Anda di halaman 1dari 62

PENGOMPOSAN: Mikrobiologi

dan Teknologi Pengomposan

Diyan Herdiyantoro, SP., MSi.

Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah


Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2010
Sebuah Siklus

Alami
MIKROBIOLOGI KOMPOS
MIKROBIOLOGI KOMPOS

MIKROORGANISME PEROMBAK BAHAN


ORGANIK
Aktivator biologis: tumbuh alami/sengaja
diberikan untuk mempercepat
pengomposan dan meningkatkan mutu
kompos.
Proses dekomposisi tidak dilakukan oleh
satu jenis mikroorganisme tapi berupa
konsorsium mikroorganisme.
Bakteri
Fungi
Aktinomisetes.
Konsorsium mikroba dalam tumpukan
sampah.
MIKROBIOLOGI KOMPOS
MIKROBIOLOGI KOMPOS

BAKTERI PEROMBAK BAHAN ORGANIK

Biasanya hidup bebas di luar


organisme lain tapi ada juga
yang hidup dalam saluran
pencernaan hewan (mamalia,
Bakteri dalam tubuh rayap. rayap dll).
Cepat memutus ikatan rantai C
penyusun senyawa lignin
(pada bahan berkayu),
selulosa (pada bahan
berserat), hemiselulosa (pada
bahan organik sisa tanaman).

Bacillus sp. bakteri dekomposer


MIKROBIOLOGI KOMPOS

FUNGI PEROMBAK BAHAN ORGANIK


Kemampuan fungi lebih
tinggi dibandingkan bakteri.
Pertumbuhan hifa lebih mudah
menembus dinding sel-sel
tubular penyusun utama
jaringan kayu --- tekanan fisik.
Pertumbuhan pucuk hifa
menyebabkan tekanan fisik
dibarengi pengeluaran enzim
yang melarutkan dinding sel
jaringan kayu.
Enzim ekstraseluler dalam
melarutkan polimer selulosa
Hifa fungi pada permukaan kayu terdegradasi.
dan lignin: -glukosidase,
lignin peroksidase (LiP),
manganese peroksidase
(MnP) dan lakase.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

AKTIFITAS ENZIM DALAM


PENGOMPOSAN

Teori kunci dan anak kunci dalam sistem enzim.

Mikroba tidak dapat langsung memetabolisme partikel bahan organik


tidak larut.
Mikroba memproduksi 2 sistem enzim ekstraselular:
Sistem hidrolitik: memproduksi hidrolase dan berfungsi untuk
mendegradasi selulosa dan hemiselulosa.
Sistem oksidatif: bersifat ligninolitik dan berfungsi mendegradasi lignin.
Mikroba menghasilkan enzim ekstraselular untuk mendegradasi
bahan organik berukuran besar menjadi lebih kecil dan larut dalam
air (substrat bagi mikroba).
Mikroba mentransfer substrat tsb ke dalam sel melalui membran
sitoplasma untuk menyelesaikan dekomposisi bahan organik.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

AKTIFITAS ENZIM DALAM


PENGOMPOSAN
Aktifitas enzim selulase mampu
menurunkan jumlah selulosa
25% dalam waktu 3 minggu.
Aktivitas enzim meningkat dan
menurun selama proses
pengomposan.
Selama tahapan termofilik
menurun tajam.
Denaturasi enzim karena panas
sehingga mikroba mati.
Langkah antisipasi: inokulasi ulang
melalui pembalikan bahan kompos
agar mikroba yang hidup di bagian
luar bahan tumpukan kompos
(lebih dingin) mengintroduksi ke
bagian dalam bahan kompos.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

MENILAI AKTIVITAS ENZIM

Fungi perombak selulosa, Fungi perombak lignin,


Chaetomium sp. Trametes sp.

Mikroba ditumbuhkan pada media selektif.


Media carboxymethyl cellulose (CMC) agar: mikroba selulolitik ---
aktifitas CMC-ase menghasilkan zona bening di sekitar/di bawah koloni.
Media lignin guaicol benomyl (LGB) agar: mikroba lignolitik --- aktifitas
perombakan menunjukkan zona warna merah di sekitar/di bawah koloni
--- zat quinon produk oksidasi guaicol karena aktifitas enzim LiP atau
MnP.
Kualitatif melihat intensitas warna merah.
Semikuantitatif menghitung rasio diameter zona merah atau bening
terhadap diameter koloni fungi dibandingkan dengan mikroba
reference.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK
Dekomposisi/pengomposan:
proses biologi untuk
menguraikan bahan organik
menjadi bahan humus oleh
mikroorganisme.
Mikroorganisme menggunakan
komponen residu sisa tanaman
sebagai substrat untuk
Serasah terdekomposisi. memperoleh energi yang
dibentuk melalui oksidasi
senyawa organik dengan produk
utama CO2 (lepas ke alam) dan
karbon (untuk sintesis sel baru).
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK
Dapat berlangsung pada kondisi
aerob atau anaerob.
Pengomposan aerob:
pengomposan bahan organik
dengan menggunakan O2. Hasil
akhir pengomposan secara aerob
merupakan produk metabolisme
biologi berupa CO2, H2O, panas,
unsur hara dan humus.
Pengomposan anaerob:
Skema pengomposan aerob. pengomposan bahan organik
tanpa menggunakan O2. Hasil
akhir dari pengomposan anaerob
berupa CH4 dan CO2 dan hasil
antara berupa H2S dan sulfur
organik (merkaptan) yang
menimbulkan bau busuk.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK AEROB
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK ANAEROB
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK
Proses pengomposan terdiri dari 3 tahapan dalam kaitannya
dengan suhu: mesofilik, termofilik dan pendinginan.
Mesofilik
Tahap awal mesofilik suhu proses naik di sekitar 40 C karena adanya
bakteri dan fungi pembentuk asam.
Termofilik
Proses degradasi dan stabilisasi akan berlangsung secara maksimal.
Bakteri termofilik, aktinomisetes dan fungi termofilik.
Pendinginan
Terjadi penurunan aktifitas mikroba.
Penggantian mikroba termofilik ke mesofilik.
Sel mikroba yang mati merupakan sumber substrat bagi mikroba yang
hidup. Dinding sel fungi terdiri dari selulosa, kitin dan chitosan. Dinding
sel bakteri terdiri dari N-acetylglucosamin dan N-acetylmuramic yang
terkandung dalam peptidoglikan yang merupakan substrat yang baik
bagi mikroba lainnya.
Perombakan dalam penyusunan asam humat dan stabilisasi pH masih
terus berlangsung.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PERUBAHAN SUHU, JENIS DAN JUMLAH


MIKROBA SELAMA PROSES PENGOMPOSAN
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK
Perombakan secara
alami relatif lama 3
4 bulan.
Dihadapkan kepada
masa tanam yang
mendesak untuk
menghasilkan
produksi tinggi ---
kurang ekonomis dan
tidak efisien.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

PROSES PEROMBAKAN BAHAN


ORGANIK
Bahan dasar serasah tanaman secara alami
adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Sebagian besar limbah organik
Gymnospermae dan Angiospermae adalah
lignoselulosa.
Hampir setengahnya senyawa selulosa.
15 - 36% merupakan senyawa lignin.
25 - 30% senyawa hemiselulosa dari total berat
kering kayu.
Lignin merupakan pembatas kecepatan proses
dekomposisi:
Lignin berikatan dengan selulosa dan
hemiselulosa membentuk segel fisik diantara
keduanya dan membentuk barrier penetrasi
larutan dan enzim selulolitik pada bahan
berligno-selulosa.
Kompleksitas struktur, bobot molekul yang tinggi
Kayu terdekomposisi. dan sifat hidrofobik membuat lignin sulit
didegradasi.
Inokulasi mikroba-mikroba lignoselulotik.
MIKROBIOLOGI KOMPOS

ISOLASI MIKROBA PEROMBAK LIGNIN


MIKROBIOLOGI KOMPOS

ISOLASI MIKROBA PEROMBAK SELULOSA


MIKROBIOLOGI KOMPOS

PRODUKSI DEKOMPOSER
TEKNIK PENGOMPOSAN
TEKNIK PENGOMPOSAN

BAHAN-BAHAN KOMPOS

Semua bahan-bahan organik padat


dapat dikomposkan.
Misalnya: limbah organik rumah
tangga, sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertanian,
limbah-limbah agroindustri, limbah
pabrik kertas, limbah pabrik gula,
limbah pabrik kelapa sawit, dll.
TEKNIK PENGOMPOSAN

C/N rasio tinggi


Dedaunan (30-80:1)
Jerami (40-100:1)
Kertas (150-200:1)
Serbuk gergaji (100-500:1)
TEKNIK PENGOMPOSAN

C/N rasio rendah


Sisa sayuran (12-20:1)
Rerumputan (12-25:1)
Kotoran
Sapi (20:1)
Kuda (25:1)
TEKNIK PENGOMPOSAN

Coklat Hijau
Dekomposisi lambat. Dekomposisi cepat.
Mengikat N tanah jika Dicampur dengan bahan
diaplikasikan belum berwarna coklat sangat
matang. baik sebagai sumber N.
TEKNIK PENGOMPOSAN

Jerami Padi
Panen padi di Indonesia pada tahun 2006 (Badan Pusat
Statistik, 2007).
Luas mencapai 11.786.430 Ha.
Hasil rata-rata 4,62 ton/Ha dan total produksi 54.454.937 ton.
Dihasilkan limbah jerami dua kali lipat berat gabah kering giling
(GKG).
Jerami padi adalah batang dan daun padi kering yang
merupakan sisa-sisa padi setelah dituai.
Penanganan limbah jerami padi sebagian besar dibakar
dan abunya digunakan untuk pupuk.
Hilangnya hara tertentu.
Menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya.
TEKNIK PENGOMPOSAN

Tandan Kosong Kelapa Sawit


(TKKS)
Pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas
produksi 60 ton tandan buah segar (TBS)/jam
beroperasi selama 20 jam dengan TBS diolah
perhari sebanyak 1 000 ton
Jumlah TKKS yang dihasilkan 220 ton/hari.
Jumlah limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) 650
m3/hari.
TEKNIK PENGOMPOSAN

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGOMPOSAN

Rasio C/N
Ukuran partikel
Aerasi
Kandungan air
Suhu
pH
TEKNIK PENGOMPOSAN

RASIO C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses


pengomposan 30:1 - 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai
sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein.
Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40
mikroba mendapatkan cukup C untuk
energi dan N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi,
mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
Kotoran sapi dapat ditambahkan ke
Tambahkan bahan yang mengandung
bahan kompos untuk mempercepat N: kotoran ternak atau bahan hijauan.
dekomposisi.
TEKNIK PENGOMPOSAN

UKURAN PARTIKEL
Aktivitas mikroba berada di
antara permukaan area dan
udara.
Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak
antara mikroba dengan bahan
dan proses dekomposisi akan
berjalan lebih cepat.
Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan
(porositas).
Peningkatan luas permukaan
dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel bahan tersebut
dengan mencacah bahan
Pencacahan bahan kompos mempercepat kompos, misal jerami dicacah 5 -
dekomposisi. 10 cm.
TEKNIK PENGOMPOSAN

AERASI

Pengomposan yang cepat terjadi dalam


kondisi yang cukup oksigen (aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat
terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan
udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos.
Aerasi ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan (kelembaban).
Apabila aerasi terhambat, maka akan
terjadi proses anaerob yang akan
Pipa berlubang pada bahan kompos menghasilkan bau yang tidak sedap.
memberikan cukup oksigen. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan:
Pembalikan bahan kompos.
Mengalirkan udara ke dalam tumpukan
kompos dengan aerator atau dengan
memberikan pipa berlubang.
Pipa berlubang pada bahan kompos memberikan cukup oksigen.
TEKNIK PENGOMPOSAN

KELEMBABAN

Mikrooranisme dapat memanfaatkan


bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air.
Kelembaban 40 - 60% optimum
untuk metabolisme mikroba.
< 40% aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan drastis.
> 60%, hara akan tercuci, volume
udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba menurun dan akan terjadi
Kelembaban merupakan salah satu faktor fermentasi anaerobik yang
penting dalam pengomposan dalam menimbulkan bau tidak sedap.
melarutkan bahan organik sampai ke sel
mikroba.
TEKNIK PENGOMPOSAN

TEMPERATUR
30
Panas dihasilkan dari aktivitas
60 mikroba.
Hubungan antara peningkatan
68 suhu dengan konsumsi oksigen.
Semakin tinggi suhu akan
semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat
pula proses dekomposisi.
Temperatur antara 30 - 60 C
menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat.
Suhu optimal pengomposan.
Suhu > 60 C akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang
akan tetap bertahan hidup.
Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-
benih gulma.
TEKNIK PENGOMPOSAN

pH
pH optimum untuk proses
pengomposan berkisar
antara 6,5 - 7,5.
Proses pengomposan
menyebabkan perubahan
pH.
Proses pelepasan asam
menyebabkan penurunan pH
(pengasaman).
Produksi amonia dari
senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen akan
meningkatkan pH pada fase-
fase awal pengomposan.
Dinamika pH selama pengomposan.
pH kompos yang sudah
matang biasanya mendekati
netral.
TEKNIK PENGOMPOSAN

KONDISI IDEAL PENGOMPOSAN


TEKNIK PENGOMPOSAN

BERAPA LAMA?
Lama waktu pengomposan
tergantung kepada:
Karakteristik bahan yang
dikomposkan.
Metode pengomposan yang
dipergunakan.
Dengan atau tanpa penambahan
aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan
akan berlangsung dalam
waktu beberapa minggu
sampai 2 tahun hingga
kompos benar-benar matang.
TEKNIK PENGOMPOSAN

ADAKAH CARA MEMPERCEPAT?

Strategi untuk mempercepat


proses pengomposan
dikelompokan menjadi dua:
Memanipulasi kondisi/faktor-faktor
yang berpengaruh pada proses
pengomposan.
Menambahkan organisme yang
dapat mempercepat proses
pengomposan: mikroba
pendegradasi bahan organik dan
vermikompos (cacing).

Strategi mempercepat pengomposan.


TEKNIK PENGOMPOSAN

MEMANIPULASI KONDISI
PENGOMPOSAN
Kondisi atau faktor-faktor pengomposan
dibuat seoptimal mungkin.
Contoh:
Rasio C/N yang optimum 25 - 35:1. Untuk
membuat kondisi ini bahan-bahan yang
mengandung rasio C/N tinggi dicampur
dengan bahan yang mengandung rasio C/N
rendah seperti kotoran ternak.
Ukuran bahan yang besar-besar dicacah
sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal
untuk proses pengomposan.
Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air
atau bahan yang terlalu basah dikeringkan
sebelum proses pengomposan.
TEKNIK PENGOMPOSAN

MENGGUNAKAN AKTIVATOR
PENGOMPOSAN
Organisme yang sudah banyak
dimanfaatkan adalah cacing
tanah dan mikroorganisme.
Proses pengomposan dengan
menggunakan cacing disebut
vermikompos dan kompos yang
dihasilkan dikenal dengan sebutan
kascing.
Proses pengomposan dengan
menggunakan bakteri,
aktinomicetes dan fungi. Saat ini
dipasaran banyak sekali beredar
aktivator-aktivator pengomposan
seperti OrgaDec, SuperDec, EM4,
Stardec, Starbio dll.
Berbagai merk dekomposer.
TEKNIK PENGOMPOSAN

TEKNOLOGI PENGOMPOSAN
Pengomposan dengan teknologi rendah (Low Technology)
Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid Technology)
Pengomposan dengan teknologi tinggi (High Technology)
TEKNIK PENGOMPOSAN

PENGOMPOSAN DENGAN TEKNOLOGI


RENDAH

Teknik pengomposan yang


termasuk kelompok ini Windrow
Composting.
Kompos ditumpuk dalam barisan
tumpukan yang disusun sejajar.
Tumpukan secara berkala dibolak-balik
untuk meningkatkan aerasi,
menurunkan suhu apabila suhu terlalu
tinggi dan menurunkan kelembaban
kompos.
Teknik ini sesuai untuk pengomposan
Teknologi windrow composting. skala besar.
Lama pengomposan 3 - 6 bulan.
TEKNIK PENGOMPOSAN

PENGOMPOSAN DENGAN TEKNOLOGI


SEDANG
Aerated static pile
Gundukan kompos diaerasi statis.
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi
dengan menggunakan blower mekanik.
Tumpukan kompos ditutup dengan terpal plastik.
Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3 5
minggu.
Aerated compost bins
Bak/kotak kompos dengan aerasi.
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi
aerasi.
Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa udara.
Seringkali ditambahkan cacing (vermikompos).
Lama pengomposan kurang lebih 2 3 minggu dan kompos akan
matang dalam waktu 2 bulan.
TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknologi Aerated static pile.


TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknologi Aerated compost bins.


TEKNIK PENGOMPOSAN

PENGOMPOSAN DENGAN TEKNOLOGI


TINGGI
Peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses
pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi
pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis.
Rotary Drum Composters
Dilakukan di dalam drum berputar. Bahan kompos dihaluskan dan
dicampur pada saat dimasukkan ke dalam drum. Drum akan berputar
untuk mengaduk dan memberi aerasi pada kompos.
Box/Tunnel Composting System
Dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar. Bahan kompos akan
dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap pengomposan
berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi produk
kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan
dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih
mentah dan selanjutnya diaduk secara mekanik dan diberi aerasi.
Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan proses pematangan
kompos dilanjutkan.
Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.
TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknologi Rotary drum composters.


TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknologi Box/tunnel composting system.


TEKNIK PENGOMPOSAN

Teknologi Mechanical compost bins.


TEKNIK PENGOMPOSAN

INDIKATOR KEMATANGAN KOMPOS


Dicium/dibaui - Berbau seperti tanah.
Warna kompos - Coklat kehitam-hitaman.
Penyusutan - Terjadi penyusutan volume/bobot
kompos 20 40%.
Suhu - Mendekati suhu awal pengomposan.
Kandungan air kompos - Kandungan air 55-65%.
Tes perkecambahan
Contoh kompos diletakkan di dalam pot kecil.
Letakkan beberapa benih (3 4 benih). Pada saat
yang bersamaan kecambahkan juga beberapa
benih di atas kapas basah yang diletakkan di
dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening.
Pada hari ke-5/7 hitung benih yang berkecambah.
Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di
dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos
yang matang dan stabil ditunjukkan oleh
banyaknya benih yang berkecambah.

Indikator kematangan
kompos.
KRITERIA KUALITAS KOMPOS
TEKNIK PENGOMPOSAN

KOMPOS DIPERKAYA

Permasalahan yang sering muncul adalah kebutuhan kompos yang


cukup banyak untuk mencukupi seluruh kebutuhan hara tanaman.
Dibandingkan dengan pupuk kimia, kebutuhan kompos 10 20 kali lipat
lebih banyak dari pada pupuk kimia.
Salah satu solusi adalah memperkaya kompos. Bahan-bahan yang
dipergunakan untuk memperkaya kompos antara lain:
Pupuk kimia konvensional; untuk meningkatkan kandungan P
dipergunakan fosfat alam.
Bahan-bahan organik lain yang memiliki kandungan hara tinggi; untuk
meningkatkan kandungan N menggunakan biomassa Azolla, untuk
meningkatkan kandungan K dipergunakan abu sisa pembakaran bahan
organik seperti TKKS.
Mikroba-mikroba bermanfaat; Mikroba yang sering ditambahkan adalah:
Mikroba penambat nitrogen: Azotobacter sp., Azosprilium sp., Rhizobium
sp., dll.
Mikroba pelarut P dan K: Aspergillus sp., Aeromonas sp.
Mikroba agensia hayati: Metharhizium sp., Trichoderma sp.
Mikroba perangsang pertumbuhan tanaman: Trichoderma sp.,
Pseudomonas sp. dan Azosprilium sp.
TEKNIK PENGOMPOSAN

MANFAAT KOMPOS

Aspek Ekonomi:
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
Mengurangi volume/ukuran limbah.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan:
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek bagi tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah.
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi dan jumlah panen).
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET

Pengomposan Tandan Kosong


Kelapa Sawit (TKKS)
menggunakan mikroba
lignoselulolitk di Sukamandang,
Kalimantan Tengah
(Herdiyantoro, 2008).
Bahan kompos yang telah
dicacah disusun menjadi
tumpukan memanjang p = 50 m,
l = 3 m dan t = 1-1,5 m dan
diberi mikroba lignoselulolitik.
Selama proses pengomposan,
tumpukan dibalik dengan mesin
pembalik dan disiram dengan
LCPKS segar --- zero waste.
Proses pengomposan yang
berjalan dengan baik ditandai
dengan terjadinya kenaikan suhu
sampai rata-rata mencapai 65 C
selama dua minggu pertama.
Kompos TKKS sumber K yang
utama.
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET

Evaluation of Vitadegra
Decomposer Unpad &
PT. Vitafarm Indonesia
(Herdiyantoro, 2009).
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET
KERJASAMA DAN RISET

Isolasi mikroba selulolitik pada


pengomposan jerami padi di
Ciparay, Jabar (Herdiyantoro,
2010).
Sampai Jumpa & Selamat Belajar
SAVE OUR EARTH

http://herdiyantoro.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai