Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN AGRIBISNIS HORTIKULTURA

SURVEI PASAR DAN OBSERVASI LAHAN


KOMODITAS HORTIKULTURA : MENTIMUN

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Setyana Yulianingsih (20150210065)


2. Roni Handika (20150210079)
3. Widi Nurul (20150210089)
4. Muhammad Fadillah (20150210091)
5. Ahmad Syaifudin Ansori (20150210112)

Agroteknologi B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

2017
I. PENDAHULUAN

Mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu komoditi hortikultura dari


famili Cucurbitaceae yang dibutuhkan sebagai bahan makanan yang mengandung
vitamin, zat besi, kalium, kalsium serta fosfor yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia, sehingga tomat layak dibudidayakan karena berbagai macam
manfaatnya tersebut. Komoditas mentimun tersebut banyak berasal dari Jawa
Tengah, Barat, Timur, Bengkulu serta Aceh.
Menurut Kementerian Pertanian RI (2012), konsumsi mentimun di Indonesia
pada tahun 2011 yaitu sebanyak 1,773 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2011,
ketersediaan mentimun di Indonesia yaitu 522 ton dengan ketersediaan per kapita
yaitu 2,06 kg/kapita/tahun. Dari jumlah total ketersediaan mentimun tersebut,
sebanyak 4 ton dipergunakan sebagai bibit yang akan dibudidayakan kembali,
sebanyak 505 ton dipergunakan sebagai bahan makanan dan sebanyak 13 ton
merupakan mentimun yang tercecer atau rusak serta tidak memenuhi syarat baik
sebagai bibit maupun bahan makanan (Kementerian Pertanian RI, 2012).
Produktivitas mentimun di Indonesia pada tahun 2016 yaitu mencapai 10,19
ton/ha. Namun produktivitas tersebut menurun dari tahun 2015 sebanyak 0,81%
(Kementrian Pertanian RI, 2017). Produktivitas mentimun yang menurun tersebut
dapat menjadikan kurangnya pasokan mentimun untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang juga dapat mengalami peningkatan seiring pertumbuhan
penduduk baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga perlu dilakukan
lebih banyak budidaya mentimun atau peningkatan produktivitas lahan mentimun.
Menurut petani yang kami survei, budidaya mentimun tidak memerlukan
modal yang begitu besar, karena perawatan yang dilakukan dalam budidaya
mentimun juga tidak terlalu banyak serta mentimun dapat dipanen beberapa kali
setelah berbuah, sehingga budidaya mentimun akan menguntungkan bagi orang
yang membudidayakannya.
II. HASIL SURVEI PASAR

PASAR
No. URAIAN PASAR AMBARKETAWANG PASAR GIWANGAN PASAR GAMPING
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jumlah
1. 50 80 60 100 50 60 120 90 100
Kebutuhan
Waktu Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari

Bentuk Buah segar Buah segar Buah Segar Buah segar Buah segar Buah Segar Buah segar Buah segar Buah Segar
2. Harga
Terendah 4.000/kg 4.000/kg 3.000/kg 2.000/kg 2.000/kg 2.000/kg 2.000/kg 1.800/kg 2.000/kg

Rata-rata 5.000/kg 5.000/kg 4.000/kg 3.500/kg 4.000/kg 4.000/kg 4.000/kg 3.000/kg 4.000/kg

Tertinggi 6.000/kg 6.000/kg 6.000/kg 5.000/kg 5.000/kg 5.000/kg 6.000/kg 5.000/kg 6.000/kg

3. Prospek
Tempel, Klaten, Temanggung,
Pasokan Munthilan Munthilan Boyolali Munthilan
Munthilan Munthilan Munthilan
Munthilan Munthilan
Peluang 50 80 60 100 50 60 120 90 100
Mentimun yag pada umunya masih segar, tidak banyak luka, ukuran yang besar-besar dan memiliki bentuk mentimun
Persyaratan
lonjong sempurna.
A. Kebutuhan Komoditas
Survei pasar konsumen untuk komoditas tanaman hortikultura yaitu
mentimun, dilaksanakan pada hari Jumat, 22 September pukul 15.45 WIB di
Pasar Ambarketawang. Sedangkan survei pasar antara komoditas hortikultura
mentimun, kami laksanakan di pasar dan waktu yang sama karena di Pasar
Ambarketawang juga terdapat banyak tengkulak yang membeli dagangan
mentimun untuk dijual kembali.
Berdasarkan hasil survei, didapatkan informasi mengenai penjualan dan
pemasokan komoditas mentimun yang pada umumnya telah memenuhi kebutuhan
konsumen. Jumlah kebutuhan komoditas Mentimun sebanyak 50 kg, 80 kg, dan
60 kg. Namun ketika kebutuhan konsumen meningkat, pasokan mentimun akan
mengalami kekurangan sehingga budidaya mentimun tetap dapat dilakukan oleh
petani. Mentimun tersebut dipasarkan dalam bentuk buah segar sesuai dengan
permintaan di pasaran.
Kemudian untuk komoditi hortikultura jenis mentimun di Pasar Giwangan
biasa dipasok pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Jumlah kebutuhan
mentimun adalah sebanyak 100 kg, 50 kg, dan 60 kg per harinya. Mentimun yang
dijual kepada konsumen langsung, maupun kepada tengkulak untuk dijual
kembali dalam keadaan segar dengan menggunakan keranjang bambu yang
dimuat menggunakan mobil pick up untuk mendistribusian atau pemasokan.
Survei pasar distribusi dilakukan di Pasar Gamping, dilaksanakan pada hari
Jumat, 22 September pukul 22.00 WIB hingga hari Sabtu, 23 September 2017
pukul 00.30 WIB. Kebutuhan komoditas hortikultura mentimun di Pasar Gamping
yaitu sebanyak 120 kg, 90 kg, dan 100 kg. Mentimun di Pasar Gamping ini
didistribusikan dalam keadaan segar dengan dikemas menggunakan keranjang
bambu dan diangkut dengan menggunakan mobil pick up.

B. Harga/Nilai Jual
Harga Mentimun yang dijual kepada konsumen di Pasar Ambarketawang yaitu
dijual dengan harga yang paling tinggi Rp 6.000,-/kg, sedangkan normalnya
adalah Rp 5.000,-/kg dan harga terendah yaitu Rp 4.000,-/kg. Fluktuasi harga dari
mentimun sendiri dipengaruhi oleh harga kulakan dari mentimun dan musim
panen raya, yang kemudian mengakibatkan harga mentimun di pasaran berubah.
Dari harga jual tersebut, petani dan pedagang telah mendapatkan keuntungan.
Sedangkan, untuk pedagang kedua di Pasar Ambarketawang yang menjual
mentimun mulai dari harga Rp 4.000/kg, Rp 5.000/kg, dan harga tertinggi adalah
Rp 6.000/kg. Kemudian untuk pedagang mentimun yang ketiga menjual
mentimun dnegna harga terendah Rp 3.000/kg, rata-rata Rp 4.000/kg, dan
tertinggi adalah Rp 6.000/kg.
Mentimun di Pasar Giwangan sebagai pasar antara yang dapat dijual langsung
kepada konsumen dan atau tengkulak untuk dijual kembali oleh tengkulak. Harga
mentimun di Pasar Ambarketawang dijual dengan harga terendah mulai dari Rp
2.000/kg, untuk harga tertinggi adalah Rp 5.000/kg sedangkan penjualan
mentimun rata-rata dengan harga Rp 3.500/kg. Kemudian untuk pedagang kedua
dan ketiga dijual dengan harga sama yaitu harga terendah Rp 2.000/kg, rata-rata
Rp 4.000/kg dan harga tertinggi Rp 5.000/kg
Kemudian untuk harga di pasar distribusi yaitu pasar Gamping dengan harga
Mentimun yang dijual oleh Ibu Sudirah dipasok langsung dari petani di wilayah
Dukuh, Munthilan dengan setiap kali pasokan berjumlah 120 kg dan 100 kg.
Mentimun ini dijual seharga Rp 2.000,-/kg. Harga pada saat ini tergolong rendah,
hal ini dikarenakan petani mentimun di daerah Dukuh sedang panen raya. Namun
apabila jumlah mentimun berkurang, maka harga mentimun akan naik sampai Rp
6.000,-/kg. Kemudian untuk harga rata-rata komoditas hortikultura mentimun di
pasar Gamping adalah Rp 4.000/kg. Kemudian untuk distributor kedua mentimun
dipasok dengan jumlah 90 kg seharga terendah Rp 1.800/kg, rata-rata Rp
3.000/kg, dan harga tertinggi adalah Rp 5.000/kg. sedangkan untuk distributor
ketiga dengan jumlah pasokan sebanyak 100 kg seharga Rp 2.000/kg yang
terendah, rata-rata Rp 4.000/ kg, dan harga tertinggi Rp 6.000/kg

C. Prospek
Pasokan mentimun yang kami survei di Pasar Ambarketawang berasal dari
petani mentimun di daerah Dukuh, Munthilan dan Boyolali. Mentimun diperjual
belikan tanpa diberi perlakuan khusus dalam pengemasannya. Pedagang yang
menjual mentimun kepada konsumen dapat memasok dari pedagang lain (pasar
antara), namun ada beberapa yang mendapat pasokan dari distributor dengan
menggunakan pick up. Pada pasar distribusi, mentimun diletakkan pada keranjang
bambu, saat dijual ke konsumen mentimun hanya diletakkan di meja yang
kemudian para konsumen memilih sendiri mentimun yang akan dibeli, dan
kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian untuk
peluang mentimun yang terjual untuk ketiga responden sebanyak 50 kg, 80 kg,
dan 60 kg.
Prospek mentimun di pasar antara yaitu Pasar Giwangan, pasokannya berasal
dari daerah Tempel, Temanggung, Klaten dan Munthilan. Peluang untuk
mentimun terjual langsung ke konsumen maupun dibeli oleh tengkulak kembali
adalah sebanyak 100 kg, 50 kg, dan 60 kg. Mentimun ini dijual oleh pedagang
tanpa melalui tahap pengemesan sehingga mentimun dijual dan diletakkan begitu
saja dengan kondisi masih di dalam keranjang bambu, apabila konsumen ingin
membeli maka konsumen akan memilih sendiri mentimun yang diinginkan dan
kemudian ditimbang dan selanjutnya dikemas dengan kantong palstik gelap.
Kemudian untuk pasar distribusi yaitu Pasar Gamping, mentimun yang
didistribusikan berasal dari daerah Munthilan untuk ketiga responden. Sedangkan
untuk peluang mentimun yang didistribusikan ke pedagang-pedagang untuk
distributor pertama sebanyak 120 kg, distributor kedua 90 kg, dan distributor
ketiga sebanyak 100 kg.
Persyaratan untuk menyuplai atau menerima pasokan maupun memasok
mentimun mentimun ke tiga pasar yaitu Pasar Ambarketawang (pasar konsumen),
Pasar Giwangan (pasar antara), dan Pasar Gamping (pasar distribusi) hampir sama
semua yaitu mentimun yang pada umunya masih segar, tidak banyak luka, ukuran
yang besar-besar dan memiliki bentuk timun lonjong sempurna.
III. HASIL SURVEI TEKNOLOGI

A. Teknologi Budidaya Mentimun


1. Good Agriculture Practices (GAP) Teknik Budidaya Mentimun
a. Pengolahan Tanah dan Pembedengan
Lahan pertanaman mentimun perlu diolah, dibajak, atau dicangkul
sedalam 20-30 cm agar terbentuk lingkungan perakaran yang baik. Lahan juga
harus dibersihkan dari rerumputan dan gulma (Sumpena, 2001). Persiapan dan
pengolahan lahan dilakukan 1 bulan sebelum tanam. Setelah panen tanaman
yang dibudidayakan sebelumnya, lahan didiamkan terlebih dahulu selama 1
minggu agar bibit penyakit yang mungkin ada dalam tanah dapat terbasmi
oleh sinar matahari. Tanah dibajak dan digaru atau dicangkul kira-kira 2
minggu sebelum tanam untuk menciptakan kondisi tanah yang berstruktur
gembur kemudian dibuat bedengan. Bedengan untuk tanamn mentimun
berukuran 6 x 1,5 m dan tinggi bedengan 30 cm dengan jarak antar
bedengan 1 m. Sebelum dan sesudah tanah diolah kemudian di round up
selama 3 kali, tujuannya adalah membasmi gulma yang ada pada tanah sampai
ke akar-akarnya.
Untuk mendapat produksi yang tinggi dan kualitasnya baik, tanaman
mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung
humus, tidak menggenang dan pH-nya berkisar antara 6-7 (Rukmana, 1994).
Tanaman mentimun membutuhkan tanah yang ringan, tempat yang terbuka
atau mudah meneirma sinar matahari. Tanah dikerjakan dengan membajak dan
disisr sampai menjadi rata. Pada saat mengerjakan tanah ini seklaigus diberi
pupuk kompos.

b. Persiapan Bahan Tanam dan Penanaman


Sebelum benih ditanam, sebaiknya media persemaian dipersiapkan
terlebih dahulu. Media persemaian itu berupa campuran tanah dan pupuk
kandangn dengan perbandingan 7 : 3. Sebagai tempat media persemaian dapat
digunakan polybag atau kantung plastik transparan.
Tempat penanaman sebelum digunakan, media semai disterilkan dulu
dengan Firadan. Meskipun benih dapat langsung ditanam, namun untuk
mengurangi kegagalan sebaiknya benih mendapatkan perlakuan sebagai
beirkut :
1. Benih direndam selama 15 menit. Benih yang mengapung sebaiknya
dibuang, sedangkan benih yang tenggelam direndam kembali selama 24
jam.
2. Benih yang telah direndam dipindahkan ke lipatan handuk basah selama
12 jam hingga bakal akarnya keluar.
3. Setelah bakal akar keluar, benih dapat langsung ditanam di tempat yang
telah disipakan. Pada musim hujan, persemaian harus diberi atap plastik
transparan, dengan mengusahakan sinar matahari dapat masuk 35%.
4. Tanah persemaian disiram setiap 1-2 hari sekali. Penenamam bibit dapat
dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah memilki dua
daun dengan jarak tanam optimal adalah 120 x 40 cm (Sunarjono, 2005).
Penanaman tanaman mentimun diusahakan pada pagi hari. Penanaman
mentimun ini jga diusahakan pada awal muism kemarau sehingga tanaman
mentimun dapat tumbuh secara optimal. Benih mentimun langusng
dibenamkan ke lubnag tanamn, dalamnya lubnag yaitu 5-6 cm dan jarak anatr
tanaman 40 x 40 cm. waktu tanam mentimun yang paling baik adalah pada
akhir musim hujan Maret atau April pada musim kemarau. Jika penanaman
dnegna menggunakan bibit dapat dilakukan pada pagi hari sebleum jam 9 atua
sore hari setelah jam 3, agar suhu matahari tidak terlalu panas. Sebelum bibit
ditanam bedengan disiram terlebih dahulu agar lembab.

c. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Tanaman mentimun perlu banyak air, terutama waktu pembungaan, tetapi
air tanahnya tidak menggenang. Walaupun demikian tanaman tidak senang
banyak hujan (Sunarjono, 2004). Penyiraman hanya dilakukan apabila air
tanah dan air hujan kurang. Pada minggu pertama, tanaman disiram 1-2 hari
sekali dan pada minggu berikutnya setiap 4-6 hari sekali (Setiawan, 1994).
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan seawal mungkin yakni sejak tanam hingga umur 15
hari setelah tanam. Pada sistem tanam langsung, penyulaman tanaman yang
mati atau tumbuhnya abnormal diganti dengan benih yang baru (Rukmana,
1994).
3. Pemasangan Mulsa
Mulsa digunakan untuk menekan kelembaban dan pertumbuhan gulma.
Selain mulsa plastik, dapat digunakan potongan rumput atau jerami kering
sebagai mulsa. Pemasangan mulsa sampai ke bawah bedengan hingga
menutupi bedengan, untuk mempersempit pertumbuhan gulma. Lubang tanam
dibuat dengan menggunakan kaleng susu bekas dengan ukuran 10 cm.
4. Pemasangan Ajir
Mentimun memanjang dengan perantara sulur dan sekali berdiri pada para-
para akan memanjat dan bercabang secara bebas, sehingga perlu dilakukan
pengikatan tanaman pada tonggak para-para (William, 1993). Tanaman
mentimun dapat dirambatkan dengan menancapkan lanjaran dari bambu kecil
atau disebut ajir. Sulur tanaman mentimun dibelitkan pada ajir agar tanaman
dapat merambat (Nazarudin, 1998). Pemasangan ajir dari bambu dengan
ketinggian 2,5 m, pada setiap lubang tanam dengan kedalaman 20 cm dan
tiap batang bambu dihubungkan dengan batang bambu lainnya agar dapat
membantu berdirinya tanaman mentimun.
5. Pemangkasan
Tanaman mentimun yang tumbuh dengan sangat lebat harus dilakukan
pemangkasan dengan cara memotong pada ujung-ujung tanaman dan
meninggalkan 3-4 helai daun (Soewito, 1990). Pemangkasan bertujuan agar
aerasi lancar, tembus cahaya, lebih cepat berbuah dan mengurangi penyakit.
Pemangkasan dilakukan dengan cara menghilangkan semua buah yang ada di
bawah ruas keempat batang sulur yang terikat pada ajir. Bakal buah yang
terdapat di atas ruas kelima dan selanjutnya dipertahankan. Pada ruas pertama
dahan sulur, setelah daun mengembang dapat dilakukan pemetikan pucuk
supaya buah dapat tumbuh besar. Buah yang bentuknya tidak normal atau
tidak sempurna harus segera dipetik atau dipangkas.
6. Pemupukan
Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat yang
sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil
mentimun. Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik yang berupa pupuk kandang biasanya
diberikan pada saat pengolahan lahan. Sementara pupuk anorganik yang
beruapa pupuk buatan diberikan sebagai pupuk susulan (Soempena, 2004).
Tanaman mentimun akan tumbuh dan menghasilkan buah yang baik
apabila tanah banyak mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium.
Tanaman mentimun harus diberi pupuk, agar pertumbuhan tanaman lebih
cepat dan menghasilkan buah yang memuaskan (Soewito, 1990). Pemupukan
yang pertama atau pupuk dasar diberikan sesaat setelah tanah diolah dengan
mencampur tanah dan pupuk kompos organik sebanyak 665 kg/300 m 2 dan
pupuk SP-36 16 kg/300 m2. Setelah itu tanah didiamkan terlebih dahulu
selama 3-4 hari agar komposisi pupuk yang diberikan dapat tercampur
sempurna dengan matang, kemudian dilakukan penimbunana tanah agar
bedengan menjadi sempurna.
Mentimun merupakan tanaman yang berakar pendek, sehingga pemberian
pupuk dasar maupun susulan sangat sederhana. Setiap 0,1 ha memerlukan 2
ton kompos masak atau 300 kg pupuk organik, Nitrogen 11,5 hingga 15 kg,
Phospat 4-7 kg, Kalium 16 hingga 22,5 kg dengan perbandinagn 2,4 : 1 : 3,5.
Penggunaan pupuk juga harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.
Pupuk susulan dengan perbandingan Nitorgen 15 : Phospor 15 : Magnesium 4,
diberikan lima kali sejak masa pembibitan dengan dosis setiap 300 m 2
menggunakan 30-40 kg.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman mentimun adalah faktor
pembatas produksi, tanaman yang terserang hama dan penyakit kuantitas dan
kualitas produksinya buruk. Bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman
mentimun (Nazarudin, 1998). Hama yang menyerang tanaman mentimun
adalah sebagai berikut :
a. Oteng-oteng (Epilachna sp.)
Hama ini berupa jumbang daun kecil yang panjangnya kurang lebih 1 cm,
sayap berwarna kuning polos dan mengkilap. Kumbang ini aktif pada senja
dan malam hari, bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag) dan dapat
berpindah-pindah dari tanaman ke tanaman lain dengan cara terbang. Cara
penyerangan hama ini adalah merusak dan memakan daging daun, sehingga
menimbulkan gejala lubang-lubang pada daun. Serangan ham ini cukup berat
semua jaringan duan habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya saja
(Rukmana, 1994).
b. Bekicot
Hama ini biasanya menyerang tanaamn mentimun yang masih muda dan
dapat juga memanjat sampai keatas pada pucuk tanamn yang muda-muda.
Tanaman yang diserang bekicot ini menjadi patah seperti dipotong.
Mencegahnya ialah memebrsihkan tumpukan-tumpukan batu, sampah-sampah
dan rerumputan yang ada di sekitar tanaman yang dapat dipergunakan sebagai
tempat bersembunyi bekicot. Pengendalian hama bekicot dilakukan dengan
cara mencari bekicot tersebut, lalu dihancurkan atau ditaburi garam (Soewito,
1990).
c. Aphids, adalah jenis kutu daun berwarnah hijau menyerang dengan cara
menghisap cairan buah.
d. Lalat buah, yang menyerang buah dengan cara menyuntikan telur kedalam
daging buah dan menyebabkan buah membusuk.
Penyakit yang dapat menyerang tanaman mentimun iaalah bercak-bercak
yang menyerang daun (angular leaf spot) cirinya adalah diikuti dengan
layunya daun. Penyebabnya ialah bakteri Pseudomonas sp.. Bila penyakit ini
menyerang tanaman mentimun sebaiknya dimusnahkan saja karena dapat
menjalar pada tanaman lain dengan cara dibakar agar tidak menualr
(Nazarudin, 1998).

