Disusun oleh :
Widi Nurul Nurhartati
(20150210089)
Muhammad Fadilah
(20150210091)
Siti Puji Lestari
(20150210107)
Alfi Miftah Nurrohman
(20150210108)
Kelas : Agroteknologi B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
I.
DESKRIPSI KASUS
IDENTIFIKASI MASALAH
A.
beberapa
buah.
c. TINJAUAN PUSTAKA
i.
tipe iklim basah dengan pola hujan III A, mempunyai curah hujan tahunan
berkisar 2000-3000 mm. Tanah di Desa Banyuroto mempunyai porositas yang
tinggi (RPT >60% volume), BD yang rendah (< 1,0), pori drainase cepat
tinggi, pori air tersedia yang cukup tinggi, dan permeabilitas yang tinggi.
Ini berarti tanah tersebut tidak padat (BD < 1,0) sehingga mempunyai daya
penetrasi yang dapat ditembus oleh akar tanaman. Tanah-tanah tersebut
mempunyai pH agak netral di lereng bagian atas dan agak masam di bagian
lereng bawah (Haryati, dkk., 2009).
ii.
terserang
penyakit
akar
bengkak
yang
disebabkan
oleh
Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya, pada tanah basa (pH lebih dari
6,5), tanaman kubis sering terserang penyakit kaki hitam akibat patogen
Phoma lingam.
iii.
(Solanaceae) dapat beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, tanah liat
atau tanah liat berpasir. Cabai dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
memiliki ketinggian mencapai 900 mdpl. Cabai mampu bertoleransi dengan
tanah masam dengan pH berkisar antara 4-5. Sinar matahari yang banyak baik
intensitas maupun lama penyinaran sangat menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman cabai. Tinggi tanaman cabai berkisar antara 50-120 cm. Cabai
memiliki beberapa jenis antara lain cabai keriting, cabai hias, cabai rawit dan
lain sebagainya.
v.
d. ANALISIS PERMASALAHAN
A. Akar kubis menggembung dan memiliki bau yang tidak sedap saat
dibelah. Selain itu kondisi daun terlihat layu atau tidak segar.
Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada kasus yang ada, bahwa Pak
Darsono dalam melakukan budidaya kubis mengalami suatu permasalahan.
Adapun gejalanya berupa daun yang layu, akar kubis yang menggembung,
daunya berlubang dan menimbulkan bau yang tidak sedap karena jaringan
akar kubis yang membusuk. Kelayuan pada daun kubis dapat disebabkan oleh
kurangnya penyerapan air oleh akar karena akar yang menggembung tersebut.
Padahal lahan sudah dalam kondisi baik dimana lahan dalam keadaan bersih
dari gulma, sudah dipasangi gulma dan hampir setiap hari sudah dilakukan
perawatan dan pemeliharaan seperti, penyiangan, penyiraman air, dan
pemberian pupuk kandang. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, bahwa
kemungkinan besar penyebab dari masalah yang dialami oleh pak Darsono
diakibatkan oleh patogen. Patogen tersebut adalah Plasmodiophora brassicae,
sedangkan penyakit tanaman kubis tersebut disebut dengan akar Gada. Hal
yang dapat menyebabkan adanya patogen Plasmodiophora brassicae pada
lahan kubis tersebut adalah lingkungan yang sesuai dengan siklus hidup
Plasmodiophora brassicae yaitu memiliki keadaan tanah asam dan lembab,
lingkungan yang lembab itu sendiri disebabkan karena pada daerah tersebut
minim cahaya matahari dan memiliki intensitas hujan yang tinggi. Selain itu,
penambahan pupuk kandang atau kotoran sapi pada lahan menyebabkan tanah
menjadi lebih asam dan tidak adanya perawatan seperti penambahan kapur
sebagai penetral pH asam pada tanah. Kemungkinan lain Plasmodiophora
brassicae dapat terbawa melalui pupuk kandang atau kotoran sapi, karena
Plasmodiophora brassicae pada sisa-sisa tanaman kubis yang dimakan oleh
ternak dapat bertahan di dalam pencernaan ternak.
ii.
PENYELESAIAN KASUS
A. Akar kubis menggembung dan memiliki bau yang tidak sedap saat dibelah.
Selain itu kondisi daun terlihat layu atau tidak segar.
1. Pengolahan Lahan
a. Pengapuran
Pengapuran tanah dengan pemberian pupuk belerang (S) untuk
perlu dilakukan untuk mengatasi tanah yang memiliki pH masam hingga
mencapai pH di atas netral (pH 7,2). Hal ini dilakukan untuk membuat
lingkungan tinggal Plasmodiphora brassicae tidak sesuai dengan habitat
alaminya yang sesuai dengan tanah masam. Pengapuran tanah ini
dilakukan dengan menggunakan CaO 11,20 t/ha atau 20 t/ha.
b. Pemanasan Kompos atau Pupuk Kandang
Kompos atau pupuk kandang yang diambil dari sisa-sisa tanaman
atau kandang yang cukup lembab memungkinkan adanya patogen
Plasmodiophora brassicae. Agar cendawan penyakit tersebut mati, maka
kompos atau pupuk kandang dipanaskan terlebih dahulu sebelum
digunakan dengan cara memanaskan kompos atau pupuk kandang
dilakukan dengan memasukkannya ke dalam drum lalu dipanaskan di atas
tungku dengan bahan bakar dan kayu selama kurang lebih 1 jam. Hal
tersebut
memungkinkan
untuk
dapat
mematikan
Plasmodiophora
menggunakan
lembaran
efek
penyakit
penekanan
akar
gada
peningkatan
suhu
Sumber :
http://bakorluh.babelprov.go.id/c
ontent/solarisasi-tanah
pada
Pentachloro-nitrobenzene
(PCNB)
atau
derivat
untuk
mengaktifkan
enzim-enzim
perkecambahan
dan
VI.
Berdasarkan
KESIMPULAN
hasil
analisis
permasalahan
dapat
dan
perawatan
tanaman
yang
intensif
agar
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Sistem Rotasi Tanam sebagai
Pengendalian Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.).
http://digilib.litbang.pertanian.go.id/repository/index.php/repository/downl
oad2/958/4892. diakses tanggal 23 Oktober 2016.
Cicu. 2002. Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Pada Tanaman Kubis Dengan Tanaman Perangkap Dan Perlakuan Tanah
Pembibitan. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Harjono, I. 1996. Kubis Bunga. CV. Aneka. Solo.
Haryati, Umi, Tati B. dan Afra D. M. 2009. Konservasi Lansekap Pertanian Lahan
Kering Berbasis Sayuran Mendukung Pengembangan Agrowisata di
Dataran Tinggi Merbabu. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan
Produktivitas Sayuran Dataran Tinggi. Hal 60-87.
Kusandriani, Y. dan A. Muharam. 2005. Produksi Benih Cabai. Panduan Teknis
PTT Cabai Merah No. 1. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.