Oleh
Ajeng Maraaini
1914161013
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat kesuburan
tanaman yang baik. Berbagai jenis tanaman dan tumbuhan dapat tumbuh dengan
subur. Salah satu kelompok tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik adalah
kelompok gulma-gulmaan. Gulma menjadi salah satu tantangan pada budidaya
tanaman. Hal tersebut dikarenakan gulma menyebabkan terjadinya kehilangan
hasil produksi tanaman budidaya. Oleh karena itu, tumbuhan kelompok ini harus
bisa dicegah sedemikian rupa pertumbuhannya karena termasuk pengganggu bagi
pertumbuhan tanaman sekitarnya (Azima, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa bisa melakukan kalibrasi
sprayer dan mampu menghitung parameter-parameter yang diperlukan dan
tujuan kalibrasi yang dicari dengan menggunakan metode luas dan waktu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Herbisida
2.3 Sprayer
Spayer adalah salah satu kinerja pengabutan dapat dilihat dari ukuran butiran
semprot (droplet) dan kerapatan droplet yang dihasilkan pada saat pengabutan.
Salah satu cara untuk mengendalikan tanaman dari serangan gulma adalah dengan
menggunakan metode pengabutan herbisida. Pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan kimia yang diberikan ke sekitar tanaman bertujuan agar
menghambat/mematikan pertumbuhan gulma. Sprayer digunakan untuk
mengabutkan herbisida untuk disebar ke daun-daun gulma. Larutan herbisida
dipecah menjadi butiran-butiran halus agar pemberian herbisida di sekitar
tanaman dapat merata dan masuk ke stomata gulma sehingga kinerjanya optimal.
Butiran halus dihasilkan dari butiran semprot (droplet) pada bagian ujungsprayer.
Sumber tekanan pada sprayer dapat dihasilkan oleh tekanan udara, tekanan cairan,
maupun tekanan yang dihasilkan dari gabungan tekanan udara dan cairan.
Perbedaan tekanan mempengaruhi jumlah droplet yang dikeluarkan (Rahman dan
Yamin 2014).
Kalibrasi adalah kegiatan memperoleh nilai kebenaran dari suatu alat ukur dan
ketidakpastiannya. Pada kegiatan penyemprotan herbisida, hasil kalibrasi
penyemprotan akan menunjukkan kondisi alat, kebutuhan air, konsentrasi
herbisida dan kebutuhan herbisida per tangki knapsack sprayer. Hasil kalibrasi
penyemprotan dapat berbeda-beda tergantung dari jenis nozzle yang digunakan.
Informasi hasil kalibrasi yang berbeda akan mempengaruhi kebutuhan herbisida
dan air yang diperlukan (Darmawan & Istirohah, 2016).
2.5 Metode Luas Dan Metode Waktu
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Metode luas dan metode waktu digunakan untuk mengkalibrasi sprayer yang
akan digunakan untuk mengaplikasikan herbsida. Nozzle yang digunakan terdiri
dari nozzle hijau dengan lebar bidang semprot 1 meter dan nozzle biru dengan
lebar bidang semprot 1,5 meter. Luas petakan areal yang digunakan ialah seluas
25 m atau petakan berukuran 5 m x 5 m sehingga apabila nozzle yang digunakan
berwarna hijau maka operator harus berjalan sebanyak 1 x 10 m dan 1,5 x 10 m
apabila menggunakan nozzle biru. Pada tabel pengamatan metode luas
menggunakan nozzle berwarna hijau yang dilakukan sebanyak 3 ulangan, air yang
dimasukkan ke dalam tangki sprayer adalah sebanyak 4 L yang kemudian
disemprotkan secara merata sehingga sisa air yang berada dalam tangki sebanyak
2,3 L pada ulangan satu, 2,4 L pada ulangan dua, dan 2,3 L pada ulangan tiga.
Berdasarkan data tersebut, air yang terpakai adalah sebanyak 1,7 L pada ulangan
satu, 1,6 L pada ulangan dua, dan 1,7 L pada ulangan tiga. Dengan demikian,
dihasilkan volume semprot tiap hektar lahan diantaranya 680 L/ha pada ulangan
satu, 640 L/ha pada ulangan dua, dan 680 L/ha pada ulangan tiga. Dari ketiga
ulangan tersebut didapat rata-rata air yang dimasukkan yaitu 4 Liter. Rata-rata
dari sisa air yaitu 2,3 liter, Air yang terpakai rata-rata yang dihasilkan yaitu 1,67
liter dan rata-rata dari volume semprot yang dihasilkan yaitu 666,7 L/ha.
ulangan ke 1 air yang dimasukkan yaitu 5 liter, dari 5 liter tersebut air tersisa 3,1
liter yang mana air terpakai 1,9 liter dengan volume semprot 760 l/ha. Pada
ulangan ke 2 Air yang dimasukkan yaitu 5 Liter. Dari 5 liter tersebut air tersisa
3,1 liter yang mana air terpakai 1,9 liter dengan volume semprot 720 l/ha. Pada
ulangan 3 Air yang dimasukkan yaitu 5 Liter. Dari 5 liter tersebut air tersisa 3,3
liter yang mana air terpakai 1,7 liter dengan volume semprot 680 l/ha. Dari
ketiga ulangan tersebut didapat rata-rata air yang dimasukkan yaitu 5 Liter. Rata-
rata dari sisa air yaitu 3,2 liter, Air yang terpakai rata-rata yang dihasilkan yaitu
1,8 liter dan rata-rata dari volume semprot yang dihasilkan yaitu 720 L/ha.
Pada tabel 3.2 dilakukan pengamatan kalibrasi metode waktu dengan volume
semprot 400 l/ha dan luas 2 ha (200m ×100m) maka perhitungan untuk metode
waktu untuk menentukan kecepatan jalan operator dapat dilakukan. Berdasarkan
tabel pengamatan kalibrasi metode waktu menggunakan nozzle merah dengan
lebar bidang semprot 2 m yang juga dilaksanakan sebanyak 3 kali ulangan,
diperoleh debit nozzle yakni 2,5 ml/menit pada ulangan 1, 2,1 ml/menit pada
ulangan 2, dan 2,3 ml/menit dengan rata- rata ketiganya yaitu 2,3 ml/menit.
Waktu yang diperlukan per hektar yaitu 160.000 menit pada ulangan 1, 190.476,2
menit pada ulangan 2, dan 173.913 menit pada ulangan 3. Apabila lahan 2 ha
berukuran 200 m x 100 m, maka operator akan bergerak sejauh 10.000 meter.
Kemudian, berdasarkan data tersebut kecepatan jalan operator dapat dihitung
sehingga diperoleh 10.000 m/ 160.000 menit pada ulangan 1, 10.000 m/190.476,2
menit pada ulangan 2, dan 10.000 m/173.913 menit dengan rata- rata ketiganya
yakni 10.000 m/174.796,4 menit.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk mengkalibrasi sprayer, yaitu
metode luas dan metode waktu. Metode luas lebih mudah diterapkan pada
penyemprotan di lahan yang sempit. Metode ini bertujuan untuk menentukan
volume semprot. Syarat utama dalam penerapan metode luas adalah tekanan
dalam tanki dan kecepatan jalan operator.
Metode kalibrasi yang selanjutnya ialah metode waktu. Metode ini baru dapat
dilakukan ketika sudah ditentukan volume semprotnya. Tujuan kalibrasi dengan
metode ini ialah untuk menentukan kecepatan jalan operator. Oleh karena itu,
metode ini lebih mudah diterapkan pada lahan yang penyemprotan herbisidanya
menggunakan boom sprayer ataupun tractor (Nanik,2012).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang
nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan (
ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga
diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui
lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.
Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan
pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat
semprot memiliki perbedaan volume yang keluar. Selain itu faktor manusia juga
dapat menyebabkan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan
perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah
yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari
manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan,
karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar
gawang dan tekanan. Oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan
hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar (Yos,
2018).
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa kalibrasi alat
semprot merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan
maupun kekeliruan pada saat penyemprotan herbisida. Kalibrasi dilakukan
dengan cara menghitung parameter saat penyemprotan melalui metode luas
(untuk menentukan volume semprot) dan metode waktu (untuk menentukan
kecepatan jalan operator)
DAFTAR PUSTAKA