d. Panen
Panen dilakukan dengan hati-hati agar buah tidak terluka atau patah.
Sebaiknya tidak melakukan panen diatas pukul 11.00 siang hari karena buah
mentimun tidak terdapat embun. Cara panennya memetik (memotong) tangkai
buah dengan alat bnatu pisau atau gunting tajam agar tidak merusak tanaman
(Rukmana, 1994). Tanaman mentimun berbunga mulai umur 45-50 hari dari
waktu tanam. Panen pertama ketika tanaman berumur dua bulan dari wkatu
tanam. Tanaman yang terawat dengan baik dan sehat dapat menghasilkan 20
ton buah tiap hektarnya (Sunarjono, 2004).
Pemungutan mentimun harus dilakukan setelah buah besar. Buah
mentimun tidak boleh dipungut terlalu tua. Biasanya bbuah yang berwarna
pucat biasanya jelek (Anonim, 1992).

e. Pasca Panen
Rangakain kegiatan pasca panen yang dilakukan dengan benar akan
menjaga kualitas mentimun yang diapnen. Kegiatan pasca panen meliputi
sortasi, pembersihan, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan
pemasaran (Soempena, 2004).
Pengemasan merupakan kegiatan sebelum pemasaran. Kegiatan
pengemasan bertujuan untuk mencegah kerusakan, kehilangan hasil, dan
menjaga mutu dan penmapilan tetap menarik. Jenis kemasan yang ideal adalah
mudah diangkut aman dan ekonomis. Prinsip penggunaan kemasan adalah
ekonomis, bahan banyak tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dan dapat
melindungi, mempunyai ventilasi, tidka menyerap bahan mudah dibuang
(Soempena, 2004).

2. Teknik Budidaya Mentimun Petani


Observasi lahan mentimun dilakukan pada dua tempat yaitu lahan milik
Bapak Tri di Gondowulung, Wulunggunung, Sawangan, Magelang, Jawa
Tengah dan lahan milik Bapak Budi di Pleret, Panjatan, Kulon Progo, D. I.
Yogyakarta.
1. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan milik Bapak Tri dan Bapak Budi merupakan lahan pribadi,
sehingga tidak memerlukan biaya sewa lahan.
Bapak Tri mengolah lahan dengan pencangkulan dan penggemburan
tanah dengan menggunakan cangkul, yang selanjutnya dicampurkan pupuk
kandang, dibuat bedengan dan dipasangi mulsa. Lahan yang telah diolah
didiamkan selama 1 minggu hingga siap untuk ditanami benih mentimun.
Berbeda dengan Bapak Tri, Bapak Budi tidak melakukan pengolahan
tanah. Hal tersebut dikarenakan lahan yang digunakan merupakan lahan
bekas budidaya cabai, yang mana tanaman cabai yang sudah tidak
produktif tersebut akan menjadi ajir bagi mentimun yang dibudidayakan.
Bapak Budi juga menggunakan mulsa dalam membudidayakan mentimun.
Mulsa tersebut merupakan mulsa sisa budidaya cabai yang sebelumnya
ditanam di lahan tersebut.
2. Persiapan Bahan Tanam
Varietas mentimun yang dibudidayakan oleh Bapak Tri dan Bapak
Budi adalah Hercules, disamping itu Bapak Tri juga membudidayakan
varietas Lumintu. Bapak Tri membeli benih mentimun Hercules dengan
harga Rp 45.000,- sedangkan Bapak Budi membeli benih mentimun
Hercules dengan harga Rp 55.000,-. Benih mentimun yang telah dibeli di
toko pertanian, akan langsung ditanam pada lahan tanpa dibibitkan terlebih
dahulu.
3. Penanaman dan Sistem Tanam
Bapak Tri dan Bapak Budi mampu menanam sebanyak 1.000 tanaman
mentimun di lahan milik mereka. Penanaman benih mentimun, dilakukan
Bapak Tri secara langsung ke lahan tanpa menyemaikannya terlebih dulu.
Penanaman dilakukan sesuai dengan lubang pada mulsa yang telah dibuat
zig-zag.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Bapak Budi, yangmana Bapak Budi
menanam secara langsung benih mentimun ke lahan tanpa
menyemaikannya. Bapak Budi menanam mentimun pada sisa lubang
pupuk tanaman cabai dan per tanaman diberi jarak satu lubang. Jarak
tanam yang digunakan Bapak Budi yaitu 60 cm x 80 cm.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan secara berkala untuk menjaga
tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum.
Pemeliharaan tanaman mentimun yang dilakukan Bapak Tri antara lain
penyiraman, pemberian ajir dan pengendalian hama, namun Bapak Tri
tidak melakukan pemupukan susulan dan hanya mengandalkan pupuk
kandang yang telah diberikan pada awal pengolahan lahan sebagai pupuk
dasar. Penyiraman mentimun dilakukan Bapak Tri menggunakan air pam
untuk penanaman pada musim kemarau yang dilakukan 1 minggu sekali,
namun pada musim penghujan Bapak Tri tidak melakukan penyiraman.
Sejak penanaman benih mentimun, Bapak Tri sudah memasangi ajir dari
bambu yang dibuat sendiri dengan tinnggi 1,5 meter. Sedangkan untuk
pengendalian hama, Bapak Tri menggunakan pestisida yiatu culacron
untuk mengendalikan hama ulat.
Sedangkan dalam memelihara tanaman mentimun, Bapak Budi
melakukan pemberian pupuk tambahan NPK Biru pada tanaman umur 1
minggu dan pemanenan kedua, serta menggunakan nutrisi tambahan yaitu
Amura Bio dan Amura Humat. Penyiraman pada musim kemarau
dilakukan 2 hari sekali. Bapak Budi tidak memasang ajir bambu karena
ajir pada budidaya mentimun di lahan Bapak Budi menggunakan bekas
tanaman cabai yang sudah tidak produktif. Untuk pengendalian hama,
tidak digunakan pestisida, hal tersebut karena tidak banyak hama yang
menyerang mentimun serta pertimbangan kehigienisan mentimun yang
dikonsumsi secara langsung oleh konsumen.
5. Panen dan Pasca Panen
Mentimun varietas Hercules dan Lumintu memiliki umur panen 40
hari. Pemanenan mentimun dilakukan dalam beberapa kali. Panen pertama
dari buah yang paling bawah biasanya sebanyak 50 kg, panen kedua
sebanyak 200 kg, dan panen ketiga mencapai 400 kg. Bapak Tri dapat
melakukan pemanenan sebanyak 4-5 kali, dengan pemanenan awal pada
buah bagian bawah tanaman, kemudian tengah dan atas. Satu tanaman
mentimun dapat mencapai 5-7 buah, namun menurut Bapak Tri jumlah
buah mentimun yang paling bagus adalah 4-5 buah dalam satu tanaman,
sehingga ukuran mentimun dapat mencapai ukuran yang optimum. Panen
mentimun oleh Bapak Budi dapat dilakukan 7 hingga 12 kali, tergantung
seberapa banyak bunga yang ada. Pemanenan pertama mampu mencapai
93 kg, pemanenan selanjutnya 168 kg, kemudian 194 kg, 133 kg, 98 kg,
148 kg, 97 kg, 111 kg, 87 kg dan pemanenan terakhir yaitu 77 kg. Dari
kelima pemanenan tersebut, kebun mentimun milik Bapak Budi masih
mempunyai potensi untuk panen hingga 12 kali.
Kemudian kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh Bapak Tri yaitu
melakukan penyortiran dengan memilih mentimun yang bagus, layak
dijual, tidak busuk, dan tidak cacat. Mentimun yang tidak layak akan
dibuang oleh Bapak Tri. Setelah penyortiran Bapak Tri menjual hasil
panennya sendiri ke pasar yang diangkut dengan sepeda motor dan dijual
sampai habis jika belum habis di satu pasar maka Bapak Tri pindah lokasi
jualan untuk menghabiskan hasil panennya. Bapak Tri sendiri menjual
hasil panen mentimunnya kepada konsumen dengan keranjang dan
biasanya konsumen membeli dengan jumlah banyak atau bisa dikatakan
dibeli oleh tengkulak-tengkulak sehingga Bapak Tri jarang melakukan
pengemasan. Pengemasan yang dilakukan hanya berupa keranjang bambu
saja. Jika ada yang membeli dengan jumlah sedikit Bapak Tri
menimbangnya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Penyortiran
juga dilakukan oleh Bapak Budi. Setelah penyortiran, mentimun akan
dimasukkan pada karung plastik dan selanjutnya diantar ke tengkulak
untuk dijual.
Kegiatan setelah panen yang dilakukan Bapak Tri adalah pembersihan
lahan yang tanah yang bekas dari tanaman mentimun dibersihkan dan
mulsanya dibuka setelah itu dicangkul kembali yang kemudian diberi
pupuk kandang kembali untuk ditutup mulsa dan kemudian digunakan
untuk menanam tanaman selanjutnya.
6. Pengolahan
Sesuai permintaan pasar, mentimun dipasarkan dalam bentuk buah
segar yang tidak diolah. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya
mentimun dikonsumsi oleh konsumen sebagai lalapan atau diolah sendiri
oleh konsumen.

7. Pemasaran
Hasil panen mentimun milik Bapak Tri dijual langsung pada pedagang
di pasar daerah Ketep tanpa melalui tengkulak, dengan harga paling
rendah adalah Rp 700/kg, paling tinggi Rp 7.000/kg dan normalnya Rp
5.000 hingga Rp 6.000/kg. Mentimun hasil panen Bapak Tri dalam 1 kg
pada umumnya berisi 2-3 buah ketimun. Bapak Tri memasarkan hasil
panennya menggunakan sepeda motor. Permintaan pasar daerah Ketep
terhadap mentimun sendiri dalam sehari selalu tinggi, namun karena
terhalang waktu panen yang biasanya dipanen 1 minggu sekali maka
permintaan bisa terpenuhi setiap 1 minggu sekali saja.
Sedangkan hasil panen mentimun Bapak Budi dijual melalui
tengkulak, dan diberi harga tertinggi Rp 2.000 dan harga rata-rata Rp
1.750,-. Bapak Budi mengangkut hasil panennya dari lahan ke tengkulak
menggunakan sepeda motor.
3. Analisis Usaha Tani

Petani Ketep *1) Petani Pleret *2)


URAIAN HARGA/ JUMLAH HARGA/ JUMLAH KET
VOL SAT VOL SAT
SAT (Rp) SAT (Rp)
Estimasi sewa
4.200.000/ 5.000.000/
A. Sewa lahan 1 Ha 1.125.000 1 Ha 1.260.000 lahan selama 3
ha/thn ha/thn
bulan
B. Bahan :
- Benih/Bibit : 1 pack 55.000/pack 45.000 1 pack 45.000/pack 45.000 Isi benih 900 biji
Jenis/Klon Hercules
Sumber/Asal Toko pertanian
- Pupuk :
2) Tidak pakai
Kandang 1600 kg 500/kg 800.000
pupuk dasar
1) Tidak pakai
NPK Biru 8 kg 12.000/kg 96.000
pupuk susulan
Amura Bio 1 liter 90.000/liter 90.000
Amura Humat 1 liter 85.000/liter 85.000
1) Sbg pupuk
dasar
Waktu/Frekuensi
2) Minggu ke 2,
Panen ke 2
- Pestisida
2) Tidak pakai
Curacron 500 EC 1 botol 28.000/botol 28.000
pestisida
C. Alat
Cangkul
- Cangkul 1 buah 55.000/buah 55.000 1 buah 55.000/buah 55.000 mengalami
penyusutan harga
2) Memakai sisa
- Ajir 1000 buah 150/buah 150.000
tanaman cabai
675.000/ 2) Memakai
- Mulsa 1 gulung 675.000
gulung mulsa sisa cabai
D. Tenaga Kerja (HKO)
1) 2 org dlm 2
- Pembersihan/penyiapan hari
4 HOK 60.000/org 240.000
lahan 2) Tdk olah
lahan
Dilakukan dalam
- Pemasangan ajir 1 HOK 30.000/org 30.000 sehari, di hari
yang sama
- Penanaman 1 HOK 30.000/org 30.000 2 HOK 20.000 40.000
- Pemeliharaan :
1) 3 x 3 minggu
Pengairan 3 HOK 30.000/org 90.000 8 HOK 25.000 200.000
2) 2 x 1 minggu
1) Tidak
melakukan
Pemupukan 2 HOK 25.000 50.000
pemupukan
susulan
2) Tidak
Penyemprotan 2 HOK 30.000/org 60.000 melakukan
penyemprotan
20.000/ 10.000/
- Panen 4 HOK 80.000 10 HOK 100.000 2 orang pemanen
org/hari org/hari
- Pasca Panen :
Pembersihan 2 HOK 10.000/org 20.000
1) dan 2) sortir
bersamaan
Sortir/Grading
dengan panen
dan pembersihan
Angkut 4 HOK 15.000 60.000 5 HOK 4.000 20.000
TOTAL 2.253.000 1.411.000

E. Hasil :
- Utama
Panen 1 50 kg 5.000/kg 250.000 84 kg 1.750/kg 147.000
2) Dari hasil
Panen 2 200 kg 6.000/kg 1.200.000 151 kg 1.750/kg 264.250 pemanenan asli,
Panen 3 400 kg 5.000/kg 2.000.000 175 kg 1.900/kg 332.500 diberi
pengurangan
Panen 4 120 kg 1.750/kg 210.000 sebagai
Panen 5 88 kg 1.750/kg 154.000 keuntungan
tengkulak
Panen 6 133 kg 2.000/kg 266.000
Panen 7 87 kg 2.000/kg 174.000
Panen 8 100 kg 2.000/kg 200.000
Panen 9 78 kg 2.000/kg 156.000
Panen 10 69 kg 2.000/kg 138.000
TOTAL 3.450.000 2.041.750
IV. PENDAPAT

A. Survei Pasar
1. Kelebihan
Survei pasar komoditas hortikultura mentimun memiliki kelebihan, antara
lain :
a. Mahasiswa dapat mengetahui perkiraan jumlah ketersediaan dan pasokan
serta mengetahui jumlah kebutuhan dan waktu komoditas hortikultura
mentimun yang dibutuhkan konsumen.
b. Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan dalam bekerja sama dalam
pemasaran hasil panen komoditas hortikultura mentimun yang nantinya
akan dibudidayakan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui prospek budidaya mentimun berdasarkan
ketersediaan pasokan dan kebutuhan mentimun.

2. Kekurangan :
Survei pasar komoditas hortikultura mentimun memiliki kekurangan,
antara lain :
a. Pasokan pada pasar terbatas dari beberapa daerah tertentu saja, sehingga
akan terjadi kekurangan pasokan apabila di daerah tersebut tidak panen
komoditas dengan baik.
b. Komoditas mentimun tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh hanya
satu konsumen.

B. Survei Teknologi
1. Kelebihan
Survei teknologi budidaya komoditas hortikultura mentimun memiliki
kelebihan, antara lain :
a. Mahasiswa dapat mengetahui perkiraan modal awal budidaya, tata cara
budidaya komoditas hortikultura mentimun, sehingga dapat
memperkirakan kebutuhan input ke lahan serta peralatan yang digunakan
dalam budidaya komoditas hortikultura mentimun.
b. Petani hanya membutuhkan modal sedikit namun mendapatkan hasil yang
banyak menguntungkan.

2. Kekurangan :
Teknologi budidaya komoditas hortikultura mentimun yang dilakukan oleh
petani memiliki kekurangan, antara lain :
a. Petani tidak melakukan teknik budidaya sesuai GAP budidaya mentimun.
b. Petani tidak di Ketep tidak melakukan pengarsipan pemanenan dengan
baik.
c. Penjualan hasil panen mentimun melalui tengkulak mengalami banyak
penyusutan jumlah, sehingga petani tidak banyak mendapatkan
keuntungan.
V. PENUTUP

Adanya permintaan menunjukkan bahwa mentimun cukup diminati untuk


dikonsumsi, sehingga prospek budidaya mentimun dapat dikatakan cukup bagus.
Selaian itu, dalam budidaya mentimun juga diimbangi dengan keuntungan yang
cukup besar, meskipun modal yang digunakan tidak banyak. Namun terdapat
kendala dalam budidaya tembakau seperti fluktuasi harga mentimun dan iklim
yang dapat mempengaruhi hasil panen mentimun.
Berdasarkan kegiatan observasi lahan dan survei pasar serta teknologi yang
kami lakukan untuk komoditas hortikultura jenis mentimun dapat disimpulkan
bahwa :
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai informasi meliputi jumlah komoditas
yang dibutuhkan oleh konsumen, harga yang berada dipasaran, bentuk
komoditas yang dijual, serta bagaimana fluktuasi harga yang ada dipasaran.
2. Mahasiswa mengetahui bagaiamana peluang serta persyaratan untuk
mentimun juka ingin memasok atau mendistribusikan mentimun ke pasaran.
3. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bagaimana teknik budidaya
tanaman mentimun serta kondisi lapangan lahan mentimun.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian RI. 2012. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Pusat
Data Dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal, Kementerian
Pertanian. Jakarta. 86 Hal.

Kementerian Pertanina RI. 2017. Produktivitas Sayuran di Indonesia, 2012-2016.


http://www.pertanian.go.id/Data5tahun/HortiATAP2016/4-Produktivitas
%20%20Nasional%20Sayuran.pdf. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2017.

Nazarudin. 1998. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta. 69 hal.

Setiawan, A. I. 2994. Sayuran Dataran Tinggi : Budidaya dan Pengaturan Panen.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 92


hal.

Sunarjono, H. 2005. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 183


hal.
.
William, C. N., J. O., Uzo, W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah
Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai