Disusun Oleh:
Diyana Lestari 175040200111004
Utari Putri Anbarwati 175040207111100
M. Iqbal Septian H. 175040207111191
Kelas: O
Program Studi: Agroekoteknologi
Kelompok: Bawang Merah
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
i
RINGKASAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan “LAPORAN TEKNOLOGI
PRODUKSI TANAMAN” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Laporan ini ialah tugas akhir dari praktikum Teknologi Produksi
Tanaman, mengenai pengamatan mengenai Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan
Aplikasi Pupuk Organic Cair pada Tanaman Bawang Merah. Laporan ini ialah
salah satu syarat untuk dapat mengikuti UAP.
Dengan selesainya laporan praktikum lapangan ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Orangtua yang telah membimbing serta mendoakan kami.
2. Para asisten Teknologi Produksi Tanaman FP UB yang telah membimbing
penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
3. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan penuh kepada kami
Penulis menyadari banyaknya kesalahan mendasar dalam penulisan laporan
ini, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran yang konstrukif dari
pembaca untuk memperbaiki tulisan ini guna membantu generasi
kedepannya. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
semua baik pembaca maupun penulis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
RINGKASAN ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3
2.1 Tanaman Bawang Merah ............................................................................... 3
2.2 Hama dan Penyakit pada Bawang Merah ...................................................... 6
2.3 Teknik Budidaya Bawang Merah .................................................................. 9
2.4 Pupuk Organik Cair ..................................................................................... 10
3. BAHAN DAN METODE ................................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.3 Metode Pelaksanaan .................................................................................... 12
3.4 Parameter Pengamatan ................................................................................ 14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................16
4.1 Kondisi Umum Lahan ................................................................................. 16
4.2 Parameter Pertumbuhan............................................................................... 16
4.3 Parameter Hasil ........................................................................................... 22
4.4 Keragaman Arthropoda Pada Komoditas Bawang Merah .......................... 27
4.5 Indeks Penyakit ........................................................................................... 29
4.6 Pembahasan Umum ..................................................................................... 30
5. PENUTUP .........................................................................................................34
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 34
5.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................37
iv
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
vii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum) ialah komoditi holtikultura yang
tergolong sayuran rempah dan paling banyak digunakan di Indonesia. Bawang
merah memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis yang tinggi serta memiliki
prospek pasar yang baik. Bawang merah sebagian besar dimanfaatkan sebagai
bawang goreng, krupuk bawang dan juga sambal bawang. Berdasarkan data BPS
tanaman bawang merah di Jawa Timur pada tahun 2008-2017 hasil tanaman
bawang merah pertahunnya tidak selalu mengalami kenaikan produksi. Seperti
pada tahun 2008 ke tahun 2009, hasil produksi mengalami penurunan sebesar 26
ton/ha. Begitu juga pada tahun 2010 ke tahun 2011, pada tahun ini mengalami
penurunan yang paling drastis yakni sebesar 5.351 ton/ha. Selain pada tahun-tahun
tersebut, produksi tanaman bawang merah pada wilayah Jawa Timur selalu
mengalami kenaikan produksinya.
Permasalahan dalam budidaya tanaman bawang merah dari segi biologis
yaitu serangan hama dan penyakit, serta terdapatnya gulma dalam lahan budidaya
yang mengakibatkan persaingan dalam merebut unsur hara. Hal ini terjadi karena
kurangnya pegetahuan petani tentang budidaya bawang merah yang baik dan benar
seperti mereka tidak menggunakan bibit yang unggul, perawatan dan pemeliharaan
yang kurang serta penanganan pasca panen yang belum memadai (Marpaung,
2014). Dari segi iklim, curah hujan juga sangat mempengaruhi karena apabila curah
hujan tinggi maka produtivitas bawang merah akan rendah karena menyebabkan
tanaman bawang merah akan lembab sehingga menstimulus datang serangan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman).
Pemilihan benih bawang merah yang baik ialah salah satu solusi dari
permasalahan budidaya bawang merah. Kriteria pemilihan benih yang baik ialah
penampilan segar dan sehat, tidak mengandung penyakit, bernas (padat, tidak
keriput), dan kulit umbinya tidak luka, serta warnanya berkilau dan cerah (tidak
kusam). Dan yang terakhir yaitu umbi berukuran sedang antara 1,5-1,8 cm
(Balitbang, 2015). Untuk meningkatkan produktivitas bawang merah selain dengan
pemilihan benih juga dapat dilakukan dengan penanganan pemupukan. Pemupukan
ialah suatu tindakan memberikan tambahan unsur hara pada tanah baik langsung
2
2. Bawang merah memiliki daun yang berbentuk silindris kecil memanjang antara
50-70 cm, berlubang dibagian tengah, meruncing di bagian ujung, berwarna
hijau muda sampai hijau tua (Sudirja,2007). Daun bawang merah dapat dilihat
pada Gambar 3.
5. Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar pada kedalaman 15-30 cm di dalam tanah (Aoyama dan
Yamamoto, 2007). Akar bawang merah dapat dilihat pada Gambar 6.
bawang dimulai pada saat bawang brumur 11–35 hari setelah tanam dan fase
generatif terjadi pada saat tanaman berumur 36 hari setelah tanam. Fase generatif
ada yang disebut fase pembentukan umbi yakni pada usia 36 sampai 50 hari setelah
tanam dan fase pematangan umbi pada usia 51 -56 hari setelah tanam (Sipayung,
2010)
Pertumbuhan bawang merah dibagi menjadi dua tahap yaitu: fase vegetatif
(perkembangan akar dan daun), serta fase generatif yaitu pembungaan dan
pertumbuhan umbi. Pada perkembangan akar dan daun terjadi akumulasi
karbohidrat yang lebih besar dari penggunaannya. Aktivitas pembentukan umbi
dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen, panjang hari dan suhu. Pembentukan daun
terhenti ketika pembentukan umbi dimulai. Pertumbuhan umbi selanjutnya akan
ditentukan oleh jumlah daun yang sudah ada sebelumnya. Daun bawang merah
berbentuk sederhana dengan permukaan yang sempit sehingga kemampuan untuk
berfotosintesis rendah (Wibowo,2009).
2.2 Hama dan Penyakit pada Bawang Merah
2.2.1 Hama Penting Tanaman Bawang Merah
1. Ulat Bawang (S.exigua)
Serangga dewasa ialah ngengat dengan sayap depan berwarna kelabu dan
sayap belakan berwarna agak putih. Imago meletakkan telur secara berkemlompok
pada ujung daun. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang yakni adanya
lubang-lubang pada daun mulai dari tepi daun permukaan atas atau bawah. Ulat
bawang dapat dilihat pada Gambar 7.
perakan. Pada serangan berat, seluruh areal pertanaman berwarna putih dan
akhirnya tanaman mati. Thrips dapat dilihat pada Gambar 8.
5. Pengairan
Tanaman bawang merah memerlukan air yang cukup selama
pertumbuhannya melalui penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah dalam
keadaan terik di musim kemarau memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya
satu kali dalam sehari pada pagi atau sore hari, sejak tanam sampai menjelang
panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan umumnya hanya ditujukan
untuk membilas daun tanaman, yaitu untuk menurunkan percikan tanah yang
menempel pada daun bawang merah.
2.4 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair ialah salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau sering
disebut sebagai pupuk cair daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial.
Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah
alam, hormon tumbuhan, dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara
alamiah selama 2 bulan. Pupuk organik cair mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae, dapat secara cepat mengatasi
defisiensi unsur hara, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
cekaman cuaca, dan serangan patogen penyebab penyakit, tidak masalah dalam
pencucian hara, serta mampu menyediakan hara secara cepat (Rahayu, 2015).
Selain memiliki kelebihan pupuk organik cair juga memiliki kekurangan
diantaranya pupuk organik cair tidak dapat digunakan sebagai pupuk utama berbeda
dengan pupuk padat yang bisa dijadikan pupuk utama atau dasar. Hal ini karena
pupuk padat bisa tersimpan lama di dalam media dan mampu menyediakan hara
dalam jangka waktu yang lama, sedangkan pupuk organik car nutrisi yang ada di
dalamnya akan lebih rentan terbawa erosi, sehingga tidak bertahan lama di dalam
media misalkan media tanah (Gilo, 2015). Manfaat pupuk organik cair (POC)
sendiri pada tanaman bawang merah ialah meningkatkan aktivitas pembelahan sel,
sehingga memberikan respon terbaik terhadap diameter batang. Meningkatnya
serapan hara oleh akar tanaman yang mendukung pembentukan dan penimbunan
fotosintat dibagian umbi. Kandungan hara yang cukup menyebabkan bawang
merah dapat melakukan proses metabolisme khususnya pembelahan sel dan
11
pembearan volume sel dengan baik, sehingga umbi bawang merah yang dihasilkan
akan lebih besar (Senni dan Yosefina, 2011).
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan pada bulan
Agustus 2018 sampai bulan November 2018. Praktikum dilaksanakan setiap hari
Senin jam 13.20-16.30 WIB. Kegiatan praktikum ini bertempat di Jln. Kembang
Kertas, Jati Mulyo Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Pada bulan
Agustus 2018 mulai melakukan kegiatan penanaman bawang merah dan panen
dilaksanakan pada bulan November.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya bawang antara lain
pisau/cutter untuk memotong bawang merah, cangkul dan cetok untuk mengolah
tanah, tali raffia untuk pengaturan jarak tanam, gembor untuk wadah PGPR, ember
untuk menyiram tanaman, meteran jahit untuk mengukur jarak tanam, dan gunting
untuk memotong tali rafia.
Sedangkan bahan yang digunakan pada kegiatan budidaya ini antara lain
bibit bawang merah berukuran kecil yang sudah dipotong ¼ bagian dari atas sebagai
bahan tanam tanaman utama, bibit bunga matahari sebagai tanaman refurgia, pupuk
SP-36 sebagai sumber hara fosfor, NPK untuk mempercepat pertumbuhan tunas,
ZA sebagai sumber unsur hara belerang dan nitrogen, dan PGPR sebagai pemicu
pertumbuhan tanaman.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk budidaya bawang merah ini mempunyai
panjang 370 cm dan lebar bedengannya sekitar 100 cm. Langkah yang dilakukan
dalam persiapan lahan yaitu dengan memberikan sedikit air agar tanah tidak keras.
Kemudian membalikan tanah menggunakan cetok yang bertujuan untuk
menggemburkan tanah. Selanjutnya ketika tanah sudah gembur yang dilakukan
ialah memeberikan pupuk kompos secara merata dan mencampurnya dengan tanah
dengan cara dibalikkan tanahnya. Kemudian mengukur jarak antar lubang tanam
menggunakan meteran dan diberi tanda serta dibuat lubang tanam dengan cetok.
13
3.3.2 Penanaman
Penanaman dilakukan setelah lahan dicangkul, diberi pupuk kompos
kemudian dibuat jarak tanam yakni 20x20 cm dan dibuat lubang tanam. Umbi
ditanam dengan kedalaman yang tidak terlalu dalam atau hanya seukuran satu ruas
jari kelingking. Sebelum ditanam umbi bawang merah dikupas dan dipoges sebesar
¼ bagiannya. Tujuan dari pemogesan ini ialah agar mempercepat pertumbuhan
tunas.
3.3.3 Pemupukan
Proses pemupukuan pada tanaman bawang diperlukan agar tanaman
mendapat cukup nutrisi dan hara yang membantu memaksimalkan pertumbuhan.
Pupuk yang digunakan ialah SP36, NPK, dan ZA. Pupuk diberikan ke tanaman
bawang merah dengan cara di benamakan di sekitar tanaman budidaya, dengan
jarak sekitar 5 cm dari masing-masing tanaman budidaya. Pada minggu ketiga
diberi PGPR (Plant Growth Promoting Rizhobacteria) yang sudah terlaut dalam air
dengan cara menyiram pada tanaman secara langsung.
3.3.4 Perawatan
Perawatan ialah hal yang sangat penting, karena hasil maksimal tergantung
dari bagaimana perawatannya. Pada budidaya bawang, perawatan yang sering
dilakukan ialah penyiraman yang dilakukan hampir setiap pagi dan sore. Untuk
perawatan yang lain seperti membersihkan gulma dilakukan setiap 3-4 hari sekali,
pembersihan gulma sendiri berutujuan untuk mengurangi persaingan dalam
penyerapan air dan hara dalam sehingga penyerapan yang dilakukan oleh akar
tanaman bawang lebih maksimal tanpa ada gangguan dari gulma, pembersihan
gulma ini dilakukan dengan cara mencabuti gulma-gulma yang tumbuh disekitar
tanaman budidaya dengan menggunakan tangan kosong. Sedangkan untuk proses
penyiraman dilakukan dengan cara menyiramkan air yang diwadahi dalam botol ke
tanaman bawang merahnya.
3.3.5 Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan setelah perawatan ialah melakukan pengamatan.
Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai dari 4 mst dan hanya dilakukan pada
10 tanaman sampel pada satu petak lahan. Hal yang dilakukan dalam pengamatan
meliputi mengukur panjang tanaman (cm), jumlah daun, jumlah anakan, indeks
14
penyakit, serta arthropoda. Mengukur tinggi tanaman ialah dengan cara mengukur
pangkal daun sampai ujung, sedangkan untuk jumlah anakan dihitung biasa tanpa
menggunakan alat bantu hitung. Untuk perhitungan indeks penyakit dilihat dari
berapa tanaman yang terserang penyakit dan arthropoda dengan cara mengamati
pada yelow trap yang sudah dipasang di lahan.
3.3.6 Panen dan pasca panen
Bawang merah mulai bisa dipanen ketika daun-daunnya sudah menguning
keseluruhan dan rebah. Panen bawang merah dilakukan dengan mencabut umbi dari
tanah dengan tangan, kemudian umbi ditimbang untuk diketahui beratnya. Setelah
itu dilakukan proses pasca panen diantaranya ialah pengeringan, sortasi, dan
penyimpanan.
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan ialah tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah anakan dan banyaknya gulma. Cara atau langkah-langkah dalam melakukan
pengukuran atau perhitungan ialah sebagai berikut :
a. Perhitungan waktu muncul tunas (hst) yaitu dengan menghitung jumlah tunas
yang tumbuh pada berapa hari setelah tanam.
b. Untuk menghitung presentase tumbuh ialah dengan rumus b/a x 100%, dimana
“b” ialah jumlah tanaman hidup,
“a” ialah jumlah tanaman total.
c. Pengukuran panjang tanaman (cm) ini dilakukan dengan cara mengukur
panjang dari pangkal daun sampai ujung daun bawang tersebut pada 10 sampel.
Pengukuran panjang tanaman ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali
dimulai 4 minggu setelah tanam,dan pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran atau penggaris, dan hasil dari pengukuran setiap sampel
dikonversikan ke dalam satuan cm.
d. Penghitungan jumlah daun tanaman (helai) bawang merah ini ialah dengan cara
menghitung daun yang sudah mulai tumbuh pada umbi bawang merah yang
ditanam. Penghitungan jumlah daun ini dilakukan setiap satu minggu sekali
dimulai dari 4 minggu setelah tanam.
e. Perhitungan jumlah anakan yakni dengan melihat berapa anakan yang tumbuh
selain pada umbi pertama.
15
f. Perhitungan indeks penyakit ada dua macam yakni mutlak dan skoring. Metode
mutlak digunakan untuk menghitung penyakit yang menyerang keseluruhan
bagian tanaman, dan rumus perhitungannya ialah IP = n/v x 100%. Dimana:
IP ialah intensitas serangan,
n ialah jumlah tanaman terserang
v ialah total populasi tanaman.
Sedangkan metode skoring digunakan untuk menghitung penyakit yang
menyerang tidak seluruh tanaman, dan rumus perhitungannya ialah IP= £ (n x
v) / Z x N x 100%. Dimana:
IP ialah intensitas serangan
n ialah jumlah daun dari tiap kategori serangan
v ialah nilai skala tiap kategori serangan
Z ialah nilai skala dari kategori serangan tertinggi
N ialah jumlah daun yang diamati.
Pada metode skoring digunakan skala serangan yakni: 0= tidak ada daun yang
terserang, 1= luas daun terserang 1-25%, 2= luas daun yang terserang 26-5-%,
3= luas daun terserang 51-75%, 4= luas daun terserang 76-100%.
g. Pengamatan arthropoda yakni dengan cara mengamati yellow trap yang sudah
terpasang di petak lahan, nantinya disana akan ada beberapa arthropoda yang
tertangkap yellow trap.
16
Tabel 1. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Pengaplikasian Pupuk Organik Cair
Pada Waku Muncul Tunas
Perlakuan Kelas Waktu muncul tunas (HST)
Kecil + POC E 3
Kecil + Non POC O 14
Sedang + POC J 7
Sedang + Non POC V 7
Besar + POC L 4
Besar + Non POC Y 7
12
10
8
6
4
2
0
E6 Kecil + O6 Kecil + J6 Sedang + V6 Sedang + L6 Besar + Y6 Besar +
POC Non POC POC Non POC POC Non POC
Perlakuan
kandang sebelum waktu tanam justru berpengaruh terhadap waktu muncul tunas
karena dengan diberikan pupuk kandang tanah menjadi gembur dan akar tanaman
mudah menyerap unsur hara sehingga waktu muncul tunas lebih cepat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Putra (2015), bahwa pupuk kandang terutama dari
kotoran kambing baik untuk pertumbuhan bawang merah karena memberikan unsur
hara N cukup tinggi sehingga dapat merangsang pertumbuhan tunas yang baru.
Selain itu menurut Yaqin (2015), umbi bawang merah yang lebih besar dan tebal
mempengaruhi dalam proses munculnya tunas yang mengakibatkan fase panen
akan lebih lama.
4.2.2 Panjang tanaman
Bedasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap panjang tanaman bawang
merah kecil, sedang, dan besar dengan perlakuan poc dan non poc disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair Pada
Panjang Tanaman
Panjang Tanaman (MST)
Perlakuan Kelas
4 5 6 7 8
Kecil + POC E 30,41 35,45 36,6 36,25 35,5
Kecil + Non POC O 20,02 24,63 26,49 27,06 22,78
Sedang + POC J 29,2 33,3 35,7 31,15 30,1
Sedang + Non POC V 34,1 35 36,8 37,1 34,4
Besar + POC L 29,2 33,3 35,7 31,15 30,1
Besar + Non POC Y 31,22 34,4 36 34,5 30
Berdasarkan tabel 2 jumlah daun bawang merah pada enam perlakuan yakni
umbi kecil poc, umbi kecil non poc, umbi sedang poc, umbi sedang poc, umbi
sedang non poc, umbi besar poc, umbi besar non poc diperoleh hasil panjang
tanaman yang berbeda. Pada pengamatan pertama yakni 4 MST diperoleh hasil
panjang tanaman yang paling tinggi ialah pada perlakuan sedang + non poc dengan
rata-rata 34,1, sedangkan untuk panjang tanaman yang paling rendah ialah pada
perlakuan kecil + non poc dengan rata-rata 20,02. Rata-rata panjang tanaman pada
semua perlakuan mengalami peningkatan jumlahnya yakni dari mulai 4 MST
hingga 7 MST, dan 8 MST panjang tanaman mengalami penurunan karena
memasuki panen. Perlakuan umbi besar + poc pada 4 MST sampai 5 MST
mengalami kenaikan sebesar 10%. Pada pengamtan terakhir yakni 8 MST
perlakuan kecil + POC memiliki panjang tanaman yang tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang lain, yaitu dengan rata-rata 35,5. Sedangkan untuk panjang tanaman
19
yang paling rendah ialah pada tanaman bawang merah perlakuan kecil + non POC
yakni dengan rata-rata 22,78.
30 E6 Kecil + POC
25
O6 Kecil + Non POC
20
J6 Sedang + POC
15
V6Sedang + Non POC
10
L6 Besar + POC
5
Y6 Besar + Non POC
0
1 2 3 4 5
Umur Tanaman (MST)
Tabel 3. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair Pada
Jumlah Daun
Perlakuan Kelas Jumlah daun (Helai)
4 5 6 7 8
Kecil + POC E 46,2 60 68,1 59,9 45,3
Kecil + Non POC O 23,4 30 36 38,2 26,1
Sedang + POC J 27,3 39,5 43 44,2 29,4
Sedang + Non POC V 36,3 37,7 48,6 40,1 30,9
Besar + POC L 58,7 67,7 63,4 46,9 32
Besar + Non POC Y 48,9 58,2 64,8 46,2 34,7
Berdasarkan tabel 2 jumlah daun bawang merah pada enam perlakuan yakni
umbi kecil poc, umbi kecil non poc, umbi sedang poc, umbi sedang poc, umbi
sedang non poc, umbi besar poc, umbi besar non poc diperoleh hasil jumlah daun
yang berbeda. Pada pengamatan pertama yakni 4 MST diperoleh hasil jumlah daun
yang paling banyak ialah pada perlakuan besar + poc dengan rata-rata 58,7 helai,
sedangkan untuk jumlah daun yang paling sedikit ialah pada perlakuan kecil + non
poc dengan rata-rata 23,4 helai. Rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan
mengalami peningkatan jumlahnya yakni dari mulai 4 MST hingga 6 MST, dan
pada 7 MST dan 8 MST jumlah daun mengalami penurunan karena memasuki
panen. Pada 5 MST persen kenaikan jumlah daun yang paling tinggi ialah pada
perlakuan kecil+poc yakni sebesar 29%. Pada 6 MST persen kenaikan jumlah daun
yang paling tinggi ialah pada perlakuan sedang+non poc yakni sebesar 28%.
Sedangkan untuk pengamatan terakhir yakni 8 MST perlakuan kecil + POC
memiliki jumlah daun yang banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain, yaitu
dengan rata-rata 45,3 helai. Sedangkan untuk jumlah daun yang paling sedikit ialah
pada tanaman bawang merah perlakuan kecil + non POC yakni dengan rata-rata
26,1 helai. Untuk umbi sedang+ poc jumlah daun paling tinggi ialah pada 7 MST
yakni dengan rata-rata 44,2 helai, sedangkan untuk umbi sedangn non poc jumlah
daun yang paling banyak ialah pada 6 MST yakni dengan rata-rata 48,6 helai.
21
70
E6 Kecil + POC
60
Jumlah daun (helai)
0
4 5 6 7 8
Umur Tanaman (MST)
3%. Pada 6 MST persen kenaikan jumlah anakan yang paling tinggi ialah pada
perlakuan kecil+non poc yakni sebesar 30%. Sedangkan untuk 7 MST persen
kenaikan jumlah anakan ialah pada perlakuan kecil+non poc yakni sebesar 23%.
Sedangkan pada pengamatan terakhir yakni 8 MST perlakuan umbi besar + POC
memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dari perlakuan yang lain yakni dengan
rata-rata 16,4. Sedangkan untuk jumlah anakan bawang merah yang paling sedikit
ialah pada perlakuan kecil + Non POC yakni dengan rata-rata 7. Untuk bawang
merah sedang poc jumlah anakan terbanyak ialah pada minggu 7 dan 8 yakni
dengan rata-rata 9,6, sedangkan untuk bawang merah sedang non poc jumlah
anakan terbanyak ialah 8 MST yakni dengan rata-rata 9.
12
10 J6 Sedang + POC
8 V6 Sedang + Non
6 POC
4 L6 Besar + POC
2 Y6 Besar + Non POC
0
4 5 6 7 8
Umur Tanaman (MST)
(2007) penggunaan umbi besar sebagai bahan tanam akan menyebabkan tanaman
tumbuh dengan baik, menghasilkan daun yang panjang, dan jumlah total umbi yang
dihasilkan per tanaman akan lebih tinggi. Namun penggunaan POC tidak
berpengaruh secara langsung terhadap banyaknya jumlah anakan pada bawang
merah, hal ini sesuai dengan literatur bahwa menurut Suryana (2008) penambahan
konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per
tanaman, karena unsur hara yang ada pada POC itu lama dalam tersedianya dan
bisa dirserap oleh tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik
apabila unsur hara yang diberikan dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk yang
tersedia dengan cepat dan dalam keadaan yang cukup. Selain itu pembentukan umbi
atau anakan juga dipengaruhi oleh proses fotosintesis, dimana bila daun-daun
menguning akan menyebabkan klorofil berkurang dan fotosintesis berkurang
sehingga produksi fotosintat berkurang.
4.3.2 Bobot Umbi
Bedasarkan praktikum lapang yang telah dilakukan, yakni penanaman
bawang merah dengan enam perlakuan yakni kecil POC, kecil Non POC, Sedang
POC, Sedang Non Poc, Besar POC, dan Besar Non POC diperoleh data bobot umbi
tanaman bawang merah sebagai berikut.
Tabel 5. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair Pada
Bobot Umbi
Perlakuan Kelas Rata-rata
Kecil + POC E 85,4
Kecil + Non POC O 28,5
Sedang + POC J 36,7
Sedang + Non POC V 67
Besar + POC L 76,8
Besar + Non POC Y 65,7
Berdasarkan tabel 4 bobot umbi tanaman bawang merah, diperoleh rata-rata
sampel pada perlakuan bawang merah kecil dengan POC sebesar 85,4 gram. Pada
perlakuan bawang merah kecil tanpa POC mendapat hasil yang lebih ringan
dibanding bawang merah kecil yang di beri POC sebesar 28,5 gram. Untuk
perlakuan bawang merah sedang dengan POC mendapatkan hasil rata-rata sebesar
36,7 gram. Pada bawang merah sedang non POC mendapatkan rata-rata bobot lebih
besar dibanding bawang merah sedang POC dengan hasil 67gram. Untuk perlakuan
bawang merah besar dengan POC mendapatkan hasil rata-rata sampel 76,8 gram
25
120
0
Kecil + Kecil + Sedang + Sedang + Besar + Besar +
POC Non POC POC Non POC POC Non POC
Tabel 7. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair Pada
Keragaman Arthropoda
Nama Serangga
Peran Dokumentasi
Nama Lokal Nama Ilmiah
Othrethum
Capung Musuh Alami
sabina
Di daerah tropis siklus hidup terseut bisa lebih pendek yakni 7-12 hari, sehingga
dalam satu tahun dapat mencapai 5-10 generasi (ditlinhorti, 2017).
Selain terdapat thrips, pada lahan bawang merah juga ditemukan adanya
capung. Capung disini berperan sebagai musuh alami dan sebagai penanda bahwa
kondisi air di areal lahan baik. Capung berperan sebagai musuh alami karena dia
bisa menjadi predator untuk hama thrips yang menyerang tanaman bawang merah.
Dalam ekosistem, capung memiliki peran yang besar dalam menjaga
keseimbangan rantai makanan. Capung berperan sebagai predator serangga kecil
lainnya. Dalam konteks pertanian capung mampu menekan populasi serangga yang
berpotensi sebagai hama pertanian. Secara ekologi capung berkembang biak
disekitar lingkungan perairan. Beberapa jenis capung hanya hidup di lingkungan
perairan yang masih bersih. Sebab itu, keberadaan capung di lingkungan dapat
menjadi bioindikator perairan, bahwa secara tidak langsung kehadirannya dapat
menandakan bahwa air di sekitar lingkungan tersebut masih bersih (Wisnu, 2015)
Hama pada tanaman bawang merah selain thrips, juga ditemukan adanya
lalat penggorok daun yang terperangkap pada yellow trap. Lalat ini ialah salah satu
hama penting pada tanaman bawang merah. Berdasarkan pernyataan Nonci (2011)
gejala yang ditimbulkan oleh lalat ini ialah daun yang terserang terdapat bintik-
bintik akibat tusukan ovopositor imago betina saat meletakkan telur. Serangan pada
tanaman terjadi sejak awal pertumuhan. Gejala berupa korokan larva yang
berkelok. Pada serangan berat, hampir seluruh helaian daun dipenuhi oleh korokan
sehingga daun kering dan berwarna putih kecoklatan seperti terbakar.
Selain ada hama dan musuh alami, pada lahan bawang merah juga terdapat
nyamuk yang perannya ialah sebagai serangga lain. Maksutnya ialah nyamuk ini
tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman bawang merah, dan juga bukan ialah
musuh alami dari hama-hama yang menyerang tanaman bawang merah.
4.5 Indeks Penyakit
Bedasarkan praktikum lapang yang telah dilakukan, yakni penanaman
bawang merah dengan enam perlakuan diperoleh data indeks penyakit sebagai
berikut:
Tabel 8. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair Pada
Indeks Penyakit
Perlakuan Kelas Indeks Penyakit pada umur tanaman
30
4 5 6 7 8
Kecil+POC E 0 0 0 0 0
Kecil+Non POC O 0 0 0 0 0
Sedang+POC J 0 0 0 0 0
Sedang+Non POC V 0 0 0 0 0
Besar+POC L 0 0 0 0 0
Besar+Non POC Y 0 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dijelaskan bahwa tidak ada penyakit yang
menyerang tanaman sampel bawang merah dari enam perlakuan tersebut. Hanya
saja ada sekitar 2 tanaman bawang merah non sampel yang terkena penyakit layu
fusarium. Gejalanya ialah tanaman layu mulai dari atas ke bawah, dan semakin lama
layunya semakin parah. Pengendalian yang dilakukan ialah dengan mencabut
tanaman tersebut dan membuangnya diarea yang jauh dari lahan, karena
dikhawatirkan akan menular ke yang lain. Menurut (Bagus,2005) gejala serangan
ialah bagian dasar umbi lapis. Akibatnya pertumbuhan akar maupun umbi
terganggu. Gejala visual ialah daun yang menguning dan cenderung terpelintir.
Tanaman sangat mudah tercabut karena pertumbuhan akarnya terganggu. Serangan
lanjut aan menyebabkan tanaman mati, yang dimulai dari ujung daun dan dengan
cepat menjalar ke bagian bawahnya.
4.6 Pembahasan Umum
Berdasarkan praktikum lapang yang telah dilakukan yakni penanaman
bawang merah dengan perlakuan umbi kecil+poc, umbi kecil+non poc, umbi
sedang+poc, umbi sedang+ non poc, umbi besar+poc, umbi besar+non poc,
didapatkan hasil parameter pertumbuhan seperti panjang tanaman, jumlah daun,
jumlah anakan, serta waktu munculnya tunas yang berbeda. Selain itu juga
didapatkan parameter hasil yang meliputi bobot umbi bawang merah dan bobot
berangkasan bawang merah. Tak lupa dalam hal ini juga didapatkan data arthropoda
dan indeks penyakit pada lahan bawang merah.
Perlakuan kecil+poc waktu muncul tunasnya ialah yang paling awal
diantara perlakuan kecil+non poc, sedang+poc, sedang+non poc, besar+poc, dan
besar+non poc. Waktu muncul tunas untuk perlakuan kecil+poc ialah 3 hst (hari
setelah tanam). Hal ini terjadi karena perlakuan yang dilakukan sebelum proses
penananaman lebih baik dari perlakuan lain, misalnya dalam pemotongan umbi
bawang merahnya, serta pengolahan lahan yang baik. Lahan yang diolah mungkin
saja sudah sangat gembur, sehingga memudahkan akar dari umbi bawang merah
31
untuk menembus pori-porinya dan mengambil unsur hara yang akan membantu
pertumbuhannya. Selain itu pemberian pupuk kompos juga mempengaruhi waktu
muncul tunas, hal ini karena dengan diberikan pupuk kompos tanah menjadi
gembur dan akar tanaman mudah menyerap unsur hara sehingga waktu muncul
tunas lebih cepat. Hal ini sesaui dengan pernyataan Putra (2015), bahwa pupuk
kompos terutama dari kotoran kambing baik untuk pertumbuhan bawang merah
karena memberikan unsur hara N cukup tinggi sehingga dapat merangsang
pertumbuhan tunas yang baru.
Perlakuan umbi besar +poc memiliki panjang tanaman yang lebih tinggi
daripada perlakuan umbi kecil + poc, umbi kecil + non poc, umbi sedang + poc,
umbi sedang + non poc, umbi besar + poc, dan umbi besar + non poc. Hal ini
dikarenakan umbi besar dan pemberian poc lebih efektif untuk pertambahan
panjang tanaman bawang merah ini. Umbi besar dikatakan bagus dalam
mempengaruhi pertambahan panjang bawang merah karena umbi besar memiliki
cadangan makanan yang lebih banyak dari umbi yang berukuran kecil, sehingga
makanan tersebut dijadikan sebagai energi untuk proses dia tumbuh tumbuh. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Agus (2013) bahan tanam yang besar memberikan
indikasi bahwa cadangan makanan yang terkandung di dalamnya relatif banyak,
sehingga sangat berguna sebagai bahan dasar pembentukan energi untuk proses
pertumbuhan tanaman.
Selain karena ukuran umbi, pengaplikasian POC atau pupuk organik cair
juga mempengaruhi proses pertumbuhan bawang merah khususnya dalam panjang
tanamannya. POC ialah jenis pupuk dalam bentuk cair yang terbuat dari bahan-
bahan organik dan mengandung banyak unsur hara penting untuk tanaman.
Berdasarkan pernyataan Harmonadi (2012) pupuk organik cair mengandung unsur
hara makro dan mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Contoh
unsur hara yang terkandung pada POC ialah N dan P. N atau nitrogen berperan
sebagai protein dan sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Apabila suatu
tanaman kekurangan unsur nitrogen akan menyebabkan gangguan pada
perkembangannya misalnya gejala defisiensi unsur hara yang menyebabkan daun
berwarna kuning. Sedangkan unsur P atau phosfor berperan dalam pembagian sel
32
dan pembenukan lemak serta albumin, pembentukan bunga, buah, dan biji.
Kekurangan phosfor akan menyebabkan proses metabolisme pada tanaman
terhambat. (Arista, 2017).
Pada perlakuan umbi kecil + poc memiliki jumlah daun yang lebih tinggi
dari perlakuan umbi kecil + non poc, umbi sedang + poc, umbi sedang + non poc,
umbi besar + poc, dan umbi besar + non poc. Hal ini bertentangan dengan berbagai
literatur, dimana seharusnya umbi berukuran besar yang menghasilkan daun lebih
banyak, namun pada praktikum ini didapatkan bahwa umbi kecil bisa menghasilkan
daun yang lebih banyak. Tetapi ada pernyataan dari Azmi et al (2011) menunjukkan
bahwa ukuran umbi tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman bawang
merah. Kemampuan pertumbuhan yang setara dimiliki oleh umbi yang berukuran
kecil, sedang, ataupun besar. Selain dari ukuran umbi, pertambahan daun bawang
merah juga dipengaruhi adanya pengaplikasian poc yang mana mengandung unsur
hara yang penting untuk pertumbuhannya. Faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan bawang merah salah satunya ialah cahaya.Berdasarkan pernyataan
Nofi (2016) intensitas cahaya matahari dapat menjadi faktor pembatas
pertumbuhan. Oleh karena itu intensitas cahaya yang rendah hingga tanaman
berumur sekitar 30 hst berakibat pertumbuhan tanaman tidak lagi bergantung pada
variasi pupuk dan ukuran umbi, tetapi lebih ditentukan oleh kondisi intensitas
cahaya. Cahaya disini berperan dalam proses fotosintesis, dimana nantinya tanaman
akan membuat makanan sendiri untuk dijadikan sebagai energi untuk tumbuh.
Perlakuan umbi besar + poc memiliki bobot umbi yang paling tinggi dari
perlakuan kecil+poc, kecil+non poc, sedang+poc, sedang+non poc, dan besar+ non
poc. Rata-rata bobot 10 sampel umbi pada perlakuan besar+poc ialah 76,8 gram.
Hal ini dikarenakan umbi besar memiliki cadangan makanan yang lebih banyak dari
umbi yang berukuran kecil, sehingga makanan tersebut dijadikan sebagai energi
untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus (2013) bahan tanam yang
besar memberikan indikasi bahwa cadangan makanan yang terkandung di dalamnya
relatif banyak, sehingga sangat berguna sebagai bahan dasar pembentukan energi
untuk proses pertumbuhan tanaman. Selain karena mengandung cadangan makanan
yang banyak, berdasarkan pernyataan dari Sufyati (2006) umbi besar memiliki
lapisan umbi yang relatif banyak, sehingga kemampuan untuk tumbuh juga lebih
33
kuat. Perlakuan umbi kecil+poc memiliki bobot berangkasan yang paling tinggi dari
perlakuan kecil+non poc, sedang+poc, sedang+non poc, besar+poc, dan besar+non
poc. Hal ini terjadi karena salah satu faktornya ialah pada perlakuan kecil+poc
memiliki jumlah daun yang paling tinggi diantara lainnya. Jumlah daun tersebut
akan menambah bobot berangkasan perlakakuan umbi kecil+poc tersebut
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yakni penanaman bawang
merah dengan enam perlakuan yang berbeda yaitu kecil+poc, kecil+non poc,
sedang+poc, sedang+non poc, besar+poc, besar+non poc, didapatkan hasil yang
berbeda mulai dari waktu muncul tunas, panjang tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, bobot umbi, dan bobot berangkasan. Perlakuan besar+poc memiliki
panjang tanaman yang paling tinggi diantara perlakuan kecil+poc, kecil+non poc,
sedang+poc, sedang+non poc, dan besar+non poc. Selain iu perlakuan besar+poc
juga memiliki berat umbi yang paling besar dari perlakuan yang lainnya.
Perlakuan kecil+poc memiliki jumlah daun dan bobot berangkasan yang lebih
besar dari perlakuan kecil+non poc, sedang+poc, sedang+non poc, besar+poc, dan
besar+non poc. Sedangkan untuk perlakuan kecil+non poc memiliki panjang
tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot umbi, dan bobot berangkasan yang
paling rendah diantara perlakuan kecil+poc, sedang+poc, sedang+non poc,
besar+poc, dan besar+non poc. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
bibit besar dan pengaplikasian POC lebih bagus dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tanaman bawang merah.
5.2 Saran
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dijelaskan bahwa sebaiknnya
menggunakan umbi atau bahan tanam yang besar apabila hendak berbudidaya
bawang merah, serta ditambah dengan pengaplikasian POC. Saran ini sesuai
dengan pengamatan yang telah dilakukan, bahwa bahan tanam yang besar
pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dan maksimal dari perlakuan yang
menggunakan bahan tanam kecil atau sedang, serta pengaplikasian POC yang
mana dapat membantu memperkaya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga hasilnya lebih memuaskan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Nofi, R. 2016. Pengaruh Ukuran Umbi Benih dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Hasil Panen Tanaman Bawang Merah dalam Pot. Buletin Pertanian
Perkotaan. Vol 6 (1)
Putra, A.D. 2015. Aplikasi Pupuk Urea dan Pupuk Kandang Kambing Untuk
Meningkatkan Total N pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan
Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang, Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol 3 (1): 128-135
Rahayu, S. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah
Dengan Penambahan Pupuk Organik Cair. Jurusan Agroteknologi: UMJ
Safrudin,A dan Wachid. 2015. Pengaruh Pupuk Organik Cair dan Pemotongan
Umbi Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. Vol
12(1)
Senni, J. 2011. Produksi Bawang Merah Akibat Aplikasi Pupuk Organik Cair
Fermentasi Rumen Sapi. Prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura:
Politeknik Negeri Kupang
Simanungkalit, Toga. 2016. Respon Pertumbuhan Bawang Merah Terhadap
Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam. Jurnal Agroekoteknologi.
Vol 4(3). 23-34
Sudirja. 2007. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Kanisius: Yogyakarta
Sufyati. 2006 Pengaruh Ukuran Fisik dan Jumlah Umbi Per Lubang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. Jurnal Floratek 2: 43-54
Sulthoni, A. 2016. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Repository.ump.ac.id
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan Teknis PTT Bawang Merah No.3. Balai
Penelitian Sayuran IPB: Bogor
Suryana, N.K. 2008. Pengaruh Naungan dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Paprika. J. Aribisnis. Vol 9 (2): 89-9
Sutono,S.W. 2007. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Hara Terpadu
untuk Bawang Merah di Donggala. Balai Penelitian Tanah. Badan
Peneliian dan Pengembangan Pertanian. 41 Hlm
Wibowo. 2009. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.
Penebar Swadaya: Jakarta
Yaqin, N. 2015. Peramalan Waktu Panen Tiga Varietas Tanaman Bawang Merah
Berbasis Heat Unit pada Berbagai Kerapatan Tanaman. Jurnal Produksi
Tanaman. Vol 3(5): 433-441
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Petak Lahan
Keterangan :
X = Sampel yang diamati
1
Pada 14 HST
2,96m
a. Pupuk Phonska = × 350kg = 0,1036kg/petak = 103,6g/
10.000m
petak
2,96m
b. Pupuk ZA = 10.000 × 100kg = 0,0296kg/petak = 29,6g/petak
Pada 28 HST
2,96m
a. Pupuk Phonska = 10.000m × 300kg = 0,0888kg/petak = 88,8g/
petak
2,96m
b. Pupuk ZA = 10.000m × 300kg = 0,0888kg/petak = 88,8g/petak
perpetak
2. Pupuk pertanaman = pupuk populasi tanaman
Pada 14 HST
103,6g
a. Pupuk Phonska = = 1,5g/tanaman
68
29,6g
b. Pupuk ZA = = 0,4g/tanaman
68
Pada 28 HST
88,8g
a. Pupuk Phonska = = 1,3g/tanaman
68
88,8g
b. Pupuk ZA = = 1,3g/tanaman
68
45