 32 24
5 4 8 13 28 20
6 3 6 12 29 20
7 3 11 16 34 27
8 2 6 11 30 22
9 3 7 13 31 23
10 4 9 15 33 21
Rata2 3.2 8.8 14.6 34.1 25.3
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
INTENSITAS PENYAKIT (%)
TS pengamatan ke-...MST
4 5 6 7 8
1 0 0.01 0.04 0.01 0.03
2 0 0.014 0.025 0.01 0.014
3 0 0.03 0.01 0.01 0.02
4 0 0.02 0.04 0.03 0.02
5 0 0.02 0.02 0.01 0.01
6 0 0.01 0.01 0.02 0.03
7 0 0.05 0.01 0.03 0.03
8 0 0.01 0.02 0.02 0.03
9 0 0.01 0.02 0.03 0.03
10 0 0.01 0.02 0.02 0.03
Jumlah 0 0.184 0.215 0.188 0.224
Rata2 0 0.018 0.021 0.019 0.024
48
JUMLAH DAUN
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8
1 38 43 48 63 60
2 24 38 50 56 65
3 28 42 54 64 75
4 34 38 44 53 69
5 38 51 59 65 78
6 26 47 59 68 79
7 36 50 57 63 81
8 32 40 51 67 75
9 40 48 52 60 77
10 38 40 45 54 76
Rata2 33.4 43.7 51.9 61.3 73.5
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
JUMLAH BUNGA
Pengamatan ke-... MST
TS
4 5 6 7 8 9
1 0 5 25 31 28 23
49
2 0 7 8 20 26 10
3 0 9 7 18 25 9
4 0 7 5 24 14 4
5 0 9 7 26 15 9
6 0 0 8 16 15 1
7 0 9 6 18 10 4
8 0 11 11 23 8 3
9 0 15 12 29 11 5
10 0 5 13 22 8 4
Rata2 7.7 10.2 22.7 16 7.2
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
INTENSITAS PENYAKIT
Hari Pengamatan ke- (MST)
TS Skor
4 5 6 7 8 9 10
0 38 43 45 61 56
1 0 0 2 2 3 3
1 2 0 0 1 0 0 3
3 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0
jumlah
38 43 48 63 60
daun
IP (%) 0 0 2.1 0.8 2.9
0 24 35 47 52 63
1 0 3 0 2 1 1
2 2 0 0 2 2 1
3 0 0 1 0 0
4 0 0 0 0 0
jumlah
24 38 50 56 65
daun
IP (%) 0 2 3.5 2.7 1.2
0 28 40 51 60 70
1 0 1 2 0 1
3 2 0 1 1 2 2
3 0 0 0 2 2
4 0 0 0 0 0 3
jumlah
28 42 54 64 75
daun
50
jumlah
32 40 51 67 75
daun
IP (%) 0 1.9 3.4 3.7 1.3
0 40 48 49 58 73
1 0 0 2 1 1
9 2 0 0 1 1 2 2
3 0 0 0 0 1 1
4 0 0 0 0 0
jumlah
40 48 52 60 77
daun
IP (%) 0 0 1.9 1.3 2.6
0 38 40 42 50 73
1 0 0 2 2 1
10 2 0 0 1 1 2 2
3 0 0 0 1 0
4 0 0 0 0 0
jumlah
38 40 45 54 76
daun
IP (%) 0 0 2.2 3.2 1.6
Rata2 0 1.1 2.6 2.3 2
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
4. Single Row Non Inokulan Kelas X2
TINGGI TANAMAN (cm)
Pengamatan Ke - MST
TS
4 5 6 7 8
1 6 10 16 21 30
2 7 9.5 16 23.5 31
3 6.5 8 15 24.5 32
4 8.5 12.5 19 32.5 34
5 7.5 10.5 16 30 40
6 9.5 10.5 17 30 37
7 10.5 11 19.5 21 30
8 7.9 8 15 19 27.5
9 7.5 11 19.5 26.5 35
10 5.5 9 12.5 28 35
Rata-rata 7.64 10 16.55 25.6 33.15
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
52
JUMLAH DAUN
Pengamatan Ke - MST
TS
4 5 6 7 8
1 44 51 78 89 90
2 28 45 62 72 82
3 24 34 41 60 53
4 36 45 69 55 105
5 25 34 51 58 79
6 35 49 69 76 84
7 37 50 63 65 31
8 33 50 78 91 116
9 37 46 63 74 63
10 21 30 39 52 50
Rata-rata 32 43.4 61.3 69.2 75.3
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
JUMLAH BUNGA
Pengamatan Ke - MST
TS
4 5 6 7 8 9
1 6 48 53 70 23
2 11 45 48 60 25
3 2 25 30 19 24
4 11 34 40 24 10
5 8 24 45 23 16
6 15 35 40 75 15
7 14 40 20 18 14
8 7 38 35 63 27
9 10 25 30 40 11
10 9 28 30 6 12
Rata-rata 9.3 34.2 37.1 39.8 17.7
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
INTENSITAS PENYAKIT
TS Skor Pengamatan ke- (MST)
4 5 6 7 8 9
1 0 44 50 75 85 89 89
1 0 1 3 4 1 1
2 0 0 0 0 2 0
3 0 0 0 0 0 0
53
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.49 0.961 1.123 1.388 0.28
2 0 28 44 58 69 78 73
1 0 1 2 3 4 3
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.01 0.847 1.041 1.219 1.07
3 0 24 33 40 58 50 51
1 0 1 1 2 0 1
2 0 0 0 0 3 4
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.375 0.609 0.833 2.83 1.02
4 0 36 44 67 72 103 102
1 0 0 1 1 2 3
2 0 1 1 1 2 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.555 1.086 1.013 2.358 1.07
5 0 24 32 49 56 75 71
1 0 1 2 2 1 1
2 0 0 0 0 4 3
3 0 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.757 0.98 0.862 2.812 1.15
6 0 35 48 67 75 81 82
1 0 1 2 2 0 4
2 0 0 0 0 3 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.51 0.746 0.567 1.785 1.1
7 0 36 50 60 77 46 31
1 1 1 3 1 2 0
2 0 1 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 9 4 7
IP (%) 0.694 0.015 0.19 10.632 8.653 0
54
8 0 33 45 76 90 114 113
1 0 1 1 1 2 2
2 0 0 1 0 0 1
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.5 0.961 0.274 0.431 1.05
9 0 37 45 62 73 61 61
1 0 1 1 1 2 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0.543 0.396 0.337 0.793 0
10 0 21 30 39 51 47 46
1 0 0 0 1 3 4
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
IP (%) 0 0 0 0.48 1.25 1.0
Rata-Rata 0.694 0.3755 0.6776 1.7162 2.3519
Ket : TS: Tanaman Sample; MST: Minggu Setelah Tanam
55
Pengolahan
lahan dengan
cangkul dan
27 Agustus menambahkan
1 Persiapan lahan
2018 pupuk kandang
serta
mempersiapkan
jarak tanam
Memasukkan
dua benih
kacang tanah
dalam satu
3 September
2 Penanaman lubang tanam
2018
lalu menutup
dengan tanah
dan
menyiramnya
Menyulam
benih kacang
Penyulaman dan tanah yang tidak
10 September
3 penyiraman tumbuh serta
2018
PGPR menyiramkan
larutan PGPR
ke tanaman
Menambahkan
pupuk KCl dan
17 September
4 Pemupukan Urea ke dalam
2018
tanah dengan
cara larikan
56
Menyulam
benih yang
belum tumbuh
24 September Penyulaman dan serta menyiram
5
2018 perawatan tanaman
tumbuh dan
penyiangan
gulma
Melakukan
pengamatan
terhadap
parameter
1 – 12 Oktober Perawatan dan
6 pengamatan
2018 pengamatan
serta menyiram
tanaman dan
penyiangan
gulma
57
Keterangan:
: Tanaman sampel