Anda di halaman 1dari 17

SELAMAT DATANG

Persentasi Makalah On The Job Training Mandor Perawatan


Divisi 4 (Empat) Musi Makmur Estate

PT. GOLDEN BLOSSOM SUMATRA


ANALISIS BIAYA PER HEKTAR ALAT SEMPROT INTER
UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA
KEBUN KELAPA SAWIT

OLEH :
DESI ARIADI

PEMBIMBING:
1. RAHMAT HIDAYAT, S.P
2. SUHARMAN, S.P
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Gulma Herbisida

Alat semprot
Dalam pelaksanaan aplikasi herbisida. Pemilihan alat
semprot merupakan hal yang sangat penting, karena
perbedaan volume semprot dapat mempengaruhi
keefektipan herbisida ( Madkar, 1986 ).
2.Rumusan Masalah
Perbandingan biaya yang dikeluarkan antara
penggunaan alat semprot inter dan alat semprot alfha
untuk membasmi gulma.

3.Batasan Masalah
Analisis alat semprot Inter dalam penggunaan
herbisida, waktu kerja dan jumlah HK per hektar.

4. Tujuan
Untuk mengetahui efisiensi biaya penggunaan alat
semprot Inter dalam membasmi gulma.
Pembahasan dan Analisis
1. Pembuatan Rencana Perbaikan ( 5W + 1H)
1. Menerapkan penggunaan alat semprot Inter

2. Kegiatan ini dilaksanakan di PT GBS, Musi


makmur estate Divisi 4
W
hat

W
her
e

3. Pekerja dapat menggunakan alat semprot


W
ho

Inter supaya efisien dalam membasmi gulma.


W
hy

W
he
n

4. Untuk memperkecil pengeluaran perusahaan


dalam membasmi gulma.

5. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 23 -29 juni 2015.

6. Gunakan alat semprot dengan hasil yang efektif dan


efisien sehingga tujuan perusahaan tercapai.
2. Penjelasan Langkah Perbaikan
a. Penerapan Alat Semprot Inter
Alat semprot Inter memiliki regulator. Keuntungan penggunaan regulator:
tekanan yang keluar dari dalam tangki semprot konstan, jumlah larutan semprot
yang keluar dari nozzle konstan, jumlah butiran dan ukuran butiran konstan,
mengurangi terjadinya drift dan meningkatkan efisiensi (Asiddiq , 2014) .

b. Cara Menyemprot
1. Kecepatan Jalan.
Umumnya seorang penyemprot dapat menempuh jarak antara 0,5 – 0,8
meter/detik, untuk itu pekerja harus dilatih berjalan dengan kecepatan yang
sesuai agar diperoleh hasil pengendalian yang baik (Asiddiq, 2014).

2. Posisi Ketinggian Nozzle.


Untuk mendapatkan ketinggian nozzle yang konstan (± 45 cm) dari
permukaan gulma sasaran (agar didapatkan lebar semprotan yang optimal),
maka dapat dilakukan dengan cara menggantungkan seutas tali (panjang ± 45
cm) pada ujung saluran semprot/ nozzle.
3. Teknik masuk gawangan
menyemprot pasar pikul sampai ke subsider, kemudian menyemprot
piringan dimulai dari arah subsider satu persatu secara ziq-zaq dan sempai ke
pokok terahir menuju collection road. Jika larutan herbisida pada alat semprot
habis sebelum menyelsaikan piringan maka untuk mengisih ulang lebih dekat
dengan collection drain.
4. Denda Dan Sangsi
Tindakan kesalahan yang dilakukan oleh penyemprot yang tidak memenuhi
aturan yang telah ditetapkan atau melanggar peraturan perusahaan, maka
penyemprot harus bertanggung jawab dan akan dikenakan denda dan sangsi
sesuai tingkat kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh penyemprot
tersebut

5. Penghargaan ( Reward)
Penghargaan (reward) akan menjadi motivasi bagi penyemprot dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari.
6. Pengawasan Pekerjaan Semprot
pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan Semprot harus lebih
ditingkatkan agar kualiatas pekerjaan lebih baik. Mandor Semprot wajib
melakukan pengontrolan baik cara kerja maupun penggunaan matria.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Perbandingan Penggunaan Alat Semprot Inter Dan Alat Semprot Alfha
Musi Makmur Estet Divisi 4.

Tabel 1. Hasil pekerjaan semprot menggunakan alat semprot Inter


Tanggal Blok Ha (HK) Rp Matrial) Rp
Primaxone (L) S Furon (gr)
23-06-2015 29 C 12 (6) 504.000 (3,56) 148.225 (0,178) 28.965
24-06-2015 29 C 13 (5,4) 453.600 (4,16) 173.207 (0,208) 33.847
25-06-2015 29 C 7,5 (3) 252.000 (2,7) 112.418 (0,135) 21.968
26-06-2015 29B 7 (3) 252.000 (2,52) 104.923 (0,125) 20.340
27-06-2015 29B 15 (6) 504.000 (4,8) 199.854 (0,24) 39.054
29-06-2015 29B 10,5 (4) 336.000 (3,6) 149.890 (0,168) 27.338
Jumlah 65 (27,4) 2.301.600 (21,34) 888.517 (1,054) 171.514

Biaya yang dikeluarkan untuk dua petak atau 65 ha lahan sawit adalah Rp
3.355.631. Biaya yang dikeluarkan rata-rata per hektar menggunakan alat
semprot Inter adalah Rp 51.625. dengan target kerja 1 HK dapat mengerjakan
2,75 hektar.
Tabel 2. Hasil pekerjaan semprot menggunakan alat semprot Alfha
Tanggal Blok Ha (HK) Rp (Matrial) Rp
primaxone S Furon
11-06-2015 34 C 2 (1) 84.000 (0,48) 19.985 (0,024) 3,905
13-06-2015 34 C 24,52 (12) 1.008.00 (8,05) 335.170 (0,319) 51.910
15-06-2015 34 C 6 (3) 252.000 (1,45) 60.372 (0,072) 11.716
15-06-2015 35 C 10 (5) 420.000 (2,4) 99.926 (0,12) 19.527
16-06-2015 35 C 18,28 (9) 756.000 (7) 291.452 (0,225) 36.613
17-06-2015 35 C 4 (2) 168.000 (1,1) 46.000 (0,055) 8.950
Jumlah 64,8 (32) 2.688.000 (20,48) 852.905 (1,31) 213.172

Biaya yang dikeluarkan untuk dua petak atau 64,8 hektar lahan sawit
adalah Rp 3.754.077. Biaya yang dikeluarkan rata-rata per hektar adalah
Rp 57.933. dengan target kerja 1 HK dapat mengerjakan 2 ancak/hektar.

Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat biaya rata-rata per hektar alat semprot
Inter lebih rendah yaitu Rp 51.625, dibandingkan pengeluaran biaya rata-rata
per hektar alat semprot alfa yaitu Rp 57.933. selisih biaya yang dikeluarkan
adalah Rp 6.308.
Tabel 3. Waktu rata-rata untuk menghabiskan 1 kep Inter 12 liter.

Nama Tanggal Rata-rata waktu /kep


(Menit)
Masniro 23-06-2015 30,18
Polisa 24-06-2015 31,36
Asmara Dewi 25-06-2015 33,24
Kartini 26-06-2015 29,61
Yurnaini 27-06-2015 35,78
Jaya 29-06-2015 34,48
Jumlah rata-rata waktu 32,44

Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menghabiskan 1 kep inter


12 liter adalah 32,44 menit termasuk dengan waktu pengisian kep,
dengan kondisi gulma dilahan atau gawangan berpariasi antara ringan
sampai sedang.
C. Perbandingan Cost Per Ha Alat Semprot Inter Dan Alat Semprot Alfha.

Tabel 4. Cost per hektar alat samprot Inter


Bahan Cost/Ha Jumlah Cost/Ha
Primaxone 80 ml x 4 kep = 320 ml = 0,32 L 0,32 L x Rp 4.636,36 = Rp 13.323,63

Santapuron 0,004 gr x 4 kep = 0,016 gr 0,016 gr x Rp 162.727.27 = Rp


2.603.90
Susu Rp 1.100/2,75 Rp 400
HK Rp 84.000 / 2,75 Rp 30.545
Total cost / Ha Rp 46.875

Tabel 5. Cost/Ha Alat semprot Alfha

Bahan Cost/Ha Jumlah Cost/Ha


Primaxone 0,375 L 0,375 L x Rp 41.636,36 = Rp 15.613,63
Santapuron 0,018 gr 0,018 gr x Rp 162.727.27 = Rp2.929.09
Susu Rp 1.100/2 Rp 550
HK Rp 84.000 / 2 Rp 42.000
Total cost / Ha Rp 61.092
Berdasarkan perhitungan cost per hektar alat semprot
Inter dan alat semprot alfha pada tabel 4 dan tabel 5
diatas menunjukan biaya yang dikeluarkan untuk
membasmi gulma di pasar pikul, piringan dan TPH
dengan menggunakan alat semprot Inter lebih kecil di
bandingkan dengan menggunakan alat semprot alfha
yaitu : Rp 46.875 berbanding Rp 61.092 biaya yang
dikeluarkan dengan menggunakan alat semprot inter lebih
hemat yaitu sebesar Rp 14.217.
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Penggunaan alat semprot inter lebih efisien untuk membasmi gulma
dibandingkan menggunakan alat semprot alfha.
2. Pengawasan kepada pekerja semprot harus dilakaukan untuk menjaga
kualitas pekerjaan

Saran yang dapat diberikan :


1. Sebaiknya dibentuk tim semprot dan pengadaan traktor pengangkut
matrial semprot agar pekerjaan lebih terjaga dan efektif.
2. Denda dan sanksi diterapkan bagi pekerja semprot yang melakukan
kesalahan serta penghargaan (reward) harus diberikan kepada pekerja
semprot untuk meningkatkan motivasi kerja.
Daftar Pustaka
Arif, A. 1979. Penggunaan Herbisida Round Up Dan Prospek Pengembangannya Di
Indonesia. Simposium Herbisida Roun Up II, Medan 11 p.
Asiddiq, S. 2014. Pengenalan Kanapsack Spsyer. Politeknik LPP. Yogyakarta.
http://www.pabriksprayer.com/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer.html
(diakses pada 10 Mei 2014)
http://www.pabriksprayer.com/pengenalan-alat-semprot-sprayer.html
(diakses pada 10 Januari 2014)
Kasasian, L. 1971. Weed control in The tropice. Leonard Hill. London. 359 P
Jolland, P. And P. D. Turner. 1983. Use Of The Controlled Word Farming 22 (3) 30-35.
Madkar, O. R,. T. Kuntohartono dan S. Mangonsoekarjo. 1986. Masalah Gulma Dan Cara
Pengendalian. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. 132 hal.
Nasution, U. 1981. Inventarisasi gulma di perkebunan karet sumatera utara dan
hubunganya dengan pengelolaan gulma. P. 193 – 210. Dalam Pros. Konf. HIGI VI, Medan.
Pardede, D. J. 1981. CDA Suatu Metode Harapan Untuk Mempertinggi Efektivitas
Insectisida Memberantas Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit. Dalam Pros. Konf.
Budidaya Karet Dan Kelapa Sawit, Medan. Hal. 234 – 240.
Suryani, W. 1991. Studi Efektivitas Perlakuan Herbisida Dengan Dua Alat Semprot Untuk
Mengendalikan Gulma Dijalur Tanam Karet Menghasilkan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Dokumentasi sesaat dan sesudah aplikasi herbisida
menggunakan alat semprot Inter
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai