PEMULIAAN TANAMAN
ACARA VII
KEMAJUAN SELEKSI
Semester:
Genap 2017
Oleh :
Listiana Novitasari
NIM A1D015180
Rombongan 8
A. Latar Belakang
petani apabila benihnya tersedia. Umur genjah dan potensi hasil tinggi merupakan
karakter penting yang berhubungan dengan pola tanam dan peningkatan pendapatan
petani. Sejumlah varietas telah mempunyai karakter unggul, namun masih terdapat
beberapa kelemahan, diantaranya adalah umur sedang hingga dalam, ukuran biji
kecil hingga sedang, dan potensi hasil rendah. Varietas yang berpotensi hasil tinggi
akan digunakan sebagai tetua dalam penelitian para pemulia tanaman. Pemilihan
tersebut.
keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Tujuan pemuliaan tanaman adalah merakit varietas unggul yang semakin
tinggi hasilnya, stabil terhadap berbagai perubahan dan tekanan lingkungan serta
lingkungan dan spesifik guna. Program pemulian tanaman meliputi dua tahapan,
.
Seleksi merupakan suatu kegiatan memillih atau menyeleksi suatu tanaman
tanaman, seleksi didasarkan atas pemilihan tanaman oleh pemulia tanaman untuk
satu atau beberapa penampakan (fenotipe) dari karakter yang menjadi target
umumnya merupakan target seleksi antara lain produksi, mutu hasil, ketahanan
terhadap hama dan penyakit atau toleransi terhadap lingkungan marginal. Pengaruh
diterapkan. Proses seleksi sering tidak efektif karena adanya interaksi genotipe dan
lingkungan.
genetik dalam menghitung kemajuan seleksi merupakan hal yang umum dipakai
dalam pemuliaan tanaman. Kemajuan seleksi adalah selisih antara nilai tengah
turunan hasil seleksi dengan nilai tengah populasi yang diseleksi. Nilai kemajuan
diseleksi, dan intensitas seleksi. Nilai heritabilitas dapat digunakan sebagai nilai
duga fenotipe, apakah sifat yang ditampilkan disebabkan oleh faktor lingkungan
B. Tujuan
hasil yang tinggi dan sesuai dengan selera konsumen. Keberhasilan tersebut sangat
dalam proses seleksi. Pemuliaan tanaman meliputi tiga fase kegiatan, yaitu: a)
terbaik untuk produksi pertanian (Yakub et al., 2012). Beberapa parameter genetik
yang dapat digunakan sebagai pertimbangan agar seleksi efektif dan efisien adalah
erat kaitannya dengan hasil tanaman. Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif
korelasi genotipe dan fenotipe dapat membantu ketajaman seleksi sehingga hasil
sebagai proses pemilihan individu atau kelompok tanaman dari populasi campuran.
Populasi dengan keragaman yang tinggi akan memberikan respon yang baik
yang tepat dengan sifat baik. Seleksi dalam pemuliaan tanaman bertujuan untuk
mendapatkan potensi galur tanaman yang unggul, pewarisan sifat yang mendukung
daya hasil tinggi, dan heritabilitas merupakan gambaran mengenai kontribusi
genetik dan lingkungan terhadap suatu karakter yang terlihat di lapang. Pada
2015).
seleksi. Seleksi pada generasi awal dilakukan bila heritabilitas tinggi, sebaliknya
jika rendah maka seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena adanya peluang
terjadi peningkatan keragaman dalam populasi (Kakiuchi dan Kobata, 2004). Nilai
heritabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh metode dan populasi yang digunakan. Nilai
genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana karakter
mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada generasi awal, sedangkan
bila nilai heritabilitasnya rendah seleksi dapat dilaksanakan pada generasi akhir
Kemajuan seleksi adalah selisih antara nilai tengah turunan hasil seleksi
dengan nilai tengah populasi yang diseleksi. Nilai kemajuan seleksi dipengaruhi
oleh heritabilitas, simpangan baku fenotipe populasi yang diseleksi, dan intensitas
yang diseleksi dari suatu populasi sebaran normal standar. Semakin besar nilai
intensitas seleksi yang digunakan maka nilai kemajuan genetik akibat seleksi akan
semakin besar pula, akan tetapi persentase populasi yang diseleksi akan semakin
dalam rata-rata penampilan yang dicapai suatu populasi dalam setiap siklus seleksi.
genotipe terseleksi, varietas baru sebagai tetua. Penyelesaian satu siklus seleksi
Umumnya kriteria yang digunakan dalam seleksi didasarkan pada hasil ekonomis
tanaman, namun kriteria ini dipandang memiliki heritabilitas yang relatif rendah.
Hal ini karena karakter daya hasil merupakan karakter kuantitatif yang dikendalikan
oleh banyak gen dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga menurunkan
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah tiga macam kelompok biji
kacang tanah, yaitu kelompok biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman
kecil, kelompok biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil, kelompok
biji kacang tanah dengan keragaman besar. Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah alat tulis, lembar pengamatan, timbangan analitik, dan penggaris.
B. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 50 biji kacang tanah dari ketiga kelompok yang ada diambil secara
acak.
4. Biji-biji dipilih yang ukurannya besar (seleksi) sebanyak 30 biji dari setiap
6. Bobot rata-rata biji dicari, lalu dihitung selisih antara rata-rata bobot 50 biji dan
A. Hasil
Tabel 1.1 Populasi 50 biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil
Bobot 0.4 0.5 0.6 0.7
Jumlah 11 21 15 3
Tabel 1.2 Populasi 30 biji kacang tanah ukuran besar keragaman kecil
Bobot 0.5 0.6 0.7
Jumlah 4 23 3
20
15
10
0
0,4 0,5 0,6 0,7
P0 P1
Grafik 1. Kemajuan seleksi kelompok kacang tanah ukuran besar keragaman kecil
Tabel 2.1 Populasi 50 biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil
Bobot 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Jumlah 3 14 19 9 5
Tabel 2.2 Populasi 30 biji kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil
Bobot 0.5 0.6 0.7
Jumlah 17 8 5
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
P0 P1
Grafik 2. Kemajuan seleksi kelompok kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil
25
20
15
10
0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
P0 P1
B. Pembahasan
Seleksi adalah memilih serta mencari keuntungan tanaman atau ternak yang
memiliki karakter baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya.
faktor lingkungan. Mencari serta memilih sifat genetik yang baik harus disertai
dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis terhadap tanaman
diseleksi. Seleksi dapat juga disebut dengan usaha pemuliaan (Soepomo, 1968).
Seleksi merupakan salah satu langkah awal pemuliaan dalam merakit suatu
varietas. Seleksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan individu atau kelompok
Hallaeur (1981) menyatakan bahwa tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah
sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu arah kegiatan pemuliaan yang
dilakukan, pola pewarisan sifat atas sifat yang akan diperbaiki, individu dalam
populasi, sejarah seleksi, serta tujuan spesifik dari program pemuliaan yang
al., 2015).
yang luas dari hasil persilangan mempermudah melakukan seleksi. Metode seleksi
Metode seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri terbagi menjadi dua yaitu
seleksi untuk populasi campuran dan seleksi untuk populasi hasil hibridisasi
1. Seleksi Massa
Seleksi massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling
sederhana. Pemulia dapat memperbaiki suatu sifat dari populasi yang diseleksi
dengan tetap mempertahankan ciri populasi tersebut. Seleksi massa dilakukan
horizontal serta mempunyai adaptasi luas pada lingkungan baru (Syukur et al.,
2012).
tanaman kurang baik dari populasi hasil random mating. Populasi dipilih
sebanyak mungkin tanaman yang mempunyai fenotipe baik dan seragam. Hasil
diseleksi kembali dan dibandingkan dengan induk atau varietas standar. Seleksi
terus diulang sampai keadaan tanaman dalam populasi seragam dan stabil
(Pradnyawathi, 2012).
hibridisasi, tetapi dapat juga untuk populasi bersegregasi (Syukur et al., 2012).
Seleksi galur murni terdiri dari tiga tahap yang berbeda. Tahap pertama
adalah seleksi tanaman tunggal dari populasi dasar yang secara genetik
tanaman yang diseleksi untuk tujuan observasi dalam bentuk galur. Tahap
ketiga adalah evaluasi galur-galur terpilih untuk diuji lanjut (Allard, 1960).
antara lain:
individu yang dilakukan secara rinci dari turunan yang satu ke keturunan yang
dimulai dari generasi F2 dan akan dilakukan pencatatan yang lengkap mengenai
diinginkan yang ditemukan pada dua genotipe atau lebih (Syukur et al., 2012).
2. Metode Bulk
pertumbuhannya atau mati (Syukur et al., 2012). Prinsip metode bulk yaitu:
a. Metode seleksi yang sederhana setelah seleksi massa;
c. Pada generasi awal tanaman ditanam rapat dan dipenen secara gabungan
(bulk);
atau F6);
et al., 2012).
salah satu tetuanya selama beberapa generasi untuk memindahkan gen dari
tetua donor ke penerima. Metode silang balik adalah metode seleksi yang
Metode ini melibatkan tetua persilangan yaitu tetua yang ingin diperbaiki
(recurrent parent) dan tetua yang digunakan sebagai sumber gen yang akan
dimasukkan ke dalam tetua yang ingin diperbaiki (donor parent) (Chahal dan
c. Sifat yang dipindahkan dari donor dapat dipertahankan pada tetua penerima
f. Pemindahan gen resesif, seleksi dilakukan pada turunan hasil silang balik
dan seleksi. Langkah awal pada metode SSD dilakukan untuk membentuk
(Sumarno, 1985). Setiap generasi diambil satu biji per tanaman secara acak.
SSD baik dilakukan untuk seleksi pada karakter yang memiliki nilai
heritabilitas yang rendah, seperti karakter hasil (Roy, 2000). Hal ini didukung
SSD untuk seleksi berdasarkan hasil menunjukkan keragaman yang tinggi pada
setiap generasi, serta diperoleh nilai diferensial seleksi yang tinggi pada
generasi F4.
akan terjadi penurunan vigor dan kerugian lainnya. Heterosigositas merupakan ciri
utama dari tanaman ini, sehingga keadaan ini harus tetap dipertahankan selama
program pemuliaan atau dipulihkan pada tahap akhir dan program pemuliaan
(Sparrow, 1979). Metode seleksi pada tanaman menyerbuk silang antara lain:
1. Seleksi Massa
individu berdasarkan fenotipe dalam suatu populasi kawin acak. Biji diperoleh
dari tanaman yang telah dipilih dan sejumlah biji yang sama dari setiap tetua
jantan dalam seluruh populasi (Nasir, 2001). Seleksi massa telah dilakukan
ini membutuhkan dua musim dan digunakan untuk tanaman jagung yang
memiliki tongkol. Seleksi ear to row hingga saat ini dapat digunakan untuk
tanaman menyerbuk silang secara umum. Karakter seleksi tongkol ke baris (ear
to row selection) pada jagung yang dapat digunakan untuk kriteria seleksi
adalah : tinggi tongkol, panjang tangkai tongkol, jumlah daun diatas tongkol,
kriteria seleksi yang diinginkan dipilih (Kristiari et al., 2013). Tahapan seleksi
20-30 famili.
membentuk famili suadara tiri baru sebagai bahan untuk dievaluasi pada
recurrent selection (RS) adalah suatu metode seleksi dan penyilangan tanaman
terpilih dari suatu populasi secara sistematik untuk membentuk populasi baru
yang lebih baik. Metode ini merupakan prosedur pengumpulan sifat-sifat yang
yang lebih baik dari populasi sebelumnya, karena terdiri dari tanaman-tanaman
kembali benih hasil rekombinasi untuk diseleksi lagi. Cara ini akan
menguntungkan karena diperoleh populasi yang lebih baik dari populasi awal.
Seleksi berulang terdiri atas tiga tahapan kegiatan, yaitu pembuatan famili,
evaluasi famili, dan rekombinasi famili terpilih. Populasi yang diperbaiki dapat
berupa varietas bersari bebas, sintetik, komposit, dan pool (Dahlan dan Slamet,
1992).
yang disebut sebagai populasi awal (initial population) yang akan diseleksi
mempunyai rata-rata P1 = 210 gram. Jumlah n tanaman terpilih, berat rata-rata biji
S = X s- X P
dengan varians total di dalam suatu populasi, dimana varians total adalah
penjumlahan antara varians genetik dengan varians lingkungan (Halawane et al.,
2015). Heritabilitas dibagi menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam arti luas (broad
sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).
Heritabilitas arti luas adalah rasio dari ragam total genetik terhadap ragam
fenotipiknya, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit adalah rasio ragam genetik
aditif terhadap ragam fenotipe. Heritabilitas dalam arti sempit banyak digunakan
komponen varians dan dihitung berdasarkan rumus menurut Allard (1960) sebagai
berikut:
𝜎2 G
𝐻𝐵𝑠 = 𝜎2 F
𝜎 2 G = Varians genetik
𝜎 2 𝐹 = Varians fenotipe
keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan
seleksi merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah
informasi besaran ragam fenotipik, di samping ragam aditif dan ragam dominan.
seleksi yang berbanding terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar
ragam fenotipik semakin kecil kemajuan seleksi yang akan diperoleh (Sutoro,
2006).
Nilai heritabilitas dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan seleksi secara
besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas.
Semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi
Nilai duga heritabilitas dalam arti luas untuk karakter bobot kering per biji
tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan
dan nilai duga heritabilitas sedang sampai tinggi menunjukkan bahwa lingkungan
hanya sedikit berperan dalam penampilan suatu karakter (Anitasari dan Susilo,
2013).
berikutnya hanya yang bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka pewarisannya
merupakan kemajuan seleksi yang akan muncul pada generasi berikutnya. Rumus
Jika nilai heritabilitas dan seleksi differensial semakin besar, maka semakin besar
suatu populasi, nilai heritabilitas, intensitas seleksi dan ragam fenotipe. Informasi
tentang keragaman genetik dan heritabilitas bermanfaat untuk menentukan
kemajuan genetik melalui seleksi. Keragaman genetik yang luas dan nilai
heritabilitas yang tinggi merupakan salah satu syarat agar seleksi efektif. Nilai
genetik (Kristamtini et al., 2016). Kemajuan seleksi akan semakin besar apabila
genetik yang lebih tinggi berarti menggambarkan keragaman genetik yang lebih
tinggi pula, sehingga sifat tersebut apabila dilakukan seleksi dapat memberikan
yang diseleksi dari suatu populasi sebaran normal standar. Semakin besar nilai
intensitas seleksi yang digunakan maka nilai kemajuan genetik akibat seleksi akan
semakin besar pula, akan tetapi persentase populasi yang diseleksi akan semakin
kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin kecil kemajuan
Berdasarkan hasil praktikum, nilai kemajuan seleksi untuk biji kacang tanah
ukuran besar dengan keragaman kecil adalah 0,0168. Nilai kemajuan seleksi untuk
biji kacang tanah berukuran kecil dengan keragaman kecil adalah 0,01386. Nilai
kemajuan seleksi untuk biji kacang tanah dengan keragaman besar adalah 0,013.
Hasil dari ketiga kelompok biji kacang tanah dengan nilai heritabilitas 0,21
menunjukkan bahwa ketiga kelompok biji kacang tanah tersebut mengalami
kemajuan seleksi. Kemajuan seleksi ditunjukkan dari grafik yang bergeser ke arah
kanan.
tersebut semakin tinggi. Nilai koefisien keragaman genetik yang lebih tinggi berarti
menggambarkan keragaman genetik yang lebih tinggi pula, sehingga sifat tersebut
apabila dilakukan seleksi dapat memberikan kemajuan seleksi yang lebih besar
Kemajuan genetik atau respons seleksi dan heritabilitas yang tinggi sangat
2012).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Nilai kemajuan seleksi untuk biji kacang tanah ukuran besar dengan
keragaman kecil adalah 0,0168. Nilai kemajuan seleksi untuk biji kacang tanah
berukuran kecil dengan keragaman kecil adalah 0,01386. Nilai kemajuan seleksi
untuk biji kacang tanah dengan keragaman besar adalah 0,013. Kemajuan seleksi
B. Saran
Abdullah, B., Dewi, S. I., Sularjo., Safitri, H., Lestari, A. P. 2008. Perakitan Padi
Tipe Baru Melalui Seleksi Silang Berulang dan Kultur Anter. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan. Vol 27(1): 1-8.
Anitasari, I. dan Susilo, A.W. 2013. Pengembangan Kriteria Seleksi Karakter Berat
Biji pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) melalui Pendekatan
Analisis Sidik Lintas. Pelita Perkebunan. Vol 29(3): 174-181.
Chahal, G.S. dan Gosal, S.S. 2003. Principles and Procedures of Plant Breeding.
Alpha Science International Ltd, India.
Halawane, J., Kinho, J., Irawan, A. 2015. Variasi Genetik Pertumbuhan Tanaman
Uji Keturunan Nyatoh (Palaquium obtusifolium) Umur 1,5 Tahun di
Hutan Penelitian Batuangus, Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol 1(4): 819-823.
Idris., Yakop, U. M., Farida, N. 2011. Kemajuan Seleksi Massa pada Jagung
Kultivar Lokal Kebo Setelah Satu Siklus Seleksi dalam Pertanaman
Tumpangsari dengan Kacang Tanah. Crop Agro. Vol 4(2): 37-42.
Kakiuchi, J., T, Kobata. 2004. Shading and Thining Effect on Seed and Shoot Dry
Matter Increase in Determinate Soybean During The Seed Selfing Period.
Agronomic Journal. Vol 96: 398-405.
Kristiari, D., Kendarini, N., Sugiharto, A. N. 2013. Seleksi Tongkol ke Baris (Ear
to Row Selection) Jagung Ungu (Zea mays var Ceratina Kulesh). Jurnal
Produksi Tanaman. Vol 1(5): 408-414.
Miladinovic, J., Burton, J.W., Tubic, S.B., Miladinovic, D., Djordjevic, V., Djukic,
V. 2011. Soybean Breeding: Comparison of The Efficiency of Different
Selection Methods. Turkish Journal of Agriculture and Forestry. Vol 35:
469-480.
Nasution, M. A. 2010. Analisis Korelasi dan Sidik Lintas antara Karakter Morfologi
dan Komponen Buah Tanaman Nenas (Ananas comosus L. merr). Crop
Agro. Vol 3: 1-8.
Sitohang, R.D.S., Nawawi, M., Sitompul, S.M. 2015. Keragaman Hasil pada Uji 3
Galur Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merril) Generasi F3 Hasil
Persilangan Tanggamus x Anjasmoro, Tanggamus x Argopuro,
Tanggamus x UB. Jurnal Produksi Tanaman. Vol 3(5): 377-382.
Sutoro., Bari, A., Subandi., Yahya, S. 2006. Parameter Genetik Jagung Populasi
Bisma pada Pemupukan Berbeda. I. Ragam Aditif-Dominan Bobot Biji
Jagung. Jurnal AgroBiogen. Vol 2(2): 60-67.