Alami
MIKROBIOLOGI KOMPOS
MIKROBIOLOGI KOMPOS
PRODUKSI DEKOMPOSER
TEKNIK PENGOMPOSAN
TEKNIK PENGOMPOSAN
BAHAN-BAHAN KOMPOS
Coklat Hijau
Dekomposisi lambat. Dekomposisi cepat.
Mengikat N tanah jika Dicampur dengan bahan
diaplikasikan belum berwarna coklat sangat
matang. baik sebagai sumber N.
TEKNIK PENGOMPOSAN
Jerami Padi
Panen padi di Indonesia pada tahun 2006 (Badan Pusat
Statistik, 2007).
Luas mencapai 11.786.430 Ha.
Hasil rata-rata 4,62 ton/Ha dan total produksi 54.454.937 ton.
Dihasilkan limbah jerami dua kali lipat berat gabah kering giling
(GKG).
Jerami padi adalah batang dan daun padi kering yang
merupakan sisa-sisa padi setelah dituai.
Penanganan limbah jerami padi sebagian besar dibakar
dan abunya digunakan untuk pupuk.
Hilangnya hara tertentu.
Menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya.
TEKNIK PENGOMPOSAN
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGOMPOSAN
Rasio C/N
Ukuran partikel
Aerasi
Kandungan air
Suhu
pH
TEKNIK PENGOMPOSAN
RASIO C/N
UKURAN PARTIKEL
Aktivitas mikroba berada di
antara permukaan area dan
udara.
Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak
antara mikroba dengan bahan
dan proses dekomposisi akan
berjalan lebih cepat.
Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan
(porositas).
Peningkatan luas permukaan
dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel bahan tersebut
dengan mencacah bahan
Pencacahan bahan kompos mempercepat kompos, misal jerami dicacah 5 -
dekomposisi. 10 cm.
TEKNIK PENGOMPOSAN
AERASI
KELEMBABAN
TEMPERATUR
30
Panas dihasilkan dari aktivitas
60 mikroba.
Hubungan antara peningkatan
68 suhu dengan konsumsi oksigen.
Semakin tinggi suhu akan
semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat
pula proses dekomposisi.
Temperatur antara 30 - 60 C
menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat.
Suhu optimal pengomposan.
Suhu > 60 C akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang
akan tetap bertahan hidup.
Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-
benih gulma.
TEKNIK PENGOMPOSAN
pH
pH optimum untuk proses
pengomposan berkisar
antara 6,5 - 7,5.
Proses pengomposan
menyebabkan perubahan
pH.
Proses pelepasan asam
menyebabkan penurunan pH
(pengasaman).
Produksi amonia dari
senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH pada fase-
fase awal pengomposan.
Dinamika pH selama pengomposan.
pH kompos yang sudah
matang biasanya mendekati
netral.
TEKNIK PENGOMPOSAN
BERAPA LAMA?
Lama waktu pengomposan
tergantung kepada:
Karakteristik bahan yang
dikomposkan.
Metode pengomposan yang
dipergunakan.
Dengan atau tanpa penambahan
aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan
akan berlangsung dalam
waktu beberapa minggu
sampai 2 tahun hingga
kompos benar-benar matang.
TEKNIK PENGOMPOSAN
MEMANIPULASI KONDISI
PENGOMPOSAN
Kondisi atau faktor-faktor pengomposan
dibuat seoptimal mungkin.
Contoh:
Rasio C/N yang optimum 25 - 35:1. Untuk
membuat kondisi ini bahan-bahan yang
mengandung rasio C/N tinggi dicampur
dengan bahan yang mengandung rasio C/N
rendah seperti kotoran ternak.
Ukuran bahan yang besar-besar dicacah
sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal
untuk proses pengomposan.
Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air
atau bahan yang terlalu basah dikeringkan
sebelum proses pengomposan.
TEKNIK PENGOMPOSAN
MENGGUNAKAN AKTIVATOR
PENGOMPOSAN
Organisme yang sudah banyak
dimanfaatkan adalah cacing
tanah dan mikroorganisme.
Proses pengomposan dengan
menggunakan cacing disebut
vermikompos dan kompos yang
dihasilkan dikenal dengan sebutan
kascing.
Proses pengomposan dengan
menggunakan bakteri,
aktinomicetes dan fungi. Saat ini
dipasaran banyak sekali beredar
aktivator-aktivator pengomposan
seperti OrgaDec, SuperDec, EM4,
Stardec, Starbio dll.
Berbagai merk dekomposer.
TEKNIK PENGOMPOSAN
TEKNOLOGI PENGOMPOSAN
Pengomposan dengan teknologi rendah (Low Technology)
Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid Technology)
Pengomposan dengan teknologi tinggi (High Technology)
TEKNIK PENGOMPOSAN
Indikator kematangan
kompos.
KRITERIA KUALITAS KOMPOS
TEKNIK PENGOMPOSAN
KOMPOS DIPERKAYA
MANFAAT KOMPOS
Aspek Ekonomi:
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
Mengurangi volume/ukuran limbah.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan:
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek bagi tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah.
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi dan jumlah panen).
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET
Evaluation of Vitadegra
Decomposer Unpad &
PT. Vitafarm Indonesia
(Herdiyantoro, 2009).
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET
http://herdiyantoro.wordpress.com