Anda di halaman 1dari 12

KALIBRASI SPRAYER

(Tugas Praktikum Herbisida Lingkungan)

Oleh

Prima Ardiansyah
1814121019

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan aplikasi herbisida ditentukan oleh beberapa hal antara lain gulma
sasaran, cuaca, jenis herbisida yang digunakan dan tata cara aplikasinya. Syarat
pengaplikasian herbisida juga harus sesuai dengan kondisi di lapangan. Sebelum
melakukan aplikasi herbisida terlebih dahulu harus mengetahui gulma sasaran dan
tanaman yang dibudidayakan serta sifat – sifatnya. Jenis herbisida juga penting
untuk diketahui apakah sesuai untuk mengendalikan gulma sasaran dan tidak
meracuni tanaman serta bagaimana herbisida tersebut diaplikasikan. Selain itu,
faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan suatu aplikasi herbisida adalah
cuaca, alat yang digunakan dan orang yang mengaplikasikan herbisida tersebut.
Apabila hal hal tersebut sudah dilaksanakan dengan baik maka aplikasi herbisida
juga dilapangan diharapkan dapat baik pula (Djojosumarto, 2000).

Aplikasi herbisida sangat berhubungan dengan masalah gulma. Masalah gulma


sekarang ini telah berkembang di mana-mana, terutama pada daerah pertanian dan
juga da di pertanaman, tempat rekreasi, tempat permukiman dan daerah yang lain
yang bukan merupakan daerah pertanian. Masalah gulma di pertanian dapat
dihubungkan dengan tig kondis pertanian yaitu 1) Luasnya daerah pertanian, 2)
Ketersediaan dana, dan 3) Keterampilan terbatas (Yakup, 2002).

Alat yang digunakan dalam pengaplikasian herbisida adalah alat penyemprot atau
sprayer. Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat
penyemprot punggung. Sebelum melakukan pengendalian gulma, terlebih dahulu
sprayer dikalibrasi.Kalibrasi dilakukan untuk menghindari pemborosan herbisida,
memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida,
dan memperkecil pencemaran lingkungan Dalam melakukan kalibrasi sprayer
terdapat dua metode yang digunakan yaitu metode luas dan metode waktu. Dalam
melakukan dua metode tersebut perlu dilakukan praktik secara khusus agar
pengaplikasian herbisida dapat berhasil (Yakup,dkk, 2002). Sehingga, praktikum
kalibrasi herbisida penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini sebagai berikut:


Mahasiswa bisa melakukan kalibrasi sprayer dan mampu menghitung parameter-
parameter yang diperlukan dengan menggunakan metode luas dan waktu.
II. TINJUAN PUSTAKA

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang
tidak diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002). Berdasarkan definisi
subjektifnya, gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki
manusia karena tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan mempunyai
pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya kompetisi
yang tinggi (ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang dibudidayakan,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil
panen tanaman budidaya. Selain itu, gulma sering menjadi inang sementara dari
penyakit dan parasit tanaman dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian
(Wudianto, 2009).

Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang tepat,


untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain
factor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada
pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan
tepat. Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida
yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat,
dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah
ditentukan sesuai dengan anjuran dosis (Hermanto,2010).

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara


penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang
dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam
pengertian
sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat
dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan,
yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower
and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan
jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan
kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Yakup, 2002).

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan sesuatu
pestisida antara lain:
1. Dosis Pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan sasaran tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih
2. Konsentrasi Pestisida
Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan dalam
satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan sasaran
tertentu.
3. Volume Semprot
Volume semprot adalah banyaknya larutan jadi pestisida yang digunakan
untuk menyemprot sasaran tertentu per satuan luas atau per satuan individu
tanaman
4. Bahan Penyampur
Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi
biasanya dinyatakan dalam berat/volume. Bahan penyampur yang dapat
digunakan adalah alkohol, minyak tanah, xyline dan air (Hendarto, 2016).

Salah satu alat semprot yang digunakan, antara lain Knapsack Sprayer. Alat ini
merupakan alat semprot yang sangat meluas digunakan. Alat ini hanya bisa
untuk bahan cair dengan bahan pelarut air. Kapasitas tangki antara 15-20 liter
dioperasikan secara manual dengan pompa tangan dan daya jangkaunya sangat
terbatas yaitu 2 meter. Dalam melakukan kalibrasi hal yang diperhatikan adalah
kecepatan jalan harus konstan, tekanan semprot sprayer tetap, ukuran/tipe nozzel,
ketinggian nozzel di atas permukaan tanah (Wudianto, 2009).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.
Metode Luas
Ulangan Air Yang Air Sisa (L) Air Terpakai Volume
Dimasukkan (L) Semprot (L)
(L)
Warna Nosel Hijau
1 4 2,3 1,7 680
2 4 2,4 1,6 640
3 4 2,3 1,7 680
Rataan 4 2,3 1,7 680
Warna Nosel Biru
1 5 3,1 1,9 760
2 5 3,2 1,8 720
3 5 3,3 1,7 680
Rataan 5 3,2 1,9 720

Tabel 2.
Metode Waktu
Ulangan Debit Nosel Waktu Yang Jarak Yang Kecepatan
(L/Menit) Diperlukan/ha Ditempuh/2 Jalan
(menit) ha (m) (m/menit)
Warna Nosel Merah
1 2,5 160 20.000 10.000/160
2 2,1 190 20.000 10.000/190
3 2,3 174 20.000 10.000/174
Rataan 9,8 175 20.000 10.000/175
Warna Nosel Biru
1 1,2 333 26.600 13.300/333
2 1,1 364 26.600 13.300/364
3 1,2 333 26.600 13.300/333
Rataan 1,2 343 26.600 13.300/343

3.2 Pembahasan

Pada praktikum ini menggunakan 2 nosel dengan warna yang berbeda pada
metode luas dan metode waktu, dengan masing-masing nosel dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Nosel yang digunakan yaitu nosel berwarna hijau
dan biru untuk metode luas. Nosel berwarna merah dan biru digunakan untuk
metode waktu.

Pada metode luas, diterapkan pada lahan yang berskala sempit dengan tujuan
untuk menentukan volume semprot. Pada metode ini, nosel yang pertama kali
digunakan adalah nosel yang berwarna hijau dengan volume semprot yang
dihasilkan adalah 680liter/ ha pada ulangan ke-1, 640 liter/ha pada ulangan ke- 2,
dan 680 liter/ha pada ulangan ke-3. Sedangkan volume semprot yang dihasilkan
oleh nosel biru adalah 760 liter/ha pada ulangan ke-1, 720 liter/ha pada ulangan
ke-2, dan 680 liter/ha pada ulangan ke-3.

Pada metode waktu, dilakukan apabila volume semprotnya sudah ditentukan


dengan tujuan untuk menentukan kecepatan jalan operator. Pada metode ini, nosel
yang pertama kali digunakan adalah nosel yang berwarna merah dengan
kecepatan jalan operator sejauh 10.000/160 m/menit pada ulangan ke-1,
10.000/190 m/menit pada ulangan ke-2, dan 10.000/174 pada ulangan ke-3.
Sedangkan kecepatan jalan operator dengan menggunakan nosel biru adalah
13.300/333 m/menit pada ulangan ke-1, 13.300/364 m/menit pada ulangan ke-2,
dan 13.300/333 m/menit pada ulangan ke-3.

Perbedaan waktu yang diperlukan untuk menghabiskan cairan pestisida yang


dibutuhkan untuk satuan luas yang diberi perlakuan mengharuskan kita untuk
lebih pandai dalam meratakan penyemprotan ke lahan. Hal ini berhubungan
dengan kecepatan berjalan. Sehingga semakin besar volume keluaran cairan suatu
nozzle akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dan semakin cepat kita
berjalan menyemprotkan cairan ke lahan dalam luasan yang sama. Perbedaan
kecepatan dalam pengaplikasian pestisida ini tidak lantas menunjukkan bahwa
nozzle tertentu lebih baik karena memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam
pengaplikasian. Akan tetapi, jenis pestisida yang digunakan juga mempengaruhi,
misalnya herbisida yang bersifat sistemik laten tidak membutuhkan
pengaplikasian yang merata sehingga nozzle dengan volume besar lebih efisien.
Namun tidak demikian untuk untuk pengaplikasian herbisida tertentu yang
membutuhkan kerataan dalam pengaplikasian, justru nozzle dengan volume
keluaran yang lebih kecil akan lebih efisien

Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk


luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan
penyemprotan yang gunanya adalah: - Menghindari pemborosan herbisida -
Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan Herbisida -
Memperkecil pencemaran lingkungan (Yakup,dkk, 2002).

Ada dua metode praktis yang mudah diterapkan dalam melakukan kalibrasi alat
semprot,yaitu metode luas dan metode waktu:
1. Metode Luas Metode luas lebih mudah diterapkan untuk penyemprotan lahan
berkala sempit atau pada tingkat petani yang biasanya menggunakan alat semprot
punggung.Metode ini bertujuan untuk menentukan volume semprot.Syarat utama
penerapan metode luas adalah tekanan dalam tangki dan kecepatan jalan operator
harus konstan.
2.Metode Waktu Metode waktu baru dapat dilakukan apabila sudah
ditentukan volume semprotnya.Tujuam kalibrasi dengan menggunakan
metode ini adalah untuk menentukan kecepatan jalan operator.Oleh karena
itu,metode ini lebih mudah diterapkan apabila penyemprotan herbisida
dilakukan dengan menggunakan boom sprayer atau dengan traktor
(Nanik,2012).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kalibrasi sprayer adalah sebagai berikut.


Kalibrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan, waktu, dan
volume yang akan digunakan pada saat pengaplikasian herbisida agar efektif
dalam pengendaliannya.
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.


Yogyakarta.

Hendarto, H., Sriyani, N. dan Sembodo, D. R. J. 2016. Resistensi Gulma


Cyperus Rotundus, Dactyloctenium Aegyptium, Dan Asystasia Gangetica
Terhadap Herbisida Bromacil Dan Diuron Pada Perkebunan Nanas Di
Lampung Tengah. Jurnal Agroteknologi Tropika. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

Hermanto.2010.Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaanya. Gramedia.


Jakarta.

Nanik, Prof.Dr.Ir, dkk.2012. Panduan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian


Gulma. Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Bandar
Lampung.

Wudianto, R. 2009. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yakup, dkk. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai