Anda di halaman 1dari 11

PAPER

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN


Dosen Pengampu : Dr. Innaka Ageng Rineksane, SP. MP.
Pada : Rabu, 19 Oktober 2016

STUDI KASUS PENYAKIT AKAR GADA PADA KUBIS DAN BAHAN


TANAM CABAI DI DESA BANYUROTO, SAWANGAN, MAGELANG,
JAWA TENGAH

Disusun oleh :
Widi Nurul Nurhartati
(20150210089)
Muhammad Fadilah
(20150210091)
Siti Puji Lestari
(20150210107)
Alfi Miftah Nurrohman
(20150210108)
Kelas : Agroteknologi B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

I.

DESKRIPSI KASUS

Pak Darsono adalah petani didaerah Banyuroto, Sawangan Magelang,


Jawa Tengah. Pak Darsono memiliki lahan seluas 500 m2 dan ditanami tanaman
budidaya berupa kubis, cabai dan tembakau. Dalam pembudidayaan kubis Pak
Darsono mendapatkan permasalahan berupa akar yang menggembung meskipun
lahan budidaya dalam keadaan bagus. Selain menggembung pada akarnya, kubis
juga menimbulkan bau busuk serta daun yang menguning dan berlubang. Disatu
sisi, pada budidaya tanaman cabainya Pak Darsono mencoba untuk menggunakan
bibit atau bahan tanam dari hasil panen tanaman cabainya sendiri. Namun, hasil
produksi tanaman cabainya rendah, hal ini diakibatkan karena buahnya tidak.
bagus, ada yang menghasilkan tetapi hasilnya jelek dan ada yang tidak berbuah.
Hal tersebut berbeda bila Pak Darsono menggunakan bibit cabai yang berasal dari
kelompok tan yang Hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan bibit cabai hasil
dari budidaya sendiri. Upaya apa yang harus dilakukan Pak Darsono dalam
mengatasi permasalahan tersebut?
II.

IDENTIFIKASI MASALAH

A.

Akar kubis menggembung dan


memiliki bau

yang tidak sedap

saat dibelah. Selain itu kondisi


daun terlihat layu atau tidak segar.
B. Buah cabai mengkerut, kecil dan
tanaman cabai tidak menghasilkan

beberapa
buah.

c. TINJAUAN PUSTAKA
i.

Kondisi Wilayah Banyuroto,


Sawangan, Magelang, Jawa Tengah
Desa Banyuroto teretak pada ketinggian 1.100-1800 mdpl dengan
topografi datar (30%), bergelombang (35%) sampai berbukit (35%). Desa
Banyuroto memiliki luas wilayah 622,130 ha. Daerah penelitian mempunyai
Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 1

tipe iklim basah dengan pola hujan III A, mempunyai curah hujan tahunan
berkisar 2000-3000 mm. Tanah di Desa Banyuroto mempunyai porositas yang
tinggi (RPT >60% volume), BD yang rendah (< 1,0), pori drainase cepat
tinggi, pori air tersedia yang cukup tinggi, dan permeabilitas yang tinggi.
Ini berarti tanah tersebut tidak padat (BD < 1,0) sehingga mempunyai daya
penetrasi yang dapat ditembus oleh akar tanaman. Tanah-tanah tersebut
mempunyai pH agak netral di lereng bagian atas dan agak masam di bagian
lereng bawah (Haryati, dkk., 2009).
ii.

Kubis (Brassica oleraceae L.)


Tanaman kubis yang merupakan tanaman sayur yang termasuk suku
kubis-kubisan (Brassicaceae) ini banyak dibudidayakan di dataran tinggi,
pada ketinggian 1000-2000 mdpl. Kubis memiliki akar serabut dan daun bulat
oval berwarna hijau pucat dengan bagian tepi bergerigi. Kubis hanya dapat
berproduksi satu kali dan setelah itu mati. Pemanen kubis bunga dapat
dilakukan pada umur 40-50 hari setelah pindah tanam, tergantung pada
varietasnya (Harjono, 1996). Keadaan iklim yang cocok adalah daerah dengan
iklim yang relatif lembab sekitar 80-90% dan dingin dengan suhu sekitar 1520oC. Kubis dapat tumbuh pada tanah gembur dengan pH 6-7. Pada tanah
masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kubis sering mengalami hambatan,
mudah

terserang

penyakit

akar

bengkak

yang

disebabkan

oleh

Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya, pada tanah basa (pH lebih dari
6,5), tanaman kubis sering terserang penyakit kaki hitam akibat patogen
Phoma lingam.
iii.

Plasmodiophora brassicae Wor.


Plasmodiophora brassicae Wor. merupakan patogen yang dapat
menyebabkan penyakit akar gada atau akar bengkak pada tanaman kubiskubisan. Hal tersebut ditandai dengan adanya gejala daun tanaman kubis yang
layu pada siang hari, namun pada malam dan pagi hari daun tersebut terlihat
segar. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil 35-100% pada setiap
panen. Akar gada masih sulit untuk diatasi karena tingginya daya tahan spora
rehat Plasmodiophora brassicae di dalam tanah. Spora yang terlepas dari akar
Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 2

yang terinfeksi tersebut menyebabkan peningkatan inokulum pada lahan yang


ditanami tanaman kubis-kubisan secara terus menerus.
Penyakit akar gada yang disebabkan oleh patogen tersebut mampu
berkembang dengan baik pada pH tanah 5,7 dengan temperatur lingkungan
17,8-25oC dan kelembaban di atas 45% serta lingkungan yang intensitas
cahaya mataharinya rendah.
iv.

Cabai (Capsicum annuum L.)


Tanaman cabai yang termasuk ke dalam suku terung-terungan

(Solanaceae) dapat beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, tanah liat
atau tanah liat berpasir. Cabai dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
memiliki ketinggian mencapai 900 mdpl. Cabai mampu bertoleransi dengan
tanah masam dengan pH berkisar antara 4-5. Sinar matahari yang banyak baik
intensitas maupun lama penyinaran sangat menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman cabai. Tinggi tanaman cabai berkisar antara 50-120 cm. Cabai
memiliki beberapa jenis antara lain cabai keriting, cabai hias, cabai rawit dan
lain sebagainya.
v.

Perlakuan Benih Cabai (Seed Treatment)


Kualitas benih merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya

tanaman. Untuk memproduksi benih, perlu dilakukan isolasi jarak, waktu


tanam dan tempat untuk pertanaman benih cabai, waktu pemanenan agar biji
masak fisiologis sehingga dapat tumbuh sempurna, seleksi kemurnian benih,
pengujian kadar air, vigor dan daya kecambah benih (Kusandriani dan
Muharam, 2005). Benih cabai juga perlu diberi perlakuan khusus agar dapat
tumbuh dengan baik seperti perendaman pada air panas dengan suhu sekitar
50o C selama semalam untuk menghilangkan patogen yang rentan terhadap
suhu tinggi yang terdapat pada benih. Untuk menghilangkan patogen pada
benih juga dapat dilakukan dengan perendaman pada larutan fungisida
Propamocarb dengan konsentrasi 0,1% selama 1 jam.

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 3

d. ANALISIS PERMASALAHAN
A. Akar kubis menggembung dan memiliki bau yang tidak sedap saat
dibelah. Selain itu kondisi daun terlihat layu atau tidak segar.
Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada kasus yang ada, bahwa Pak
Darsono dalam melakukan budidaya kubis mengalami suatu permasalahan.
Adapun gejalanya berupa daun yang layu, akar kubis yang menggembung,
daunya berlubang dan menimbulkan bau yang tidak sedap karena jaringan
akar kubis yang membusuk. Kelayuan pada daun kubis dapat disebabkan oleh
kurangnya penyerapan air oleh akar karena akar yang menggembung tersebut.
Padahal lahan sudah dalam kondisi baik dimana lahan dalam keadaan bersih
dari gulma, sudah dipasangi gulma dan hampir setiap hari sudah dilakukan
perawatan dan pemeliharaan seperti, penyiangan, penyiraman air, dan
pemberian pupuk kandang. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, bahwa
kemungkinan besar penyebab dari masalah yang dialami oleh pak Darsono
diakibatkan oleh patogen. Patogen tersebut adalah Plasmodiophora brassicae,
sedangkan penyakit tanaman kubis tersebut disebut dengan akar Gada. Hal
yang dapat menyebabkan adanya patogen Plasmodiophora brassicae pada
lahan kubis tersebut adalah lingkungan yang sesuai dengan siklus hidup
Plasmodiophora brassicae yaitu memiliki keadaan tanah asam dan lembab,
lingkungan yang lembab itu sendiri disebabkan karena pada daerah tersebut
minim cahaya matahari dan memiliki intensitas hujan yang tinggi. Selain itu,
penambahan pupuk kandang atau kotoran sapi pada lahan menyebabkan tanah
menjadi lebih asam dan tidak adanya perawatan seperti penambahan kapur
sebagai penetral pH asam pada tanah. Kemungkinan lain Plasmodiophora
brassicae dapat terbawa melalui pupuk kandang atau kotoran sapi, karena
Plasmodiophora brassicae pada sisa-sisa tanaman kubis yang dimakan oleh
ternak dapat bertahan di dalam pencernaan ternak.
ii.

Buah cabai mengkerut, kecil dan beberapa tanaman cabai tidak


menghasilkan buah.
Sedangkan ciri-ciri dari masalah tanaman cabai Pak Darsono yaitu,
benih hasil panennya sendiri dapat tumbuh, namun kondisi buah cabai tidak
begitu bagus seperti, buah cabainya mengkerut dan kecil, dan beberapa

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 4

tanaman cabai tidak menghasilkan buah. Tetapi apabila Pak Darsono


menggunakan benih dari kelompok tani, hasilnya panen cabainya bagus.
Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh kurangnya treatment
(perlakuan khusus) yang dilakukan pada benih hasil panen yang akan
digunakan sebagai bahan tanam. Hal lain yang dapat menyebabkan gagalnya
budidaya cabai tersebut adalah benih cabai yang digunakan merupakan benih
sebar (khusus untuk produksi) yang bukan digunakan untuk penghasil benih,
karena benih hasil panen benih cabai sebar telah mengalami segregasi atau
penurunan sifat yang disebabkan oleh gamet jantan dan betina.
V.

PENYELESAIAN KASUS

A. Akar kubis menggembung dan memiliki bau yang tidak sedap saat dibelah.
Selain itu kondisi daun terlihat layu atau tidak segar.
1. Pengolahan Lahan
a. Pengapuran
Pengapuran tanah dengan pemberian pupuk belerang (S) untuk
perlu dilakukan untuk mengatasi tanah yang memiliki pH masam hingga
mencapai pH di atas netral (pH 7,2). Hal ini dilakukan untuk membuat
lingkungan tinggal Plasmodiphora brassicae tidak sesuai dengan habitat
alaminya yang sesuai dengan tanah masam. Pengapuran tanah ini
dilakukan dengan menggunakan CaO 11,20 t/ha atau 20 t/ha.
b. Pemanasan Kompos atau Pupuk Kandang
Kompos atau pupuk kandang yang diambil dari sisa-sisa tanaman
atau kandang yang cukup lembab memungkinkan adanya patogen
Plasmodiophora brassicae. Agar cendawan penyakit tersebut mati, maka
kompos atau pupuk kandang dipanaskan terlebih dahulu sebelum
digunakan dengan cara memanaskan kompos atau pupuk kandang
dilakukan dengan memasukkannya ke dalam drum lalu dipanaskan di atas
tungku dengan bahan bakar dan kayu selama kurang lebih 1 jam. Hal
tersebut

memungkinkan

untuk

dapat

mematikan

Plasmodiophora

brassicae karena patogen tersebut hanya mampu hidup hingga suhu


27,2oC.
c. Solarisasi Tanah

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 5

Solarisasi tanah atau peningkatan suhu pada tanah dapat dilakukan


dengan

menggunakan

lembaran

plastik transparan yang diletakkan


pada atas tanah. Solarisasi tanah
menunjukkan
terhadap

efek

penyakit

penekanan
akar

gada

(Horiuchi et. al., 1982 dalam Cicu,


2002). Namun solarisasi tidak secara
langsung memberikan efek kematian
akibat

peningkatan

suhu

Sumber :
http://bakorluh.babelprov.go.id/c
ontent/solarisasi-tanah

pada

patogen penyebab penyakit akar gada. Hal tersebut dikarenakan terjadinya


perubahan populasi mikrobia tanah terutama aktinomisetes yang umumya
berpotensi sebagai mikrobia antagonis terhadap patogen tanaman.
1. Cara Solarisasi Tanah
a. Bahan :
1. Kompos atau pupuk kandang.
2. Plastik bening/transparan tebal 0,03 mm-0,05 mm.
b. Cara :
1. Mengolah tanah dengan membuat guludan setinggi 15 cm dan
selebar 2/3 lebar plastik.
2. Menyebarkan pupuk secukupnya dan aduk secara merata.
3. Menyiram dengan air sampai lembab sedalam 15 cm.
4. Menutup bedengan dengan plastik bening dan biarkan selama 23 minggu.
2. Teknik Penanaman dan Perawatan
a. Tanaman Perangkap Caisin (Brassica rapa)
Pada prinsipnya, penggunaan tanaman perangkap dapat merangsang
perkecambahan spora rehat patogen di dalam tanah dan kemudian tanaman
tersebut dipanen atau dimusnahkan sebelum siklus hidup patogen tersebut
sempurna sehingga hal tersebut dapat mengurangi populasi patogen di
dalam tanah (Parbery dan Morgan, 1980 dalam Cicu, 2002). Perlakuan
satu kali tanam tanaman perangkap sebelum lahan ditanami tanaman
budidaya utama yaitu kubis dapat mengurangi penyakit akar gada secara

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 6

nyata. Hal tersebut dikarenakan inokulum Plasmodiophora brassicae telah


berkurang karena sebagian patogen tersebut telah menginfeksi tanaman
caisin atau sudah terperangkap sehingga inokulum penyakit akar gada
pada tanaman kubis menurun. Namun penanaman tanaman perangkap
lebih dari satu kali dapat meningkatkan inokulum karena spora rehat
Plasmodiophora brassicae dalam tanah dapat terlepas dari tanaman
perangkap saat pemanenan.
b. Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman (crop rotation) dapat menjadi metode yang efektif
untuk mengendalikan penyakit yang berasal dari tanah seperti akar gada.
Rotasi tersebut dimaksudkan untuk memutus siklus hidup patogen.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman selingan adalah bawang,
wortel, tomat, kentang maupun jagung. Seperti yang terdapat pada tabel,
berikut :

Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2004).


c. Penggunaan fungisida
Fumigasi tanah dengan metil bromida dapat mematikan
P.brassicae, tetapi cara ini tidak dianjurkan di lapangan karena berbahaya
dan mahal. Pencelupan akar bibit dengan cairan fungisida yang
mengandung

Pentachloro-nitrobenzene

(PCNB)

atau

derivat

Benzimidazole dapat mengurangi intensitas penyakit akar gada dalam


beberapa kasus.
Pengaplikasian fungsida dilakukan dengan cara melarutkan fungisida 250
ml kedalam 1 liter air kemudian mengaplikasikannya ke lahan.
ii. Buah cabai mengkerut, kecil dan beberapa tanaman cabai tidak
menghasilkan buah.
1. Perlakuan Benih Cabai (Seed treatment)
Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 7

Tahap yang perlu dilakukan ntuk memproduksi benih antara lain


adalah benih dipanen pada umur 4 bulan, kemudian biji dipisahkan dari
daging buahnya dan selanjutnya dikering anginkan atau dipanaskan pada
suhu 34o C selama 5-6 hari. Setelah itu benih perlumendapatkan sortasi
benih yang bernas bernas dan ukuran normal. Benih kemudian direndam
pada pestisida Metalaxyl dengan konsentrasi 0,2%. Bila benih akan
disimpan, kadar air harus mencapai 7-8% dan suhu untuk penyimpanan
jangka lama adalah suhu rendah, sedangkan untuk penyimpanan jangka
menengah adalah suhu 16-20o C dengan kelembaban 50%.
Perlakuan benih cabai dapat dilakukan dengan perendaman air
hangat

untuk

mengaktifkan

enzim-enzim

perkecambahan

dan

menghilangkan patogen yang rentan terhadap suhu tinggi yang terdapat


pada benih. Benih cabai juga perlu direndam dalam larutan fungisida agar
lebih efektif menghilangkan patogen. Untuk memaksimalkan benih dalam
pertumbuhannya dapat dilakukan dengan perendaman pada larutan ZPT
maupun hormon pertumbuhan.
2. Penggunaan Benih Penjenis (Breeder Seed) Hingga Benih Pokok (Stock
Seed)
Benih memiliki 4 tingkatan yaitu benih penjenis (breeder seed)
sebagai sumber benih, benih dasar (foundation seed) sebagai benih turunan
pertama dari benih penjenis, benih pokok (stock seed) sebegai benih
turunan kedua dari benih penjenis dan benih sebar (extension seed) sebagai
benih turunan terakhir dan hanya dipergunakan sebagai produksi.
Benih penjenis diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman atau
instansi yang menanganinya (Lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi).
Benih ini digunakan sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar.
Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi, tetapi diberikan
label yang berwarna putih. Sehingga apabila ingin memproduksi benih
sendiri untuk budidaya, petani harus menanam tanaman budidaya dengan
benih penjenis karena benih tersebut merupakan sumber utama
perbanyakan tanaman dengan benih atau minimal menanam benih pokok
karena benih tersebut masih memiliki banyak kesamaan gen dengan benih

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 8

penjenis. Sedangkan benih hasil dari budidaya cabai yang merupakan


keturunan dari benih sebar (khusus untuk produksi) yang bukan digunakan
untuk penghasil benih, telah mengalami segregasi atau penurunan sifat
yang disebabkan oleh gamet jantan dan betina.

VI.
Berdasarkan

KESIMPULAN

hasil

analisis

permasalahan

dapat

disimpulkan bahwa budidaya tanaman membutuhkan benih yang


berkualitas

dan

perawatan

tanaman

yang

intensif

agar

memberikan hasil yang optimal. Pada studi kasus yang dialami


Pak Darsono, terdapat beberapa penyelesaian, antara lain :
1. Penyakit akar gada dapat dikendalikan dengan pengapuran, pemanasan
kompos, solarisasi tanah, tanaman perangkap berupa caisin, rotasi tanaman
dan penggunaan fungisida.
2. Produksi benih harus melalui perlakuan khusus pada benih (seed treatment)
dan penggunaan benih penjenis (breeder seed) hingga benih pokok (stock
seed).

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 9

DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Sistem Rotasi Tanam sebagai
Pengendalian Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.).
http://digilib.litbang.pertanian.go.id/repository/index.php/repository/downl
oad2/958/4892. diakses tanggal 23 Oktober 2016.
Cicu. 2002. Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Pada Tanaman Kubis Dengan Tanaman Perangkap Dan Perlakuan Tanah
Pembibitan. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Harjono, I. 1996. Kubis Bunga. CV. Aneka. Solo.
Haryati, Umi, Tati B. dan Afra D. M. 2009. Konservasi Lansekap Pertanian Lahan
Kering Berbasis Sayuran Mendukung Pengembangan Agrowisata di
Dataran Tinggi Merbabu. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan
Produktivitas Sayuran Dataran Tinggi. Hal 60-87.
Kusandriani, Y. dan A. Muharam. 2005. Produksi Benih Cabai. Panduan Teknis
PTT Cabai Merah No. 1. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Paper Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman | 10

Anda mungkin juga menyukai